scholarly journals Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Daya Konsentrasi Belajar pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
Author(s):  
Nadhila Shafira Fitri

Setiap orang memerlukan kadar tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi normal. Kurangnya kebutuhan tidur akan berdampak pada menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari. Dewasa muda banyak yang mengalami hambatan dalam proses belajar yang disebabkan oleh rasa mengantuk dan lelah akibat kurang tidur. Mahasiswa kedokteran adalah salah satu subkelompok dari populasi yang sangat rentan terhadap kualitas tidur yang buruk. Hal ini diduga karena tuntutan akademis yang tinggi, tugas klinis, pilihan gaya hidup, sampai pekerjaan yang menantang secara emosional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas tidur terhadap konsentrasi belajar mahasiswa kepaniteraan klinik FK Unand. Jenis penelitian yang digunakan adalah secara analitik dengan metode cross sectional. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling dengan total sampel didapatkan sebanyak 222 orang. Dengan menggunakan kuesioner PSQI dan kuesioner konsentrasi belajar yang kemudian hasilnya dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-Square, didapatkan sebanyak 65,32% mahasiswa mengalami gangguan tidur dan 77,48% mahasiswa memiliki tingkat konsentrasi yang tergolong kurang. Dari hasil uji Chi-Square (p=0,000) dapat disimpulkan bahwa terdapat bermakna antara kualitas tidur dengan tingkat konsentrasi belajar mahasiswa. Kata kunci:  kualitas tidur, konsentrasi belajar, mahasiswa kepaniteraan klinik, koas   Everyone needs enough sleep so the body can function normally. Lack of sleep will result in decreased ability to concentrate, make decisions, and participate in daily activities. Most of the difficulties young adults experience in their learning process are caused by drowsiness and fatigue due to lack of sleep. Medical students are a subgroup of the population who are vulnerable to poor sleep quality. This is thought to be due to high academic demands, clinical assignments, lifestyle choices, and emotionally challenging work. This study aims to determine the relationship between sleep quality and the concentration level of clinical clerkship students from Faculty of Medicine, Andalas University. This is a cross-sectional study. The sampling technique was carried out by stratified random sampling with a total sample of 222 people. By using the PSQI questionnaire and the learning concentration questionnaire which were then analyzed univariately and bivariately using the Chi-Square test, the results obtained were as many as 65.32% of students experiencing sleep disturbances and 77.48% of students had relatively poor concentration levels. From the Chi-Square test results (p=0,000) it can be concluded that there is a significant correlation between the quality of sleep and the students’ concentration level. Keyword: sleep quality, concentration level, clinical clerkship students

2020 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 193
Author(s):  
Qorri Febriyana Romandani ◽  
Teti Rahmawati

ABSTRAKLatar belakang: Anemia merupakan keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) di dalam tubuh di bawah normal. Hal ini dialami oleh remaja yang salah satunya disebabkan oleh kebiasaan makan yang tidak sehat, sehingga dibutuhkan pengetahuan untuk merubah perilaku remaja supaya tidak mengalami anemia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan anemia dengan kebiasaan makan pada remaja putri di SMP N 237 Jakarta. Metode: Desain penelitian adalah deskriptif analitik menggunakan pendekatan cross sectional terhadap 100 remaja yang diambil dengan teknik Stratified Random Sampling. Pengambilan data dilakukan pada bulan April 2019. Kuesioner dikembangkan oleh peneliti dan digunakan setelah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data dianalisis secara univariat dan bivariat (chi-square test). Hasil penelitian: Hasil analisis uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (p-value=0,05) menunjukkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan anemia dengan kebiasaan makan pada remaja putri di SMP N 237 Jakarta (p-value=0,015). Kesimpulan: Peneliti merekomendasikan adanya pemberian edukasi terkait penyakit anemia dengan kebiasaan makan yang baik bagi remaja, bekerja sama dengan guru konseling atau UKS dan terintergrasi dalam kurikulum intra maupun ekstra kurikuler.Kata Kunci: anemia, kebiasaan makan, remaja putriRelationship of Anemia Knowledge with Eating Habits in Young Women at SMP N 237 Jakarta ABSTRACTBackground: Anemia is a condition where the levels of hemoglobin (Hb) in the body are below normal. This is experienced by teenagers, one of which is caused by unhealthy eating habits, so knowledge is needed to change the behavior of adolescents so they did not experience anemia. Aim: This study aims to identify the relationship of anemia knowledge with eating habits in young women at SMP N 237 Jakarta. Method: The study design was descriptive analytic using a cross sectional approach to 100 adolescents taken with the Stratified Random Sampling technique. Data was collected in April 2019. A set of questionnaire was developed by the researchers and used after its validity and reliability were tested. Data was analyzed with using univariate and bivariate analysis. Results: The results of the chi-square test analysis with a confidence level of 95% (p-value=0.05) showed a significant relationship between knowledge of anemia and eating habits in adolescent girls at SMP N 237 Jakarta (p-value=0.015). Conclusion: The researcher recommends providing education related to anemia with good eating habits for adolescents, working with counseling teachers or UKS and integrating it in the intra and extra curricular curriculum.Keywords: anemia, eating habits, young women


