Mimbar Agama Budaya
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

28
(FIVE YEARS 28)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By LP2M Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

0854-5138

2020 ◽  
pp. 43-56
Author(s):  
Zahra Raihanah

Abstract. Changes in the social behavior of KRL users, especially those of KRL users at Depok Lama Station, are one of the changes that have a significant impact on the progress of the Jabodetabek Commuter Line KRL transportation. This change was supported by the change in the KRL ticket purchasing system from paper tickets to E-Ticketing. The application of the E-Ticketing system to KRL transportation is one of the innovations launched by PT KAI in maximizing KRL transportation services. On the other hand, the application of the E-Ticketing system is also present as a solution in the midst of the problem of poor train service which causes train revenue to decline and the level of passenger confidence is also lower. For this reason, service improvements starting from the renovation of the station to the implementation of the E-Ticketing system are considered a way out to overcome the problems that occur. This article uses Anthony Giddens' structuration theory to understand how structures and agents collaborate to produce a new structure. Through the process of interviews, observation, and literature study, this article concludes that the implementation of the E-Ticketing system followed by several new policy implementations by PT KAI has been able to change the condition of the station area from dirty, slum, unsafe and comfortable and disorganized environment to better, cleaner, safer and more comfortable and systematic. In addition, the modernization of KRL services has also changed the culture of modern user behavior to be more orderly, disciplined and regular in using KRL transportation.Abstrak. Perubahan perilaku sosial pengguna KRL khususnya pada pengguna KRL di Stasiun Depok Lama menjadi salah satu perubahan yang berdampak signifikan bagi kemajuan transportasi KRL Commuter Line Jabodetabek. Perubahan ini ditunjang dengan berubahnya sistem pembelian tiket KRL dari paper ticket menjadi E-Ticketing. Penerapan sistem E-Ticketing pada transportasi KRL menjadi salah satu inovasi yang diluncurkan oleh PT KAI dalam memaksimalkan pelayanan transportasi KRL. Di sisi lain, penerapan sistem E-Ticketing juga hadir sebagai solusi ditengah masalah buruknya pelayanan kereta api sehingga menyebabkan pendapatan kereta api menurun dan tingkat kepercayaan penumpang juga semakin rendah. Untuk itu, perbaikan pelayanan dimulai dari renovasi ulang stasiun sampai penerapan sistem E-Ticketing dianggap sebuah jalan keluar untuk mengatasi masalah yang terjadi. Artikel ini menggunakan teori strukturasi dari Anthony Giddens untuk memahami bagaimana struktur dan agen saling berkolaborasi untuk menghasilkan sebuah struktur baru. Melalui proses wawancara, observasi, dan studi pustaka artikel ini menyimpulkan bahwa dengan diterapkannya sistem E-Ticketing diikuti dengan beberapa penerapan kebijakan baru oleh PT KAI ternyata mampu mengubah kondisi area stasiun dari yang kotor, kumuh, lingkungan yang tidak aman dan nyaman serta tidak terorganisir menjadi lebih baik, bersih, aman dan nyaman serta tersistematis. Disamping itu, modernisasi pelayanan KRL juga mengubah budaya perilaku modern pengguna nya menjadi  lebih tertib, disiplin, dan teratur dalam menggunakan transportasi KRL.Kata Kunci:


2020 ◽  
pp. 11-20
Author(s):  
Maulana Dwi Kurniasih ◽  
Dyah Ayu Lestari ◽  
Ahmad Fauzi

