Jurnal Akrab
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

8
(FIVE YEARS 8)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Direktorat Pendidikan Masyarakat Dan Pendidikan Khusus, Ditjen PAUD Dikdas Dikmen, Kemdikbud

2580-0795, 2580-0795

Jurnal Akrab ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 1-9
Author(s):  
Nanang Kristanto

Based on data from the Central Bureau of Statistics (BPS) and the Ministry of Education and Culture's Center for Data and Statistics on Education and Culture, nationally there are still around 2.07 percent or 3,387,035 people (15-59 years) who are illiterate. Although every year the illiteracy rate has decreased, however, Papua and West Papua still have the highest illiteracy rates. The implementation of basic literacy education programs in Papua province experiences very severe challenges, geographical conditions and the availability of access to education services are problems that must be immediately get a real solution. So innovation and appropriate strategies are needed in order to answer the problem of difficult access and the availability of education services. For this, it is necessary to involve various potentials and existing elements to be able to independently organize literacy education programs. In general, this research aims to expand access and service coverage of literacy education through the model of implementing basic literacy education programs through the involvement of village government and religious leaders. This research and development was carried out with aapproach mix method using the method (Research and Development). The stages in this research are: 1). Preliminary study, 2). Modeling 3) Modeling Tests 4) Model Validation, Data is collected through in-depth interviews, documentation, and literacy studies. then analyzed and processed by reducing data, grouping data, and interpreting the data. Data analysis was carried out descriptively. This research and development was carried out in Keerom Regency and Jayapura city which covers 3 districts in Keerom Regency which consists of 4 villages. Kampung, Yowong, Kampung Wambes, Ubiyau Village, Alang-Alang 5 Village and one district in the City of Jayapura, namely in the village of Mother Maria. All villages that were research and development locations were villages with indigenous Papuans. Research and development of this model was carried out for 9 months starting from March to November 2019. The model for implementing the basic literacy program through the involvement of village governments and religious leaders was effective. there is no non-formal education unit. This model is able to provide guidance for village governments to independently carry out basic literacy programs. The village government as the organizer of this model is expected to be able to collaborate with various village figures and officials, so that the implementation of this model can be financed independently by the village government. The Education Office / SKB / SNPF can more optimally carry out its role as a driving force and person in charge as well as monitoring and supervision so that this model can continue and achieve its goals. AbstrakBerdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) serta Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud, secara nasional masih ada sekitar 2,07 persen atau 3.387.035 jiwa (15-59 tahun) yang buta aksara. Walaupun setiap tahun angka buta aksara mengalami penurunan, namun, untuk wilayah Papua dan Papua Barat masih menjadi yang tertinggi angka buta aksaranya, Penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan dasar di provinsi Papua mengalami tantangan yang sangat berat, kondisi geografis serta ketersediaan akses layanan pendidikan menjadi masalah yang harus segera mendapatkan solusi nyata. Maka diperlukan inovasi serta strategi - strategi yang sesuai agar dapat mejawab masalah sulit akses serta kertesedian layanan Pendidikan .Untuk itu perlu melibatkan berbagai potensi dan unsur yang ada untuk dapat secara mandiri menyelenggarakan program Pendidikan keaksaraan. Secara umum Penelitian ini bertujuan untuk memperluas akses dan jangkaun layanan pendidikan kekasaraan melalui model Penyelenggaran program pendidikan keaksaraan dasar melalui pelibatan pemerintah kampung dan tokoh agama. Penelitian dan pengembangan ini dilakukan dengan pendekatan Mix methodemengunakan motode (Research and Development). Tahapan dalam penelitian ini yaitu : 1). Studi pendahuluan, 2). Penyusunan Model 3).Ujicoba Model 4).Validasi Model, Data diambil melalui wawancara mendalam, dokumentasi, serta studi literasi. kemudian dianalisis dan diolah dengan cara mereduksi data, mengelompokkan data, dan menginterpretasikan data, Analisis data dilakukan secara deskriptif. Penelitian dan pengembangan ini dilakukan di Kabupaten Keerom dan kota Jayapura yang mencakup 3 Distrik di Kabupaten Keerom yang terdiri dari 4 Kampung. kampung, Yowong, Kampung Wambes, kampung Ubiyau, Kampung Alang-alang 5 serta satu distrik di Kota jayapura yaitu di kampung Bunda Maria. Semua kampung yang menjadi lokasi penelitian dan pengembangan merupakan kampung dengan penduduk asli Papua. Penelitian dan pengembangan model ini di lakukan selama 9 bulan dimulai dari bulan Maret sampai November 2019. model penyelenggaraan program keaksaraan dasar melalui pelibatan pemerintah kampung dan tokoh agama efektif Untuk memperluas akses   penyelenggaraan Keaksaraan dasar, khusus nya daerah-daerah 3T serta daerah remot area, yang tidak terdapat satuan pendidikan Nonformal. Model ini mampu memberikan panduan bagi pemerintah kampung untuk menyelenggarakan program keaksaraan dasar secara mandiri. Pemerintah Kampung sebagai penyelenggara model ini, diharapkan bisa menjalin kerjasama dengan berbagai tokoh serta perangkat kampung, agar penyelenggaraan model ini bisa dibiayai secara mandiri oleh pemerintah kampung. Dinas Pendidikan/SKB/SNPF lebih maksimal menjalankan perannya sebagai motor penggerak dan penaggungjawab sekaligus melakukan pemantauan dan pengawasan agar model ini dapat berlajan dan mencapai tujuan.


