Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

31
(FIVE YEARS 23)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Faculty Of Public Health, University Indonesia

2615-6911, 2723-5815

Author(s):  
Julia Christy Labetubun ◽  
Anggun Rachmawati ◽  
Febby Zuriani Fitria ◽  
Yayu Mukaromah ◽  
Yudith Rachmadiah ◽  
...  

Latar Belakang. COVID-19 masuk di Indonesia pertama kali di Kota Depok, pada tanggal 2 Maret 2020. Penyebaran masif mengharuskan negara-negara terindikasi memberlakukan kebijakan ketat. Kebijakan yang diberlakukan Indonesia adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dinyatakan sebagai zona merah, Kota Depok melalui Keputusan Gubernur Jawa Barat No.443/Kep.221-Hukham/2020 menetapkan pemberlakuan PSBB dimulai tanggal 15 April 2020.Tujuan. untuk mengindentifikasi dan menganalisa pelaksanaan kebijakan PSBB di Kota Depok serta merumuskan rekomendasi strategis kebijakan pelaksanaan PSBB Metode.Menggunakan media content analysis sebagai metode pengumpulan data kebijakan PSBB di Kota Depok, kemudianmenganalisisnya menggunakan pendekatan segitiga kebijakan dan teknik analisis SWOTHasil. Terdapat 23 Kebijakan Pemerintah Kota dalam menanggulangi COVID-19 di Kota Depok. enam Diantaranya terkait pelaksanaan PSBB dan duaperaturan terkait sanksi bagi pelanggar PSBB. PSBB diaplikasikan dalam empat tahapan perpanjangan dan satu tahap lanjutan menuju PSBB Proporsional.Kesimpulan. Tahap perpanjangan Kebijakan PSBB berhasil mengubah status Kota Depok menjadi zona kuning dengan nilai Rt = 0,54 pada tanggal 8 Juni 2020 sehingga siap melaksanakan PSBB Proporsional.ABSTRACTBackground. COVID-19 entered Indonesia first in Depok City on 2ndMarch 2020. Massive spread requires infected countries to enact strict policies. The policy chosen by Indonesia is a Large-Scale Social Restrictions Policy (PSBB). Declared as a red zone, Depok City, through the West Java Governor Decree No.443/2020, stipulates the implementation of PSBB on 15th April 2020. Objective. to identify and analyze the implementation of PSBB policies in Depok City and formulate strategic recommendations for PSBB implementation policiesMethod.The method used media content analysis to collect PSBB policy data in Depok City, then analyzing it using a policy triangle approach and SWOT analysis techniques.Results.There are 23 Local Government Policies to tackle COVID-19 in Depok City. Six of them implemented the PSBB and two regulations relating to the sanction for PSBB violators. The PSBB was applied in 4 stages of extension and 1 stage to continue the Proportional PSBB.Conclusion.The extension stages of PSBB policy have successfully changed to be the yellow zone with Rt = 0,54 on 8th June 2020. Therefore, Depok City is ready to implement Proportional PSBB.


Author(s):  
Putri Dwi Oktarini ◽  
Fenny Etrawati

Latar Belakang. Usia remaja merupakan usia yang paling rawan mengalami masalah kesehatan reproduksi yang tidak aman dan beresiko seperti aborsi dan infeksi menular seksual. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi hal tersebut yaitu melalui pendekatan peer group yang dikembangkan dalam Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R) sebagai jembatan proses komunikasi. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik komunikator remaja SMA dengan  komunikasi kesehatan reproduksi di Kota Palembang tahun 2018.Metode. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah 112 remaja SMA yang institusi pendidikannya sudah terpapar Program PIK R di Kota Palembang. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan cluster random sampling.Hasil. Terdapat 30,4% komunikasi kesehatan reproduksi yang kurang aktif pada remaja SMA di Kota Palembang. Karakteristik komunikator yang memengaruhi komunikasi kesehatan reproduksi pada remaja SMA di Kota Palembang adalah pengetahuan, hubungan pertemanan, keterampilan menyampaikan informasi, dan peran orangtua.Kesimpulan. Perlunya upaya peningkatan kualitas anggota dengan mengadakan pelatihan bagi pendidik sebaya dan konselor sebaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan remaja dalam memberikan KIE mengenai kesehatan reproduksi.  ABSTRACTBackground. Adolescents are the most vulnerable age to experience unsafe and risky reproductive health problems such as abortion and sexually transmitted infections. One of the efforts made by the government to overcome this is through a peer group approach developed in the Youth Information and Counseling Center (PIK R) as a bridge to the communication process. Objective. This study aims to determine the relationship between the characteristics of high school youth communicators with reproductive health communication in Palembang City in 2018.Method. This study used a cross-sectional design. The sample of this study is 112 high school adolescents whose educational institutions had been exposed to the PIK R in Palembang CIty. The sampling of this study used random cluster sampling. Results. There were 30.4% of reproductive health communication less active in high school adolescents in Palembang City. The characteristics of communicators that influenced reproductive health communication in high school adolescents in Palembang City were knowledge, friendship relationships, information conveying skills, and the role of parents.Conclusion: The need for efforts to improve the quality of members by conducting training for peer educators and peer counselors to strengthen adolescents’ knowledge, attitudes, and skills in providing IEC regarding reproductive health. 