Abstract. The verses of the Qur’an are not revealed as a whole at once, but gradually. The letters he sent were not the same in length and in short, sometimes they were sent in full and sometimes only in part. Through the study of literature, the article concludes that the gradual revelation of the Qur'an a lot of wisdom that will be obtained that is to set the heart of the Prophet, weaken his opponents, easy to understand and memorize, the arrangement will be in accordance with traffic events. The gradual revelation of the verses of the Qur’an gives some wisdom among them: strengthening the heart of the Prophet Muhammad SAW; Easy to memorize and understand; the believers are enthusiastic in accepting the Qur’an and actively practicing it; Accompanying events in society and gradually in establishing a law; weakening his opponents (miracles), and challenging the disbelievers who deny the Qur’an. Abstrak.  Ayat-ayat al-Qur’an tidaklah diturunkan keseluruhan sekaligus secara, tetapi secara berangsur-angsur. Surat-surat yang diturunkanya pun tidak sama jumlah panjang dan pendeknya, terkadang diturunkan sekaligus secara penuh dan terkadang sebagianya saja. Melalui kajian pustaka, Artikel menyimpulkan bahwa diturunkanya al-Qur’an secara berangsur-angsur banyak hikmah yang akan diperoleh yaitu menetapkan hati Rasulullah, melemahkan lawan-lawannya, mudah difahami dan dihafal, penyusunannya akan sesuai dengan lalulintas peristiwa atau kejadian. Penuruan ayat al-Qur’an secara beransur memberikan beberapa hikmah diantaranya: menguatkan hati Nabi Muhammad Saw; Mudah dihafal dan dipahami; orang-orang mukmin antusias dalam menerima Qur’an dan giat mengamalkannya; Mengiringi kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan suatu hukum; melemahkan lawan-lawannya (mukjizat), dan menantang orang-orang kafir yang mengingkari al-Qur’an.


2020 ◽  
pp. 64-78
Author(s):  
Khadijah Khadijah

Abstract. Sharia-based economic trends (islamic economics) continue to experience significant progress along with government policies that continue to strive so that the sharia economy can be applied in various aspects of life, including to move the progress of the majelis taklim. Sharia-based economy builds justice because the rich must provide assistance to the poor so that the poor become empowered one of the principles of sharia economic lending without interest. There are at least more than 20 types of regulations concerning the Islamic economic system in Indonesia include the Law of the Republic of lndonesia No. 19, 2008 Regarding State Sharia Securities, and the Law of the Republic of lndonesia No. 21, 2008 about Islamic Banking. Abstrak. Trend ekonomi Islam (ekonomi syariah) terus mengalami kemajuan yang signifikan seiring dengan kebijakan pemerintah yang terus mengupayakan agar ekonomi tersebut dapat diterapkan di berbagai segi kehidupan, termasuk di dalamnya untuk menggerakan  kemajuan Majelis Taklim (MT). Keberadaan MT telah memiliki aturan resmi pemerintah berdasarkan Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor: 20 tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah (PP). 55 tahun 2007 serta Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 29 tahun 2019. Jumlah riil MT di Indonesia diyakini mencapai ratusan ribu tempat mengingat di setiap ada komunitas muslim di situ muncul kegiatan MT. Mereka memerlukan sosialisasi tentang ekonomi syariah sekaligus memberdayakan mereka dengan program yang menggerakan ekonomi kreatif. Pelaksanaan ekonomi syariah mengacu kepada Undang-Undang No. 19 Th. 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara, Undang-Undang Rl No. 21 Tahun 2008 dan Perbankan Syariah setidaknya berjumlah 23 aturan.