Author(s):  
Aprilia Aprisanti Reyani

Latar Belakang :Kehangatan dada ibu dapat menghangatkan bayi, sehingga apabila bayi diletakan di dada ibunya segera setelah melahirkan atau dilakukan Inisiasi Menyusu Dini, dapat menurunkan resiko hipotermia dan menurunkan kematian bayi baru lahir akibat kedinginan atau hipotermia. Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan suhu tubuh bayi baru lahir antara bayi yang berhasil melakukan IMD dan bayi yang tidak berhasil melakukan IMD Metode  :Analitik,desain cross sectional,populasi semua bayi baru lahir, sampel bayi barulahir, teknik Non Random Sampling, pengumpulan data dengan menggunakan Lembar Observasi dengan menggunakan uji Chi-Square dengan nilai signifikan α = 0.05 yaitu bila hasil uji statistik menunjukan p ≤ α maka H0 ditolak. Hasil      :Suhu tubuh bayi baru lahir yang berhasil melakukan IMD sebagianbesardengansuhutubuhtidakhipotermisebanyak 20 bayi (87%) Suhu tubuh bayi baru lahir yang tidak berhasil melakukan IMD sebagianbesardengansuhutubuhhipotermisebanyak 8 bayi (66,7%). Dari hasil uji statistik diperoleh hasil nilai p = 0,005 < α = 0.05 maka H1 diterima, artinya ada Perbedaan suhu tubuh bayi baru lahir yang berhasil melakukan IMD dan yang tidak berhasil melakukan IMD Kesimpulan :Terdapat perbedaan suhu tubuh bayi baru lahir antara bayi yang berhasil melakukan IMD dan bayi yang tidak berhasil melakukan IMD.   Kata kunci : Inisiasi Menyusu Dini, Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir                                                                                               THE DIFFERENCE BODY TEMPERATURE BETWEEN BABIES WHO SUCCESSFULLY INITIATE BREASTFEEDING EARLY AND BABIESWHO FAIL TO INITIATE EARLY BREASTFEEDING AT RSIA KIRANA SIDOARJO 2019  Background : The warmth of the mother’s chest can warm the baby, so that when the baby is in the mother’s breast immediately after birth or initiated early breastfeeding can reduce the mortality rate of newborns due to hypotermia.Purpose :the purpose of this study was to determine the difference in body temperature of newborns between infants who successfully initiated early breastfeeding and infants who did not succeed in initiating early breastfeedingMethods : analytical, cross sectional design, population 40 newborns, samples 35 newborns, Non Random Sampling techniques, the data accumulation using observation sheets and using chi-square test, with significant value α = 0.05 is when the statistical test results show p ≤ α then Ho is rejected.Result : The body temperature of the newborn who succeeded in initiating early breastfeeding was 36.78ºC with 23 (65.7%) of infants none having hypothermia, the newborn baby's body temperature that did not succeed in doing this early breastfeeding was 35.78ºC With 8 infants experiencing hypothermia, while 4 babies with normal temperature. From the results of statistical tests obtained results with the value p = 0,000 <α = 0.05 then H1 accepted, meaning there is a difference in body temperature of a newborn who successfully initiated early breastfeeding and who did not succeed in Early Breastfeeding Initiation. Conclusion : There is a difference in the body temperature of a newborn between infants who successfully initiated breastfeeding and infants who are not successful in initiating early breastfeeding....Keywords : Early breastfeedinginitiation, newborns temperature


