SHAMAYIM: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

16
(FIVE YEARS 16)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Sekolah Tinggi Teologi Yerusalem Baru Manado

2746-9026, 2774-4477

2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 62-74
Author(s):  
Ya’aman Gulo ◽  
Talizaro Tafonao ◽  
Rita Evimalinda

Abstract: The purpose of writing this article is to explain learning strategies that are relevant in the 5.0 era of society in learning Christian religious education. The author observes that the learning strategy is a means to achieve the learning objectives that have been set. Because one of the challenges faced by teachers today is the development of technology. The era of society 5.0 demands a teacher to be more creative, innovative and informative. That's why, the author reviews this paper to provide some tricks and tips so that teachers are able to compete and use appropriate learning strategies in the era of society 5.0. The method used in this study is a descriptive qualitative research method by examining the learning strategies of Christian religious education in the era of society 5.0. The method used in this study is a descriptive qualitative research method by examining the learning strategies of Christian religious education in the era of society 5.0. The results obtained in this study show that one of the learning strategies for Christian religious education in the era of society 5.0 that are still relevant are participatory strategies, inquiry strategies, discovery learning strategies, cooperative strategies, and blended learning strategies. Thus, the era of society 5.0 is a community concept that was developed to apply and balance the use of technology in everyday life so that access occurs in virtual space and physical space to solve social problems in order to create super smart humans.Abstrak: Tujuan penulisan artikel ini adalah menjelaskan strategi pembelajaran yang relevan di era society 5.0 dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Penulis mengamati bahwa strategi pembelajaran merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Karena salah satu tantangan yang dihadapi oleh guru saat ini adalah perkembangan teknologi. Era society 5.0 menuntut seorang guru untuk lebih kreatif, inovatif dan informatif. Oleh karena itu, penulis mengkaji tulisan ini untuk memberi beberapa trik dan tips agar guru-guru mampu bersaing dan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat di era society 5.0. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan mengkaji strategi pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di era society 5.0. Hasil yang dapatkan dalam kajian ini menunjukan bahwa salah satu strategi pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di era society 5.0 yang masih relevan adalah strategi partisipatif, strategi inkuiri, strategi discovery learning, strategi koorperatif, dan strategi blended learning. Dengan demikian  bahwa era society 5.0 adalah sebuah konsep masyarakat yang dikembangkan untuk mengaplikasikan dan menyeimbangkan penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari sehingga terjadinya akses dalam ruang virtual dan ruang fisik untuk memecahkan masalah sosial agar terciptanya manusia yang super smart.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 75-83
Author(s):  
Tjandra Munanto ◽  
Yanto Paulus Hermanto ◽  
Juliana Hindrajat

Abstract: The church as a non-profit organization has a vision and mission related to effective fund management. Considering recent developments where the church is being challenged to face various world problems such as natural disasters, economic crises, pandemics, lack of funds, world inflation, the church must find a way out so that all the main activities of the church can run well. One of the most important factors in managing church funds is how the church can find alternative sources of income so that church funds do not depend solely on the congregation's love offerings and the congregation's tithe which tends to be increasingly uncertain in number. To answer the research problem, the author uses a qualitative research approach and through excavation of Luke 19:12-27. The purpose of this research is to provide a way out for churches in managing church funds. From the results of this study obtained a biblical method of investment, effective and low risk level.Abstrak: Gereja sebagai organisasi non-profit memiliki visi dan misi yang berkaitan dengan pengelolaan dana yang efektif. Mengingat perkembangan akhir-akhir ini dimana gereja ditantang menghadapi berbagai permasalahan dunia seperti bencana alam, krisis ekonomi, pandemi, kekurangan dana, inflasi dunia, maka gereja harus mencari jalan keluar agar seluruh kegiatan utama gereja dapat berjalan dengan baik. Salah satu faktor yang terpenting dalam mengelola dana gereja adalah bagaimana gereja dapat mencari sumber pendapatan alternatif agar dana gereja tidak semata-mata tergantung kepada persembahan kasih jemaat dan persepuluhan jemaat yang cenderung makin tidak menentu jumlahnya. Untuk menjawab permasalah penelitian maka penulis menggunakan pendekatan penetian kualitatif dan melalui penggalian terhadap Lukas 19:12-27. Tujuan penelitian ini untuk memberikan jalan keluar  bagi gereja-gereja dalam mengelola dana gereja. Dari hasil penelitian ini diperoleh cara inestasi yang alkitabiah, efektif dan tingkat resiko yang rendah.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 50-61
Author(s):  
Ni Gusti Ayu ◽  
Addy Purnomo Lado ◽  
Evani April Sinurat

