Talenta Conference Series Energy and Engineering (EE)
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

239
(FIVE YEARS 210)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Sumatera Utara

2654-704x, 2654-7031

Author(s):  
Ch. Koesmartadi ◽  
D.Lindarto

Sejauh ini pengetahuan teknologi bangunan Indonesia yang diketengahkan dalam pendidikan formal lazimnya adalah pengetahuan yang diturunkan dari pemikiran non-nusantara (notabene adalah teknologi bangunan arsitektur barat). Hal demikian memunculkan diskusi timpang (menjurus kepada beda tafsir) ketika dilakukan tindak pembahasan struktur dan konstruksi arsitektur tradisional Nusantara dengan menggunakan idiomatika teknologi bangunan tradisional Barat. Dengan focus ke-iklim-an dan ke-gempa-an yang menjadi faktor pembentuk dalam teknologi penegakkan bangunan nusantara maka tulisan ini bertujuan mengungkapkan beberapa pemikiran teknologi bangunan arsitektur nusantara yang mempunyai kebedaan dengan teknologi bangunan barat. Melalui pendekatan deskriptif eksploratif dilakukan penjelajahan dengan interpretasi normatif atas penyandingan beberapa obyek arsitektur nusantara dalam konteks teknologi bangunan nusantara. Jelajah menghasilkan temuan pengetahuan teknologi bangunan nusantara yaitu dasar pemikiran struktur konstruksi wilayah dua musim, konsekwensi ruang arsitektural nusantara, teknik konstruksi ikat dan sambungan nusantara dan keragaman titik berat serta peran konstruksi sebagai pembentuk tempat (place). Jelajah ini dimaksudkan untuk membentuk mindset pensejajaran kearifan lokal arsitektur nusantara dengan ilmu struktur konstruksi barat. Tidak ada lagi hambatan ketidak percayaan penalaran bahwa pengetahuan Arsitektur Nusantara memang nyata berbeda dengan pengetahuan Arsitektur Barat. So far, the knowledge of Indonesian building technology that is presented in formal education is usually knowledge derived from non-archipelago thinking (incidentally is the technology of western architectural building). This thus gave rise to unequal discussions (leading to different interpretations) when the discussion on the structure and construction of the traditional archipelago architecture was carried out using the idiomatic technique of Western traditional building technology. With a focus on climate and earthquake which are forming factors in the building technology of the archipelago, this paper aims to express some thoughts on archipelago architectural building technology that has a difference with western building technology. Through a descriptive exploratory approach exploration is carried out with normative interpretation of the pairing of several archipelago architectural objects in the context of archipelago building technology. The exploration resulted in the discovery of archipelago building technology knowledge, namely the rationale for the construction of the two-season region, the consequences of the archipelago architectural space, the connective construction technique and the archipelago connection and the diversity of centers of gravity and the role of construction as a place-maker. This exploration is intended to form a mindset of the alignment of the local wisdom of the archipelago architecture with the science of western construction structures. There is no longer any obstacle to distrust of reasoning that the knowledge of Nusantara Architecture is indeed different from the knowledge of Western Architecture.


