Jurnal Planologi
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

78
(FIVE YEARS 64)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Universitas Islam Sultan Agung

2615-5257, 1829-9172

2021 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 143
Author(s):  
Annisa Mu'awanah Sukmawati ◽  
Puji Utomo

Bantul Regency is a district in Yogyakarta Province which has geographic, geological, hydrological, and demographic characteristics that are likely to cause drought. Drought event in Bantul Regency may have significant impacts on various aspects in line with the characteristics of drought impacts which are complex and cross-sectoral. This study addresses to analyze the level of risk of drought with observation units in 75 villages in the Bantul Regency. The risk analysis was carried out by comparing the time period of the 10 years, i.e. 2008 and 2018 to observe the shift of risk areas of drought in Bantul Regency. The research was conducted using quantitative research methods with quantitative descriptive and mapping analysis. The analysis steps are drought hazard analysis, vulnerability analysis, and drought risk analysis. The analysis shows that during the last 10 years, Kabupaten Bantul has been experiencing an increasing number of villages classified as high risk of drought, both in urban and rural areas. In 2008 there were 15 villages (20%) and increased to 21 villages (28%) in 2018 that were classified as very very high level. Meanwhile, in 2008 there were 30 villages (40%) in 2008 and increased to 32 villages (42.7%) in 2018 that were classified as very high level. It caused by the increasing probability of drought as well as vulnerability. The analysis results can be used as input for stakeholders to take mitigation and anticipation actions to reduce the impact of drought based on the spatial characteristics of the risk areas.


2021 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 242
Author(s):  
Khabib Royani ◽  
Linda Dwi Rohmadiani

Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik merupakan ruang yang memiliki fungsi ekologis dalam proses pembangunan sebuah kota. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 mengamanatlan bahwa proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik suatu kota paling sedikit 20% dari luas wilayah kota. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kebutuhan luas RTH Publik dan arahan pemenuhan kebutuhan RTH Publik berdasarkan lokasi. Metode penelitian yang digunakan metode campuran dengan teknik analisis evaluatif dan overlay intersect dengan GIS. Metode pengumpulan data dengan cara survey instansi, dokumentasi dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan penambahan RTH Publik berdasarkan luas wilayah seluas 840,53 ha, berdasarkan jumlah penduduk seluas 210,12 ha, berdasarkan kebutuhan oksigen seluas 535,79 ha dan berdasarkan kebutuhan air seluas 486,18 ha. Arahan pemenuhan kebutuhan RTH Publik Kota Probolinggo dengan cara pemanfaatan tanah aset pemerintah kota seluas 223,80 ha, dan kekurangannya dengan melakukan pembelian tanah masyarakat  Tanah aset merupakan prioritas utama untuk pemenuhan kebutuhan RTH Publik di Kota Probolinggo.


2021 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 177
Author(s):  
Nana Novita Pratiwi

Sekida Village as a Creative Tourism Village is an embryo for the community's economic development. The Creative Tourism Village has provided a space for participation for the community through various activities. Thus, this study aims to determine forms of community participation in supporting the development of the Creative Tourism Village in Sekida Village. The research approach used is phenomenological with qualitative descriptive method. The research stages consisted of data collection, data reduction, data presentation and drawing conclusions. The results of the analysis concluded that the largest form of community participation was manpower and expertise with a percentage of 82% and 72%, respectively. Based on their characteristics, the people who are dominant in contributing to supporting the development of the Creative Tourism Village through their participation are the older adults with an elementary education level.Keywords: Community Participation, Creative Tourism Village, Sekida Village.


2021 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 213
Author(s):  
Jamilla kautsary Kautsary ◽  
Boby Rahman ◽  
Salmaa Shafira

Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan keberadaannya sangat penting tidak hanya dari sisi estetik, dan ekologis, tetapi juga secara sosial dan ekonomi. Keberadaan ruang ini, menjadi sangat langka dan sulit untuk dipenuhi, akibat kurangnya langkanya lahan di perkotaan. Upaya pemenuhan RTH secara umum hanya didasarkan pada pertimbangan pemenuhan angka 30% luas perkotaan dengan perincian 20%  publik dan 10% RTH privat, tanpa melihat detailnya sesuai dengan pedoman teknis yang berlaku di Indonesia. Kajian potensi RTH sempadan sungai ini berlokasi di Kota Semarang, dengan pendekatan perhitungan terinci sesuai standar Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008. Identifikasi luasan dibantu dengan alat analisis GIS yang di triangulasikan dengan data primer dan sekunder. Hasil perhitungan yang menunjukkan ada potensi yang cukup besar untuk RTH sempadan sungai sebesar 11,95% (dari yang seharusnya 1,5% bersama RTH fungsi tertentu lainnya). Potensi kelebihan ini sebagian tentu bisa dimanfaatkan untuk pemenuhan RTH taman kota yang saat ini capaiannya rata-rata hanya sebesar 3,776% dari 12,5% yang di tentukan.


