scholarly journals Evaluasi Kualitas Air Situ Parigi, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten

Author(s):  
A Zharifa ◽  
M F Fachrul ◽  
D I Hendrawan

<p>Situ Parigi adalah salah satu situ di Kota Tangerang Selatan yang berada di Kelurahan Parigi Lama, Kecamatan Pondok Aren dengan luas sebesar 4 hektar. Situ Parigi memiliki fungsi sebagai reservoir, pengendali banjir dan irigasi. Kondisi Situ Parigi saat ini belum mendapat perhatian dan dirawat dengan baik. Hal ini terlihat dari banyaknya sampah di saluran inlet dan di bagian tepinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas air dan status mutu Situ Parigi. Pengambilan sampel air dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali pada Bulan Mei, Juni dan Juli 2018 dengan metode grab sampling. Hasil analisis kualitas air dibandingkan dengan baku-mutu pada PP No. 82 Tahun 2001 untuk kelas 2. Menentukan status mutu air dengan menggunakan metodeIKA-NSF. Parameter yang diukur ada 9 (sembilan) yaitu suhu, Total Suspended Solid (TSS), kekeruhan, pH, Dissolved Oxygen (DO), Biochemical Oxygen Demand (BOD), nitrat, fosfat dan E. coli. Hasil analisis kualitas air menunjukkan parameter fosfat, BODdan E. coli melebihi baku-mutu, sedangkan parameter DO di bawah baku-mutu. Konsentrasi fosfat berkisar 0,04-0,46 mg/l sedangkan baku mutu bernilai 0,2 mg/l. Konsentrasi BOD berkisar 3,08-51,08 mg/l sedangkan baku mutu bernilai 3 mg/l. NilaiE. coli berkisar 0-4.000 CFU/100 ml sedangkan baku mutu bernilai 1.000 CFU/100 ml. Konsentrasi DO berkisar 1,1-4,7 mg/l sedangkan baku mutu bernilai ≥4 mg/l. Status mutu air Situ Parigi bernilai 60,9 yang menunjukkan bahwa Situ Parigi tercemar sedang.<br />Kata kunci: Situ, Parameter, Kualitas Air, Status Mutu Air, IKA-NSF</p>

2017 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 77 ◽  
Author(s):  
Masayu Rahmia Anwar Putri ◽  
Sri Turni Hartati ◽  
Fayakun Satria

Berbagai jenis ikan, dengan bobot total lebih dari 650 kg ditemukan mati di pesisir Pantai Ancol tanggal 30 November 2015, diantaranya yang dominan adalah gulamah (Scianidae). Kematian ikan yang sering terjadi akan menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan. Identifikasi faktor penyebab terjadinya peristiwa ini sangat penting untuk diketahui dalam rangka pengelolaan populasi ikan dan penyusunan tindakan pencegahan sehingga bisa mengurangi frekuensi dan besarnya tingkat kematian ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran spasial beberapa parameter kualitas airguna mengidentifikasi faktor penyebab kematian masal ikan di Teluk Jakarta yang terjadi pada tanggal 30 November 2015. Pengamatan dilakukan pada tanggal 1-3 Desember 2015 di 14 stasiun penelitian mencakup14 parameter fisika, kimia dan biologi perairan. Sebaran spasial beberapa parameter perairan dipetakan dengan menggunakan software ArcGIS 9.3. Parameter perairan (kedalaman, kecerahan, suhu air, pH, oksigen terlarut dan ORP (Oxidation Reduction Potential)) diukur secara insitu dan contoh air permukaan diambil untuk pengamatan plankton serta parameter kimia air di laboratorium (nitrat, fosfat, ammonia, biochemical oxygen demand, total suspended solid, sulfide dan bahan organik terlarut). Berdasarkan analisa dari 14 parameter fisika, kimia dan biologi perairan diketahui faktor penyebab kematian masal ikan di Teluk Jakarta pada 30 November 2015 disebabkan karena rendahnya kandungan oksigen terlarut(0,07mg/l pada lokasi pusat kematian ikan),kadar nutrien yang berlebihan(nitrat,0,003-0,389 mg/l dan fosfat 0,811-1,653 mg/l,)dan tingginya konsentrasi ammonia yang merupakan gas beracun dan berbau (0,227-1,944 mg/l). On November 30th, 2015, more than 650 kg fishes found dead in the coast of Ancol. The identification of its causes is very vital to develop mitigation for managing fish population and preventing economic loss. This study aims to examine several waters parameters to identify the factors causing mass deaths of fish. The study was conducted on 1-3 December 2015 in Jakarta Bay by analyzing 14 parameters of physical, chemical and biological aspect. Spatial distribution of water parameters mapped using ArcGIS 9.3 software. Some water parameters were measured in situ (depth, brightness, water temperature,pH, dissolved oxygen and ORP (oxidation reduction potential) while surface water samples were taken and analyzed in the laboratory (Nitrate, phosphate, ammonia, biochemical oxygen demand. The result showed that a mass fish kills in Jakarta Bay on 30 November 2015 due to low dissolved oxygen content, release of toxic gas into the water, excessive nutrient and high ammonia.