Author(s):  
Mohhamad Kusyanto

Penelitian ini dilatarbelakangi dari keberadaan Masjid Agung Demak yang merupakan masjid pertama di Kabupaten Demak. Masjid yang telah berdiri sejak tahun 1479 M ini memiliki arsitektur masjid yang unik. Keunikan arsitektur masjid ini dilakukan penelitian lebih mendalam sehingga sehingga menjadi rujukan dalam membangun masjid lain di Kabupaten Demak. Arsitektur masjid ini telah terjaga kearifan lokalnya hingga berdiri sampai sekarang ini. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi, merumuskan arsitektur masjid Demakan sebagai salah satu arsitektur masjid yang dilestarikan di Kabupaten Demak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan survei di lapangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan merupakan penelitian eksplorasi. Jenis penelitian bersifat deskriptif yakni menganalis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Adapun pengambilan data melalui observasi, wawancara mendalam pada sejumlah informan, dan studi pustaka. Hasil penelitian dapat dirumuskan bahwa kearifan lokal arsitektur masjid Demakan meliputi : (1) tata ruang yakni ruang utama salat, serambi dan ruang tambahan lain; (2) Struktur ditopang 4 saka guru dan 12 saka penanggap pada ruang utama salat dan struktur ditopang 8 saka guru dan 28 saka penanggap pada ruang serambi; dan (3) Ruang utama salat berbentuk bujur sangkar dengan atap tajug tumpang tiga dan serambi berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Arsitektur masjid Demakan sampai sekarang masih dilestarikan oleh masyarakat KabupatenDemak. This research is motivated by the existence of the Great Mosque of Demak which is the first mosque in the Demak Regency. The mosque, which was founded in 1479 AD, has a unique mosque architecture. The uniqueness of the architecture of the mosque is carried out in-depth research so that it becomes a reference in building other mosques in Demak Regency. The architecture of this mosque has maintained its local wisdom up to now. The purpose of this study is to identify, formulate the architecture of the Demakan mosque as one of the preserved mosque architectures in the Demak Regency. The method used in this research is a descriptive qualitative method. The method of data collection is done by field surveys. This research uses a qualitative approach and is an exploratory study. This type of research is descriptive in that it analyzes and presents facts systematically so that it is easy to understand and infer. The data collection through observation, in-depth interviews with a number of informants, and literature study. The results of the study can be formulated that the local wisdom of the mosque architecture of Demakan includes: (1) spatial planning, namely the main prayer room, foyer, and other additional spaces; (2) The structure is supported by 4 saka teachers and 12 saka responders in the main prayer room and the structure is supported by 8 saka teachers and 28 respondent saka in the foyer room; and (3) The main prayer room is square with a overlapping roof and a rectangular porch with a pyramid roof. The architecture of the Demakan mosque is still preserved by the people of the DemakRegency.


Author(s):  
Rohadatul Aisyi ◽  
Alwiyah Maulidiyah ◽  
Sawitri Retno Haudiati ◽  
Fadhilah Ramadhani ◽  
Nadiah Irbah Rosyadah

Makalah ini mencoba menerapkan kearifan lokal sebagai yang tidak selalu terkait masa lalu maupun tatanan masyarakat adat. Kearifan lokal seharusnya bisa terdapat pada masa kini dan menjadi identitas suatu komunitas modern (perkotaan). Kearifan lokal diperlukan bukan hanya agar masyarakat tersebut bertahan terhadap gempuran budaya luar, namun juga diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan, termasuk masalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Bonek - singkatan dari kata bondho nekat, arti sebenarnya : hanya berbekal kenekatan (berani). Namun nekat yang diartikan positif, yaitu sebagai suatu keyakinan dalam melakukan tindakan, sepanjang memperjuangkan kebenaran, pasti mewujud. Oleh karena itu bonek perlu diasosiasikan dengan karakter pantang menyerah dan terlebih bila dikaitkan dengan sejarah kepahlawanan Surabaya, bonek adalah nilai egaliter, solider, pekerja keras, namun jenaka. Sehingga bonek diharapkan dapat berkontribusi terhadap pembangunan karakter ABK beserta orang tuanya maupun berbagai pihak yang terkait. Karena - walaupun, sudah banyak upaya pemerintah terhadap ABK, namun mengingat permasalahan yang begitu kompleks, sehingga perlu partisipasi aktif warga, termasuk juga kolaborasi antara warga dengan berbagai pihak terkait. Dinamika mengangkat karakter bonek dalam solusi ABK guna kontribusinya terhadap pembangunan tata kota yang inklusif - dibahas dan termasuk juga saran-saran aksesibilitasnya.  This paper tries to apply local wisdom as not always related to the past or the order of indigenous peoples. Local wisdom should be able to exist today and become the identity of a modern (urban) community. Local wisdom is needed not only so that the community can survive the onslaught of foreign cultures, but also is expected to be able to solve various problems, including the problem of Children with Special Needs (ABK). Bonek - abbreviation of the word bondho reckless, the real meaning: only armed with determination (brave). But reckless is interpreted positively, namely as a belief in taking action, as long as fighting for the truth, must come into being. Therefore, bonek needs to be associated with unyielding character and especially when it is related to the history of the heroism of Surabaya, bonek is an egalitarian, solider, hardworking, but witty value. So bonek is expected to be able to contribute to the development of the ABK's character and its parents and various related parties. Because - although there has been a lot of government effort towards ABK, but given the problems that are so complex, it requires the active participation of citizens, including collaboration between citizens and various related parties. The dynamics of raising the bonek character of the ABK solution for its contribution to inclusive urban planning development - are discussed and include suggestions for accessibility.


