scholarly journals Komposisi Jenis Dan Zonasi Mangrove Di Kampung Gisim Kabupaten Sorong

2018 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Lona Helty Nanlohy ◽  
Azis Maruapey ◽  
Yolanda Malaum

Komposisi jenis merupakan formasi  jenis yang berada pada suatu tempat. Penyebaran vegetasi mangrove membentuk bentuk  khas yaitu membentuk  zonasi sejajar garis pantai. Terdapat zonasi  mangrove tertentu dari mulai arah pantai ke darat. Hal yang menarik adalah bahwa jenis-jenis mangrove yang menempati zona-zona tersebut tidak selalu sama untuk setiap daerah yang diteliti. Hal ini menunjukan adanya banyak faktor yang mengendalikan zonasi vegetasi mangrove.Metode penelitian  yang digunakan adalah penelitian  survey, dengan teknik  sampling sistematik menggunakan metode kombinasi antara metoda jalur dan metoda garis berpetak.Komposisi jenis mengrove di Kampung Gisim Kabupaten Sorong terdiri dari mangrove mayor (mangrove sejati)  sebanyak 5 jenis yaitu Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza,  Bruguiera sexangula,   Ceriops Tagal  dan  Nypa fruticans dan Mangrove  minor  yaitu jenis Xylocarpus granatum. Zonasi pada lokasi penelitian secara umum dibagi menjadi 3 zona, yaitu : zona proximal, zona midle, dan zona distal.  Zona proximal merupakan zona yang berbatasan langsung dengan laut dan merupakan zona dari jenis Rhizophora mucronata  Zona midle adalah zona pertengahan yang terletak diantara darat dan laut, jenis yang berada zona yaitu  jenis  Bruguiera sexangula  Bruguiera gymnorrhiza. Ceriops Tagal dan Xylocarpus granatum dan Zona distal adalah zona yang berada dibelakang zona middle  yaitu jenis  Nypa fruticans.

2020 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 119-133
Author(s):  
Rismawaty Rusdi ◽  
Isdrajad Setyobudiandi ◽  
Ario Damar

Perencanaan dan pengelolaan yang baik hanya dapat dipenuhi apabila tersedia informasi yang lengkap dan akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang ditinjau dari kondisi ekologi dan nilai ekonomi untuk menilai status keberlanjutan dan menentukan rekomendasi pengelolaan ekosistem mangrove. Pengumpulan data ekologi, ekonomi, dan sosial dilakukan dengan metode observasi, wawancara dilakukan dengan metode purposive sampling, dan kajian literatur. Analisis ekologi menggunakan indeks nilai penting, analisis ekonomi menggunakan surplus consumer, replacement cost, contingent value, dan analisis keberlanjutan menggunakan modifikasi perangkat lunak Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH). Jenis mangrove yang berhasil diidentifikasi adalah Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula, Ceriops tagal, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Xylocarpus moluccensis, Aegiceras corniculatum, Lumnitzera racemosa and Avicennia marina. Hasil analisis nilai ekonomi total ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang dengan luas 86,31 ha sebesar Rp5.050.275.373,00 /tahun atau rata-rata sebesar Rp58.513.212,00 /ha/tahun. Status keberlanjutan ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang masih tergolong kurang berkelanjutan. Oleh karena itu, beberapa rekomendasi strategi yang disarankan adalah rehabilitasi vegetasi mangrove; mengendalikan kegiatan pemanfaatan ekosistem mangrove yang bersifat eksploitatif; melibatkan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan ekosistem mangrove; membuat peraturan secara formal terkait pengelolaan ekosistem mangrove.


Author(s):  
Rahman Rahman ◽  
Yusli Wardiatno ◽  
Fredinan Yulianda ◽  
Iman Rusmana

Mangrove merupakan ekosistem pesisir yang sangat penting bagi manusia karena memiliki fungsi ekonomi, fisik, dan ekologi. Salah satu wilayah pesisir yang merupakan habitat ekosistem mangove adalah pesisir Kabupaten Muna Barat. Adanya pembangunan berdampak pada pengurangan luas dan kerapatan ekosistem mangrove sehingga mempengaruhi struktur dan status kerapatan ekosistem mangrove. Jumlah spesies mangrove yang ada di pesisir Kabupaten Muna Barat adalah sepuluh spesies yang terdiri Bruguiera cylindrica, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Ceriops tagal, Scyphiphora hydrophyllacea, dan Calophyllum inophyllum. Total kerapatan mangrove adalah 752 pohon/ha yang terdiri dari 879 pohon/ha pada stasiun I, 621 pohon/ha pada stasiun II, 687 pohon/ha pada stasiun III, dan 820 pohon/ha pada stasiun IV dengan status kerapatan termasuk pada kategori rendah.