2020 ◽  
pp. 1-10
Author(s):  
Amalia Ridha Sudirman ◽  
Rena Latifa

Abstract. Around 2017 women wearing face-veil has been increase in Indonesia. Nevertheless, high perceptions and behavioral discrimination are still experienced by most face-veiled women in their daily social life. This can be harming happiness which is an important psychological condition for every individual furthermore. Through sample of 199 participants of early adult women who wearing face-veil from big cities area, OHQ scale (Hills & Argyle, 2002) was used to measure happiness, MMS scale (Dasti & Sitwat, 2014) for Islamic spirituality, and IPC scale (Levenson, 1981) for locus of control. Validity test is done firstly by CFA method and Lisrel software. Then a multiple analysis method (MRA) was carried out to test the effect through SPSS software. Analysis results of this study indicated there is a significant effect of Islamic spirituality and locus of control towards happiness of face-veiled women in big cities, with statistical value at 55.1%. Whereas regression coefficient results showed that four sub-variables that contributed significantly are self discipline, feelings connectedness with Allah, meanness-generosity, and internal locus. The author hopes that the implications of the research results will be reviewed and developed in further research by further examining what factors are the fourth factors and deepening the information on things that will increase happiness, especially in certain groups, such as women wearing face-veil. Abstrak.  Sekitar tahun 2017 perempuan yang memakai cadar di Indonesia meningkat. Meski demikian, persepsi dan diskriminasi perilaku yang tinggi masih dialami oleh sebagian besar perempuan bercadar dalam kehidupan sosial sehari-hari. Hal ini dapat merusak kebahagiaan yang merupakan kondisi psikologis penting bagi setiap individu selanjutnya. Melalui 199 sampel partisipan wanita dewasa awal yang memakai cadar dari wilayah kota besar, skala OHQ (Hills & Argyle, 2002) digunakan untuk mengukur kebahagiaan, skala MMS (Dasti & Sitwat, 2014) untuk spiritualitas Islam, dan skala IPC. (Levenson, 1981) untuk lokus kendali. Uji validitas dilakukan terlebih dahulu dengan metode CFA dan software Lisrel. Kemudian dilakukan metode analisis berganda (MRA) untuk menguji pengaruh tersebut melalui software SPSS. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara spiritualitas Islam dan locus of control terhadap kebahagiaan perempuan bercadar di kota-kota besar, dengan nilai statistik sebesar 55,1%. Sedangkan hasil koefisien regresi menunjukkan bahwa empat sub variabel yang memberikan kontribusi signifikan adalah disiplin diri, perasaan keterhubungan dengan Allah SWT, sifat-sifat murah hati, dan lokus internal. Penulis berharap implikasi dari hasil penelitian di kaji kembali dan dikembangkan pada penelitian selanjutnya dengan meneliti lebih lanjut fator-faktor apa saja yang menjadi penyebab keempat variabel ini serta memperdalam informasi hal-hal yang akan meningkatkan kebahagiaan terutama pada kelompok tertentu, seperti wanita bercadar.


2020 ◽  
pp. 21-28
Author(s):  
Natris Idriyani

Abstract. The purpose of this study was to test the fit model of the emotional intelligence model as a mediator variable the influence of self-compassion on the marital adjustment of women with couples from different cultures. The dynamics that occur in women who have intercultural partners are in the spotlight in terms of their ability to adjust in marriage, in order to achieve a sakinah mawaddah wa rahmah marriage. This study uses a causal relationship design with a quantitative approach. The study participants were 220 women who have partners from different cultures. The sampling technique used was purposive sampling. The measuring instrument used is a modification of the Marital Adjustment Questionaire (MAQ), Self Compassion Scale (SCS) and Assesing Emotional Scale (AES). Testing the validity of the measuring instrument used the Confirmatory Factor Analysis (CFA) technique and the data analysis technique used the Structural Equotion Model (SEM). The results showed that the model fit with data. The direct effect of self compassion on the marital adjustment of married women for different cultures is -0.17. Meanwhile, the indirect effect of self compassion on the marital adjustment of married women with different cultures through emotional intelligence is 0.209. This shows that emotional intelligence acts as a mediator variable for the influence between self-compassion and marital adjustments on women’s with couples from different cultures. This research recommends the importance of this model as a reference for making special pre-marital training programs for married couples with different cultures, by prioritizing the role of emotional intelligence.  Abstrak. Tujuan penleitian ini adalah menguji fit model emotional intelligence sebagai mediator pengaruh self compassion terhadap marital adjustment wanita dengan pasangan beda budaya. Dinamika yang terjadi pada wanita yang memiliki pasangan beda budaya menjadi sorotan dalam hal kemampuan untuk menyesuaikan dalam pernikahan, guna tercapainya pernikahan yang sakinah mawaddah wa rahmah. Penelitian ini menggunakan desain causal relationship dengan pendekatan kuantitatif. Partisipan penelitian sebanyak 220 wanita yang memiliki pasangan beda budaya. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah modifikasi dari Marital Adjustment Questionaire (MAQ), Self Compassion Scale (SCS) dan Assesing Emotional Scale (AES). Pengujian validitas alat ukur menggunakan teknik Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan teknik analisa data menggunakan Structural Equotion Model (SEM). Hasil penelitian menunjukan bahwa model fit dengan data. Pengaruh langsung self compassion terhadap marital adjustment wanita menikah beda budaya sebesar -0.17. Sedangkan pengaruh tidak langsung self compassion terhadap marital adjustment wanita menikah beda budaya melalui emotional intelligence sebesar 0.209. Hal ini menunjukan bahwa emotional intelligence berperan sebagai mediator variabel pengaruh antara self compassion terhadap marital adjustment wanita dengan pasangan beda budaya. Riset ini merekomendasikan pentingnya model ini untuk menjadi acuan bagi pembuatan program pelatihan pranikah khusus bagi pasangan menikah beda budaya, dengan mengutamakan peran emotional intelligence.


