scholarly journals Gambaran Golongan Sekretor dan Nonsekretor yang Diperiksa Melalui Saliva Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

2016 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Alqadri Alqadri ◽  
Zelly Dia Rofinda ◽  
Rika Susanti

Abstrak             Kasus kriminal di Indonesia setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan. Salah satu identifikasi yang dilakukan untuk membantu mengetahui pelaku kriminal adalah dengan memeriksa golongan darah. Golongan darah dapat diperiksa langsung bila di tempat kejadian perkara (TKP) terdapat noda atau bercak darah, tetapi dalam beberapa kasus kriminal biasanya cairan yang ditemukan adalah air ludah (saliva) dalam bentuk basah ataupun kering. Pemeriksaan golongan darah melalui saliva bisa dilakukan apabila orang tersebut termasuk golongan sekretor tetapi tidak bisa diperiksa apabila termasuk golongan nonsekretor. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui persentase golongan sekretor dan nonsekretor mahasiswa pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Ini merupakan penelitian deskriptif observasi dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebanyak 54 orang. Cara pengambilan sampel adalah dengan simple random sampling. Data mengenai golongan sekretor dan nonsekretor didapatkan melalui pemeriksaan saliva dengan metode absorpsi inhibisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 42 orang (78%) termasuk golongan sekretor dan 12 orang (22%) termasuk golongan nonsekretor. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa distribusi golongan sekretor lebih besar daripada golongan nonsekretor pada mahasiswa pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.Kata kunci: nonsekretor, saliva, sekretor Abstract             Criminal cases in Indonesia tends to increase each year. One of the identification is being to help find criminal is by checking the blood type. Blood type can be checked directly on the scene when there are stains or spots of blood, but in some cases the criminal is usually found saliva in wet or dry form. Blood type through saliva can be done if the person have secretor but can not be checked if including non-secretor. The objective of this study was to determine the percentage of secretors and non-secretor class on the student Medical Faculty of Andalas University. This study was an observational descriptive study with cross-sectional design. The population were 54 students Medical Faculty of Andalas University which choosen by simple random sampling. Data on group secretor and non-secretor saliva obtained through examination of the absorption inhibition method.The results showed that 42 people (78%) that are secretor and 12 people (22%) including non-secretors. Based on these results it can be concluded that the distribution of secretor groups larger than non-secretors in the student of Medical Faculty Andalas University.Keywords: non-secretor, saliva, secretor

e-GIGI ◽  
2015 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Rifon I. Mokodompit ◽  
Krista V. Siagian ◽  
P. S. Anindita

Abstract: Loss of teeth can be caused by various diseases such as caries and periodontal disease. Losing teeth can lead people to emotional impact as well as impaired functions of speaking, chewing, and aesthetics. The use of denture to replace missing teeth is important to avoid these impacts. This study aimed to determine patients’ perception as users of removable acrylic based denture in Kotamobagu. This was a descriptive study with a cross sectional design. Population were 203 users of removable acrylic based denture at dentist services in Kotamobagu. Samples were 67 respondents obtained by using Solvin formula and simple random sampling method. In this study we used questionnaire consisted of 25 questions. The results showed that the patient’s perception was in good category based on competence, access, needs, time, and budget.Keywords: patient’s perception, removable denture, dentist serviceAbstrak: Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh berbagai penyakit seperti karies dan penyakit periodontal. Kehilangan gigi dapat menimbulkan dampak emosional serta terganggunya fungsi bicara, pengunyahan, dan estetika. Penggunaan gigi tiruan untuk menggantikan gigi yang hilang penting dilakukan untuk menghindari dampak tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pasien pengguna gigi tiruan lepasan berbasis akrilik yang menggunakan jasa dokter gigi di Kotamobagu. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang. Populasi yaitu pasien pengguna gigi tiruan lepasan berbasis akrilik yang menggunakan jasa dokter gigi di Kotamobagu yang berjumlah 203 jiwa. Pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin menghasilkan 67 sampel, dan metode pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Studi ini menggunakan kuesioner yang berjumlah 25 pertanyaan. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan kompetensi, akses, kebutuhan, waktu, dan biaya persepsi pasien termasuk kategori baik.Kata kunci : persepsi pasien, gigi tiruan lepasan, jasa dokter gigi


