scholarly journals Hubungan Diabetes Melitus dengan Gangguan Fungsi Kognitif Post Stroke Iskemik di Rumah Sakit Bethesda

2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
pp. 647
Author(s):  
Satrianti Totting ◽  
Rizaldy Taslim Pinzon ◽  
Bowo Widiasmoko

Ada setengah pasien post stroke mengalami gangguan fungsi kognitif. Diabetes mellitus merupakan salah satu factor risiko stroke sekaligus factor risiko terjadinya gangguan fungsi kognitif. Tujuan penelitian adalah mengukur pengaruh diabetes mellitus terhadap gangguan fungsi kognitif post stroke iskemik. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Data diambil dengan melakukan pengukuran fungsi kognitif pasien post stroke iskemik menggunakan instrument MoCA-INA dan CDT, data sekunder diambil dari Stroke Registry di RumahSakit Bethesda Yogyakarta pada tahun 2010-2017. Data dianalisis dengan chi-square test untuk analisis bivariat, serta regresi logistic untuk analisis multivariat. Dari 110 subjek penelitian terdapat pasien dengan gangguan fungsi kognitif (MoCA-INA < 26 dan CDT > 1) sebanyak 75 (68.2%) pasien, dan fungsi kognitif baik (MoCA-INA >= 26 dan CDT = 1) sebanyak 35 (31.8%) pasien. Analisis bivariat menunjukkan bahwa diabetes mellitus tidak berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif post stroke iskemik (OR: 1.506, 95% CI: 0.654-3.466, p: 0.334). Analisis multivariate dengan regresi logistik didapatkan usia, onset, serangan stroke berulang, lesi temporal dan parietal sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya gangguan fungsi kognitif post stroke iskemik. Simpulan penelitian ini adalah diabetes mellitus tidak mempengaruhi terjadinya gangguan fungsi kognitif post stroke iskemik.

2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
pp. 647
Author(s):  
Satrianti Totting ◽  
Rizaldy Taslim Pinzon ◽  
Bowo Widiasmoko

Ada setengah pasien post stroke mengalami gangguan fungsi kognitif. Diabetes mellitus merupakan salah satu factor risiko stroke sekaligus factor risiko terjadinya gangguan fungsi kognitif. Tujuan penelitian adalah mengukur pengaruh diabetes mellitus terhadap gangguan fungsi kognitif post stroke iskemik. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Data diambil dengan melakukan pengukuran fungsi kognitif pasien post stroke iskemik menggunakan instrument MoCA-INA dan CDT, data sekunder diambil dari Stroke Registry di RumahSakit Bethesda Yogyakarta pada tahun 2010-2017. Data dianalisis dengan chi-square test untuk analisis bivariat, serta regresi logistic untuk analisis multivariat. Dari 110 subjek penelitian terdapat pasien dengan gangguan fungsi kognitif (MoCA-INA < 26 dan CDT > 1) sebanyak 75 (68.2%) pasien, dan fungsi kognitif baik (MoCA-INA >= 26 dan CDT = 1) sebanyak 35 (31.8%) pasien. Analisis bivariat menunjukkan bahwa diabetes mellitus tidak berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif post stroke iskemik (OR: 1.506, 95% CI: 0.654-3.466, p: 0.334). Analisis multivariate dengan regresi logistik didapatkan usia, onset, serangan stroke berulang, lesi temporal dan parietal sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya gangguan fungsi kognitif post stroke iskemik. Simpulan penelitian ini adalah diabetes mellitus tidak mempengaruhi terjadinya gangguan fungsi kognitif post stroke iskemik.


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 101-108
Author(s):  
Berthiana Berthiana ◽  
Mimin Lestari ◽  
Dian Ana Mutriqah

The world is now inhabited by 171 million people with Diabetes Mellitus (DM) and will double, an estimated 366 million by 2030. Obesity is a risk factor for type II DM. From the results of surveys and observations of researchers at the Palangka Raya Polytechnic, it was seen that some special program class students fall into the category of overweight and obese. This research aims to find out the relationship between overweight and the risk level of type II diabetes melitus in class students specialized in nursing and midwifery courses at Palangka Raya Polytechnic. A quantitative study with correlational studies and research design using a cross-sectional approach. There is a significant relationship between overweight to the risk level of type II DM based on the analysis of chi-square test data, obtained p-value = 0.077. There was a relationship between excess body weight based on body mass index on the risk level of type II DM


2019 ◽  
Vol 14 (3) ◽  
pp. 247-252
Author(s):  
Juripah Juripah ◽  
Muzakkir Muzakkir ◽  
Sri Darmawan