2021 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 226
Author(s):  
Enni Lindia Mayona

ABSTRACTCity growth that continues to occur is unavoidable and affects the environment, so an ecological approach is needed to overcome it. One of the city concepts that has developed along with the historical perspective of urban ecology is the ecological city (ecocity). In the development of ecocity in several countries that carry the theme of sustainability city, both practice and concept do not explain the "process" to achieve the city's environmental sustainability goals. The purpose of this paper is to examine the theoretical position of the ecological city concept within the framework of urban ecology and sustainable cities. The method used is a literature review based on the development of the concept of ecocity, urban ecology and sustainable city. Based on the results of the study, it shows that in the urban ecology approach, ecocity can be concluded as a concept that balances the city's metabolism (ecology of cities) through the independence of the structure and function of the ecosystem where humans play a role in determining the process of adaptation and urban development. In the concept of a sustainable city along with the development of eco-form which represents ecological considerations in urban and community spaces, it shows that urban form is one of the elements that can be intervened in achieving sustainable city goals. Ecocity as an eco-form is in the challenge of conflict between aspects of the social environment where the conflict that occurs has shifted from development conflict to green conflict in a sustainable prism. The results of the study show that in the process of managing an environmentally sound city environment (ecocity) it is necessary to consider the integration of humans as social aspects in interaction with ecosystems (social-ecology) in city metabolism as the basis for providing ecosystem services and urban green infrastructure. Keywords: ecological city, city ecology, sustainable city, city metabolism ABSTRAKPertumbuhan kota yang terus terjadi tidak dapat dihindari dan berpengaruh terhadap lingkungan, sehingga dibutuhkan pendekatan ekologi untuk mengatasinya. Salah satu konsep kota yang berkembang seiring dengan perspektif sejarah ekologi kota (urban ecology) adalah ecological city (ecocity). Pada perkembangan ecocity di beberapa negara yang mengusung tema kota keberlanjutan baik praktek maupun konsep tidak menjelaskan “proses” untuk mencapai tujuan keberlanjutan lingkungan kota tersebut. Tujuan makalah ini adalah mengkaji kedudukan secara teoritis konsep ecological city dalam kerangka ekologi kota (urban ecology) dan kota berkelanjutan (sustainability city).  Metode yang digunakan adalah review literatur berdasarkan perkembangan konsep ecocity, urban ecology dan sustainable city. Berdasarkan hasil kajian menunjukkan dalam pendekatan urban ecology, ecocity dapat disimpulkan sebagai konsep yang menyeimbangkan metabolisme kota (ecology of cities) melalui kemandirian struktur dan fungsi ekosistem  dimana manusia berperan di dalam menentukan proses adaptasi dan perkembangan kota. Dalam konsep kota berkelanjutan seiring dengan perkembangan eco-form yang merepresentasikan pertimbangan ekologi di dalam ruang kota dan komunitas menunjukkan bentuk kota (urban form) merupakan salah satu unsur yang dapat diintervensi  di dalam mencapai tujuan kota yang berkelanjutan. Ecocity sebagai eco-form berada di dalam tantangan konflik antara aspek lingkungan sosial dimana konflik yang terjadi mengalami pergeseran dari development conflict ke arah green conflict di dalam prisma berkelanjutan. Hasil kajian menunjukkan di dalam proses pengelolaan lingkungan kota yang berwawasan lingkungan (ecocity) perlu mempertimbangkan integrasi manusia sebagai aspek sosial dalam interaksi dengan ekosistem (sosial-ekologi) di dalam metabolisme kota sebagai dasar di dalam penyediaan ecosystem services dan infrastruktur hijau perkotaan.Kata Kunci : ecological city, ekologi kota, kota berkelanjutan, metabolisme kota


2021 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 198
Author(s):  
Yelly Zamaya ◽  
Dahlan Tampubolon ◽  
Misdawita Misdawita

Sustainable peatland management will have an impact on the welfare of the community as a whole. Rural communities use peatlands as their primary source of income.  This article aims to formulate plants on peatlands to improve the economy of the community Indragiri Hulu Regency. The method used is a combination of field observation data and a participatory geographic information system (GIS-P). The utilization of peatlands is still dominated by oil palm and rubber plants. Peatlands have the potential for high-value and environmentally friendly vegetation, such as gaharu, barley and liberica coffee. The shallower peatlands are suitable for horticultural vegetation such as rice and short-lived vegetables and fruits. Besides, it is reasonable to cultivate wetlands in Indragiri Hulu, such as catfish, catfish, tilapia and tilapia. Through this participatory information system, it is possible to determine the commodities developed in the region.