Author(s):  
Julia Tristianingsih ◽  
Sarah Handayani

Latar Belakang. Tidur yang berkualitas adalah kebutuhan dasar manusia namun pada mahasiswa kebutuhan tidur akan terganggu karena tugas sebagai mahasiswa dan gaya hidup yang berubah. Apabila kualitas tidur tidak terpenuhi atau mengalami gangguan berpengaruh pada menurunnya kualitas hidup seseorang serta menurunnya fungsi kesehatan.Tujuan. untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pada mahasiswa Kampus A Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka tahun 2020Metode. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik pengambilan sampel proportional stratified random sampling. Populasi penelitian ialah seluruh mahasiswa Kampus A UHAMKA dengan sampel 117 mahasiswa. Data yang digunakan ialah data primer dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji chi-square.Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 69 orang (59%) responden yang memiliki kualitas tidur buruk. Terdapat hubungan penggunaan gawai (p=0,001), aktivitas fisik (p=0,001), dan stres (p=0,001) dengan kualitas tidur. Sedangkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin (p= 0,313) dengan kualitas tidur.Kesimpulan. Kualitas tidur mahasiswa kampus A di Universitas Muhammadiyah Prof DR Hamka berkaitan dengan penggunaan gawai, aktifitas fisik serta stres. ABSTRACTBackground. Quality sleep is a basic human need, but in college students, sleep will be disrupted due to student duties and changing lifestyles. If the quality of sleep is not fulfilled or a disturbance, it will affect the decrease in a person's quality of life and decrease the health function.Objective to determine the factors related to sleep quality in Campus A students University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka in 2020.Method. This study used a cross-sectional design with a proportional stratified random sampling technique. The study population was students of Campus A UHAMKA with a sample of 117 students. The data used are primary data using a questionnaire. Data analysis used the chi-square test. Results. The results showed that there were 69 people (59%) of respondents who had poor sleep quality. There is a relationship between the use of gadgets (p=0.001), physical activity (p=0.001), and stress (p=0.001) with sleep quality. Meanwhile, there was no relationship between gender (p= 0.313) and sleep quality.Conclusion. The sleep quality of campus A students at the University of Muhammadiyah Prof DR Hamka is related to the use of gadgets, physical activity and stress. 