Jurnal Akrab ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 30-41
Author(s):  
Nastiti Novitasari

Education is always related to reading activities. The ability to read is often referred to as literacy activities.  The reality in Indonesia so far is the low mastery of literacy, this is evidenced by the Program for International Student Assessment (PISA) survey. The survey in 2018 showed that for the reading / literacy competency score, Indonesia was ranked 72 out of 77 countries. To deal with this problem, many things can be applied in the education process, both from formal non-formal and informal channels.Kampung Sinau is a thematic village located in the Cemorokandang Malang City. Various learning activities are carried out in unique ways that can attract citizens, the younger generation in particular, to enrich literacy and make citizens literate, one of which is community empowerment activities. Researchers are interested in knowing how to optimize community empowerment in making generations young people with literacy skills in Kampung Sinau. The approach and type of research used by the researcher is a qualitative approach to the type of case study.  This research was conducted at the end of 2019 in Kampung Sinau, Malang City. The results of this study 1) Community participation is needed in the success of the empowerment program, 2) It takes stages to carry out community empowerment., 3) It takes collaboration and innovation to create a literate society. Suggestions from this study are that the results of this study can be used as a reference for evaluating and developing similar programs. AbstrakPendidikan selalu berkaitan erat dengan kegiatan membaca. Kegiatan ini selalu menjadi salah satu point utama yang mendukung lancarnya proses pendidikan. Kemampuan membaca sering disebut dengan kegiatan Literasi. Kenyataan yang dihadapi oleh Indonesia selama ini adalah rendahnya penguasaan literasi, dibuktikan melalui survei Programme for International Student Assessment (PISA). Survei pada tahun 2018 menunjukkan bahwa nilai kompetensi Membaca/literasi, Indonesia berada dalam peringkat 72 dari 77 negara. Kenyataan ini sangat bertentangan dengan keadaan Ideal yang seharusnya. Untuk menghadapi permasalahan, banyak hal yang dapat diterapkan dalam proses pendidikan, baik itu dari jalur formal nonformal maupun informal. Kampung sinau merupakan salah satu kampung tematik yang berada di  kawasan Cemorokandang Kota Malang. Kegiatan belajar dilaksanakan dengan unik yang dapat menarik generasi muda khususnya, agar memperkaya khasanah literasi dan menjadikannya berdaya literasi, dikemas dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam menjadikan generasi muda berdaya literasi di kampung sinau. Pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan oleh penelliti yakni pendekatan kualitatif  jenis studi kasus. Peneliti melaksanakan proses penelitan secara mendalam melalui  penelitian deskriptif kualitatif dengan jenis studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan pada akhir tahun 2019 di Kampung Sinau Kota Malang. Hasil dari penelitian ini 1) Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam keberhasilan program pemberdayaan, 2) Diperlukan tahapan-tahapan untuk melaksanakan pemberdayaan Masyarakat., 3) Diperlukan kerjasama dan inovasi untuk menciptakan masyarakat yang berdaya literasi. Saran dari Penelitian ini yakni Sebaiknya hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan untuk melakukan evaluasi dan pengembangan terhadap program serupa.