2013 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Jefrianto Wololy ◽  
Billy J. Kepel ◽  
Christy N. Mintjelungan

Abstract: Recurrent aphthous stomatitis (RAS), commonly known among Indonesian people as "sariawan", is an oral mucosal disease which most often affects people. Based on the clinical symptoms, there are three recognized types of RAS, namely: minor RAS as the most common type, major RAS, and herpetiform RAS. Knowledge about RAS is very useful in the prevention and treatment of RAS. This was a descriptive study with a cross-sectional design. Samples were 75 Wiau Lapi villagers who filled in the questionnaires and were selected by using simple random sampling. This study aimed to reveal the knowledge of the villagers of Wiau Lapi about recurrent aphthous stomatitis. The results showed that the knowledge of the villagers of Wiau Lapi about RAS tested with the questionnaire consisting of 11 questions obtained a percentage of 63.8%. Conclusion: Most villagers of Wiau Lapi had good knowledge about recurrent aphthous stomatitis. Keywords: knowledge, recurrent aphtous stomatitis.     Abstrak: Stomatitis aftosa rekuren (SAR) atau yang umum dikenal masyarakat Indonesia sebagai “sariawan”, merupakan penyakit mukosa oral yang paling sering diderita manusia. Sampai saat ini terdapat tiga jenis SAR yang dikenal, dengan gejala klinis masing-masing, yaitu: SAR minor sebagai jenis yang paling umum, SAR mayor, dan SAR herpetiformis. Pemahaman yang baik tentang SAR akan sangat bermanfaat ketika penderita berusaha menangani SAR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat Desa Wiau Lapi tentang stomatitis aftosa rekuren. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan cross-sectional design yang dilakukan selama satu bulan. Sampel ialah 75 penduduk desa Wiau Lapi yang mengisi kuesioner dan diseleksi dengan menggunakan simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat Desa Wiau Lapi tentang SAR yang diuji dengan kuesioner yang meliputi 11 pertanyaan mencapai persentase sebesar 63,8 %. Simpulan: Pengetahuan masyarakat Desa Wiau Lapi mengenai SAR sudah tergolong baik. Kata kunci: pengetahuan, stomatitis aftosa rekuren.


2018 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 265 ◽  
Author(s):  
Diah Ayu Pitaloka ◽  
Rumaidhil Abrory ◽  
Ayu Deni Pramita

Background:Exclusive breastfeeding is a breastfeeding exclusively without any food or other additional beverages starting from newborns to 6 months old baby. Data from Indonesia Health Profile of 2014 states that infants receiving Exclusive Breast Milk in Indonesia only reach 41.67%. Objectives: To analyze the relationship between maternal knowledge, education, and exclusive breastfeeding among mothers in the village of Kedung Rejo, Waru Sub-district, Sidoarjo District.Methods: This research was descriptive analytic study using cross sectional design. The population of this study was mothers who has infants aged 6-12 months in Kedungrejo Village Waru Sub-district Sidoarjo District. Sample was selected using simple random sampling technique involving 31 people. Data analysis was tested using Fisher's exact test.Results:The results showed that the prevalence of exclusive breastfeeding in Kedungrejo Village, Waru Sub-district was 29%. The results of tests using Fisher's Exact showed that mother's knowledge and education were not related to exclusive breastfeeding in infants aged 6-12 months.Conclusion: There was no significant association between maternal knowledge, education and exclusive breastfeeding practices among mothers.ABSTRAKLatar Belakang:ASI Eksklusif adalah memberi Air Susu Ibu secara Ekslusif tanpa ada makanan atau minuman tambahan lainnya yang mulai dilakukan saat bayi baru lahir sampai bayi berumur 6 bulan. Data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 menyatakan bahwa bayi yang menerima ASI Eksklusif di Indonesia hanya sebesar 41,67%.Tujuan: Mengetahui pengetahuan ibu dan pendidikan ibu hubungannya dengan pemberian ASI Eksklusif di desa Kedung rejo, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo.Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik menggunakan desain cross sectional. Populasi penelitian ini merupakan ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di Desa Kedungrejo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo  yang dipilih secara simple random sampling  sebanyak  31 orang. Data kemudian dikumpulkan dan diuji dengan menggunakan uji Fisher’s Excact.Hasil: Hasil menunjukkan bahwa prevalensi pemberian ASI Ekslusif di Desa Kedungrejo Kecamatan Waru Kabupaten  yaitu hanya 29%. Hasil uji dengan menggunakan Fisher’s Exact menunjukkan bahwa pengetahuan dan pendidikan ibu tidak berhubungan terhadap pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 6-12 bulan.Kesimpulan:Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu, pendidikan dan praktik pemberian ASI eksklusif di kalangan ibu. 