Author(s):  
Nurlisa Ginting ◽  
Ulia safitri

Desa Tongging merupakan salah satu desa di Kabupaten Karo yang menjadi tujuan utama wisatawan sehingga potensial untuk dikembangkan sebagai suatu desa wisata. Namun sangat disayangkan kondisi intensitas pembangunan di Desa Tongging belum ditata melalui suatu perencanaan. Hal ini menyebabkan kondisi visual kawasan yang ada tidak mendukung Tongging sebagai desa wisata. Perencanaan intenstitas pembangunan Desa Tongging yang tepat adalah dengan berdasarkan pariwisata berkelanjutan. Kajian perencanaan perlu dilakukan dengan analisis terhadap KDB, GSB, GSS, dan ketinggian bangunan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data hasil observasi lapangan yang dianalisa secara kualitatif. Kajian ini bertujuan untuk menghasilkan perencanaan intensitas pembangunan dalam upaya pengembangan desa wisata tongging yang berkelanjutan. Tongging Village is one of the villages in Karo Regency which is the main destination for tourists so that it has the potential to be developed as a tourist village. However, it is unfortunate that the condition of the intensity of development in Tongging Village has not been arranged through a plan. This causes the visual condition of the area does not support Tongging as a tourist village. The proper planning for the development of the Tongging Village is based on sustainable tourism. Planning studies need to be done with an analysis of KDB, GSB, GSS, and building heights. This research was conducted using data from field observations that were analyzed qualitatively. This study aims to produce planning the intensity of development in an effort to develop a sustainable tongging tourism village.


Author(s):  
Novrial ◽  
Nadya Raudina

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin beragamnya aktivitas yang dapat dilakukan saat berada di taman. Keberagaman aktivitas inilah yang kemudian menimbulkan kecenderungan pengunjung dalam memilih desain dan tata letak sarana duduk yang nyaman guna mendukung aktivitas selama berada di taman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor dan dampak-dampak apa saja yang dirasakan pengunjung terkait kenyamanan pada sarana duduk taman  secara umum dan mengetahui apa saja kebutuhan pengunjung terkait sarana duduk taman. Subjek penelitian adalah pengunjung taman tanpa ada batasan-batasan usia ataupun kategorisasi lain. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu dengan melakukan observasi dan pengamatan secara langsung dan mendalam terhadap taman yang dijadikan studi kasus pada penelitian ini. Data yang didapatkan kemudian diolah dan dianalisis. Hasil analisis kemudian dilakukan uji validasi akhir pada penelitian untuk memastikan kecocokan hasil observasi dan pengamatan dengan uji validasi yang telah dilakukan. Hasil penelitian berupa kriteria desain dan tata letak sarana duduk yang baik dan nyaman bagi pengunjung taman. This research is motivated by the increasing variety of activities that can be done while in the park. The diversity of activities is what then raises the tendency of visitors to choose the design and layout of comfortable seating to support activities while in the park. This study aims to determine the factors and impacts that are felt by visitors related to the comfort of the park seating facilities in general and find out what visitors need related to park seating facilities. Research subjects were park visitors without age restrictions or other categorizations. The research method used is descriptive qualitative, namely by making observations and direct and in-depth observations of the park used as a case study in this study. The data obtained is then processed and analyzed. The results of the analysis are then carried out the final validation test in the study to ensure compatibility of observations and observations with the validation test that has been done. The results of the study were in the form of design criteria and good and comfortable seating facilities for park visitors.


Author(s):  
Selly Veronica ◽  
Nurlisa Ginting ◽  
AmyMarisa

Night tourism development comes up as an innovative strategy for tourism development in this current intense competition. There are four main elements in night tourism, namely economic, social, environmental, and night atmosphere. Berastagi is the most popular tourist destination in Karo Regency, Sumatera Utara, Indonesia, which already have night tourism destination but unfortunately undeveloped yet. Night tourism development in Berastagi must be with the local wisdom approach to maximize its benefit. Karonese as the majority ethnic of the local community in this area potential to be developed on its night tourism. This paper only analyzes the environmental and night atmosphere aspects in Berastagi’s night tourism, which based on local wisdom. Qualitative primary data from field observation and depth interview results have been analyzed by using the descriptive method. The study shows that involving local wisdom in developing the environment and night atmosphere can give the typical identity for the night tourism in Berastagi.Night Tourism


