scholarly journals Efektivitas Metode Problem Solving Melalui Konseling Kelompok Untuk Meningkatkan Regulasi Diri Siswa

Author(s):  
Victor Gamma Kharisma ◽  
Budi Astuti

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas metode problem solving melalui konseling kelompok terhadap regulasi diri siswa SMA N 1 Jatinom. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan jenis penelitian quasi eksperimen. Desain penelitian yang digunakan Non Equivalen Pretest-Posttest. Penelitian ini menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen sejumlah enam siswa dan kelompok kontrol sejumlah enam siswa. Populasi penelitian adalah siswa SMA N 1 Jatinom tahun ajaran 2017/2018. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Proses pengumpulan data menggunakan skala regulasi diri untuk mengukur tingkat regulasi diri siswa SMA N 1 Jatinom. Efektivitas metode problem solving terhadap regulasi diri dapat dilihat dari perbedaan hasil uji wilcoxon dengan nilai sig. 0,028 lebih kecil 0,05 (0,028 < 0,05). Perbedaan nilai rata-rata kelompok eksperimen sebesar 42,4 dan nilai rata-rata kelompok kontrol sebesar 22,2 (42,4 > 22,2). Rerata Gain Score kelompok eksperimen sebesar 0,43 sedangkan kelompok kontrol sebesar 0,23. Hasil penelitian menunjukan bahwa metode problem solving melalui konseling kelompok efektif terhadap regulasi diri siswa.

2017 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 32
Author(s):  
Diyas Age Larasati

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh model PBL terhadap kemampuan pemecahan masalah geografi SMA. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Sooko tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian merupakan siswa kelas XI IPS 2 dan 3. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan desain Non Equivalent Control Group Design. Berdasarkan selisih nilai pre test dan post test, rata-rata gain score kemampuan pemecahan masalah geografi SMA kelas eksperimen lebih tinggi dengan skor 27,26 dibandingkan dengan kelas kontrol dengan skor 11,88. Hasil perhitungan analisis uji t menggunakan independen sample t test diperoleh data p-level lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) yaitu 0,00. Hasil perhitungan ini membuktikan bahwa model PBL berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah geografi SMA. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model PBL berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah geografi SMAN 1 Sooko.Kata Kunci: Model Problem Based Learning, Kemampuan Pemecahan MasalahThe purpose of this study was to clarify the effect of the PBL model of problem-solving ability. This study do in SMA Negeri 1 Sooko 2015/2016. Study of the subject is the student of class XI IPS 2 dan 3. Form of quasi-experimental research design with non equivalent design control group. Subjects were selected based on the value of Middle Exam School (UTS) semester who have the same average (homogeneous). Control using a model class lectures and discussions, while the experimental class using PBL models. Gain score Data were analyzed using independent sample T-test Test with the help of the computer program SPSS 16.0 for Windows. Gainscore learning using PBL model of higher than conventional. The average value of the experiment gainscore class of 27, 26 and 11.88 of control. The results of the analysis of the Independent Sample T-Test Test, the difference shows a p-value of 0.000 level. The level of p-value less than 0.05 (P <0.05). The results of this study there was a significant effect PBL models to the problem-solving abilities. So the conclusion "PBL model significantly influential to the high school geography problem solving skills in SMAN 1 Sooko".Key Words: models of PBL, problem-solving abilities


Author(s):  
Lia Yulianah ◽  
Khomsatun Ni'mah ◽  
Diar Veni Rahayu

The purpose of this study was to examine the mathematical concepts of students in solving the problem of polyhedron of cubes and cuboids with assisted of Schoology media. This research uses qualitative methods with descriptive approach. This study describes the ability to understand mathematical concepts that owned of students with Schoology media. Research subjects is three students selected by purposive sampling based on conditions and situations that occured during the current co-19 pandemic. The data collection used consists of tests of understanding the ability of mathematical concepts. Based on the results of research showed that the ability to understanding students' of mathematical concepts with Schoology-assisted able to provide understanding of material polyhedron of cubes and cuboids by the average results of students getting value 91,67. Where the first student is able to reach an understanding indicator of mathematical concepts from given by agreeing to the concept, classifying objects according to certain properties, giving concepts in various forms of mathematical representation, explaining the relationship between one concept with another concept, and applying the concept in problem solving . While the second and third students can only reach four indicators from the second indicator given. Nevertheless, students show positive responses to Schoology media. Keywords: Understanding Mathematical Concepts, Schoology Media