2021 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 164
Author(s):  
Marya Tisnandya ◽  
Landung Esariti ◽  
Mada Sophianingrum

ABSTRACTThe objective of this study is to analyze the forms and the most influential factors of women's participation in the family economy of Kampung Pelangi Randusari. Women's participation activities are conducted via the provision of skills training and increased involvement in the formation of home based enterprises. By using quantitative methods, this article applied scoring and weighting analysis tool. Data collection was conducted by delivering questionnaires and interviews with 30 respondents of married couples. The results of this study indicate that the largest participation of women in the family economy is in the form of participation in labour, money, and individual asset. In addition, the most influential factor is the ability to optimally elaborate skills derived from training activities and the ability to manage home based enterprises in order to improve family welfare. Keywords: participation form, women participation, family economy  ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk dan faktor yang mempengaruhi partisipasi perempuan pada perekonomian keluarga di Kampung Pelangi Randusari. Kegiatan partisipasi perempuan dilakukan melalui pengadaan pelatihan keterampilan dan peningkatan keterlibatan pada pembentukan usaha mikro atau UMKM. Dengan menggunakan metode kuantitatif melalui alat analisis skoring dan pembobotan, pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan wawancara terhadap 30 responden pasangan suami istri. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi perempuan pada ekonomi keluarga paling besar dilakukan dalam bentuk partisipasi tenaga, uang, dan harta benda.Sedangkan faktor yang paling berpengaruh adalah faktor kemampuan untuk memanfaatkan hasil pelatihan dan mengelola usaha mikro yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.  Kata Kunci: bentuk partisipasi, ekonomi keluarga, partisipasi perempuan


2021 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 253
Author(s):  
Eppy Yuliani ◽  
Mila Karmilah ◽  
M. Agung Ridlo

ABSTRACTThe development of the center of the city of Semarang is very rapid, leading to the outskirts. The outskirts, which were originally used as agricultural areas, have now been converted into built-up areas, settlements, trade and services. This research was conducted in Tembalang Village, which is an educational area, new settlements accompanied by the growth of economic activity. The purpose of this study is to find patterns of economic space in suburban urban areas. Methodology Descriptive analysis research using a qualitative and rationalistic deductive approach that focuses on the environmental approach (behavior approach) and the spatial economic approach. From the results of the analysis, it is concluded that Tembalang Village has an Economic Spatial Pattern that develops along the main road. Economic activities that follow this main road route form a network pattern. This pattern of economic space is also still visible in the surrounding area. The pattern of economic space that develops on the main road corridor has a high selling value of land. Every year there is an increase in land prices, both according to NJOP, land rental prices and land selling prices.Keywords: pattern, space, economy, activity, suburbs, urban. ABSTRAKPerkembangan pusat Kota Semarang yang sangat pesat, mengarah pada kawasan pinggiran. Kawasan pinggiran yang awalnya sebagai  fungsi kawasan  pertanian, banyak beralih fungsi menjadi kawasan terbangun, pemrmukiman, perdagangan dan jasa. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tembalang, yang merupakan kawasan pendidikan, permukiman baru disertai dengan pertumbuhan aktivitas ekonomi. Tujuan penelitian ini menemukan pola ruang ekonomi pada kawasan pinggiran perkotaan. Metodologi Penelitian analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan deduktif Kualitatif Rasionalistik yang berfokus pada pendekatan lingkungan (behaviour approach) dan pendekatan ekonomi keruangan (spatial economic approach). Dari hasil analisis disimpulkan Kelurahan Tembalang memiliki Pola Ruang Ekonomi yang berkembang di sepanjang jalan utama. Kegiatan perekonomian yang mengikuti jalur jalan utama ini mementuk pola jaringan. Pola ruang ekonomi ini juga masih terlihat pada kawasan sekitarnya. Pola ruang ekonomi yang berkembang pada koridor  jalan utama, memiliki nilai jual lahan yang tinggi. Semakin tahun mengalami kenaikan harga lahan baik menurut NJOP, harga sewa lahan maupun harga jual lahan.Kata kunci : pola,ruang, ekonomi, aktivitas, pinggiran, perkotaan.