2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Ramadhan Rifandy Widodo ◽  
Tantut Susanto ◽  
Latifa Aini Susumaningrum

ABSTRAKPeran ganda pada ibu yang bekerja rawan menimbulkan stress yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap ibu terutama sikap pemberian ASI, dimana sikap merupakan salah satu faktor penting yang mendorong keberhasilan pemberian ASI. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan pekerjaan dan status paritas ibu dengan sikap pemberian ASI (Air Susu Ibu) pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Penelitian dengan desain cross sectional dilakukan pada 273 ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan dengan stratified random sampling. Kuesioner digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik responden dan sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Chi-square test digunakan untuk menjawab tujuan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga (80,2%) dan sebagian besar ibu memiliki sikap pemberian ASI yang cukup (90,8%). Analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pekerjaan  ibu dengan sikap pemberian ASI (χ2= 2,089; p-value= 0,352). Akan tetapi teridentifikasi bahwa status paritas ibu berhubungan dengan sikap pemberian ASI (χ2= 14,050; p-value= 0,001). Dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan sikap pemberian ASI, tetapi status paritas ibu berhubungan dengan sikap pemberian ASI. Program KB (Keluarga Berencana) perlu ditingkatkan dengan tujuan mendorong ibu memberikan ASI kepada anaknya sesuai usia yang ditentukan. ABSTRACTDouble roles for working mothers caused stress which effects on their attitude towards breastfeeding practice. The objective of this study was to identify the correlation between mother’s employment and parity and attitudes towards breastfeeding among mothers in Panti district, Jember regency. A cross-sectional study was conducted among 273 mothers who have infants 0-6 months using stratified random sampling. Respondents’ characteristics and attitudes towards breastfeeding were measured using a questionnaire. A chi-square test was used to analyze the data. The results showed most of the mother was housewives (80,2%), most of the mother were multipara (64,5%) and most of the respondents have sufficient attitudes towards breastfeeding (90,8%). There were no relationship between mother’s employment and attitudes towards breastfeeding (χ2= 2,089; p-value= 0,352). However, there were significant relationship between maternal’s parity and attitudes towards breastfeeding (χ2= 14,050; p-value= 0,001). This study showed there was no relationship between mother’s employment and attitudes towards breastfeeding, although maternal’s parity showed different results. Therefore, family planning program should be improved correctly to support mothers breastfeed their babies until the six month age to achieve exclusive breastfeeding practice. 


2016 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Hanafi Nilifda ◽  
Nadjmir Nadjmir ◽  
Hardisman Hardisman

AbstrakKualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan berbagai tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Gangguan tidur banyak ditemui dikalangan dewasa muda terutama mahasiswa yang nantinya bisa menyebabkan berkurangnya konsentrasi belajar dan gangguan kesehatan. Hal ini bisa menyebabkan tidak tercapainya prestasi akademik secara optimal karena proses belajar menjadi terganggu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan kualitas tidur dengan prestasi akademik mahasiswa pendidikan dokter angkatan 2010 FK Unand. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan rancangan cross sectional. Total responden sebanyak 177 orang yang dipilih dengan teknik random sampling. Data kualitas tidur diambil dengan menggunakan indeks kualitas tidur Pittsburgh (PSQI) dan prestasi akademik dari nilai ujian blok 4.2. Pada akhir penelitian dilakukan uji statistik chi square untuk mengetahui hubungan kedua variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 51 mahasiswa (65%) memiliki kualitas tidur dan prestasi akademik yang baik, 27 mahasiswa (35%) memiliki kualitas tidur yang baik dengan prestasi akademik yang kurang baik, 43 mahasiswa (43%) memiliki kualitas tidur yang buruk dengan prestasi akademik yang baik, dan 56 mahasiswa (57%) memiliki kualitas tidur yang buruk dan prestasi akademik yang kurang baik. Berdasarkan uji chi square didapatkan nilai p=0,004 (p<0,05). Penelitian ini menyimpulkan terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan prestasi akademik mahasiswa pendidikan dokter angkatan 2010FK Unand.Kata kunci: kualitas tidur, prestasi akademik, mahasiswa kedokteran AbstractThe good quality of sleep is there is no any disturbance in their sleep. The condition of sleep disorders commonly found among young adults, especially college students who can later cause a reduction in the concentration of learning and health problems. This can lead to failure to achieve optimal academic achievement because learning becomes impaired. The objective of this study was to determine the relationships between sleep quality and academic achievement on medical education student class of 2010 medical faculty of Andalas University. This research used analytic methods with cross sectional design. Total of 177 respondents were selected by random sampling technique. Sleep quality using the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) and the academic achievement of test scores 4.2 blocks. At the end of the study, conducted chi-square test to determine the relationship between the two variables. The results showed that as many as 51 students (65 %) have quality sleep and good academic achievement, 27 students (35 %) had a good sleep quality with poor academic achievement, 43 students (43%) had poor sleep quality with good academic achievement, and 56 students (57%) had poor sleep quality and poor academic achievement. Based on chi square test p value=0,004 (p<0,05). The study concluded there is a relationship between sleep quality with academic achievement for medical education student class of 2010 medical faculty of Andalas University.Keywords: sleep quality, academic achievement, medical students