Jurnal Ecolab ◽  
2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 101-109
Author(s):  
Dewi Ratnaningsih ◽  
◽  
Retno Puji Lestari ◽  
Ernawita Nazir

Kualitas air di suatu wilayah yang merupakan salah satu indikator lingkungan dapat dievaluasi menggunakan parameter fisika, kimia, dan biologi. Indeks Kualitas Air Indonesia (IKA-INA) dapat digunakan untuk menilai kondisi kualitas air secara menyeluruh pada lokasi dan waktu tertentu. IKA-INA dihitung dengan menggunakan sepuluh (10) parameter yaitu pH, Total Dissolved Solid (TDS), Total Suspended Solid (TSS), Dissolved Oxygen (DO), Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), NO3, NH3, Total Phosphate (TP) dan fecal coliform. IKA-INA tersebut merupakan indeks kualitas air yang dapat memberikan informasi secara sederhana. Dalam pemanfaatannya, tidak semua data parameter dalam IKA-INA tersebut dapat terpenuhi karena adanya data tidak valid atau data yang hilang. Kajian ini bertujuan untuk memberi alternatif rumusan IKA-INA dengan parameter yang tidak lengkap atau jika tidak semua data dalam parameters tersebut tersedia. Metode yang digunakan dalam menyusun rumusan adalah dengan melakukan koreksi faktor bobot parameter IKA-INA terhadap parameter yang hilang dan nilai Q (nilai sub-indeks). Setelah itu dilakukan uji coba pada nilai baku mutu air dalam Peraturan Pemerintah No. 22/2021 Lampiran VI serta pada data kualitas air sungai yang mewakili kualitas baik dan buruk. Hasil uji coba menunjukkan bahwa bobot parameter terkoreksi dapat digunakan untuk penanganan parameter yang hilang dalam penilaian kualitas air dengan metode IKA-INA. Hasil IKA-INA dengan parameter hilang yang menggunakan bobot terkoreksi dan hasil IKA-INA dengan parameter lengkap mayoritas memberikan status IKA yang tidak berbeda, kecuali untuk parameter fecal coli dan parameter yang mempunyai kadar jauh berbeda terhadap kondisi air secara keseluruhan.