2017 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
pp. 105
Author(s):  
Iken Rahma ◽  
Indah Nuraeni ◽  
Hidayah Dwiyanti

ABSTRACT   This research aims to know the difference between snacking habit and nutritional status of catering and non-catering food consumer in SD-UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh as well as knowing the corelation between snacking habit and nutritional status in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh. This research used cross sectional design with thirty eight respondents were collected by Simple Random Sampling method. Snacking habit was obtained by using FFQ. The data were analyzed by using Chi-Square and Mann Whitney analysis. Univariate analysis showed that the snacking habit on catering food consumers was 28.5%, whereas on non-catering food consumers was 76.5%. Bivariate analysis result showed the difference between snacking (p= 0.004) and nutritional status ( p= 0.044) on catering and non-catering food consumers in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh. There was no corelation between snacking habit and the nutritional status in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh (p= 0,117) and ( p=0,142). There was difference in snacking habit and nutritional status on students who were catering and non-catering consumers in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh and there was no corelation between snacking habit and nutritional status in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh.  Key words: Snacking habit, Nutritional status, catering food, non-catering food.  ABSTRAK Kebiasaan mengonsumsi jajan dapat mempengaruhi status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kebiasaan jajan dan status gizi anak sekolah pengguna katering dan non-katering serta mengetahui hubungan kebiasaan jajan terhadap status gizi di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional dengan 38 responden dengan metode Simple Random Sampling. Kebiasaan konsumsi jajan diperoleh menggunakan FFQ. Data di analisis menggunakan uji Chi-Square dan uji Mann Whitney. Hasil uji univariat menunjukkan bahwa pada anak sekolah pengguna katering kebiasaan jajan yaitu sebesar 28,5% sedangkan anak sekolah yang non-katering sebesar 76,5%. Hasil uji bivariat menunjukkan terdapat perbedaan kebiasaan jajan ( p = 0,004) dan status gizi ( p= 0,044) pada anak sekolah pengguna katering dan non-katering di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh serta tidak terdapat hubungan antara kebiasaan jajan terhadap status gizi di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh (p= 0,117) dan (p= 0,142). Terdapat perbedaan kebiasaan konsumsi jajan dan status gizi pada anak sekolah pengguna katering dan non-katering di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh serta tidak terdapat hubungan antara kebiasaan mengonsumsi jajan terhadap status gizi di SD UMP Purwokerto dan di SDN 2 Dukuhwaluh.  Kata Kunci: Kebiasaan jajan, Status Gizi, katering, non-katering.  


2021 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
Author(s):  
Fajarini Putri Hidayat ◽  
Ma'mun Sutisna ◽  
Roni Rowawi ◽  
Hidayat Wijayanegara ◽  
Herry Garna ◽  
...  