SIMBIOSA ◽  
2016 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 126
Author(s):  
Ramses Ramses

Setiap ekosistem  mangrove mempunyai keanekaragaman vegetasi yang berbeda, begitu juga halnya pada kawasan mangrove di Pulau Mecan. Pengumpulan data vegetasi dilakukan dengan pencacahan jenis-jenis flora mangrove di sepanjang garis transek. Metode Spot Check dilakukan untuk melengkapi informasi flora mangrove diluar jalur garis transek, dilakukan dengan cara mengamati dan memeriksa zona-zona tertentu dalam ekosistem mangrove yang memiliki ciri khusus. Pengukuran parameter fisik-kimia air menunjukan bahwa salinitas (29-30o/oo), pH (6,0-6,5), suhu (29-30OC), DO (6,5mg/l), kecerahan (8m). Hasil inventarisasi flora pada lokasi pengamatan menunjukkan bahwa terdapat 32 jenis flora penyusun hutan mangrove yang teramati. Jenis flora mangrove tersebut terdiri dari 15 jenis mangrove sejati, 3 jenis mangrove pendukung, dan 14 jenis asosiasi mangrove. Inventarisasi terhadap jenis flora mangrove sejati meliputi Rhizophora. mucronata, R. apiculata, Bruguiera gymnorrhiz, B.  cylindrica, Lumnitzera littorea, L. recemos, Ceriops tagal, C. decandra, Avicennia lanata,  A.  alba, Xylocarpus granatum, X. mollucensis dan Nypa fruticans. Mangrove sejati didominan oleh Rizophora mucronata dan R. apiculata. Sedangkan jenis mangrove pendukung terdiri Aegiceras corniculatum, Scyphiphora hydrophyllaceae dan Excoecaria agallocha. Pada kawasan pengamatan juga dijumpai  jenis mangrove asosiasi atau ikutan yaitu Acanthus ilicifolius, Terminalia catappa, Hibiscus tiliaceus, Pemphis acidula, Ximenia americana, Dischidia bengalensis, Dischidia rafflesiana, Sarcolobus banksii, Sesuvium portulacastrum, Acrostichum aureum, Acrosticum aureum, Scaevola taccada, Pandanus tectorius dan Clerodendrum inerme


2011 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
Author(s):  
Mahmud Mahmud

Vegetasi mangrove merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan masyarakat Papua. Penelitian dilakukan dengan observasi lapangan dan telah pustaka. Tujuan penelitian untuk mengetahui vegetasi mangrove yang dipergunakan sebagai bahan makanan pada empat suku yang ada di Papua Hasil penelitian menunjukkan terdapat 7 jenis dari 3 suku vegetasi mangrove yang dimanfaatkan sebagai makanan. Ke-7 jenis tersebut :Bruguiera gymnorrhiza Lam, Ceriops tagal B.Rob, Nypa fruticans Wurmb, Bruquiera parviflora, Rhizopora apiculata, Sonneratia alba J.Sm, dan Sonneratia avota dari 3 suku Rhizophoraceae, Sonneratiaceae, Arecaceae. Kegunaan vegetasi mangrove sebagai bahan makanan di antaranya: sebagai makanan pokok, rujakan, pengganti pinang, pengganti kelapa, penambah rasa, dan minuman.


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1-10
Author(s):  
Agus Putra A. Samad ◽  
Pitri Agustina ◽  
Mus Herri