Jurnal Akrab ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 62-79
Author(s):  
Yusuf Mualo

Literacy education is an effort to empower people in general and illiterate people in particular to increase the power available to them by increasing literacy potential. Literacy is a prerequisite for acquiring other knowledge. Thus literacy learning using local wisdom will be in line with the local context, design, process and functionalization of learning outcomes.This learning model was piloted in the Kupang Regency NTB SKB, because it is one of the areas that is high in illiteracy. The purpose of this model is to describe the quality and effectiveness of the script development of basic literacy learning models based on local wisdom, and its tools in the process of learning disaster mitigation in basic literacy education.The product of this model in the form of teaching materials, learning guides, orthopedic guides, guidance of tutors, and learning outcomes assessment guidelines are then used as a reference for SKB institutions in the implementation of basic literacy learning based on local wisdom.The learning process of this model is carried out by the PNF Unit, namely UTPD SKB Kupang Regency by referring to SKL of basic literacy education which emphasizes the dimensions of attitudes, dimensions of knowledge and skills. The approach used in this learning process is the andragogical and quantum learning approach in the learning process, which is followed by 20 people per group, where the number of lesson hours in this learning process is 38 meetings, with 3 hours per meeting. AbstrakPendidikan keaksaraan merupakan upaya pemberdayaan bagi warga masyarakat pada umumnya dan penduduk buta aksara pada khususnya untuk meningkatkan daya yang ada pada mereka dengan meningkatkan potensi keaksaraan. Dimana keaksaraan merupakan prasyarat untuk memperoleh pengetahuan lainnya.  Dengan demikian dalam pembelajaran keaksaraan dengan menggunakan kearifan lokal akan selaras dengan kontek lokal, desain, proses dan fungsionalisasi dari hasil belajar. Model pembelajaran ini diujicobakan di SKB Kabupaten Kupang Provinsi NTT, karena Kupang merupakan salah satu daerah yang termasuk kategori tinggi buta aksara. Tujuan model pembelajaran ini adalah untuk mendeskripsikan kualitas dan kefektifan naskah pengembangan model pembelajaran keaksaraan dasar berbasis kearifan lokal. Adapun produk model ini berupa bahan ajar, panduan pembelajaran, panduan ortek, padanduan tutor, dan panduan penilaian hasil belajar yang  kemudian dijadikan acuan bagi satuan PNF dalam penyelenggaraan pembelajaran keaksaraan dasar berbsis kearifan lokal. Proses Pembelajaran model ini dilakukan oleh Satuan PNF yaitu UTPD SKB Kabupaten Kupang adalah mengacu pada SKL pendidikan keaksaraan dasar yang menekankan pada dimensi sikap, dimensi pengetahuan dan keterampilan, pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran ini adalah pendekatan andragogi dan quantum learning dalam proses pembelajarannya, yang diikuti sebanyak 20 orang perkelompok, dimana jumlah jam pelajaran didalam proses pembelajaran ini adalah sebanyak 38 kali pertemuan dengan 1 kali pertemuan sebanyak 3 jam pelajaran.