Author(s):  
Nurul Nadjmi

Kepulauan Riau merupakan provinsi yang terdiri dari beberapa pulau diantaranya Pulau Batam, Pulau Bintan dan Pulau Karimun. Modal sosial merupakan serangkaian nilai dan norma informal yang dimiliki oleh kelompok masyarat dalam membagun kerjasamanya. Lingkup penelitian pada pembahasan ini adalah terfokus pada pengaruh modal sosial terhadap perkembangan pariwisata di Kepulauan Riau dalam hal ini Pulau Batam, Pulau Bintan, dan Pulau Karimun. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dikondisikan sebagai penelitian kualitatif melalui strategi studi kasus. Sistem pendekatan yang digunakan juga merupakan pendekatan deskriptif analitik. Melakukan pengamatan langsung, mengumpulkan data-data kemudian menghubungkannya dengan kajian teori yang digunakan. Lokus penelitian ini terdapat di Kepulauan Riau dengan melihat pengaruh modal sosial pada perkembangan pariwisata di ketiga pulau yaitu Pulau Batam, Pulau Bintan dan Pulau Karimun. Berdasarkan hasil survey yang saya lakukan di Kepulauan Riau, terutama pada ketiga pulau yaitu Pulau Batam, Pulau Bintan, dan Pulau Karimun, dari ketiga pulau tersebut ternyata pada Pulau Karimun perkembangan pariwisatanya tidak terlalu berkembang karena masyarakat yang tidak menerima adanya wisatawan terutama wisatawan mancanegara. Riau Islands is a province consisting of several islands including Batam Island, Bintan Island and Karimun Island. Social capital is a set of informal values ​​and norms that are owned by community groups in building cooperation. The scope of research in this discussion is focused on the influence of social capital on the development of tourism in the Riau Islands, in this case Batam Island, Bintan Island, and Karimun Island. The research method used in this research is descriptive qualitative research. This research is conditioned as qualitative research through a case study strategy. The system approach used is also a descriptive analytic approach. Make direct observations, collect data and then relate it to the study of the theories used. The locus of this research is in the Riau Islands by looking at the influence of social capital on the development of tourism in the three islands, namely Batam Island, Bintan Island and Karimun Island. Based on the results of a survey I conducted in the Riau Islands, especially on the three islands, namely Batam Island, Bintan Island, and Karimun Island, of the three islands, it turns out that on Karimun Island the development of tourism is not very developed because people do not accept tourists, especially foreign tourists.


Author(s):  
Friza Kinanti Rambe ◽  
Benny O.Y Marpaung

Desa Nainggolan merupakan salah satu desa yang terletak di Pulau Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Keberadaan Pulau Samosir sebagai salah satu objek wisata di Provinsi Sumatera Utara menjadikan seluruh area dari pulau ini memiliki potensi untuk dalam pengembangan pariwisata. Kondisi Desa Nainggolan yang 3/4 areanya dikelilingi Danau Toba menjadikan desa ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata. Salah satu yang dapat menjadi potensi utama dari desa ini adalah area tepi air yaitu Pantai Pasir Putih Pandua. Adapun pengembangan area tepi air pada Desa Nainggolan telah mulai diupayakan, namun dirasa belum optimal. Kurangnya fasilitas pendukung kepariwisataan pada area tepi air menjadikan desa Nainggolan kurang dikenal dikalangan wisatawan yang berkunjung ke Pulau Samosir. Untuk itulah kajian mengenai perancangan are tepi air dalam mendukung Desa Nainggolan sebagai tujuan wisata perlu dilakukan. Penelitian mengenai perancangan area tepi air pada Desa Nainggolan dilakukan dengan metode kualitatif, data yang digunakan adalah data hasil observasi lapangan dan kajian literartur. Penelitian ini terfokus pada perancangan area tepi air Desa Nainggolan yaitu Pantai Pasir Putih Pandua, agar dapat dimaksimalkan potensinya sebagai tujuan wisata. Nainggolan Village is one of the villages located on Samosir Island, North Sumatra Province. The existence of Samosir Island as one of the attractions in North Sumatra Province makes the entire area of the island has the potential for tourism development. The condition of Nainggolan Village which is 3/4 of its area surrounded by Lake Toba makes this village has great potential to be developed as a tourist destination. One that can become the main potential of this village is the waterfront area of Pantai Pasir Putih Pandua. The development of the waterfront area in Nainggolan Village has begun to be pursued, but is felt to be not yet optimal. The lack of tourism support facilities in the waterfront area makes Nainggolan village less well-known among tourists visiting Samosir Island. For this reason, a study of water edge design in supporting Nainggolan Village as a tourist destination needs to be done. Research on the design of the waterfront area in the Village Nainggolan conducted with qualitative methods, the data used are data from field observations and literary studies. This research is focused on designing the waterfront area of Nainggolan Village, Pantai Pasir Putih Pandua, so that its potential can be maximized as a tourist destination.