Stunted children will have normal cognitive ability if nutrition is improved. The rapid brain growth in the first 1,000 days of life means that children should not be malnourished. Stunting is generally caused by a lack of macronutrients (carbohydrates, protein, and fat) and micronutrients (calcium and zinc). The mobile application called stunting child nutrition (GiAS) has features that can detect stunting, monitor toddler growth, recommend daily menus for toddlers, nutritional adequacy rate (RDA) in 2019, and others. The purpose of this study was to make it easier to distinguish macronutrients, zinc, and calcium from stunting and non-stunting children aged 12–24 months using the GiAS android application. It is conducted at the Citeureup Community Health Center, Cimahi city, for June–July 2020. The sampling technique was a simple random sampling of 88 respondents. This type of research is an observational analytic with a statistical test is a cross-sectional design. The results of the study using the Mann-Whitney test showed differences in carbohydrates (84.99±26.31 vs 151.16±68.43, p=0.001), protein (30.81±11.03 vs 60.55±38.43, p=0.001), fat (32.80±15.39 vs 64.84±47.81, p=0.001), and calcium (0.55±0.40 vs 1.43±1.16, p=0.001) and there is similarity of zinc (0.005±0.004 vs 0.010±0.016, p=0.084) after 7 days of using the GiAS application between stunting and non-stunting children. The probability value <0.05 means that the application can compare macronutrients, zinc, and calcium between stunted and non-stunted children on the 7th day. Chi-square analysis showed an increase in children's weight and height under five at two weeks and one month (p=0.001). In conclusion, the comparison of macronutrients, zinc, calcium in stunting and non-stunting children aged 12–24 months can be differentiated using the GiAS application. APLIKASI GIZI ANAK STUNTING (GIAS) BERBASIS ANDROID UNTUK MENILAI ZAT GIZI MAKRO, ZINC, DAN KALSIUM PADA ANAK STUNTING DAN NON-STUNTINGAnak stunting akan memiliki kognitif yang normal jika dilakukan perbaikan gizi yang optimal. Pertumbuhan otak yang pesat di 1.000 hari pertama kehidupan menjadikan anak tidak boleh kekurangan nutrisi. Stunting umumnya kekurangan zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak) serta zat gizi mikro (kalsium dan zinc). Aplikasi mobile bernama gizi anak stunting (GiAS) memiliki fitur yang dapat mendeteksi stunting, memantau pertumbuhan balita, merekomendasikan menu harian untuk balita, angka kecukupan gizi (AKG) tahun 2019, dan lainnya. Tujuan penelitian ini adalah kemudahan membedakan zat gizi makro, zinc, dan kalsium anak stunting dengan non-stunting usia 12–24 bulan menggunakan aplikasi android GiAS di Puskesmas Citeureup Kota Cimahi periode Juni–Juli 2020. Teknik pengambilan sampel adalah simpel random sampling sebanyak 88 responden. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan uji statistik adalah desain cross-sectional (α=0,05). Hasil penelitian  menggunakan Uji Mann-Whitney terdapat perbedaan karbohidrat (84,99±26,31 vs 151,16±68,43; p=0,001), protein (30,81±11,03 vs 60,55±38,43; p=0,001), lemak (32,80±15,39 vs 64,84±47,81; p=0,001), dan kalsium (0,55±0,40 vs 1,43±1,16; p=0,001) serta ada persamaan zinc (0,005±0,004 vs 0,010±0,016; p=0,084) sesudah 7 hari penggunaan aplikasi GiAS antara anak stunting dan non-stunting. Nilai probabilitas <0,05 berarti aplikasi dapat membandingkan zat gizi makro, zinc, dan kalsium antara anak stunting dan non-stunting pada hari ke-7. Analisis chi-square terlihat peningkatan berat badan dan tinggi badan balita pada 2 minggu dan 1 bulan (p=0,001). Simpulan, komparasi zat gizi makro, zinc, kalsium anak stunting dan non-stunting usia 12–24 bulan dapat dibedakan menggunakan aplikasi GiAS.


e-CliniC ◽  
2018 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
Author(s):  
Nadya N. Rompis ◽  
Olivia C. P. Pelealu ◽  
Ora I. Palandeng