Jurnal Akrab ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 80-96
Author(s):  
Lilik - Sulistyowati

Multi-literacy learning is learning to maintain and improve people's literacy skills. Financial literacy learning model is needed with the Problem Based Learning (PBL)  approach. This model is compiled on the basis of the results of preliminary studies have been conducted shows learning basic literacy who obtained SUKMA, improve in literacy skills of financial sector. The public is expected to be able to understand and carry out financial transactions, not be easily tempted by illegal financial transactions, and to use the money for future needs. This paper was described: The level of validity, level of effectiveness, and result of applications of the financial literacy learning model using PBL approach. The model development method uses a quasi-experimental. The data collection instruments included: (1) questionnaires, (2) tests, (3) interviews, and (4) observations. The results of the analysis are as follows: (1) The financial literacy learning model with the PBL approach in the model trial obtained score of 80.31. Learning guides 77.21, assessment guides 75.59; and teaching materials 78.07; overall the average is 77.80, including the Good or Valid category. (2) The results of effectiveness test of model t count 17.60. Obtained t table with db 49 and confidence level of 95% 2.060 then t count> than t table so that the null hypothesis is rejected. It was found that this model is effective in improving the literacy program. (3) The results of teaching materials 75.90 or good category, application trial for educators 76.98 or good. Trials on students 76.09 or good. Testing the application of the model obtained a mean score of 76.32 or good so that the model can be applied. AbstrakPembelajaran multikeaksaraan merupakan pembelajaran yang dapat memelihara dan meningkatkan kemampuan keberaksaraan masyarakat sehingga diperlukan adanya model pembelajaran literasi keuangan dengan Pendekatan Problem Based Learning (PBL). Model ini disusun atas dasar hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan bahwa warga belajar keaksaraan dasar yang telah memperoleh SUKMA dapat meningkatkan kemampuan literasinya dalam bidang keuangan. Masyarakat diharapkan dapat mengerti dan melakukan transaksi keuangan, tidak mudah tergiur oleh transaksi keuangan yang illegal, dan memanfaatkan uangnya untuk kebutuhan mendatang. Untuk  mendeskripsikan: (1) Tingkat validitas model pembelajaran literasi keuangan dengan pendekatan PBL. (2) Tingkat efektivitas model pembelajaran literasi keuangan dengan pendekatan PBL. (3) Hasil penerapan model pembelajaran literasi keuangan dengan pendekatan PBL. Metode pengembangan model menggunakan kuasi eksperimen. Instrumen  pegumpulan data meliputi: (1) kuesioner, (2) tes, (3) wawancara, dan (4) pengamatan. Hasil analisis sebagai berikut: (1) Model pembelajaran literasi keuangan dengan pendekatan PBL dalam uji coba model diperoleh skor 80,31. Panduan pembelajaran 77,21, panduan penilaian 75,59; dan bahan ajar 78,07; secara keseluruhan rerata sebesar 77,80 termasuk kategori Baik atau Valid. (2) Hasil uji efektivitas model t hitung 17,60. Didapatkan t tabel dengan db 49 dan taraf kepercayaan 95% 2,060 maka t hitung > daripada t tabel sehingga hipotesis Nol ditolak.  Didapatkan model tersebut efektif dalam meningkatkan hasil belajar program keaksaraan. (3) Hasil uji coba penerapan bahan ajar 75,90 atau dalam kategori baik, uji coba penerapan untuk pendidik 76,98 atau kategori baik. Uji coba terhadap peserta didik 76,09 atau kategori baik. Uji coba penerapan terhadap model diperoleh rerata skor 76,32 atau kategori baik sehingga model dapat diterapkan.