Langsa merupakan salah satu kota pesisir Aceh yang memiliki kawasan mangrove yang  sangat  potensial.  Kota  ini  memiliki  panjang  garis  pantai  16  km dengan luas kawasan mangrove sebesar 7.837 Ha. Keberadaan mangrove di wilayah ini menjadi aset strategis untuk dikembangkan menjadi basis kegiatan ekonomi untuk memakmurkan masyarakat dan meningkatkan pendapatan  asli  daerah. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk melestarikan potensi sumberdaya ekosistem mangrove yang ada di Kota Langsa agar dapat memberikan fungsi ekologis dan ekonomis secara berkesinambungan kepada masyarakat disekitarnya. Kajian ini dilakukan menggunakan metode survei, analisa laboratorium dan observasi lapangan. Hasil pengamatan terhadap komposisi jenis tumbuhan yang terdapat di ekosistem mangrove menunjukkan 8 jenis tumbuhan mangrove yaitu: jenis Avicennia lanata, Avicennia marina, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera parviflora, Rhizophora apiculata, Rhizophora  mucronata, Sonneratia Caseolaris dan Xylocarpus granatum. Nilai rata-rata parameter kualitas air di ekosistem mangrove secara beturut-turut adalah DO (6.3 ppm),salinitas (27 ‰), pH tanah dasar (6.0), pH tanah permukaan (5.08), pH air (7.33), suhu (30 oC) dan kecerahan (5 m).  Perhitungan terhadap nilai manfaat ekosistem mangrove meliputi: 1) Nilai manfaat langsung perikanan tangkap: Rp. 8.710.000.000 per tahun, 2) Nilai manfaat budidaya tambak: Rp. 93.940.000.000,- per tahun, 3) Nilai penahan abrasi dan banjir: Rp. 300.000.000,- per hektar per tahun, 4) Nilai sebagai penyediaan unsur hara: Rp. 28.634.000,- per tahun, 5) Nilai manfaat pilihan: Rp. 210.000.000,- per tahun dan 6) Nilai manfaat keberadaan: Rp. 1.464.493.000,- per tahun.  Nilai keberadaan ekosistem mangrove yang dinilai adalah Nilai Keaslian = 70 % (lebih dari asli), Nilai Keindahan Alam = 74 % (lebih dari indah), Nilai Kenyamanan = 66% (kondisi lebih dari nyaman),  dan Nilai Aspirasi masyarakat = 98 % (sangat didukung masyarakat). Alternatif  pengelolaan  dan  pemanfaatan  ekosistem  mangrove  yang diperkirakan cocok secara ekonomi dan ekologis terdiri dari beberapa kegiatan pilihan yaitu budidaya ikan, udang, tiram dan kepiting, budidaya ikan kerapu dan kakap, pengolahan buah dan daun mangrove, dan pengembangan obyek wisata.


2017 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
Author(s):  
Ariesia Ayuning Gemaputri

Kawasan hutan mangrove di Jawa Timur terdapat di sepanjang pantai utara mulai Kabupaten Tuban sampai dengan Kabupaten Situbondo seluas sekitar 19.916 hektar (Perum Perhutani, 1994). Keberadaan hutan mangrove tersebut kini semakin memprihatinkan, dimana penyusutan hutan mangrove di Kabupaten Probolinggo mencapai 580 hektar pada tahun 2001 (Kompas, 2001), dan 229,5 hektar di Kabupaten Situbondo (Pemerintah Kabupaten Situbondo, 2005). Dengan laju penurunan hutan mangrove yang demikian cepat, maka diperkirakan hutan mangrove akan lenyap pada tahun 2010 (Ramono, 2003). Kegiatan rehabilitasi hutan mangrove yang dilaksanakan sampai saat ini hanya terbatas pada penanaman pohon-pohon mangrove yang rusak karena penebangan, padahal keberhasilan upaya rehabilitasi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi lahan, jenis mangrove, dan tata cara penanaman. Hasil penelitian yang dilakukan pada 3 (tiga) lokasi di pantai utara Jawa Timur bagian timur menunjukkan bahwa, tanah-tanah didominasi oleh fraksi pasir (13,80-94,92 %), pH asam (8,06-8,94), tingkat salinitas tinggi (0,2302-2,4843 %), kapasitas tukar kation rendah (7,8837-27,2901 me/100g), dan kandungan bahan organik rendah (0,1851-2,4675 %). Sehingga jenis mangrove yang dapat direkomendasikan untuk ditanam di Kabupaten Probolinggo pada zona paling dekat dengan darat (belakang) adalah Ceriops decandra, dan Ceriops tagal, pada zona tengah antara lain Bruguiera gymnorrhiza, dan Xylocarpus mollucensis, pada zona paling dekat dengan laut (depan) adalah Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, dan Rhizophora stylosa.


2019 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 284
Author(s):  
Elroi Nity ◽  
Suria Darwisito ◽  
Joshian N.W. Schaduw ◽  
Adnan S. Wantasen ◽  
Deiske A. Sumilat ◽  
...  

This study aims to know the percent cover of mangrove and to assess the community structure. It was carried out in Gamtala village, Jailolo district, and west Halmahera regency, using line transect method with 10x10 m plot.. Data analysis covered the community structure and percent cover of mangrove canopy. This study found seven mangrove species, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, Rhizophora mucronata, Avicennia alba, Bruguiera sexangula, dan  Xylocarpus granatum. Based on Importance Value Index (IVI), Bruguiera gymnorhiza had the highest, 149.06, and Avcsennia alba did the lowest, 9.3507. In addition, Gamtala village had manrove percent cover of 72.11 %.Keywords: canopy, community structure, mangrove, Gamtala.ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persentasi tutupan mangrove dan menghitung struktur. Penelitian ini dilakukan di Desa Gamtala Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat. Penelitian ini menggunakan metode transek garis dengan 10x10 m plot. Penelitian ini menemukan tujuh spesies mangrove, yaitu Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, Rhizophora mucronata, Avicennia alba, Bruguiera sexangula, dan  Xylocarpus granatum. Berdasarkan Indeks Nilai Penting, Bruguiera gymnorhiza memiliki nilai tertinggi, 149,06, dan Avcsennia alba memiliki nilai terendah 9,3507. Sebagai tambahan, desa Gamtala memiliki tutupan mangrove sebesar 72,11 %.Kata Kunci: kanopi, struktur komunitas, mangrove, Gamtala