Abstract: The fundamental understanding of religion positions its adherents in a closed attitude to dialogue. Descartes opposed the fundamental understanding of a truth, because for him every truth could be doubted. Departing from Descartes' thought, many people use Descartes' method of doubt as a basis for arguments against religious fundamentalism. By using the library method, the author utilizes the relevant literature to process various information that can be used as study material. In relation to Christian Religious Education (PAK), doubt contributes to encouraging students to think critically and to realize a dialogical learning process. Thus, the act of doubting does not need to be feared or avoided, but rather as a very human thought process to find the ultimate truth.Abstrak: Pemahaman agama yang fundamental memposisikan penganutnya pada sikap tertutup akan dialog. Descartes menentang pemahaman fundamental tentang suatu kebenaran, karena baginya setiap kebenaran dapat diragukan. Berangkat dari pemikiran Descartes, banyak orang menggunakan metode keraguan Descartes sebagai dasar argumen menentang fundamentalisme agama. Dengan menggunakan metode kepustakaan, penulis memanfaatkan literatur yang relevan untuk mengolah berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan kajian. Dalam kaitannya dengan Pendidikan Agama Kristen (PAK),  keraguan memberikan sumbangsih untuk mendorong siswa berpikir kritis dan mewujudkan proses belajar yang dialogis. Dengan demikian, tindakan meragu tidak perlu ditakuti atau dihindari, melainkan sebagai sebuah proses berpikir yang sangat manusiawi untuk menemukan kebenaran yang hakiki. 


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 24-36
Author(s):  
Anggi Maringan Hasiholan

Abstract: Surviving under challenging situations and suffering is a natural act for someone who has hope. Because if not, then suicide is the chosen path. The Covid-19 pandemic to date has caused suffering for humans in all aspects throughout the world, predominantly in Asian countries. The question of how to deal with suffering and the implementation of salvation today is relevant for discussion. This article aims to reveal the particular way Asian people, according to Gemma Tulud Cruz's perspective in deal with suffering. The method used is qualitative exploratory with a focus on disclosing the thoughts of Gemma Tulud Cruz. The results show that Asian ways to survive are silence, humor, laughter, community storytelling, singing, and dancing. This can apply to a community that not bound by religion, ethnicity, and race. Of course, the main thing is faith and hope in the person of Jesus. This characteristic can be correlated with the context of survival in Indonesia in the face of suffering due to the COVID-19 pandemic.Abstrak: Bertahan hidup dalam situasi sulit dan penderitaan adalah tindakan wajar yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki pengharapan. Sebab jika tidak, maka bunuh diri adalah jalan yang dipilih. Pandemi covid-19 hingga saat ini melahirkan penderitaan bagi manusia dalam segala aspek di seluruh dunia, khususnya negara-negara Asia. Pertanyaan bagaimana menghadapi penderitaan itu dan implementasi keselamatan di masa kini menjadi relevan untuk didiskusikan. Artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan cara khusus orang Asia menurut perspektif Gemma Tulud Cruz dalam menghadapi penderitaan. Metode yang digunakan adalah kualitatif eksploratif dengan fokus pengungkapan pemikiran Gemma Tulud Cruz. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekhususan dari cara orang Asia untuk bertahan hidup adalah dengan berdiam, humor dan tertawa, bercerita dalam komunitas, bernyanyi dan menari. Hal tersebut dilakukan dalam komunitas yang tidak tersekat agama, suku, dan ras. Tentu yang utama adalah iman dan pengharapan kepada pribadi Yesus. Ciri khas ini dapat dikorelasikan dengan konteks bertahan hidup di Indonesia dalam menghadapi penderitaan akibat pandemi covid-19.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 37-49
Author(s):  
Daniel Ataupah ◽  
Alvin Hendrik ◽  
Stimson Hutagalung ◽  
Rolyana Ferinia