Abstract: In general, the importance of sense of smell gets little regards from people. This eventually leads to disorders and injuries which impair or terminate the physiological functions and capabilities of the nasal organs. Some of the commonly observed disorders are allergic rhinitis, nasal polyps, sinusitis, and epistaxis. One of the groups that requires health services the most is the senior citizens. This study was aimed to obtain an overview of nasal health among the elderly at Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Senja Cerah Manado. This was an observational descriptive study with a cross-sectional design. The results showed that there were 31 elderly people as subjects; 3% had masses in the left and right nasal cavities and 3% had narrowing of left nasal cavity. Concha examination revealed that 3% of elderly had hyperemia and edema. Mucous examination showed that 3% of elderly had hyperemia. Secrete examination found 3% of elderly had mucoid secretion. Moreover, septal deviation was found in 6% of elderly and post-nasal drip was found in 3% of elderly. Conclusion: Most elderly at Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Senja Cerah Manado had good nasal health.Keywords: nasal health, nasal examination Abstrak: Peran indra penghiduan kurang mendapat perhatian khusus dari masyarakat hingga pada akhirnya timbulnya gangguan atau cidera yang dapat menghilangkan kemampuan dan fungsi fisiologis dari organ hidung. Beberapa kelainan pada hidung yang sering ditemukan antara lain rinitis alergi, polip hidung, sinusitis, dan epistaksis. Salah satu kelompok masyarakat yang paling membutuhkan pelayanan kesehatan ialah penduduk lanjut usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesehatan hidung pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Senja Cerah Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Hasil penelitian mendapatkan 31 subyek lanjut usia. Hasil pemeriksaan menunjukkan dari 31 subyek tersebut, terdapat massa di kavum nasi kanan dan kiri sebesar 3%, kavum nasi kiri sempit sebesar 3%. Hasil pemeriksaan konka, ditemukan edema dan hiperemis sebesar 3%. Pemeriksaan mukosa ditemukan keadaan hiperemis sebesar 3%. Hasil pemeriksaan sekret, ditemukan sekret mukoid sebesar 3%. Pemeriksaan septum ditemukan deviasi sebesar 6%. Post nasal drip ditemukan sebesar 3%. Simpulan: Sebagian besar lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Senja Cerah Manado menunjukkan kesehatan hidung yang terbilang baik.Kata kunci: kesehatan hidung, pemeriksaan fisik hidung


e-GIGI ◽  
2014 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Bayu R. E. Warouw

Abstract: Tooth extraction is a mostly performed treatment in dental practice because most patients come with bad tooth condition that cannot be taken care anymore. The obstacle of tooth extraction is the society’s knowledge. Lack of knowledge causes doubt about going to the dentist. This study aimed to determine the overview of the knowledge and attitude levels of the people in North Molompar Village, South East Minahasa about tooth extraction. This was a descriptive study with a cross sectional design. There were 87 samples obtained by using the Slovin formula with random sampling method. Data presented in the form of a diagram based at the frequency distribution. The results showed that the knowledge level of tooth extraction in North Molompar was 55% good, obtained from scoring result of 481, and the attitude level of tooth extraction was 69% good, obtained from scoring result of 604. Conclusion: Levels of knowledge and attitude of the people in North Molompar Village, South East Minahasa, about tooth extraction were categorized as good. Keywords: tooth extraction, knowledge, attitude.     Abstrak: Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sering dilakukan dalam praktek kedokteran gigi karena kebanyakan pasien datang dengan keadaan gigi yang sudah tidak  bisa dirawat lagi. Hambatan yang dialami dalam upaya pencabutan gigi ialah pengetahuan masyarakat mengenai hal-hal yang menyangkut pencabutan gigi. Pengetahuan yang kurang memadai membuat masyarakat ragu untuk berobat ke dokter gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat tentang pencabutan gigi di Desa Molompar Utara Kabupaten Minahasa Tenggara. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang. Jumlah sampel sebanyak 87 responden diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin dan penarikan sampel berupa acak sederhana. Data disajikan dalam bentuk diagram berdasarkan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencabutan gigi di Desa Molompar Utara yaitu 55% dapat dikatakan baik (hasil skoring 481) dan sikap masyarakat tentang pencabutan gigi di yaitu 69% dapat dikatakan baik (hasil skoring 604). Simpulan: Tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat di Desa Molompar Utara terhadap pencabutan gigi tergolong baik. Kata kunci: pencabutan gigi, pengetahuan, sikap.