2008 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
Author(s):  
Yan F.A. Auri

<p><em>The objective of this research was to know the structure, composition, potency of mangrove tree and also exploitation of mangrove observation type in Isenebuai Village District Rumberpon Teluk Wondama. Vegetation observation was conducted using line and plot method and the interview technique flourish structure. The result of analyse vegetasi study show that 11 mangrove plant species from 5 families were found.The 11 species are Aegiceras corniculatum, Bruguiera sylindrica, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora stylosa ,Rhizophora mucronata, Ceriops tagal, Heritiera littoralis, Heritiera globosa, Lumnitzera litorea, Xylocarpus granatum and  Xylocarpus moluccensis. The result also show that local people used 7 mangrove plant species from 4 families for 7 categories of use that are food-stuff, construction material, medicine, energy sources, boat supply, musical instrument and equipments of artistry and furniture.</em></p>


2019 ◽  
Vol 7 (6) ◽  
pp. 20-24
Author(s):  
Istiqomah M A ◽  
Hasibuan P. A. Z ◽  
Basyuni M

Objectives: The study aims to examine the anticancer effect of polyisoprenoid of Nypa fruticans, Ceriops tagal, and Rhizophora mucronata leaves in WiDr cells by evaluating the regulation of p21 and Akt 2 gene. Design: Nypa fruticans, Ceriops tagal, and Rhizophora mucronata leaves were dried and extracted with n-hexane, analyzed the increase or decrease in regulation of p21 gene and Akt 2 expression which was determined the Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) method. Interventions: The variable that was intervened in this study was the 3 sample mangrove leaves. Main outcome measure: The main measurement results in this study were to study n-hexane extracts of mangrove leaves able to suppress the expression of p21 and Akt 2 genes so that cancer cell growth is inhibited. Results: n-hexane extract of Ceriops tagal leaves was more effective than Nypa fruticans and Rhizophora mucronata, in which there was up-regulated (p21) of 1.19 and down regulated (Akt 2) of 0.78 on colon cancer cells (WiDr). N-hexane extract of mangrove leaves has cancer chemoprevention activity with up-regulated and down-regulated on WiDr cells, in which the sample was more effective than n-hexane extract of Ceriops tagal leaves. Conclusion: N-hexane extract of mangrove leaves had cancer chemoprevention activity with up-regulated and down-regulated on WiDr cells, in which the sample was more effective than n-hexane extract of Ceriops tagal leaves.    


2020 ◽  
Vol 20 (3) ◽  
pp. 406
Author(s):  
WD. Syarni Tala

Kendari Bay is directly adjacent to the Kendari City area, so that it receives a lot of pressure mainly from community activities. This pressure causes the declining of mangrove forest area every year. Reproductive phenology of mangroves can be used in planning, collecting seeds, and seeding propagules for rehabilitation of degraded mangrove forest area. The aims of this research were to know the morphological characteristics of mangrove reprodutive organs and mangrove reproductive phenology of Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Rhizophora apiculata, and Rhizophora mucronata in Kendari Bay. The method using in this research was observation method that conducted directly in the field. Morphology and phenology of mangrove reproduction divided into 6 phases, i.e. flower bud, blooming flower, ovary, fruit, young propagule and mature propagule. The data was analysed descriptively. According to the result, the morphological characteristics of 4 mangrove species were different. Flower of B. gymnorrhiza was single, whereas flowers of C. tagal, R. apiculata and R. mucronata were inflorescences. Ovary of B. gymnorrhiza was hemi inferous, whereas ovaries of C. tagal, R. apiculata and R. mucronata were superous. R. mucronata had the largest propagule compared to other mangroves observed. The timing of mangrove reproductive phenology also showed different result. B. gymnorrhiza required 299 days to develop from flower bud to mature propagule and R. apiculata required 262 days, whereas C. tagal and R. mucronata  had not been able known its phenological period because the timing data from ovary to fruit had not been obtained. Further research is needed to resolve this issue. 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document