Abstract: Covid-19 is a disease outbreak with terrible effects, where it can cause death. In this case the body will form an immune system to fight the incoming virus. One thing that will affect the immune system is anxiety. So the focus and purpose of the researcher is to show the relationship between anxiety and covid-19 based on the quote of the Lord Jesus in Luke. 21:26. A qualitative method with literature study and hermeneutics will be used in this paper. As a result, fear and anxiety are currently being experienced by everyone because of the covid-19 pandemic which can be interpreted as a pestilence and as a sign of the end of time. Although this is not a sign of the end times that can be measured with certainty, it is psychologically and emotionally disturbed and exacerbated by the news that is presented on the internet and social media in excess.Abstrak: Covid-19 merupakan sebuah wabah penyakit dengan efek yang mengerikan, di mana hal ini dapat menyebabkan kematian. Dalam hal ini tubuh akan membentuk sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus yang masuk. Satu hal yang mempengaruhi akan sistem kerja kekebalan tubuh adalah kecemasan. Maka fokus dan tujuan dari peneliti fokusnya ingin menunjukkan korelasi antara kecemasan dengan covid-19 berdasarkan perkataan Tuhan Yesus dalam Luk. 21:26. Sebuah metode kualitatif dengan teknik studi pustaka dan hermeneutika akan dipergunakan dalam penulisan ini. Hasilnya, ketakutan dan kecemasan saat ini sedang dialami oleh setiap orang karena pandemi covid-19 yang dapat diinterpretasikan sebagai penyakit sampar dan sebagai tanda akhir zaman. Meskipun ini bukanlah tanda akhir zaman yang dapat diukur kepastiannya, tetapi memang secara psikologis dan emosional pikiran manusia menjadi terganggu dan diperparah dengan berita-berita yang disajikan di internet dan media sosial secara berlebihan.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 14-23
Author(s):  
Leti Yulita Samai ◽  
Hendi Hendi