2016 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Septia Endike ◽  
Yaslinda Yaunin ◽  
Rima Semiarty

 AbstrakPadang adalah salah satu kota di Indonesia yang rawan terhadap kejadian gempa dan Tsunami.  Orang yang selamat dari peristiwa Tsunami bukan hanya menderita bencana yang sifatnya fisik dan harta benda saja, tetapi lebih pada trauma mental yang tidak mudah dilupakan. Trauma mental itu sendiri bila tidak ditangani dengan sungguh-sungguh dan profesional dapat berlanjut pada gangguan jiwa salah satunya adalah ansietas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan risiko tsunami terhadap tingkat ansietas pada anak sekolah dasar di zona merah dan hijau Kota Padang. Penelitian analitik observasional ini menggunakan desain cross-sectional dengan jumlah subjek sebanyak 117 responden yang dipilih secara stratified random sampling di SDN 02 Ulak Karang Selatan (zona merah) dan SDN 33 Kalumbuk (zona hijau). Data dikumpulkan melalui wawancara responden menggunakan kuesioner HRS-A yang kemudian dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan tingkat ansietas pada anak-anak yang bersekolah di zona merah yaitu 7 anak (14%) ringan, 8 anak (16%) sedang dan 1 anak (2%) berat, sedangkan di zona hijau didapatkan 16 anak (23,9%) ringan, 8 anak (11,9%) sedang dan tidak ada anak yang mengalami ansietas berat. Berbagai simulasi gempa dan Tsunami yang dilakukan terhadap anak sekolah di zona merah menurunkan angka ansietas pada anak tersebut. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa nilai p = 0,151 (p < 0,05) yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara risiko tsunami terhadap tingkat ansietas pada pada anak-anak di zona merah dan zona hijau.Kata kunci: ansietas, tsunami, anak AbstractPadang is one of the city in Indonesia that have a high risk to tsunami disaster. For those who survived at the tsunami attack, it is not only a physical and property damage, but rather on the mental trauma that is not easily forgotten and can lead to mental disorders such as anxiety. The objective of this study was to examined the correlation of the tsunami risk to the anxiety level on children in the red and green zone of Padang.This research was an observational analytic study using cross-sectional design with a total sample of 117 respondents were selected by stratified random sampling in SDN 02 Ulak Karang Selatan (red zone) and SDN 33 Kalumbuk (green zone). Data were collected through interviewing respondents using a HRS-A questionnaire, then analyzed with chi-square test. The results of this study indicate the level of anxiety in children who attend school in the red zone as many as 7 (14%) mild, 8 (16%) moderate and 1 (2%) severe, whereas the green zone obtained in 16 (23, 9%) mild, 8 (11.9%) moderate, and no child is experiencing severe anxiety. Additional findings indicate that a variety of simulated earthquake and tsunami were conducted on the red zoned school children decrease the anxiety in the child. The results of chi-square test showed that the p value = 0.151 (p <0.05), which means there is no significant association between the risk of a tsunami on the level of anxiety in children at red zone and green zone. Keywords:  anxiety, tsunami, children