Jurnal Akrab ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 20-29
Author(s):  
Heru Kurniawan ◽  
Sri Rahayu

During the Covid-19 Pandemic, children had a lot to learn from their parents because learning activities at school were carried out using a distance learning model. This situation creates many problems for parents, one of the problem is parents must have extensive knowledge and good writing literacy skill. This is where the cooperation program in writing literacy carried out by Wadas Kelir Literacy Community Purwokerto with MI Al- Falah UM East Jakarta be important solution in the field of community literacy. The writing literacy activity model for parents was developed in four interesting writing literacy activities. First, performative, carried out through conditioning reading and writing activities using language by parents through collaboration of Wadas Kelir Literacy Community and teachers of MI Al-Falah UM East Jakarta. Second, functional, conditioning parents to accustomed use written language to express their daily activity. Third, Informational, give skill for parents to access the knowledge from various sources with language and provide good reading technique in order to understand the scientific concept properly. Fourth, epistemic, provide skill in transforming  knowledge in writing so that parents can write well. AbstrakDi masa Pandemi Covid-19 ini telah mengkondisikan anak-anak untuk banyak belajar dengan orang tua, karena kegiatan belajar di sekolah dilakukan dengan model pembelajaran jarak jauh. Keadaan ini menimbulkan banyak persoalan bagi orang tua dan sekolah, salah satunya adalah persoalan komunikasi. Literasi dipandang sebagai sarana yang dapat digunakan untuk memperoleh dan mengkomunikasikan informasi. Di sinilah, program kerja sama yang dilakukan Komunitas Literasi Wadas Kelir Purwokerto dengan MI Al Falah UM Jakarta Timur menjadi solusi penting dalam mengatasi persoalan yang dihadapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kegiatan literasi orang tua selama mendampingi belajar anak di rumah. Metode penelitian yang digunakan adalah deskripsi kualitatif sebagai cara mengeksplorasi model kegiatan literasi orang tua yang dikembangkan dalam empat kegiatan literasi menulis yang menarik, yaitu (1) Performative, pengkondisikan kegiatan membaca dan menulis menggunakan bahasa yang dilakukan oleh orang tua; (2) Functional, mengkondisikan orang tua untuk terbiasa menggunakan bahasa tulis untuk mengekspresikan kegiatan sehari-harinya; (3) Informational, memberikan keterampilan pada orang tua untuk bisa mengangkes pengetahuan dari berbagai sumber dengan bahasa dan memberikan teknik-teknik cara membaca yang baik agar memahami benar konsep ilmu pengetahuan yang disajikan; (4) Epistemic, memberikan keterampilan dalam mentransformasi pengetahuan dalam tulisan sehingga orang tua bisa menulis dengan baik. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara terprogram terhadap orang tua dan dokumentasi berupa tulisan, foto, dan video. Hasil penelitian menunjukkan literasi orang tua mengalami peningkatan setelah melalui pendampingan kegiatan literasi pihak sekolah dan Komunitas Literasi Wadas Kelir. Hal ini dibuktikan dengan orang tua mampu menuliskan pengalamannya selama mendampingi belajar anak dan hasilnya dibukukan.


Jurnal Akrab ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 10-19
Author(s):  
Nani Sintiawati