Abstract: The doctrine of the personal personality of Jesus Christ is still controversial today. Jesus Christ is the central figure and has the highest authority in Christianity, Jesus Christ is trusted by Christians because He is the Savior of all mankind, the proof that He is the Savior is through the Incarnation of the divine nature taking Mary's human nature so that Jesus Christ has two natures in His person namely, divine and human, the nature of Jesus is distinguishable but inseparable. However, a Christian figure in the fifth century, Nestorius, gave the opinion that Jesus Christ had separate divine and human natures in two distinct persons. It was Nestorius's teaching that became a major debate and rejection by Church fathers such as Cyril of Alexandria and rejected Nestorius's teaching in the Church. The author uses the method of text analysis or exegesis from Hebrews 4:12-14 which includes syntactic and semantic analysis, the semantic content will be analyzed by interacting with other texts such as the Bible and the writings of the Church Fathers. :12-14 to make comparisons with the teachings of Nestorius. Based on the results of the research in Hebrews 4:12-14 and the opinion of the church fathers, it shows that Nestorius' teaching is heresy and should not be accepted in the Church. Jesus Christ is fully God and human because in Him there are two natures or natures, namely divine and human and these two natures cannot be separated in two different persons, if the person of Jesus can be separated then He cannot die, rise and save all mankind and it is useless to believe in Him.Abstrak: Doktrin tentang personalitas pribadi Yesus Kristus masih menjadi kontroversi sampai zaman sekarang. Yesus Kristus adalah tokoh sentral dan memiliki otoritas tertinggi dalam Kekristenan, Yesus Kristus dipercaya oleh umat Kristiani karena Dia adalah Juruselamat bagi seluruh manusia, bukti bahwa Ia adalah Juruselamat yaitu melalui Inkarnasi natur keilahian menggambil natur kemanusiaan Maria sehingga Yesus Kristus memiliki dua natur dalam pribadi-Nya yaitu ilahi dan manusiawi, natur Yesus dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Namun tokoh Kekristenan pada abad ke-lima yaitu Nestorius memberikan pendapat bahwa Yesus Kristus memiliki natur ilahi dan manusiawi yang terpisah dalam dua pribadi yang berbeda. Pengajaran Nestorius inilah yang menjadi perdebatan besar dan penolakan yang dilakukan oleh para bapa Gereja seperti Cyril dari Alexandria dan menolak pengajaran Nestorius dalam Gereja. Penulis menggunakan Metode analisis teks atau eksegesis dari surat Ibrani 4:12-14 yang mencangkup analisis sintaksis dan semantis, isi semantis akan dianalisis dengan berinteraksi pada teks-teks lain seperti Alkitab dan tulisan para Bapa Gereja, Selanjutnya Penulis juga mengambil hasil teks eksegesis Ibrani 4:12-14 untuk menjadikan bahan perbandingan dengan ajaran Nestorius. Berdasarkan Hasil penelitian Ibrani 4:12-14 dan pendapat para bapa Gereja menunjukan bahwa pengajaran Nestorius adalah bidah dan tidak sepantasnya diterima dalam Gereja. Yesus Kristus sepenuhnya Allah dan manusia karena dalam diri-Nya terdapat kedua natur atau kodrat yaitu ilahi dan manusiawi dan kedua natur ini tidak dapat dipisahkan dalam dua pribadi yang berbeda, jika pribadi Yesus dapat dipisahkan maka Dia tidak dapat mati bangkit dan menyelamatkan seluruh umat manusia dan sia-sialah beriman kepada-Nya.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 1-13
Author(s):  
Grace Emilia

Abstract: This article explores the views on woman by comparing Greek-rooted thoughts prevailed upon the the Greek, Romans, and Jewish antiquities with Jesus Christ’s perspective, especially those written in the Synoptic Gospel and the Gospel of John. This study uses the multimethod research to gain a more thorough understanding about the issue. The integrative literature review is used to get insight on Greek philosophy’s perspective on woman and its influences on the thoughts existed in the Romans and Jewish antiquities. Meanwhile, the narrative-analysis method is used to gain understanding about Jesus Christ’s perspective on woman. This study concludes that the Son of God opposes various Greek-rooted thoughts on woman and shows that woman is God’s worthy creature and the heir of His promises for humanity.Abstrak: Tulisan ini menelaah pandangan tentang perempuan melalui komparasi antara perspektif yang berakar dari pemikiran Yunani yang terdapat di tengah masyarakat Yunani, Romawi dan Yahudi kuno dengan pandangan Yesus Kristus tentang perempuan yang terdapat di Injil Sinoptik dan kitab Yohanes. Digunakan cara penelitian multi-metode dalam kajian ini untuk mendapatkan pemahaman yang lebih menyeluruh tentang isu ini. Metode studi pustaka dengan pendekatan integratif digunakan untuk menelaah perspektif terhadap perempuan dalam pemikiran Yunani kuno dan pengaruhnya pada pemikiran Romawi dan Yahudi kuno. Sementara itu, metode analisis naratif digunakan untuk melihat pandangan Yesus Kristus tentang perempuan yang terdapat di Injil Sinoptik dan kitab Yohanes. Dari penelaahan ini disimpulkan bahwa Sang Anak Allah menentang berbagai pemikiran yang berakar dari filsafat Yunani dan justru menunjukan bahwa perempuan adalah ciptaan Allah yang berharga dan merupakan pewaris janji-janji-Nya bagi umat manusia. 