2020 ◽  
pp. 57-63
Author(s):  
Herianda Dwi Putra Siregar

Abstrak. Pembelajaran online membutuhkan berbagai persiapan dari berbagai hal, sekolah, orang tua dan pemerintah. Sayangnya, selama berlangsungnya pembelajaran online ada beberapa fenomena menjadi catatan penting terkait efektifitasnya, yaitu: tidak meratanya ketersediaan jaringan infrastruktur layanan internet. Kesenjangan kompetensi di kalangan guru. Kesiapan keluarga (orang tua) dalam pembelajaran online. Artikel ini mencoba mengelaborasi dilemma pembelajaran online.Tulisan ini menyimpulkan bahwa sangat penting dan relevan bagi guru dan dosen untuk membekali diri mereka dengan teori dan prinsip pembelajaran daring sebelum melaksanakannya. Guru dan dosen wajib terus belajar meningkatkan pemahaman dan kompetensi mereka terkait pembelajaran online ini dengan segala variannya. Keberhasilan guru dalam melakukan pembelajaran daring pada situasi pandemi Covid-19 ini berdasarkan kemampuan guru dalam berinovasi merancang, dan meramu materi, metode pembelajaran, dan aplikasi apa yang sesuai dengan materi dan metode. Kreatifitas merupakan kunci sukses dari seorang guru untuk dapat memotivasi siswanya tetap semangat dalam belajar secara online dan tidak menjadi beban psikis. Abstract. Online learning requires a variety of preparations from various things, schools, parents and the government. Unfortunately, during online learning there are several phenomena that are important to note regarding its effectiveness, namely: unequal availability of internet service infrastructure networks. Competency gaps among teachers. Readiness of family (parents) in online learning. This article tries to elaborate on the dilemma of online learning. This paper concludes that it is very important and relevant for teachers and lecturers to equip themselves with the theory and principles of online learning before implementing them. Teachers and lecturers are required to continue learning to improve their understanding and competence related to online learning in all its variants. The success of teachers in conducting online learning in the Covid-19 pandemic situation is based on the ability of teachers to innovate in designing and concocting materials, learning methods, and what applications are in accordance with the materials and methods. Creativity is the key to success for a teacher to be able to motivate students to stay enthusiastic about learning online and not become a psychological burden.