Indonesia is one of the countries affected by the Covid-19 outbreak. The government’s policy regarding Large-Scale Social Restrictions (PSBB) has an impact on various sectors in Indonesia, be it the economic, entertainment, religious and educational sectors. The need to understand the use of digital media in society greatly determines the mindset of society in dealing with this pandemic. Educational activities that were stopped during the pandemic were transformed into online learning using digital media. Ease of accessing all information can be obtained through several applications in gadgets in people’s lives, but not all people take advantage of these opportunities positively. The purpose of this study was to determine people’s behavior in using digital media during the Covid-19 pandemic. The research method used is the literature review method based on literature exploration from the results of previous studies. These literatures are in the form of books, survey results, online media, and national research articles. The research results reveal that there have been major changes in people’s behavior in several aspects. The change comes from one’s own initiative as well as an appeal or order from the competent authority. In addition, the pandemic affects the mental and psychological health of the community. Media has always been a social institution, during this pandemic, learning can be carried out using various platforms, both in the form of a learning management system and in the form of video conferencing so that parents and teachers are required to have digital literacy skills. The conclusion of the study is that the use of digital media greatly affects people’s behavior, besides that the ability to use digital media is needed by the community as a digital literacy effort during the Covid-19 pandemic. AbstrakIndonesia termasuk salah satu negara yang terkena dampak wabah covid-19. Kebijakan pemerintah mengenai PSBB memberikan dampak terhadap berbagai sektor di Indonesia, baik itu sector ekonomi, hiburan, keagamaan dan pendidikan. Perlunya pemahaman literasi digital di masyarakat sangat menentukan pola pikir masyarakat dalam menghadapi pandemic ini. Kegiatan pendidikan yang dihentikan selama masa pandemi ini, dirubah dalam bentuk pembelajaran daring dengan memanfaatkan media digital. Kemudahan mengakses segala informasi dapat didapatkan melalui beberapa aplikasi dalam gadget di kehidupan masyarakat, namun tidak semua masyarakat memanfaatkan peluang tersebut secara posisitif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peranan literasi digital dalam kehidupan masyarakat di masa pandemic covid-19.metode penelitian yang dipakai adalah metode deskripstif mellaui pendekatan kualitatif fenomenologi, penelitian ini dilakukan selama masa beberapa bulan setelah adaptasi kebiasaan baru. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kebiasaan masyarakat di masa pandemic covid-19 adalah mayoritas melakukan hal yang sama yaitu memesan makanan, berbelanja secara online, juga sering berolahraga dan memulai berkebun. Kemudian keluarga menjadi tolak ukur keberhasilan meningkatkan literasi digital untuk anggota keluarganya dengan memanfaatkan akses internet melalui media digital secara bijak. Selain itu keluarga memiliki tanggungjawab memotivasi anggota keluarga untuk menggali bahan bacaan secara digital dan tidak terjebak dalam penyebaran informasi yang tidak benar. Kesimpulan penelitian ialah literasi digital sangat berperan dalam kehidupan masyarakat pada masa pandemic covid-19.


Jurnal Akrab ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 52-61
Author(s):  
Ni Kadek Ayu Rinawati

Non-formal education is community education services that purposes to alternate, to add and to complete formal education in order to support life long education program. Functional literacy program becomes one of education program that promoted by Indonesian government which aimed to facilitate illiterate community to possess functional literacy skill, namely: reading, writing, able to calculating numbers and able to speak with national language, that is Bahasa Indonesia, whereas we know that Indonesia is rich with many islands with different languages and cultures. Moreover, the main purpose of this program is to accommodate illiterate community in expanding their knowledge and skill as well as accustom them to utilize natural resources from the surroundings for their life. This study aimed to analyze learners’ motivation with learning strategy, namely numbers card. This study is investigated by using descriptive qualitative method. The object of the study is 1 instructur and 10 learners in PKBM Dharma Sedana Santhi located in Karangasem Regency, Province of Bali. The result shows that learners motivate to learn number or numerical due to numbers card uses in the learning process. The learning athmosphere becomes more interesting, fun and easier for learners to understand the material. Furthermore, learners could work collaboratively to solve a problem in group. AbstrakPendidikan non-formal adalah layanan pendidikan maysarakat yang difungsikan sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung program pendidikan sepanjang hayat (life long education) oleh pemerintah.Program keaksaraan fungsional menjadi salah satu program yang diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia dengan tujuan untuk memfasilitasi masyarakat yang buta aksara agar memiliki kecakapan literasi dasar yakni, membaca, menulis, berhitung dan mampu berbahasa Indonesia. Selain itu, tujuan utama program keaksaraan fungsional ini adalah sebagai wadah bagi masyarakat dalam mengembangkan keterampilan dan pengetahuan serta membelajarkan warga belajar memanfaatkan sumber daya alam sekitar guna meningkatkan taraf hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar warga belajar keaksaraan fungsional dalam belajar mengenal angka dengan bermain kartu angka. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik observasi dan wawancara. Objek penelitian ini adalah 1 orang tutor dan 10 orang warga belajar program keaksaraan fungsional di PKBM Dharma Sedana Santhi Kabupaten Karangasem – Provinsi Bali. Hasil dari penelitian kualitatif ini menunjukkan bahwa dengan bermain kartu dalam belajar angka mampu menumbuhkan motivasi belajar warga belajar. Proses belajar mengajar menjadi lebih menarik, menyenangkan dan memudahkan warga belajar untuk memahami materi yang disampaikan oleh tutor. Selain itu, warga belajar mampu bekerjasama dalam kelompok dalam menyelesaikan instruksi kelompok.