e-CliniC ◽  
2016 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Gerry M.A. Supit ◽  
R. E.C. Tumbel ◽  
Agustien Y. Tamus

Abstract: Ears are one of the important organs in the human body. Ears have two main functions: hearing function and equilibrium function. This study was aimed to obtain the ear health status of TNI LANUDAL society. This was an observational descriptive study with a cross sectional design. There were 36 respondents in this study. The results showed that there were 5 respondents with cerumen in the right ear and 6 respondents with cerumen in the left ear. There were also 5 respondents with secrete in the ear canal each. The result of the Weber test showed that there were 4 respondents with lateralization and the Rinne test showed that there was 1 respondent with negative rinne test. Conclusion: Most of the TNI LANUDAL society had good ear health.Keywords: ear health, health survey, ears examination. Abstrak: Telinga merupakan suatu organ yang sangat penting dalam tubuh manusia. Telinga mempunyai dua fungsi, yaitu: fungsi pendengaran dan fungsi keseimbangan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data kesehatan telinga pada masyarakat di kompleks TNI LANUDAL Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Responden penelitian sebanyak 36 orang. Hasil penelitian mendapatkan serumen pada liang telinga kanan sebanyak 5 responden dan pada liang telinga kiri sebanyak 6 responden. Didapatkan pula hasil sekret pada liang telinga kanan dan kiri masing-masing 5 responden. Pada pemeriksaan fungsi pendengaran dengan menggunakan tes Weber didapatkan 4 responden mengalami lateralisasi dan pada tes rinne didapatkan 1 responden dengan hasil negatif. Simpulan: Sebagian besar masyarakat di kompleks TNI LANUDAL mempunyai kesehatan telinga yang baik. Kata kunci: kesehatan telinga, survei kesehatan, pemeriksaan telinga.


2019 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 470
Author(s):  
Nova Arikhman ◽  
Tri Meva Efendi ◽  
Gusliani Eka Putri

<p><em>Early marriage is marriage for teenagers under the age of 20 who should not be ready to carry out marriage. The 2018 Riskesdas data held by BPS, namely the existence of early marriage among women aged ≤ 16 years, 15.66% were married at the age of 17-18 years there were 20.03%. The purpose of this study was to determine the factors that influence early marriage in Baru Village, Air Warm Barat District, Kerinci Regency in 2019.</em><em> </em><em>This type of research is analytic with cross sectional design. The population of this study was all married women in Baru Village, Air Warm Barat District, totaling 207 people with a sample of 67 people. Data collection using a questionnaire by interview. The sampling technique in this study is simple random sampling. The study was conducted in January - August 2019. Data collection was carried out on 09 - 19 July 2019. Data were analyzed univariately and bivariately using computerization.</em><em> </em><em>The results showed less than half (47.8%) of respondents married early, more than half (61.2%) had a low level of knowledge about early marriage, more than half (53.7%) had a supportive culture about early marriage, More out of half (62.7%) having the role of peers plays a role. There is a relationship between the level of knowledge, culture, the role of peers and early marriage in Baru Village, Air Warm Barat District, Kerinci Regency in 2019</em><em></em></p><p> </p><p><em>Pernikahan dini adalah pernikahan pada remaja di bawah usia 20 tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan.</em><em> Data </em><em>Riskesdas 2018 yang diadakan oleh BPS yaitu adanya pernikahan dini pada perempuan usia ≤ 16 tahunterdapat 15,66% menikah pada usia 17-18 tahun terdapat 20,03%</em><em>. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui </em><em>faktor-faktor yang memengaruhi pernikahan usia dini di Desa Baru Kecamatan Air Hangat Barat Kabupaten Kerinci tahun 2019</em><em>. </em><em>Jenis penelitian </em><em>ini adalah a</em><em>nalitik</em><em> dengan </em><em>desain </em><em>c</em><em>ross sectional</em><em>. </em><em>Populasi penelitian ini adalah seluruh wanita yang sudah menikah di Desa Baru Kecamatan Air Hangat Barat, yang berjumlah 207 orang</em><em> dengan sampel 67 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan cara wawancara. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple random sampling. Penelitian dilakukan pada bulan </em><em>Januari - Agustus 2019. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 09 – 19 Juli 2019.</em><em> Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan komputerisasi. </em><em>Hasil penelitian menunjukkan kurang dari separoh </em><em>(</em><em>47,8</em><em>%) </em><em>responden menikah dini, lebih dari separoh </em><em>(</em><em>61,2</em><em>%) </em><em>memiliki tingkat pengetahuan rendah tentang pernikahan dini, lebih dari separoh </em><em>(</em><em>53,7</em><em>%) </em><em>memiliki budaya mendukung tentang pernikahan dini , Lebih dari separoh </em><em>(</em><em>62,7</em><em>%)</em><em> memiliki peran teman sebaya berperan. Ada hubungan tingkat pengetahuan, budaya, peran teman sebaya dengan penikahan dini di Desa Baru Kecamatan Air Hangat Barat Kabupaten Kerinci tahun 2019.</em><em> </em><em></em></p>