Orang dengan diabetes mellitus memiliki peningkatan mengembangkan sejumlah masalah kesehatan yang mengancam jiwa. Kadar glukosa darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah umum yang dapat mempengaruhi jantung, mata, ginjal, saraf, dan dapat mengakibatkan berbagai komplikasi. Sedangkan pola makan merupakan asupan makanan yang memberikan berbagai macam jumlah, jadwal dan jenis makanan yang didapatkan seseorang. Pengaturan pola makan yang tidak tepat dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah sehingga seseorang rentang terkena penyakit diabetes melitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola makan terhadap kejadian diabetes mellitus. Jenis penelitian yang digunakan adalah non experiment dengan metode survey analitik. Dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu 47 responden. Sampel diambil menggunakan tehnik total sampling. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 47 responden terdapat 21 responden yang memiliki pola makan baik (44.7 %). Dimana Pola makan baik yang tidak menderita sebanyak 13 responden (27.7%), sedangkan pola makan baik yang  menderita sebanyak 8 responden (17.0%). Kemudian 26 responden yang memiliki pola makan kurang baik (55.3%). Dimana pola makan kurang baik yang tidak menderita sebanyak 8 responden (17.0%), sedangkan pola makan kurang baik yang  menderita sebanyak 18  responden (38.3%). Setelah dilakukan uji statistic dengan menggunakan uji chi-square test maka berdasarkan hasil fisher’s exact test didapatkan nilai p = 0,033 yang menunjukkan p<0,05, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak atau ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kejadian diabetes mellitus di wilayah kerja puskesmas kassi-kassi kota Makassar.


2015 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Finisia Noviyanti ◽  
Eva Decroli ◽  
Susila Sastri

AbstrakHipertensi seringkali menjadi kondisi komorbid yang menyertai diabetes melitus tipe 2. Diabetes melitus, hipertensi dan peningkatan LDL kolesterol merupakan keadaan yang sering dijumpai saling berkaitan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan kadar LDL kolesterol penderita diabetes melitus tipe 2 dengan dan tanpa hipertensi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional comparatif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi data rekam medis pasien diabetes melitus tipe 2 dengan dan tanpa hipertensi tahun 2011 di RS. Dr. M. Djamil Padang. Analisis statistik menggunakan uji chi-square dan uji t-berpasangan. Hasil penelitian menemukan kadar LDL kolesterol pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi (137,56±41,43 mg/dl) lebih tinggi dibandingkan tanpa hipertensi (94,39±35,36 mg/dl). Uji chi-square menunjukkkan adanya hubungan yang bermakna antara peningkatan kadar LDL kolesterol dengan kejadian hipertensi (p<0,05). Uji t-berpasangan menunjukkan bahwa adanya perbedaan bermakna kadar LDL kolesterol antara kelompok pasien diabetes melitus dengan hipertensi dan tanpa hipertensi (p<0,05). Penelitian ini menyimpulkan adanya perbedaan yang bermakna kadar LDL kolesterol pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi dan tanpa hipertensi di RS. Dr. M. Djamil Padang.Kata kunci: LDL kolesterol, diabetes melitus tipe 2, hipertensi AbstractHypertension is often a comorbid conditions that accompany diabetes mellitus type 2. Diabetes mellitus, hypertension and increased LDL cholesterol is a condition that is often be found related one another. The objective of this study was to determine difference LDL cholesterol level among diabetes melitus type 2 with hypertension and without hypertension.This research used cross-sectional comparatif design. The data was collected through observation of the patient’s medical records diabetes mellitus type 2 with hypertension and without hypertension in 2011 at the hospital Dr. M. Djamil Padang. The statistical analysis used was chi-square test and paired-T test. The results found that the levels of LDL cholesterol in patients with diabetes mellitus type 2 with hypertension (137,56±41,43) was higher than without hypertension (94,39±35,36). Chi square test was found that a significant correlation between elevates levels of LDL cholesterol to the incidence of hypertension (p<0,05). Paired-t test showed that there were significant differences of LDL cholesterol levels between groups of diabetes mellitus type 2 with hypertension and diabetes mellitus type 2 without hypertension (p<0,05).This research conclude that there are differences in the levels of LDL cholesterol in patients with diabetes melitus type 2 with hypertension and without hypertension in the hospital Dr. M. Djamil Padang in 2011.Keywords: LDL cholesterol, diabetes mellitus type 2, hypertension


2019 ◽  
Vol 22 (1) ◽  
pp. 1-5
Author(s):  
Wilda Hafny Lubis ◽  
Kavisha Prakas