2021 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 65
Author(s):  
Fadhilah Ahmad Qaniah

ABSTRAKSuasana kota umumnya tercipta dari karakteristik fisik berbagai tata ruang kota dan interaksi sosial di dalamnya. Komponen visual yang dirasakan memberikan beragam sensasi yang mengarahkan individu menangkap kualitas dari situasi secara emosional yang mampu mempengaruhi mood atau suasana hati mereka. Di saat interaksi sosial terjadi, ekspresi tersenyum duchenne dapat terjadi ketika individu merasakan emosi-emosi positif. Namun, suasana kota dapat berubah di saat ada pembangunan ulang fasilitas publik. Hal tersebut dapat mempengaruhi bentuk tata ruang kota dan potensi interaksi sosial yang dapat mempengaruhi suasana hati individu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa banyak ekspresi senyum duchenne yang ada pada area kota yang ramai di pusat kota Kendari dan Jakarta Selatan. Penulis memilih pusat kota Kendari dan Jakarta Selatan karena memiliki fasilitas publik yang baik. Adapun kota Kendari saat ini membangun ulang beberapa pusat kotanya sejak tahun 2019. Hasil penelitian memperlihatkan, kedua area kota memiliki jumlah frekuensi senyuman duchenne yang sama banyaknya di area suasana jenis consumerism dan peaceful and quiet. Namun, ada perbedaan jumlah di area suasana jenis vibrant dan historic, karena beberapa fasilitas di kota tua dan pusat kota Kendari saat observasi berada di tahap pembangunan ulang. Suasana kota merupakan hal yang penting untuk image kota karena memberikan pengalaman emosi positif bagi orang yang singgah atau berinteraksi sosial di lingkungan perkotaan.Katakunci: duchenne, suasana kota, vibrant, peaceful and quiet, consumerism, historic ABSTRACTThe atmosphere of the city created from pshysical characteristics of various urban spatial plans and social interaction in it. The perceived visual component provided sensations that directs individual to capture quality of situation emotionally which can affect their mood. When social interaction occurs, duchenne smile expressions can appear when individual feel positive emotion. However, city atmosphere can change when there is unfinished redevelopment of public facilities. This can affect the form of urban spatial and potential social interactions that can affect individual moods. This study aims to see how much duchenne smile expressions appear in downtown area in Kenadi and South Jakarta. The author chose city center of Kendari and Jakarta because they have good public facilites. The city of Kendari is currently rebuilding several of its facilities in city centers since 2019. Result show that both city areas had same number of duchenne smiles in areas of consumerism and peaceful & quiet type. However, there are differences in the number of vibrant and historic areas, its perhaps because some of the facilities in the old town and downtown Kendari at the time of observatio were in the reconstruction stage. City atmosphere is important for the image of the city becauses it provides positive emotional experiences for people who stop by or interact socially in urban environment.Keyword: duchenne, city atmosphere, vibrant, peaceful and quiet, consumerism, historic


2021 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 41
Author(s):  
Rachmad Winarko Suhar Putra ◽  
Bitta Pigawati

Wilayah studi Kecamatan Semarang Utara merupakan kawasan Pesisir Kota Semarang. Fungsi kawasan sebagai perumahan dengan kepadatan tinggi dan kawasan industri. Berdasarkan SK Walikota tahun 2014, Kecamatan Semarang Utara merupakan Kecamatan dengan jumlah permukiman kumuh terbanyak. Tujuan penelitian untuk mengkaji tipologi permukiman kawasan pesisir Kecamatan Semarang Utara. Tipologi kawasan permukiman ditentukan berdasarkan kondisi tingkat kekumuhan, kualitas lingkungan permukiman serta karakteristik sosial ekonomi penduduk. Menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan analisis spasial, dengan memanfaatkan citra penginderaan jauh sebagai sumber data utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kelurahan Bandarharjo dan Tanjungmas terdapat permukiman kumuh dengan tingkat kekumuhan berat dan kualitas lingkungan buruk. Penentuan tipologi pesisir merupakan salah satu hal yang penting untuk dilakukan guna mengetahui potensi dan permasalahan pada suatu kawasan permukiman. Hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai pertimbangan dalam menerapkan program perbaikan lingkungan permukiman. Terdapat 10 tipe permukiman dengan karakteristik yang bebeda di Wilayah Studi. Kata kunci: Tipologi Permukiman, Permukiman Kumuh, Kualitas Permukiman


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document