Author(s):  
Dwira Nirfalini Aulia ◽  
Putri Andriani Hrp

Indonesia telah terbagi atas beberapa daerah, dan pada setiap daerah sudah banyak dibangun perumahan. Khususnya daerah di kota Medan, Sumatera Utara yang sudah banyak perumahan yang telah dibangun khususnya tempat tinggal bagi masyarakat kota Medan yang berpenghasilan rendah (MBR). Dengan munculnya pembangunan dapat menumbuhkan pertumbuhan ekonomi, dan tersedianya lapangan pekerjaan.Pembangunan infrastruktur termasuk hal penting dalam metode pertumbuhan suatu bangsa yang baik pada sektor ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, pertanian dan sektor lainnya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rumah subsidi yang dapat dijangkau oleh penghuni MBR dan untuk mengetahui faktor kepuasan penghuni MBR terhadap pembelian rumah subsidi.Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, yaitu menggunakan survey data primer dan mewawancarai kepada narasumber. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya menambah wawasan pengetahuan bagi penulis tentang keadaan sosial dan ekonomi bagi penduduk di perumahan subsidi di daerah Perumahan Hijau 3 Indonesia has been divided into several regions, and in each region many houses have been built. Especially in the city of Medan, North Sumatra, which has built a lot of housing, especially housing for the people of Medan city with low income (MBR). With the advent of development, it can foster economic growth, and the availability of jobs. Infrastructure development is an important factor in a nation's good growth methods in the economic, social, cultural, educational, agricultural and other sectors. This study aims to determine the subsidized houses that can be reached by MBR residents and to determine the satisfaction factor of MBR residents for the purchase of subsidized houses. The method used is descriptive quantitative, using primary data surveys and interviewing informants. The results of this study are expected to provide benefits, including increasing knowledge insight for writers about the social and economic conditions for residents in subsidized housing in the Green Housing area 3


Author(s):  
Imam Faisal Pane ◽  
Nila Rahmaini Siregar ◽  
Rizki Namira Lubis

Arsitektur vernakular merupakan arsitektur yang terlahir dari masyarakat sebagai cerminan tradisi lokal dan terus berkembang dikarenakan sifatnya yang fleksibel dengan potensi sekitarnya. Salah satu bentuk arsitektur vernakular yang muncul di Kota Medan adalah ruko sebagai hasil pengembangan arsitektur vernakular dalam konteks perkotaan yang mana masyarakatnya berasal dari daerah rural dan memiliki latar belakang yang berbeda-beda sebagai hasil akibat dari akulturasi sehingga mempengaruhi identitas dari dearah tesebut melalui perubahan ataupun penyesuain karakter arsitektur yang menampilkan ciri khas. Ruko digunakan mayoritas masyarakat di Kota Medan sebagai tempat tinggal dan juga berwira usaha. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk medapatkan hubungan komprehensif antara arsitektur vernakular dan ruko. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis yang dalam pelaksanaanya dilakukan proses pengumpulan data, menganalisis data, dan menafsirkannya berdasarkan aspek sosial-budaya. Dari data yang didapat dihasilkan adanya hubungan antara arsitektur vernakular dan bangunan ruko. The vernacular architecture was born from the community as a reflection of local traditions and continues to develop due to its flexibility with its surrounding potential. One form of vernacular architecture that arises in Medan City is shophouses as a result of the development of vernacular architecture in an urban context where the people come from rural areas and have different backgrounds as a result of acculturation that affects the identity of the region through changes or adjustments. Architectural characters that display characteristics. Shophouses are used by the majority of people in Medan as a place to live and also do business. The purpose of this study is to obtain a comprehensive relationship between vernacular architecture and shophouses. The research method used in this research is analytical descriptive in which the data collection process is being collected, analyzing the data, and interpreting it based on socio-cultural aspects, from the data obtained produced a relationship between vernacular architecture and shophouses.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document