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 92-106
Author(s):  
Yonatan Alex Arifianto ◽  
Reni Triposa ◽  
Daniel Supriyadi

AbstractSpiritual growth to be a blessing and influence and impact on others cannot be separated from the challenges of life. And it is part of the believer's role to be able to color and make himself a useful person. Yet the church and the believers experienced divisions that created conflict and contention so that the church could not speak or give anything to a divided, corrupted world. With the background of the problem, the author uses a library research method with a descriptive quantitative approach. So the author concludes that the role of believers as the salt of the world in Matthew 5:13, in the midst of an era of disruption, is the first Christianity that does not become tasteless. Second, Christianity must function like salt and third, Christianity must glorify God in its life. By applying to all believers, the role of Christians as the salt of the earth has an impact.Key words: Salt Of The World, Believers, The Role Of Christianity AbstrakPertumbuhan rohani untuk menjadi berkat dan pengaruh serta berdampak bagi sesama tidak lepas dari tantangan kehidupan. Dan hal itu sebagai bagian peran orang percaya untuk dapat mewarnai dan menjadikan dirinya sebagai orang yang berguna. Namun gereja dan orang percaya mengalami perpecahan yang menimbulkan konflik dan pertengkaran sehingga gereja tidak bisa berbicara atau memberikan apa-apa kepada dunia yang terpecah, rusak. Dengan latar belakang permasalahan, penulis menggunakan metode penelitian pustaka dengan pendekatan kuantitatif deskriptif. Maka penulis dengan mendapatkan kesimpulan bahwa   peran orang percaya sebagai garam dunia dalam Matius 5: 13, ditengah era disrupsi adalah pertama kekristenan yang tidak menjadi tawar. Kedua Kekristenan harus berfungsi seperti garam dan yang ketiga, Kekristenan harus memuliakan Tuhan dalam hidupnya. Dengan mengaplikasikan bagi semua orang percaya peran orang kristen sebagai garam dunia yang berdampak.Kata kunci: Garam Dunia, Orang Percaya, Peran Kekristenan 


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 78-91
Author(s):  
Sartika Pa’indu ◽  
Rida Sinaga ◽  
Frets Keriapy