Author(s):  
Julia Tristianingsih ◽  
Sarah Handayani

Latar Belakang. Tidur yang berkualitas adalah kebutuhan dasar manusia namun pada mahasiswa kebutuhan tidur akan terganggu karena tugas sebagai mahasiswa dan gaya hidup yang berubah. Apabila kualitas tidur tidak terpenuhi atau mengalami gangguan berpengaruh pada menurunnya kualitas hidup seseorang serta menurunnya fungsi kesehatan.Tujuan. untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pada mahasiswa Kampus A Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka tahun 2020Metode. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik pengambilan sampel proportional stratified random sampling. Populasi penelitian ialah seluruh mahasiswa Kampus A UHAMKA dengan sampel 117 mahasiswa. Data yang digunakan ialah data primer dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji chi-square.Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 69 orang (59%) responden yang memiliki kualitas tidur buruk. Terdapat hubungan penggunaan gawai (p=0,001), aktivitas fisik (p=0,001), dan stres (p=0,001) dengan kualitas tidur. Sedangkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin (p= 0,313) dengan kualitas tidur.Kesimpulan. Kualitas tidur mahasiswa kampus A di Universitas Muhammadiyah Prof DR Hamka berkaitan dengan penggunaan gawai, aktifitas fisik serta stres. ABSTRACTBackground. Quality sleep is a basic human need, but in college students, sleep will be disrupted due to student duties and changing lifestyles. If the quality of sleep is not fulfilled or a disturbance, it will affect the decrease in a person's quality of life and decrease the health function.Objective to determine the factors related to sleep quality in Campus A students University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka in 2020.Method. This study used a cross-sectional design with a proportional stratified random sampling technique. The study population was students of Campus A UHAMKA with a sample of 117 students. The data used are primary data using a questionnaire. Data analysis used the chi-square test. Results. The results showed that there were 69 people (59%) of respondents who had poor sleep quality. There is a relationship between the use of gadgets (p=0.001), physical activity (p=0.001), and stress (p=0.001) with sleep quality. Meanwhile, there was no relationship between gender (p= 0.313) and sleep quality.Conclusion. The sleep quality of campus A students at the University of Muhammadiyah Prof DR Hamka is related to the use of gadgets, physical activity and stress. 


2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 109
Author(s):  
Zumrotul Choiriyah ◽  
Devi Anis Ramonda ◽  
Yunita Galih Yudanari

Pola makan remaja saat ini sudah mulai bergeser pada pola makan yang tidak seimbang sehingga meningkatkan kejadian obesitas pada remaja.  Salah satu faktor yang mempengauhi pola makan pada remaja yaitu body image, dan jenis kelamin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuihubungan antara body image dan jenis kelamin terhadap pola makan pada remaja di SMA Negeri 1 Ungaran. Jenis penelitian ini adalah Diskriptive Korelasional dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportinate Random Sampling dengan total populasi 1212 siswa dan  jumlah sampel 92 siswa. Analisi data menggunakan Uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa body image pada siswa SMA N 1 Ungaran dalam kategori positif60 responden (65,2 %). Hasil penelitian didapatkan 56 orang berjenis kelamin perempuan (60,9%). Pola makan siswa dalam kategori kurang baik 61 responden (66,3%). Hasil uji chi squaretentang hubungan body image terhadap pola makan didapatkan p value sebesar 0,047< α (0,05). Hasil uji chi squaretentang hubungan jenis kelamin terhadap pola makan didapatkan p value sebesar 0,048 < α (0,05). Terdapat hubungan yang bermakna antara body image dan jenis kelamin terhadap pola makan pada remaja di SMA N 1 Ungaran. Diharapkan sekolah dapat memberikan konseling kepada siswanya mengenai pentingnya pola makan yang baik dan benar. Kata Kunci: Body image, jenis kelamin, pola makan, remaja THE CORRELATION BETWEEN BODY IMAGE AND GENDER TO FOOD PATTERN IN ADOLESCENCE  ABSTRACTThe current food pattern of adolescents has begun to shift to an unbalanced food pattern that increases the incidence of obesity in adolescents. One of the factors that influence diet in adolescence is body image, and gender. The purpose of this study was to determine the correlation between body image and gender to food pattern in adolescence at SMAN 1 Ungaran. This type of reaserch was descriptive correlational with cross-sectional approach. The sampling technique used proportionate random sampling with a total pupulation 1212 students and sample size of 92 students. Data analysis used Chi Square Test. The results of the study show that the body image at SMAN 1 Ungaran in the positive category as many as 61 respondents (65,2%). The results show that 56 people are female (60.9%). The food pattern of students in the poor category as many as 61 respondents (66,3%). The result of the chi square test about the correlation of body image to food pattern obtain p value of 0.047 < α (0.05). The result of the chi square test about the correlation of gender to food pattern obtain p value 0.048 < α (0.05). There is a significant correlation between body image and gender to food pattern in adolescence at SMAN 1 Ungaran. It is expected that schools can provide counseling for their students regarding the importance of good and right of food pattern. Keywords: Body image, gender, food pattern, adolescence