Oral complications will occur in the form of dental caries when Diabetes Mellitus (DM)is not controlled. The purpose of this study was to determine the effect of viscosity and salivary buffer on the severity of dental caries in DM patients. This research is an analytic survey with cross sectional approach involving 61 subjects (42 women and 19 men) who are patients with type II DM in Dr. PirngadiHospital Endocrine Clinic Medan. This research was conducted by carrying out an oral examination to calculate the DMF-T index and visual measurement of the saliva viscosity and salivary buffer by using a buffer test strip. The results obtained from this study showed that there are 77.0% DM patients who experienced dental caries and 23.0% DM patients who did not experience dental caries. Based on saliva viscosity, subjects had poor saliva viscosity (80.3%). This study also showed that salivary buffer in DM patients was low (67.2%). Data were analyzed by chi-square test showed significant results (p <0.05) with a significant value of p = 0,000. The significance value of the effect of salivary buffer on DM patients with the occurrence of dental caries is p = 0.02. Based on these results, it can be concluded that there is a significant effect between viscosity and salivary buffer with the occurrence of dental caries.


2020 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 46-50
Author(s):  
Muhammad Basri ◽  
Baharuddin K ◽  
Sitti Rahmatia

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik dan kronis dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduaduanya yang membutuhkan perawatan medis dan pendidikan pengelolaan mandiri untuk mencegah komplikasi akut jangka panjang (Nian, 2017). Tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan hubungan kualitas tidur dengan kadar glukosa darah Puasa pada pasien DM tipe II di PKM Kassi-Kassikota Makassar. Manfaat : Meningkatkan pengetahuan pada Penderita DM Tipe II yang mengalami gangguan Kwalitas dan Pola Tidur shari-hari Meningkatkan pengetahuan pada Penderita DM Tipe II yang mengalami gangguan Kwalitas dan Pola Tidur shari-hari Metode : Pada penelitian ini menggunakan desain cross sectional, jenis penelitian ini menggunakan metode analitik yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara Kualitas tidur dengan kadar glukosa darah puasa pada pasien DM Tipe II. Sampel menggunakan purposive sampling dengan menggunakan rumus Slovin dengan jumlah sampel  55  orang  yaitu  seluruh pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di PKM Kassi-Kassi Kota Makassar. Hasil Uji Statistik Chi Square diperoleh p value 0,000 < 0,05.sehingga peneliti berasumsi bahwa  ada hubungan antara kualitas tidur dengan kadar glukosa darah pada pasien DM Type 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar.  Kesimpulan yaitu terdapat hubungan kualitas tidur dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. Saran dapat dijadikan sebagai salah satu acuhan bagi pasien diabetes melitus tipe 2 untuk meningkatkan kualitas tidur dan menjaga kadar glukosa darah puasa


2017 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Sucipto Sucipto

The effect of the level of education, job, and income that gets the health education on the management of the diet for the diabetes mellitus in a family. Unless Diabetes Mellitus (DM) is well-handled, it will affect the complication on the various vital organs of the human body. By well experiences such as the cooperation among patient, family and medical staff, the complication of DM can be prevented, or at least, can be slowly halted its development. To target the point, the participation of the patient, the family of the sufferer to care for is badly needed. The aim of the research is to know the effect of the level of education, job and income that gets the health education on the management of the diet for the diabetes mellitus in a family. The method of the research is the analytical descriptive method by using cross sectional approach. The research was applied in November 2008. The population are the family and the sufferers of the DM who were treated in the Gambiran Public Hospital in Kediri. The sample uses the purposive sampling, and the total of respondents is 60. The data collecting is questioner. The data is represented in pictures, tables and narrative. The analytical data with statistical Chi-square test is supposed to know the relation of the variables. Whereas, to know the effect of all, the independent variable and dependent variable use the logistic binary regressive analysis with SPSS Program version 12. The result of the research shows that the higher education probably reaches 3.4 times, the management of DM is much better than that of the lower education (OR = 3.369, CI = 0.728 – 15. 604), and the other factors that improve the management of the diet in family are jobs, incomes and ages. The research concludes that the level of education, job, income and age are the main factors to improve the management of the diet in family. The health guides (nutritionists) are advisably giving guidance in accordance with the backgrounds of education, job, income, and age of the target points.