AbstractEarly Childhood Education (PAUD), can be used to explore children's intelligence. One of them is visual-spatial intelligence. Visual-spatial intelligence is important for children because visual-spatial intelligence enables children to learn visually and generate ideas. Children can think in concept (holistically) to understand something. To develop visual-spatial intelligence in children, the center block is one of the tools that can be used to develop it. Through the block center children can be taught to recognize the shape, color and size of the blocks. Block center was chosen because children love building designing games. Through designing and constructing a building such as a house, palace and other forms, it is hoped that the visual-spatial intelligence of children can develop. The method used in this research is the library research method, namely the form of research carried out through research report books, journals and other documents. In the beam center there are various geometric shapes in various sizes, some are colored and some are plain. In playing blocks, there are eleven stages, from simple to complex building. To be able to make children creative, teachers need to provide adequate support, opportunities, times, and facilities. The results of research on block center can be said to improve visual-spatial intelligence. Because the block center contributes to the improvement of visual-spatial intelligence. It can be seen from the conclusions of the research results that when children play in a block center with adequate support, opportunity, time, and facilities provided by the teacher to children, it can improve children's visual-spatial intelligence with the characteristics of a visually-spatial intelligent child having advantages. such as: children quickly understand the explanation from the teacher related to the building to be made, children can do more than the teacher's orders, children can mix colors well, children build beautifully, neatly and vary and children enjoy doing and enjoying playing blocks.Key words: Visual-Spatial Intelligence, Block Center, Teacher AbstrakPendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dapat digunakan untuk menggali kecerdasan yang dimiliki anak. Salah satunya adalah kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan visual-spasial penting dimiliki anak karena kecerdasan visual- spasial membuat anak dapat belajar secara visual dan memunculkan ide-ide. Anak dapat berfikir secara konsep (holistik) untuk memahami sesuatu. Untuk mengembangkan kecerdasan visual-spasial pada anak, sentra balok merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk mengembangkannya. Melalui sentra balok anak dapat diajarkan mengenal bentuk, warna serta ukuran dari balok tersebut. Sentra balok dipilih karena anak-anak menyukai permainan merancang bangunan. Melalui merancang dan membangun sebuah bangunan seperti rumah, istana dan bentuk lainnya diharapkan dapat mengembangkan kecerdasan visual-spasial pada anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan yaitu bentuk penelitian yang dilakukan melalui buku laporan penelitian, jurnal Di sentra balok terdapat berbagai bentuk geometri dalam berbagai ukuran ada yang berwarna dan ada yang polos. Dalam bermain balok ada sebelas tahapan, mulai dari sederhana sampai membangun secara komplek. Untuk dapat membuat anak menjadi kreatif maka guru perlu memberikan dukungan, kesempatan, waktu, serta sarana yang memadai. Hasil penelitian mengenai sentra balok dapat dikatakan meningkatkan kecerdasan visual-spasial. Karena sentra balok memberikan kontribusi terhadap peningkatan kecerdasan visual-spasial. Dapat dilihat dari kesimpulan hasil penelitian bahwa pada saat anak bermain di sentra balok dengan dukungan, kesempatan, waktu, serta sarana yang memadai yang diberikan guru kepada anak dapat meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak dengan ciri-ciri anak yang cerdas secara visual-spasial  memiliki kelebihan seperti : anak cepat memahami penjelasan dari guru yang berhubungan dengan bangunan yang akan dibuat, anak dapat melakukan lebih dari perintah guru, anak dapat memadukan warna dengan baik, anak membangun dengan indah, rapi dan bervariasi dan anak senang melakukan serta menikmati bermain balok.Kata kunci: Kecerdasan Visual-Spasial, Sentra Balok, Guru 


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 29-44
Author(s):  
Semuel Ruddy Angkouw ◽  
Simon Simon

AbstractParents who are given a mandate by God to be the main spiritual educators for their children. The purpose of God is to encourage parents as the main spiritual educators for their children, so that their children will experience spiritual growth in their faith in Him. This paper discusses the role of parents in Christian religious education on children's spiritual growth. The method used in this writing is a quantitative method with a questionnaire approach accompanied by descriptions of the answers of the respondents to the questionnaires that were distributed. The findings of this study are the respondents, in this case the church Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Glenmore Kabupaten Banyuwangi, carry out its role as a parent in cultivating Christian values for the spiritual growth of children although not significantly overall.Key words: Spiritual Growth, Congregation, Christian Education. AbstrakOrang tua diberikan mandat oleh Allah untuk menjadi tenaga pendidik kerohanian yang utama bagi anak-anaknya. Tujuan Allah menghimbau orang tua sebagai pendidik kerohanian utama bagi anak, agar kerohanian anak mengalami pertumbuhan secara iman kepada-Nya. Tulisan ini membahas tentang peran orang tua dalam pendidikan agama Kristen terhadap pertumbuhan kerohanian anak. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan angket disertai pendeskrifsian jawaban para responden atas angket yang dibagikan. Temuan dari penelitian ini adalah para respoden dalam hal ini jemaat Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Glenmore Kabupaten Banyuwangi, melaksanakan perannya sebagai orang tua dalam penanaman nilai-nilai kekristenan untuk pertumbuhan kerohanian anak walau tidak secara signifikan secara keseluruhan.Kata kunci: Pertumbuhan Rohani, Jemaat, Pendidikan Agama Kristen


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document