2018 ◽  
Author(s):  
Indra Agus Riyanto ◽  
M Widyastuti ◽  
Heru Hendrayana

Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Serayu terletak di Kabupaten Wonosobo JawaTengah dengan luasan 13682.19 ha. Sub DAS Serayu merupakan salah satu Sub DAS yangmemiliki peranan penting terhadap kondisi DAS Serayu, yaitu sebagai daerah imbuhan air.Pada saat ini, di bagian hulu Sub DAS Serayu telah dimanfaatkan secara intensif untukpertanian dan Wisata Kawasan Dieng sehingga memberikan pengaruh terhadap kuantitasdan kualitas air sungai, serta kondisi DAS. Tujuan penelitian ini adalah menganalisisbesarnya debit aliran Sub DAS Serayu, menganalisis kualitas air sungai Sub Das Serayu,dan menganalisis tingkat kekritisan Sub DAS Serayu. Besarnya debit aliran dihitungmenggunakan pendekatan neraca air metode Thornthwaite Mather dan divalidasi denganpengukuran lapangan. Kualitas air diukur langsung di lapangan dan di laboratorium.Pengukuran langsung meliputi suhu, daya hantar listrik (DHL) dan pH; sedangkanpengukuran di laboratorium meliputi Dissolved Oxygen (DO), Biochemical OxygenDemand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS), TotalDissolved Solid (TDS), nitrat, fosfat, sulfat, amonia, H2S, Fe, Mn, detergen, coli tinja, danminyak lemak. Kekritisan Sub DAS didekati dengan perbandingan besarnya debit alirandan kebutuhan air dalam Sub DAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa neraca air SubDAS Serayu probabilitas 60 % diperoleh Direct runoff (DRO) sebesar 274.659.736m3/tahun, sedangkan probabilitas 80 % diperoleh DRO sebesar 182.487.225 m3/tahun.Validasi hasil perhitungan debit neraca air diperoleh 15% lebih tinggi dari debitpengukuran. Parameter kualitas air yang melebihi ambang batas baku mutu kelas IImenurut Peraturan Pemerintah 82/2001 adalah coli tinja pada seluruh sampel; dan padabeberapa sampel untuk kadar Fe, detergen, minyak lemak, sulfida dan pospat hal tersebutdisebabkan oleh keterdapatan penggunaan lahan berupa pertanian intesif di wilayah huludiikuti kegiatan wisata, dominasi sawah di bagian tengah Sub DAS, serta dominanpermukiman di hilir Sub DAS. Hasil analisis kekritisan Sub DAS Serayu menunjukkanbahwa kondisi Sub DAS termasuk klasifikasi tidak kritis.


Author(s):  
H Purwati ◽  
M F Fachrul ◽  
D I Hendrawan

<p>Situ Gede merupakan salah satu situ alami yang memiliki luas 5,07 Ha, terletak di wilayah Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang. Situ Gede berfungsi sebagai daerah tangkapan air, pengendali banjir, tempat rekreasi dan habitat biota air seperti ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air Situ Gede berdasarkan parameter fisika, kimia serta biologi dan dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 serta menentukan status mutu perairan air Situ Gede dengan menggunakan Metode Indeks Kualitas Air-National Sanitation Foundation (IKA-NSF). Selain itu, untuk mengetahui pengaruh aktivitas sekitarnya, dilakukan survei dengan melakukan identifikasi kegiatan domestik. Berdasarkan hasil hasil analisis kualitas air diketahui bahwa parameter yang melebihi baku mutu adalah kekeruhan, TSS (Total Suspended Solid), fosfat, Dissolved Oxygen (DO) dan Biological Oxygen Demand (BOD), sedangkan Status Mutu Situ Gede berada dalam kategori tercemar sedang, dengan nilai IKA-NSF sebesar 65,21, diduga sumber pencemar berasal dari kegiatan sekitarnya domestik seperti sampah. Dengan demikian maka solusi yang dapat diterapkan adalah dengan mengendalikan masuknya sampah ke dalam perairan dengan mengikutsertakan masyarakat sekitarnya, serta melakukan pengolahan air limbah domestik yang dapat diterapkan dimasyarakat sekitarnya.<br />Kata Kunci: kualitas air, status mutu, perairan situ</p>


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
Author(s):  
Kholis Normania Laily ◽  
Muhammad Amin ◽  
Dwi Sat Agus Yuwana