Author(s):  
Ai Evi ◽  
Tuti Surtimanah ◽  
Mila Mardotilah

Latar Belakang.COVID-19 menjadi pandemi global, kasus baru COVID-19 masih terus bertambah dan memengaruhi segala bidang kehidupan termasuk sekolah harus dilakukan secara daring. Ada keinginan membuka sekolah tatap muka langsung, untuk itu perlu diketahui sikap siswa dan orang tua terkait penerapan protokol kesehatan sebagai masukan untuk kebijakan. Tujuan.identifikasi sikap orang tua dan siswa terhadap penerapan protokol kesehatan 5M pada pembukaan sekolah tatap muka dimasa pandemi COVID-19.Metode.Menggunakan disain penelitian deskriptif komparatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi siswa dan orang tua siswa Madrasah Aliyah 384 orang dengan sampel purposif 160 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang dikemas menggunakan Google form.Hasil. Sebanyak 86,3% orang tua dan 82,5% siswa bersikap positif (mendukung) penerapan protokol kesehatan 5M.  Tidak adanya signifikan (p-value=0,469) antara sikap orang tua dan siswa. Sebagian besar orang tua (88,8%) dan siswa (90%) menyatakan tidak ada hambatan dalam penerapan protokol kesehatan 5M.Kesimpulan. Orang tua dan siswa sama-sama bersikap positif (mendukung) penerapan protokol kesehatan 5M pada pembukaan sekolah tatap muka di masa pandemic COVID-19. Orang tua diharapkan mendorong dan memfasilitasi siswa menerapkan 5M secara konsisten, sekolah mempersiapkan pengaturan pelaksanaan dan penyediaan sarana pendukung penerapan 5M.  ABSTRACTBackground.COVID-19 is a global pandemic. New cases of COVID-19 continue to grow and affect all areas of life, including schools thatmust be conducted online. There is a desire to open a face-to-face school; therefore, it is necessary to know the attitudes of students and parents regarding the implementation of health protocols as input for the policy. Objective.identify parents' and students' attitudes towards applying the 5M health protocol at the opening of face-to-face schools during the COVID-19 pandemic.Method.used comparative descriptive research design with a cross-sectional approach. The population of parents and students are 384 people, with a purposive sample of 160 people. The data was collected using questionnaires packaged in Google forms. Results.86.3% of parents and 82.5% of students supported the implementation of the 5M. There was no significant difference (p-value=0.469) between parents' and students' attitudes. Most parents (88.8%) and students (90%) stated no obstacles in implementing the 5M health protocol.Conclusion: Parents and students positively support implementing the 5M health protocol at the opening of face-to-face schools during the COVID-19 pandemic. Parents should encourage and facilitate students to apply 5M consistently, schools prepare implementation arrangements and provide supporting facilities for implementing 5M


Author(s):  
Hira Fitriani Aisyah

Latar Belakang. Wilayah Jakarta Timur menduduki posisi lokasi fokus stunting, salah satunya di Kelurahan Tengah. Berdasarkan pengolahan data awal, diketahui prevalensi stunting pada enam posyandu di dua RW terpilih mencapai angka 25,9%.Tujuan. Mengetahui perbandingan pola asuh balita stunting dan tidak stunting di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati Metode. Penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus melalui wawancara mendalam secara daring. Sampel dipilih secara purposive sampling sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dengan 12 informan utama yang memiliki balita stunting dan tidak stunting usia 24-59 bulan, serta informan kunci terdiri dari, Tenaga Pelaksana Gizi dan kader posyandu.Hasil. Hasil penelitian terhadap informan utama dengan balita stunting menunjukkan bahwa sebagian besar ibu tidak memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya, memberikan makan dengan frekuensi yang kurang, variasi makanan tidak beragam karena anak banyak diberikan jajanan. Selain itu, ibu dengan anak stunting juga mendapatkan dukungan psikososial yang rendah serta rendahnya partisipasi ke Posyandu.Kesimpulan. Terdapat perbedaan antara pola asuh ibu dengan balita stunting dan ibu dengan balita tidak stunting. ABSTRACTBackground. East Jakarta region has become the primary location of stunting, one of which is Tengah Village. Based on the weighing and preliminary data, the prevalence of stunting in 6 Posyandu in the two selected RWs reached 25.9%. Objective to find out the comparison of parenting patterns of stunting toddlers and non-stunting toddlers in Tengah Urban-Village, Kramat Jati Sub-District Method. This research is qualitative, with a case-study approach and collected through in-depth online interviews. The sample was selected by purposive sampling, based on the inclusion and exclusion criteria which 12 main informants had stunting and not stunting toddlers aged 24-59 months and key informants consisting of Nutrition Workers in the Puskesmas Tengah and Posyandu cadres. Results. The research results on key informants with stunting toddlers show that most mothers didn’t give exclusive breastfeeding to their children, provide food with less frequency, food variations are not varied because children are given a lot of snacks. Mothers with stunting toddlers also experienced low psychosocial support and low participation in Posyandu.Conclusion. There is a difference between mothers with stunting toddlers' parenting patterns and mothers with non-stunting toddlers.  