2019 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
pp. 38-45
Author(s):  
Helena Wadja ◽  
Hamidah Rahman ◽  
Nani Supriyatni

Diabetes adalah penyakit yang berlangsung lama atau kronis serta ditandai dengan kadar gula (glukosa) darah yang tinggi atau di atas nilai normal. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Diabetes melitus (DM) menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia pada abad ke-21. Jumlah penderita DM mencapai 422 juta orang di dunia pada tahun 2014. Sebagian besar dari penderita tersebut berada di negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki jumlah penderita yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, tingkat stres, dan durasi tidur terhadap kejadian Diabetes Mellitus. Metode penelitian dengan menggunakan desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah  pasien yang datang memeriksakan kadar gula darah di UPTD Diabetes Center Kota Ternate Tahun 2018. Jumlah sampel 95 orang yang diambil dengan cara accidental sampling. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit Diabetes Mellitus adalah tingkat stres dengan p-value = 0,037 ( <0,1 ) dan durasi tidur dengan p-value = 0,025 ( <0,1 ), sedangkan yang tidak berhubungan adalah tingkat pengetahuan dengan p-value = 0,709 ( >0,1 ). Oleh karena itu, disarankan kepada petugas kesehatan lebih meningkkatkan lagi  informasi kepada masyarakat tentang penyakit Diabetes Mellitus, agar masyarakat lebih tahu tentang penyakit Diabetes Mellitus.


2019 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 5-14
Author(s):  
Holy Yunita Nuraini ◽  
Rachmat Supriatna

Diabetes mellitus tipe 2 adalah diabetes melitus yang tidak tergantung pada  insulin dan kebanyakan penderita memiliki kelebihan berat badan. Data studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita diabetes melitus pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang dan diperkirakan akan meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola makan, aktivitas fisik dan riwayat penyakit keluarga terhadap penyakit diabetes  mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Bunda Margonda Depok Tahun 2015. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelian cross sectional .Metode pengambilan sampel menggunakan tekhnik accidental sampling terhadap 34 orang pasien penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Bunda Margonda Depok Tahun 2015. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuisioner, dimana jawaban dari kuisioner dianalisa dengan menggunakan uji chi-square yang di olah dengan menggunakan  SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi dari tiga variable yaitu pola makan nilai p-value 0.044 < α (0.05), aktivitas terhadap penyakit diabetes mellitus tipe 2 nilai p-value 0.634 > α (0.05) dan riwayat penyakit keluarga nilai p-value 0.102 > α (0.05), yang mempunyai hubungan terhadap diabetes mellitus tipe 2 adalah variable pola makan. Perlu adanya penyuluhan lebih terhadap masyarakat mengenai pola makan yang baik dan sehat. Kata kunci : Aktivitas Fisik,  Diabetes Mellitus, Pola Makan, Riwayat Penyakit Keluarga


2019 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 117-127
Author(s):  
Nurhayati Nurhayati ◽  
Diah Navianti

Data Kemenkes tahun 2015 menunjukkan faktor risiko perilaku penyebab terjadinya penyakit tidak menular (PTM) adalah penduduk kurang aktifitas fisik (26.1 %), Diabetes Mellitus (DM) termasuk dalam penyakit tidak menular. Menurut international diabetic federation faktor risiko terjadinya penyakit Diabetes Melitus adalah riwayat penyakit keluarga, kurang aktifitas fisik, usia diatas 45 tahun, kegemukan, tekanan darah tinggi, gaya hidup dan stres. Dari survei yang dilakukan guru dibeberapa sekolah dasar di Kecamatan Sukarami memiliki risiko ini. Permasalahan dalam penelitian ini adalah diperolehnya data awal terhadap beberapa guru di SDN di Kecamatan Sukarami masih kurang dalam pengetahuan tentang faktor risiko terjadinya penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 dan juga komplikasinya, sehingga ada 39 % guru di SDN 133 yang memiliki kadar gula tinggi. Sedangkan di SDN 132 ada 33 % guru dengan kadar gula yang tinggi. Ditambah dengan tekanan darah yang juga tinggi sebesar 46 % pada guru di SDN 133 Sukarami Palembang. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor risiko terjadinya kejadian penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 pada guru di SDN kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Jenis penelitian ini merupakan penelitian Analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah guru SD di Kecamatan Sukarami Palembang. Metode pengambilan sampel secara Simple Random sampling. Sampel yang diambil adalah guru – guru di empat SDN yang terpilih secara random sebanyak 125 orang guru . Analisis data yang digunakan adalah uji Chi Square. Data akan diolah dengan bantuan software komputer. Ada hubungan antara Tekanan darah, Umur, IMT, Aktifitas fisik (olahraga) dengan kadar glukosa darah sewaktu pada guru SD Negeri di Kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Tidak ada hubungan antara Jenis kelamin dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah pada guru-guru SDN di Kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Disarankan pada guru SD Negeri di Kecamatan Sukarami Palembang agar dapat mempertahankan atau meningkatkan kesehatan tubuh dengan cara berolahraga dengan cukup supaya guru yang memiliki kadar glukosa darah diatas nilai normal tidak mengalami peningkatan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document