e-GIGI ◽  
2015 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Katarina D. Manibuy ◽  
Damajanty H. C. Pangemanan ◽  
Krista V. Siagian

Abstract:Currently, smokers in Indonesia have already included teenagers. Adolescent phase is particularly vulnerable to try new things with the purpose of identity searching, one of which is through smoking. Smoking does not only cause a systemic effect on the body, but can also cause pathologic conditions in the oral cavity such as gingivitis. Accumulation of heat and combustion products of cigarettes can affect the response of gingival inflammation. The objective of this study was to determine the relation between smoking habits based on the amount and duration of smoking cigarettes with gingival status in adolescents aged 15-19 years in Tuminting district.This research was descriptive analytic with cross sectional approach. The population was all adolescents aged 15-19 years in Tuminting district. A sample of 99 adolescents was taken using proportional random sampling. The data were collected using questionnaires and checks on gingival status by gingival index.The research findings show that as many as 49 adolescents (49.5%) had a mild smoking habit based on the number of cigarettes (1-4 cigarettes/day), 39 adolescents (39.4%) had a heavy smoking habit by smoking duration (>2 years) and 70 adolescents (70.7%) had mild gingival status. Chi-square test results show no significant relation between smoking habits based on the amount of cigarettes smoked and gingival status (p>0.05), but smoking habits based on the duration of smoking relate to gingival status (p<0.05).Keywords: smoking habit, gingival status, adolescentsAbstrak:Saat ini, perokok di Indonesia sudah mencakup ke kalangan remaja. Fase remaja sangat rentan untuk mencoba hal-hal baru dengan tujuan untuk pencarian jati dirinya, salah satunya yaitu dengan caramerokok. Kebiasaan merokok tidak hanya menimbulkan efek sistemik pada tubuh, tetapi juga dapat menimbulkan kondisi patologis di rongga mulut, salah satunya yaitu gingivitis.Panas dan akumulasi produk hasil pembakaran rokok dapat memengaruhi respon inflamasi gingiva. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok berdasarkan jumlah rokok dan lama merokok dengan status gingiva pada remaja usia 15-19 tahun di kecamatan Tuminting.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ialah seluruh remaja usia 15-19 tahun di kecamatan Tuminting. Jumlah sampel 99 orang diambil dengan caraproportional random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan pemeriksaan status gingiva berdasarkan indeks gingiva.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 49 orang (49,5%) memiliki kebiasaan merokok ringan berdasarkan jumlah rokok (1-4 batang rokok/hari), 39 orang (39,4%) memiliki kebiasaan merokok berat berdasarkan lama merokok (>2 tahun), 70 orang (70,7%) yang memiliki status gingiva ringan. Hasil uji chi-sqaure menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok berdasarkan jumlah rokok dengan status gingiva (p>0,05) namun kebiasaan merokok berdasarkan lama merokok berhubungan dengan status gingiva ((p<0,05).Kata kunci: kebiasaan merokok, status gingiva, remaja