Author(s):  
Lia Meiliyana ◽  
Rita Damayanti

Latar Belakang. COVID-19 merupakan jenis penyakit menular  baru yang ditemukan pada Desember 2019 dan menjadi pandemi di tahun 2020. Tenaga kesehatan (nakes) merupakan garda terdepan melawan COVID-19. Tingkat kematian nakes di Indonesia tertinggi ketiga di dunia (per 27 Januari 2021) maka perlu menganalisis faktor penyebab dari aspek perilaku.Tujuan. menganalisis perilaku pencegahan COVID-19 pada tenaga kesehatan puskesmas, dalam masa pandemi di Indonesia tahun 2020 menggunakan teori Health Belief Model.Metode. menggunakan metode kuantitatif cross sectional. Sumber data sekunder dari hasil survei kerjasama PPPKMI dan PPK FKM UI bulan Juni 2020. Data dianalisis dengan uji regresi logistik ganda. Variabel independen faktor modifikasi, persepsi kerawanan, persepsi keseriusan, persepsi hambatan, dan isyarat bertindak.Hasil. Proporsi perilaku responden yang selalu memakai masker saat keluar rumah  sebanyak 93,7%, ditempat kerja sebanyak 96,2%, selalu mencuci tangan sebesar 90%, dan selalu menjaga jarak sebesar 86,7%. Rata-rata skor perilaku pencegahan sebesar 97,75 (skala 100). Variabel yang signifikan adalah jenis kelamin (p-value =0,003;OR=2,056), pengetahuan (p-value =0,032;OR=0,603),  dan persepsi hambatan (p-value=0,000; OR.2,080).Kesimpulan. Persepsi hambatan menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku pencegahan COVID-19 pada tenaga kesehatan di Puskesmas. ABSTRACTBackground. COVID-19 is a new contagious disease emerging in December 2019 and turned into a pandemic in 2020. Health workers are on the front line against COVID-19. The death rate for health workers in Indonesia is the third-highest globally (as of 27 January 2021); therefore, it is necessary to analyze the factors from a behavioral aspect. Objective. to analyze the prevention behavior of COVID-19 among health workers at health centers (puskesmas) during the pandemic in Indonesia in 2020 using the Health Belief Model.Method. used a cross-sectional approach on secondary data of collaboration PPPKMI PPKFKM UI in the June 2020 survey. Selected variables consist of modification factors, perceived threats, perceived barriers, and cues to action. Results. The proportion of respondents that always wear a mask when leaving the house was 93,7%, at work 96.2%, always wash hands 90%, and always keep a distance 86.7%. The average of practicing preventive behavior was 97,75 points (scale 100). Independent variables that have a significant relationship with COVID-19 prevention behavior are gender (p-value=0,003;OR.2,056), knowledge (p-value=0,032;OR.0,603) and perceived barriers (p-value=0,0001 OR.2,080).Conclusion. This study found that perceived barriers were the most influencing factor on COVID-19 prevention behavior among health workers at Puskesmas. 


Author(s):  
Annisa Sayyidatul Ulfa ◽  
Rita Damayanti

Latar Belakang. Jumlah perokok pasif di Indonesia mencapai 75% atau 96,9 juta orang. Sebanyak 66,2% pelajar terpapar rokok di ruang publik tertutup. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menerbitkan Permendikbud 64/2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Lingkungan Sekolah. Masih perlu optimalisasi pelaksanaan KTR di sekolah.Tujuan. untuk melihat bagaimana peran siswa dalam proses advokasi dalam mengimplementasikan KTR di sekolahMetode. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan desain studi kasus yang dilakukan di suatu SMP di Kabupaten Bogor. Terdapat 7 informan yang terlibat. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara mendalam dengan melihat proses advokasi menggunakan Kerangka Advokasi “A”.Hasil. Siswa berperan sebagai pelaksana KTR di sekolah dengan mengadvokasi guru untuk menjadi fasilitator siswa, pimpinan sekolah sebagai pembuat kebijakan, dan pedagang toko di sekitar sekolah. Siswa mengidentifikasi permasalahan yang dirasakan, merumuskan strategi, menganalisis target dan melakukan advokasi. Kesepakatan yang terbentuk diantaranya pelaksanaan KTR sesuai kemampuan dan kondisi sekolah, pemasangan plang KTR, menjalankan satgas KTR, sosialisasi bahaya merokok dan advokasi kepada warung di sekitar sekolah untuk menurunkan spanduk iklan rokok.Kesimpulan. Siswa bisa menjadi agen perubahan untuk implementasi KTR di sekolah dengan adanya fasilitasi dan dukungan dari guru dan kepala sekolah. ABSTRACTBackground. Passive smokers in Indonesia reaches 75% or 96.9 million people. 66.2% students are exposed to cigarette in closed public spaces. Ministry of Education and Culture issued Permendikbud 64/2015 concerning KTR in the School Environment. implementation of KTR in schools still need optimization.Objective to see how the role of students in the advocacy process in implementing schools as smoke-free areas.Method. This research is a qualitative descriptive research with case study design conducted in a Junior High School of Bogor Regency. There were 7 informants. The data collection technique used Focus Group Discussion (FGD) and in-depth interviews by looking at the advocacy process using the "A" Advocacy Framework. Results. Students act as implementers of KTR in schools by advocating teachers to become student facilitators, school leaders as policy makers, and shop traders around the school. Students identify perceived problems, formulate strategies, analyze targets and conduct advocacy. The agreement formed include implementation of KTR according to the school’s ability and condition, installing KTR signs, applying KTR task-force and advocating stalls around schools to put down cigarette advertising bannersConclusion. Students can become agents of change for the implementation of KTR in schools with facilitation and support from teachers and principals.