2020 ◽  
pp. 29-42
Author(s):  
Yunus Yunus

Abstract. This study aims to describe the value of local wisdom contained in the Tomanurung period. This research uses ethno pedagogical method. The technique of collecting data through interviews, interviewed informants came from several academic circles (lecturers) as many as 6 people. Researchers also interviewed 6 community leaders. This post-chaos period is called the Tomanurung period with a character named Simpurusiang in Bugis language, “Simpurusiang” implies “a strong and unbroken binder”. The condition of society is in a state of chaos and divorce. Because of this, they are looking for figures who can unite societies that have been divided and in chaos. Through a long search, they found the person they needed, namely a Tomanurung (the descendant) and they agreed to make him king through a “collective agreement” that is between Tomanurung and people's representatives. According to the perspective of the Luwu community, Tomanurung means a person who descends from heaven or heaven. Tomanurung did not know the news of his arrival beforehand, suddenly appeared and his presence was being awaited to fix the chaotic situation. Therefore, Tomanurung for the people of Luwu and Bugis-Makassar is generally considered a savior, unifier and continuation of royal life. So the value of human behavior in the past, which was the source of the lontaraq pappaseng script, such as adele’ (fair), lempu' (honest), getteng (firm), Abbulo Sibatang. Abstrak. Penelitian ini bertujuan mengambarkan nilai kearifan lokal yang terdapat dalam periode Tomanurung. Penelitian ini menggunakan metode etnopedagogi. Teknik pengumpulan datanya melalui wawancara, informan yang diwawancarai berasal dari beberapa kalangan dari akademis (Dosen) sebanyak 6 orang. Peneliti juga, mewawancarai kalangan tokoh masyarakat sebanyak 6 orang. Periode pasca chaos ini disebut dengan periode Tomanurung dengan tokohnya bernama Simpurusiang dalam Bahasa Bugis, “Simpurusiang” mengandung makna “pengikat yang kuat dan tidak putus-putus”. Karena kondisi masyarakat dalam keadaan kacau dan bercerai berai. Karena itu, mereka mencari tokoh yang dapat mempersatukan masyarakat yang telah bercerai-berai dan dalam keadaan kacau (chaos). Melalui pencarian yang panjang, maka ditemukanlah orang yang mereka perlukan yaitu seorang Tomanurung (orang turun) dan mereka sepakat menjadikannya raja melalui suatu “perjanjian bersama” yaitu antara Tomanurung dengan wakil-wakil rakyat. Menurut persfektif masyarakat Luwu, Tomanurung artinya orang yang turun dari langit atau kayangan. Tomanurung tidak diketahui berita kedatangannya terlebih dahulu, tiba-tiba muncul dan kehadirannya memang sedang ditunggu-tunggu untuk memperbaiki keadaan yang sedang kacau. Karena itu, Tomanurung bagi masyarakat Luwu dan Bugis-Makassar pada umumnya dianggap sebagai penyelamat, pemersatu dan pelanjut kehidupan kerajaan. Jadi nilai perilaku manusia pada masa lampau yang sumber naskah lontaraq pappaseng seperti adele’ (adil), lempu’ (jujur), getteng (teguh), Abbulo Sibatang.


2020 ◽  
pp. 13-22
Author(s):  
Saifudin Asrori ◽  
Ahmad Syauqi

Abstract. The Islamic education, Islamic boarding schools and madrasas, have made a very significant contribution to the implementation of education and social reform. Through the teaching process, in which the kyai as the main figure and the use of the ‘yellow book’, traditional Islamic ideas colored the early days of growing awareness as a nation and a State. When the New Order government carried out the development and modernization of society, there was a revival of a Muslim group called the “new middle class santri”, which took place in line with the modernization that occurred in the traditional Islamic educational institutions of the pesantren. Then in the era of democratization, the world of Islamic education experienced growth and development in various religious institutions and styles. Most of the pesantren are still committed to maintaining a moderate religious style, recognized as the foundation for the development of civil society and the formation of a ‘distinctive’, friendly, moderate, and tolerant social-political identity of Indonesian society. The Muslim character is different from other regions, especially the Middle East which is the axis of the Islamic world. However, a small proportion of pesantren are thought to promote the growth of religious chauvinism, teach a ‘narrow’ interpretation of Islam and provide a framework of thought and action in responding to socio-political change which often takes the form of a ‘jihad’. This article tries to explore the contribution of Islamic education to social change in the Indonesian Muslim community. Abstark. Dunia pendidikan Islam, pesantren dan madrasah, memberikan kontribusi sangat berarti dalam penyelenggaraan pendidikan dan reformasi kemasyarakatan. Melalui proses pengajaran, di mana kyai sebagai figur utama dan penggunaan ‘kitab kuning’, gagasan Islam tradisional mewarnai masa-masa awal tumbuhnya kesadaran sebagai bangsa dan Negara. Ketika pemerintah Orde Baru melakukan pembangunan dan modernisasi masyarakat, terjadi kebangkitan kelompok Muslim yang di sebut “kelas menengah santri baru”, berlangsung sejalan dengan modernisasi yang terjadi dalam lembaga pendidikan Islam tradisional pesantren. Kemudian pada era demokratisasi, dunia pendidikan Islam mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam beragam kelembagaan dan corak keagamaan. Sebagian besar pesantren masih tetap istiqomah dalam mempertahankan corak keagamaan yang moderat, diakui sebagai pondasi berkembangnya masyarakat sipil dan pembentukan identitas sosial-politik masyarakat Indonesia yang ‘khas’, ramah, moderat, dan toleran. Karakter Muslim yang berbeda dengan kawasan lainnya, khususnya Timur-Tengah yang merupakan poros dunia Islam. Namun ada sebagian kecil pesantren dianggap mendorong tumbuhnya chauvinisme keagamaan, mengajarkan penafsiran Islam yang ‘sempit’ dan memberikan kerangka pemikiran dan aksi dalam merespons perubahan sosial-politik yang seringkali berbentuk panggilan ‘jihad’. Artikel ini mencoba mengeksplorasi kontribusi pendidikan Islam dalam perubahan sosial masyarakat Muslim Indonesia.