Author(s):  
Melfi Suryaningsih ◽  
Asfriyati Asfriyati ◽  
Heru Santosa

Pernikahan usia muda akan berlanjut dengan kehamilan usia muda. Akibat belum siapnya sistem reproduksi remaja untuk menerima kehamilan meningkatkan risiko untuk terjadinya komplikasi yang berpotensi meningkatkan angka kematian ibu dan bayi. Remaja dalam proses pertumbuhan dan perkembangan harus berbagi nutrisi dengan janin yang dikandungnya. Anemia kehamilan merupakan salah satu risiko yang akan dihadapi ibu hamil muda jika kebutuhan tubuh dan janinnya tidak tercukupi, selain itu keadaan psikologi remaja yang masih belum stabil dan siap dengan perubahan peran baru akan memicu terjadinya keguguran akibat stres. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh informasi hubungan pernikahan usia muda dengan keguguran dan anemia. Metode yang digunakan adalah Desain potong lintang, sampel 78 orang yang diambil secara simple random sampling. Pengambilan data dengan wawancara menggunakan kuesioner. Variabel terikat adalah pernikahan usia muda, variabel bebas adalah keguguran dan anemia. Analisis data dengan uji Chi Square. Hasil penelitian yaitu tidak terdapat hubungan menikah usia muda dengan keguguran tetapi terdapat hubungan yang bermakna antara pernikahan usia muda dengan anemia (p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa ibu yang menikah muda berisiko mengalami anemia kehamilan dibandingkan dengan ibu yang menikah pada usia reproduksi sehat. Young marriages will continue with young pregnancies. As a result of not being ready for the adolescent reproductive system to accept pregnancy increases the risk for complications that could potentially increase maternal and infant mortality. Adolescents in the process of growth and development must share nutrients with the fetus they contain. Anemia of pregnancy is one of the risks faced by young pregnant women if the body and fetal needs are not fulfilled, besides the psychological state of adolescents who are still unstable and ready for a new role change will trigger a miscarriage due to stress. The purpose of this study was to obtain information on the relationship of young marriage with miscarriage and anemia. The method used is a cross-sectional design, a sample of 78 people taken by simple random sampling. Retrieval of data by interview using a questionnaire. The dependent variable is young marriage, the independent variable is miscarriage and anemia. Data analysis with Chi Square test. The results of the study are that there is no relationship between young marriage and miscarriage but there is a significant relationship between young marriage and anemia (p <0.05). It can be concluded that mothers who marry young are at risk of developing pregnancy anemia compared to mothers who marry at a healthy reproductive age.


2021 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 25-36
Author(s):  
Yayuk Hartriyanti ◽  
Adi Utarini ◽  
Djoko Agus Purwanto ◽  
Budi Wikeko ◽  
Susetyowati Susetyowati ◽  
...  

Latar Belakang. Iodium merupakan mikronutrien penting terutama bagi perkembangan otak janin dan anak. Iodium berperan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan sebagian besar organ terutama otak. Konsumsi iodium yang rendah dalam jangka panjang merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI). Tingkat pengetahuan mengenai GAKI dan garam beriodium berpengaruh terhadap ketersediaan dan praktik penggunaan garam beriodium. Pemerintah telah mengupayakan penanggulangan GAKI melalui fortifikasi garam dengan iodium. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan ibu tentang iodium dengan ketersediaan garam beriodium di rumah tangga dan faktor yang memengaruhinya. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional. Data diambil dari 198 rumah tangga menggunakan teknik proportional stratified random sampling. Penilaian pengetahuan ibu dilakukan dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk pertanyaan tertutup. Sementara itu, penilaian ketersediaan garam diperoleh dengan pengujian kandungan iodium (KIO3). Uji statistik yang digunakan adalah chi-square test/fisher’s exact test dan Mann Whitney U/Kruskal Wallis untuk mengetahui hubungan antar variabel. Hasil. Sebagian besar responden tinggal di daerah dataran tinggi (74,2%), berpendidikan SD (47,5%) dan bekerja sebagai petani (41,4%). Karakteristik lokasi geografi tempat tinggal responden berhubungan dengan pengetahuan responden mengenai GAKI serta dampak dan faktor risiko GAKI (p=0,023 dan p<0,001), sedangkan pekerjaan responden berhubungan dengan pengetahuan mengenai dampak dan faktor risiko GAKI (p=0,020). Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pemenuhan syarat mutu kandungan KIO3 pada garam yang digunakan di rumah tangga. Namun ada kecenderungan responden yang mempunyai garam dengan KIO3 sesuai, lebih banyak pada responden dengan pengetahuan yang baik. Kesimpulan. Responden dengan pengetahuan baik lebih banyak yang memiliki garam dengan kadar iodium sesuai standar. Perlu adanya program edukasi mengenai GAKI, penggunaan dan penyimpanan garam beriodium, serta faktor penyebab penurunan kualitas garam di rumah tangga.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document