Jurnal Akrab ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 42-51
Author(s):  
Muhamad Affandi ◽  
Cecep Suryana

Keberhasilan Indonesia dalam meningkatkan jumlah penduduk melek aksara bukan berarti membebaskan Indonesia dari jerat persoalan buta aksara. Karakteristik penduduk buta aksara yang tersisa merupakan kelompok yang sangat sulit diberaksarakan. Persoalan buta aksara sangat terkait dengan kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan penduduk suatu negara dan negara yang bersangkutan. Atas dasar tersebut, pemerintah mengeluarkan berbagai program untuk memelihara keberaksaraan masyarakat. Satu diantara program tersebut ialah hadirnya program Kampung Literasi. Kampung literasi merupakan kawasan kampung yang digunakan untuk mewujudkan masyarakat melek literasi baca tulis, literasi berhitung, literasi sains, literasi keuangan, literasi teknologi informasi dan komunikasi, dan literasi kewarganegaraan dan budaya serta literasi lain sesuai dengan kondisi masyarakat setempat agar memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas. Sebagai salah satu kebijakan strategis pada lingkup pendidikan masyarakat yang sudah berjalan selama 5 tahun, Kampung Literasi sangat menarik untuk dikaji dan dianalisis baik eksistensinya, produktivitas/efektifitas serta manfaatnya terutama bagi pengembangan program pendidikan dan pelatihan, kehidupan sosial budaya serta pengembangan masyarakat secara menyeluruh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi. Pemilihan metode ini didasari oleh fokus permasalahan penelitian yang berkaitan erat dengan fenomena sosial. Melalui penelitian ini, dapat dinyatakan bahwa meskipun sebagian berada di daerah yang tidak didukung oleh potensi yang memadai, namun keberadaan kampung literasi ternyata tetap mampu menyediakan berbagai layanan yang inovatif dalam rangka peningkatan keberaksaraan untuk memberdayakan  masyarakat melalui penyediaan berbagai layanan pada program kampung literasi terfokus pada pemberdayaan masyarakat dengan berbasis pada penguasaan enam literasi dasar, yaitu literasi baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan. [Indonesia's success in increasing the number of literate population does not mean freeing Indonesia from the trap of illiteracy. The remaining illiterate characteristics of the group are very difficult to literate. The problem of illiteracy is closely related to ignorance, poverty, underdevelopment, and the powerlessness of the population of a country and the country concerned. On this basis, the government has issued various programs to maintain community literacy. One of these programs is the presence of the Literacy Village program. A literacy village is a village area that is used to create literacy, literacy, numeracy, scientific literacy, financial literacy, information and communication technology literacy, and civic and cultural literacy and other literacy in accordance with the conditions of the local community so that they have more knowledge and understanding. As one of the strategic policies in the scope of community education that has been running for 5 years, Literasi Village is very interesting to study and analyze both its existence, productivity/effectiveness and its benefits, especially for the development of education and training programs, socio-cultural life and community development as a whole. This study uses a qualitative approach with phenomenological methods. The choice of this method is based on the focus of research problems which are closely related to social phenomena. Through this research, it can be stated that even though some of them are in areas that are not supported by adequate potential, the existence of literacy villages is still able to provide various innovative services in order to increase literacy to empower communities through the provision of various services in the literacy village program focused on empowerment. society based on mastery of six basic literacies, namely literacy in reading and writing, numeracy, science, digital, finance, as well as culture and citizenship.]


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document