Author(s):  
Tiara Adella ◽  
Rita Damayanti ◽  
Martya Rahmaniati Makful

Latar Belakang. Indonesia adalah negara dengan populasi terbanyak di Asia Tenggara. Dalam mengantisipasi masalah laju pertumbuhan penduduk, Pemerintah mempersiapkan program Keluarga Berencana dan salah satu sasarannya adalah remaja.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada remaja belum kawin dengan niat menggunakan kontrasepsi di masa dewasaMetode. Penelitian menggunakan kuantitatif analitik dengan pendekatan cross sectional. Kuesioner yang digunakan Remaja Pria (RP) dan Wanita Usia Subur (WUS). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja belum kawin di Indonesia dengan sampel berjumlah 18.464 responden.Hasil. 82,6% remaja yang berniat menggunakan kontrasepsi di masa dewasa. Hasil uji chi-square terdapat hubungan antara kebutuhan pelayanan KB pada remaja belum kawin dengan niat menggunakan kontrasepsi di masa dewasa. Hasil analisis multivariat, ada hubungan antara kebutuhan pelayanan KB pada remaja belum kawin dengan niat menggunakan kontrasepsi di masa dewasa setelah di kontrol variabel perancu.Kesimpulan. Remaja pria belum kawin yang tidak butuh pelayanan KB, terpapar media massa, memiliki pengetahuan <4 alat/cara KB lebih tidak berniat menggunakan kontrasepsi di masa dewasa. ABSTRACTBackground. Indonesia is the country with the most population in Southeast Asia. In anticipating a Population Growth Rate problem, the government is preparing a family planning program with youth as one of the targets. Objective. This study aimed to determine the relationship between the need for family planning services in unmarried adolescents and the intention to use contraception in adulthood.Method. The study is quantitative analytic with a cross-sectional approach. The questionnaire used by Adolescent Men (RP) and Women of Fertile Age (WUS). The population in this study were all unmarried adolescents in Indonesia, with sample amount 18,464 respondents. Results. 82.6% of adolescents intend to use contraception in the future. Chi-square test results show a relationship between the need for family planning services for unmarried adolescents with the intention to use contraception in adulthood. The result of the multivariate analysis shows a relationship between the need for family planning services for unmarried adolescents with the intention to use contraception in adulthood after being controlled for confounding variables.Conclusion: Unmarried male adolescents who do not need family planning services, are exposed to mass media, have knowledge of <4 methods/methods of contraception and do not intend to use contraception in adulthood.