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 325
Author(s):  
I Gede Sutha Arta Pramana ◽  
Ni Wayan Arya Utami

ABSTRAK Tingginya angka kejadian dermatitis kontak pada pekerja pengangkut sampah dikarenakan petugas pengangkut sampah setiap harinya mengalami kontak langsung dengan sampah sebagai agen yang meningkatkan risiko terjadinya dermatitis kontak akibat kerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara higiene perorangan dan penggunaan alat pelindung diri dengan dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja pengangkut sampah di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah pekerja pengangkut sampah di DLHK Kota Denpasar dengan jumlah sampel minimal 84 responden. Teknik pemilihan sampel dengan simple random sampling. Penelitian dilakukan pada Bulan Maret-Juni tahun 2020. Data dianalisis untuk meneliti hubungan antar variabel yang diuji dengan analisis bivariat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 26,19% pekerja mengalami dermatitis kontak akibat kerja. Terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja, jam kerja, kebersihan kulit, kebersihan rambut dan kulit kepala, kebersihan kuku, tangan, dan kaki, penggunaan sarung tangan, penggunaan baju dan celana panjang, penggunaan sepatu boot dengan kejadian dermatitis kontak akibat kerja. Sedangkan pada variabel umur, tingkat pendidikan, dan penggunaan topi tidak berhubungan. Disarankan kepada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar tetap mendukung penyediaan APD serta kepatuhan para pekerja untuk memelihara higiene perorangan dan menggunakan APD yang lengkap. Kata Kunci: Dermatitis, Higiene Perorangan, APD  ABSTRACT The high incidence of dermatitis due to garbage transport workers because they have a direct contact with garbage as an agent that increases the risk of occupational dermatitis. The aims of this study was to determine the association of personal hygiene and the use of PPE with the incidence of occupational dermatitis in garbage transport workers at Denpasar City Environment and Sanitation Office. This research is a quantitative study with cross sectional design. Respondents were 84 garbage transport workers in Denpasar City Environment and Sanitation Office which selected by simple random sampling. The study was conducted in March-June 2020. Data were statistically analyzed by bivariately to examine the association between variables tested. The results of this study showed the 26.19% workers had occupational dermatitis. There were association between work period, hours of work, hygiene of skin, hair and scalp, nails, hands and feet, use of gloves, clothing and trousers, and boots with occupational dermatitis. While the variables of age, education level, and hat usage did not have association with occupational dermatitis. It is necessary for support of facilities and infrastructure from the government and the need for awareness of workers to maintain personal hygiene and use the complete PPE. Keywords: Dermatitis, Personal Hygiene, PPE


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document