2020 ◽  
pp. 23-32
Author(s):  
Nur Kafid

Abstract. This paper aims to discuss on Sufism and social change, especially regarding to its existence and role in the contemporary lives of Muslim societies. Based on the literature study, wherein the data is collected from various works related to Sufism critically, the results of the study show that Sufism has very complex developments in the dynamics of contemporary Muslim society. Beside to its definition, practice, existence and role in community life, the background of Sufism followers is even more diverse. In addition, there are Sufism figures/leaders who were actively involved in various social and political movements, and even Sufism has become a structured community and has a major role in social change. Abstrak. Paper ini bertujuan untuk membahas tentang sufisme dan perubahan sosial, terutama mengenai eksistensi dan perannya dalam kehidupan masyarakat Muslim kontemporer. Dari hasil studi pustaka, di mana data diperoleh dari penelusuran dan bacaan kritis atas berbagai karya terkait sufisme, hasil studi menunjukkan bahwa sufisme telah mengalami perkembangan yang sangat kompleks dalam dinamika kehidupan masyarakat Muslim kontemporer. Selain definisi, praktik, eksistensi dan perannya dalam kehidupan masyakarat, latar belakang pengikut sufisme pun makin beragam. Selain itu, tidak sedikit pula para tokoh sufisme yang terlibat aktif dalam berbagai gerakan sosial dan politik. Bahkan sufisme telah menjadi komunitas yang terstruktur dan memiliki peran besar dalam perubahan sosial kemasyarakatan. 


2020 ◽  
pp. 8-12
Author(s):  
Rizqa Noor Abdi ◽  
Joni Wijayanto ◽  
I Wayan Midhio

Abstract. The aspects of diplomacy, total defense strategy, and irregular warfare are important aspects which, if combined correctly, will be effective in the strategy of winning the war, including fighting quelling uprisings that threaten the disintegration of the Unitary State of the Republic of Indonesia (Negara Kesatuan Republik Indonesia/NKRI). This paper presents a comparison of the application of the above aspects in three cases of rebellion in Indonesia, namely Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/TII) in West Java, the Fretilin group in East Timor, and the Free Aceh Movement (Gerakan Aceh Merdeka/GAM) in Aceh. Descriptive comparisons refer to the use of library materials to describe the common thread of differences and similarities of the three movements. As a result, exposure to differences and similarities from the application of aspects of diplomacy, total defense strategy, and irregular warfare in the three cases above. Even though the time constraints and understanding of descriptive analysis may have been a limitation in this paper, the comparative presentation presented can be subject to further study, especially regarding the case of war to quell the rebellion in Indonesia. Abstrak. Aspek diplomasi, strategi pertahanan semesta, dan irregular warfare adalah aspek penting jika dikombinasikan secara tepat akan efektif dalam strategi memenangkan peperangan, termasuk perang meredam pemberontakan yang mengancam disintegrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Makalah ini memaparkan perbandingan penerapan ketika aspek di atas dalam tiga kasus pemberontakan di Indonesia, yaitu Darul Islam/Tentra Islam Indonesia (DI/TII) di Jawa Barat, kelompok Fretelin di Timor-Timur, dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh. Perbandingan deskriptif mengacu kepada penggunaan bahan pustaka dilakukan untuk memaparkan benang merah perbedaan dan persamaan dari ketiganya. Hasilnya, paparan perbedaan dan persamaan dari penerapan aspek diplomasi, strategi pertahanan semesta, dan irreguler warfare dari ketiga kasus di atas. Meskipun dengan keterbatasan waktu dan pemahaman analisis deskriptif mungkin menjadi batasan dalam makalah ini, tetapi paparan perbandingan yang disampaikan dapat menjadi bahan kajian selanjutnya, khususnya menyangkut kasus perang meredam pemberontakan di Indonesia.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document