<p>Kawasan pesisir erat kaitannya dengan perubahan sifat perairan yang terjadi akibat kegiatan manusia, salah satunya yaitu berasal dari air limbah domestik. Berdasarkan hasil pengamatan pada pemukiman pesisir Pantai Blebak Kabupaten Jepara, menunjukkan bahwa masyarakat masih membuang air limbah langsung ke badan tanah tanpa melakukan pengolahan, sehingga mencemari kualitas air tanah. Oleh karena itu diperlukan metode dalam pengolahan air limbah.</p><p> </p><p>Penelitian ini menggunakan metode <em>Constructed Wetland Subsurface Flow Horizontal</em> dengan tanaman <em>Typha angustifolia,</em> <em>Cladium</em>, dan<em> Dracaena sanderiana</em>. Parameter senyawa yang ditinjau adalah BOD (<em>Biochemical Oxygen Demand</em>), COD (<em>Chemical Oxygen Demand</em>), dan TSS (<em>Total Suspended Solid</em>). Pengolahan dilakukan dengan waktu detensi 3,6, dan 9 hari. Sedangkan analisis<em> </em>data yang digunakan yaitu analisis uji Anova.</p><p> </p><p>Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai penyisihan tertinggi kadar BOD, COD, dan TSS terjadi pada waktu detensi ke -9 hari. Penyisihan kadar BOD tertinggi yaitu sebesar 90,24%, untuk parameter COD yaitu sebesar 90,46%, sedangkan penyisihan TSS tertinggi yaitu sebebesar 90,61%.</p>


2017 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 322-337
Author(s):  
Sarkar Imran Wahid ◽  
Ohidul Alam ◽  
Mohammed Kamal Hossain ◽  
Milan Kumar Chakraborty ◽  
Mohammad Mohinuzzaman

The study was executed at Kalurghat industrial area to determine the efficiency of effluent treatment plants by testing different physicochemical parameters. Results revealed that only 3 out of 9 industries treated their effluents efficiently and discharged following the standards of Department of Environment. The remaining industries viz. Alfa Textile treated their effluent but the values of pH (10.2), dissolve oxygen (DO) (3.6 mg/L), biochemical oxygen demand (BOD) (89 mg/L), chemical oxygen demand (COD) (282 mg/L), total suspended solid (TSS) (221 mg/L), and electric conductivity (EC) (4,003 μS/cm) exceeded the standards, and released untreated effluents directly into the environment. Smart Jeans didn't maintain the standard of EC (1,927 μS/cm), DO (3.2 mg/L), BOD (96 mg/L) and COD (216 mg/L). Asian Apparels EC (1,973 μS/cm), DO (4 mg/L), BOD (79 mg/L), and COD (221 mg/L) weren't up to the standards. Similarly, Mans Fashion EC (1,243 μS/cm), DO (3.7 mg/L), TSS (180 mg/L), BOD (78 mg/L), and COD (255 mg/L) also exceeded the standards. In addition, Well Group TSS (160 mg/L), EC (3,201 μS/cm), DO (4.2 mg/L), and COD (235 mg/L) while Golden Height only EC (1,762 μS/cm) crossed the prescribed limits. Inversely, all the sampled industries volleyed effluents containing metals within the standards level except Alfa Textile (Cu, Zn, & Cr), Well Group (Cr) and Asian Apparels (Ni).


2022 ◽  
Vol 10 (E) ◽  
pp. 6-11
Author(s):  
Zulfikar Zulfikar ◽  
Nasrullah Nasrullah ◽  
Kartini Kartini ◽  
Wiwit Aditama

BACKGROUND: Domestic wastewater can cause health problems and pollute groundwater sources. Such pollution not only has a negative impact on health and the environment, but also on the cost in providing clean water. AIM: The outcome of domestic wastewater treatment through a proper technique is expected to meet the clean water quality standard for sanitation purposes. MATERIALS AND METHODS: The experiment was conducted to determine the effect of Hydraulic Retention Time (HRT) on the levels of Biochemical Oxygen Demand (BOD) and Total Suspended Solid (TSS) of domestic wastewater. The experiment was carried out with 6 variations of HRT, namely 1 hour, 2 hours, 4 hours, 6 hours and 8 hours with 4 repetitions. The media running process was carried out for 14 days until the reactor condition was in steady state. RESULTS: The results showed that the removal values ​​for COD, Oil and Fat, Ammonia and Total Coliform parameters were 68.03%, 46.51%, 69.64% and 68.99%, respectively. Based on the variation of HRT of 1 hour, 2 hours, 4 hours, 6 hours and 8 hours on the BOD parameter, the removal values ​​obtained were 11.7%, 21.3%, 34.7%, 49.0% and 64.1%, respectively. Furthermore, for the TSS parameter, the values obtained were 17.3%, 25.4%, 30.6%, 42.3% and 50.4%, respectively. CONCLUSION: HRT was proven to have a significant effect on the levels of BOD and TSS of domestic wastewater with a p-value of <0.05 at the 95% confidence level