Author(s):  
La Ode Reskiaddin ◽  
Supriyati Supriyati

Latar Belakang. Tingginya jumlah perokok sebenarnya juga diiringi dengan tingginya keinginan untuk berhenti merokok, namun tidak semua berhasil berhenti merokok.Tujuan. untuk menggali peran motivasi, dukungan sosial, mekanisme coping dalam upaya berhenti merokok.Metode. Penelitian kualitatif dengan rancangan penelitian fenomonologi. Teknik snowball sampling dan rekrutmen via whatsapp digunakan untuk mendapatkan informan, dan dipilih menggunakan purposive sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam kapada 18 orang yang terdiri dari 5 orang (1 perempuan 4 laki-laki) yang sudah berhenti merokok 6 bulan sampai 2 tahun, 4 orang yang sedang berhenti merokok (<6 bulan) dan 9 orang sebagai significant others. Keabsahan data melalui triangulasi, member checking dan peer debrieving.   Hasil. Faktor sosial merupakan penyebab yang mendominasi untuk merokok. Motif kesehatan adalah motif utama untuk berhenti merokok. Dukungan untuk berhenti merokok diantaranya dukungan secara emosional dan instrumental.Kesimpulan. Perokok berhenti merokok karena motif kesehatan seperti ingin lebih sehat.  Motif non kesehatan diantaranya haram dan pengeluaran membeli rokok lebih banyak dari kebutuhan untuk makan. Coping kognitif seperti mensugesti diri melalui perubahan mindset sebagai salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mengendalikan perilaku merokok. Dukungan sosial hanya sebagai penguat atau moderator. Coping merupakan pengendali utama dalam berhenti merokok. Dukungan sosial sebagai moderator dalam proses berhenti merokok. ABSTRACTIntroduction. A high number of smokers aligned with smoking cessation eagerness, but not all succeed.Objective. to explore the motive, social support and coping mechanism for smoking cessationMethods. Qualitative research with phenomenology research design. We did the snowball sampling technique and participants’ recruitment via WhatsApp and Purposive sampling. 18 in-depth interviews consisted of 5 participants (1 woman and 4 men) who quit smoking within the past 6 months to 2 years, 4 participants who are quitting smoking (<6 months) and 9 people as significant others. Data validation was through triangulation, member checking and peer debriefing.Results. Social factors are the dominant cause of smoking. Health motives are the main motives for quitting smoking. Support for quitting smoking includes emotional and instrumental support Conclusion. Smokers’ motivations to quit due to health reasons such as a better level of health. Non-health reasons are religious prohibition (haram) and cigarette expenses higher than primary (food) expenditure. Research also found cognitive coping such as personal suggestion through mindset change, is one of the strategies to control smoking behavior. Social support as a booster or moderator. Coping is the primary controller in smoking cessation. It’s strengthened by personal willingness. Social support acted a moderator.  


Author(s):  
Ghina Aribah ◽  
Dien Anshari

Latar Belakang. Dalam situasi pandemi COVID-19, komunikasi risiko terkait pencegahan dan penanganan merupakan hal yang penting disampaikan secara berkesinambungan melalui media massa yang mudah diakses oleh publikTujuan. mendapatkan gambaran komunikasi risiko dalam berita tentang COVID-19 yang dipublikasi oleh detik.com dan kompas.com.Metode. menggunakan metode analisis isi artikel berita dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Artikel berita yang menjadi data untuk penelitian ini diambil pada Maret-April 2020 dengan metode pengambilan sampel secara acak stratifikasi proporsional.   Hasil. Hanya sebagian kecil berita yang memuat informasi mengenai ukuran epidemiologi, sifat penyakit, cara penanganan, dampak non-kesehatan, dan kritik terhadap kebijakan pemerintah tentang COVID-19. Hampir sebagian berita memuat informasi mengenai kebijakan pemerintah daerah maupun pusat, serta sebagian besar berita pada kedua media daring tersebut memuat informasi mengenai cara pencegahan. Adapun sumber informasi sebagian besar berasal dari institusi. Jenis pesan yang paling banyak adalah pesan yang mengandung ancaman. Kedua media berbeda dalam penggunaan deskripsi bukti, dimana detik.com lebih sering menggunakan bentuk naratif, sedangkan kompas.com lebih sering menggunakan bentuk kombinasi antara angka, data statistik dan naratif.Kesimpulan. Pemberitaan di detik.com dan kompas.com belum sepenuhnya selaras dengan kaidah dalam komunikasi risiko. Media daring sebaiknya lebih banyak memuat pesan efikasi yang dapat membantu publik melewati situasi pandemi. ABSTRACTIntroduction. During the pandemic COVID-19, online news is one of the most accessible channels to disseminate information about the current situation and prevent and mitigate the disease.Objective to get the portrayals of risk communication in news articles about the COVID-19 pandemicMethods. Used content analysis method with descriptive quantitative approach. Data came from selecting news articles published by detik.com and kompas.com in March and April 2020 using a stratified proportional random sampling technique. Results. There were limited news articles that provide epidemiology information, disease characteristics, how to mitigate the disease, the non-health effects of COVID-19, and criticism of the government’s policy. Almost half of the articles from both media shared information about prevention. In terms of message type, most of the articles used threat messages. Both media also mostly cited institutions as the source of information. Both media differ in depicting the evidence, whereas detik.com mostly used narrative forms, while kompas.com more frequently used the combination of numbers, statistical data, and narrative structures.Conclusion. News on detik.com and kompas.com is not entirely in line with the rules in risk communication. Online news media should incorporate efficacy messages into their news articles during this pandemic situation.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document