Author(s):  
Burhan Muslim

Abstract Biological Oxygen Demand (BOD), Total Suspended Solid (TSS) and Dissolved Oxygen (DO) are indicators of water quality in water bodies. Non-polluted water has low BOD and TSS levels and high DO. Changes in these three parameters indicate a change in quality. This study aims to look at variations in the levels of BOD, TSS and DO spatially and temporarily in Batang Arau River, Padang City in 2018. The study was conducted by observing three stations, namely in the upstream, middle and downstream and in the morning and evening. The results showed that BOD and TSS levels tended to increase from upstream to downstream, while DO was the opposite. Temporar variation shows that BOD and TSS levels are low in the morning and increase during the day and evening, while DO is the opposite. Key word: Biological Oxygen Deman, Total Suspended Solid, Dissolved Oxygen Abstrak Kbutuhan Oksigen Biologis (BOD), Total Suspended Solid (TSS) dan Dissolved Oxygen (DO) adalah indikator kualitas air dalam badan air. Air yang tidak tercemar memiliki kadar BOD dan TSS yang rendah serta DO yang tinggi. Perubahan dalam ketiga parameter ini menunjukkan perubahan kualitas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat variasi kadar BOD, TSS dan DO secara spasial dan temporer di Sungai Batang Arau, Kota Padang pada tahun 2018. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati tiga stasiun, yaitu di hulu, tengah dan hilir dan pada pagi hari, dan malam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat BOD dan TSS cenderung meningkat dari hulu ke hilir, sedangkan DO adalah sebaliknya. Variasi temporer menunjukkan bahwa tingkat BOD dan TSS rendah di pagi hari dan meningkat pada siang dan malam hari, sedangkan DO adalah sebaliknya. 


2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 29
Author(s):  
Endang Supriyantini ◽  
Ria Azizah Tri Nuraini ◽  
Anindya Putri Fadmawati

Bahan organik adalah kumpulan senyawa - senyawa organik kompleks yang telah mengalami proses dekomposisi oleh organisme pengurai, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi. Bahan organik merupakan sumber nutrient yang penting, yang sangat dibutuhkan oleh organisme laut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis parameter kandungan bahan organik meliputi BOD5 (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solid), TDS (Total Suspended Solid) dan TOM (Total Organic Matter) dan menentukan tingkat pencemaran bahan organik berdasarkan baku mutu pada beberapa muara sungai di kawasan ekosistem mangrove, di wilayah pesisir pantai Utara Kota Semarang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, sedangkan penentuan lokasi penelitian menggunakan metode purposive sampling method dan untuk pengambilan sampel air menggunakan metode sample survey method. Hasil penelitian menunjukan bahwa kandungan parameter bahan organik selama penelitian di semua lokasi adalah BOD (3,77 – 15,13 mg/L), COD (20,33 – 140,67 mg/L), TSS (1,33 – 13,67 mg/L), TDS (818,33 – > 2.000 mg/L) dan TOM (10,73 – 50 mg/L). Secara umum kandungan COD dan TSS di Maron dan Trimulyo sudah melewati ambang batas baku mutu menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor 2 Tahun 1988 tentang Baku Mutu Air Limbah, sedangkan untuk kandungan BOD, TSS dan TOM belum melampaui ambang batas baku mutu yang telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document