2018 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 42
Author(s):  
Trimahesti Trimahesti ◽  
Kriswandani Kriswandani ◽  
Novisita Ratu

Abstrak: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika dalam mengerjakan soal olimpiade SMP bagi siswa kelas IX SMP N 8 Salatiga. Subjek penelitian terdiri dari 4 siswa yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Berdasarkan hasil tes dan wawancara diketahui semua subjek tidak memenuhi kelima tahap Krulik & Rudnick pada soal nomor 1. Pada langkah awal tahap membaca dan berfikir (read and think) subjek  telah melakukan kesalahan dalam memahami soal/masalah. Sedangkan untuk soal nomor 2 hanya 1 subjek yang tidak mampu melewati tahap kelima pada tahap teori Krulik dan Rudnick yaitu refleksi dan pengembangan (reflect and extend). Abstract:  This is a qualitative descriptive research. The purpose of this research is to know the ability of mathematics problem solving in doing Junior High Olympics for students of grade IX SMP N 8 Salatiga. The research subjects consist of 4 students selected by purposive sampling technique. Based on the results of tests and interviews are known that all subjects did not meet the five stages of Krulik & Rudnick in question number 1. In the first step of reading and thinking phase, the subject has made a mistake in understanding the problem. Meanwhile, in question number 2 only 1 subject who is not able to pass the fifth stage at the stage of Krulik and Rudnick theory, that is reflect and extend.


2015 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Akmil Fuadi Rahman ◽  
Maslianti Maslianti

. Pembelajaran matematika di kelas masih banyak yang menekankan pemahaman siswa tanpa melibatkan kemampuan berpikir kreatif. Siswa tidak diberi kesempatan menemukan jawaban ataupun cara yang berbeda dari yang sudah diajarkan guru, sehingga siswa tidak bisa berkreasi untuk menemukan jawaban dengan caranya sendiri. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan menerapkan model CPS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahhui: (1) aktivitas belajar siswa kelas VIII dengan menggunakan model pembelajaran CPS pada SMPN 23 Banjarmasin, dan (2) ada tidaknya pengaruh model CPS dalam pembelajaran matematika terhadap kemampuan berpikir kreatif   pada siswa kelas VIII SMPN 23 Banjarmasin. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimen dengan  randomized posttest-only control group design. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negri 23 Banjarmasin, pengambilan sampel menggunakan  teknik purposive sampling, dan di dapat kelas VIII D sebagai kelas esperimen dan kelas VIII E sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen pembelajaran dilakukan dengan dengan menggunakan model CPS sedangkan kelas kontrol di lakukan pembelajaran dengan menggunakan model PBL.Data yang diperoleh menggunakan statistik berupa uji normal, uji homogeny, uji t dan Uji u. hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) aktivitas siswa selama proses belajar dengan menggunakan model CPS berada pada kriteria baik, (2) kemampuan berpikir kreatif pada siswa kelas eksperimen menggunakan model CPS lebih tinggi dari pada kemampuan berpikir kreatif pada siswa kelas kontrol dengan menggunakan model PBL, sehingga dapat dikatakan bahwa model CPS memberi pengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif pada siswa. Kata kunci: model CPS, PBL, kemampuan berpikir kreatif pada siswa


Gunahumas ◽  
2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 357-386
Author(s):  
Yomi Chaeroni ◽  
Nizar Alam Hamdani ◽  
Akhmad Margana ◽  
Dian Rahadian

ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kemampuan pemahaman dan kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan salah satu kemampuan matematika tingkat tinggi yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik. Selain itu kemampuan pemahaman dan kemampuan pemecahan masalah matematis jarang diterapkan dalam pembelajaran matematika di sekolah. Salah satu model pembelajaran yang dapat menjadi alternatif bagi pembelajaran matematika dan kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis adalah model pembelajaran IMPROVE. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan i-spring suite 8 pada model pembelajaran IMPROVE untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis peserta didik. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen karena penelitian ini menggunakan satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol sebagai subyek penelitian. Cara pengambilan subjek penelitian yang digunakan adalah purposive sampling. Subjek penelitian dipilih sebanyak dua kelas dari keseluruhan peserta didik kelas XI SMA Muhammadiyah Banyuresmi tahun pelajaran 2019/2020. Dari hasil penelitian dan perhitungan statistik diperoleh kesimpulan: 1) Terdapat peningkatan kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis peserta didik yang dalam pembelajarannya menggunakan i-spring suite 8 pada model pembelajaran IMPROVE; 2) Terdapat peningkatan kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis peserta didik yang dalam pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional/direct instruction; 3) Terdapat peningkatan kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis peserta didik yang dalam pembelajarannya menggunakan i-spring suite 8 pada model pembelajaran IMPROVE dibandingkan dengan peserta didik yang dalam pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional/direct instruction; 4) Tidak terdapat perbedaan kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis peserta didik yang dalam pembelajarannya menggunakan i-spring suite 8 pada model pembelajaran IMPROVE dan yang menggunakan model konvensional/direct instruction.Kata kunci: Kemampuan Pemahaman Matematis, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis, Model IMPROVEABSTRACT This research is motivated by the fact that the ability to understand and the ability to solve mathematical problems is one of the high-level mathematical abilities that must be possessed by every student. In addition, the ability to understand and the ability to solve mathematical problems are rarely applied in mathematics learning in schools. One learning model that can be an alternative for mathematics learning and mathematical understanding and problem solving abilities is the IMPROVE learning model. This study aims to determine the application of ispring suite 8 on the IMPROVE learning model to improve students' mathematical understanding and problem solving abilities. The research method used is quasi-experimental because this study uses one experimental class and one control class as research subjects. The method of taking the research subject used was purposive sampling. The research subjects were selected as many as two classes from all grade XI students of SMA Muhammadiyah Banyuresmi in the 2019/2020 academic year. From the results of research and statistical calculations conclusions: 1) There is an increase in the ability to understand and solve mathematical problems of students who in learning use the i-spring suite 8 on the IMPROVE learning model; 2) There is an increase in the ability of understanding and solving mathematical problems of students who in learning use conventional learning models / direct instruction; 3) There is an increase in students' mathematical understanding and problem solving abilities in learning using i-spring suite 8 in the IMPROVE learning model compared to students in learning using conventional learning models / direct instruction; 4) There is no difference in the ability to understand and solve mathematical problems of students who in learning use the i-spring suite 8 on the IMPROVE learning model and who use the conventional model / direct instruction.Keywords: Mathematical Understanding Ability, Mathematical Problem Solving Ability, IMPROVE Model


Author(s):  
Zafira Rahmatilla ◽  
Yul Ifda Tanjung

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan Keterampilan Proces Sains (KPS) siswa menggunakan model pembelajaran inquiry training dan pembelajaran konvensional mengenai materi pokok elastisitas dan hukum Hooke di SMA. Jenis Penelitian ini adalah quasi-experiment dengan desain two groups pretest-posttest. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 5 Medan. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling yang terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes dan observasi aktivitas KPS siswa. Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan pengujian hipotesis uji t. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan KPS yang signifikan antara penerapan menggunakan model pembelajaran inquiry training dibandingkan pembelajaran konvensional dengan nilai sig. 0,000 pada taraf signifikan 0,05. Berdasarkan hasil uji N-Gain Score dengan penerapan model pembelajaran inquiry training lebih tinggi dalam meningkatkan KPS siswa sebesar 0,70 dalam kategori tinggi dibandingkan KPS siswa dengan penerapan pembelajaran konvensional sebesar 0,59 dalam kategori sedang. Kata kunci: keterampilan proses sains; model pembelajaran inquiry training. ABSTRACTThis study aims to determine the differences in Science Proses Skills (SPS) of students using inquiry training learning model and conventional learning about the subject matter of elasticity and Hooke’s law in High School. This type of research is a quasi-experimental with two groups of pretest-posttest design. The population of this research is all students of class XI MIPA in Public Senior High School 5 Medan. The sample was taken by a purposive sampling technique that consists of two groups, namely an experimental group and a control group. The data collected technique has been done by tests and observations activities SPS student. The data in this research was analyzed a hypothesis-testing t-test. The results showed significant differences in SPS between the application of using inquiry training learning models compared to conventional learning with the value of sig. was 0.000 at the significance of level 0.05. Based on the results of the N-Gain Score test with the application of the inquiry training learning model is higher in increasing SPS of the students by 0.70 in the high category compared to SPS of students with the application of conventional learning by 0.59 in the medium category. Keywords: science process skills; inquiry training learning model.


2019 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 435-446
Author(s):  
Nur Asih ◽  
Sendi Ramdhani

AbstrakTujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran Means End Analysis (MEA) lebih baik dari pada konvensional, untuk mengetahui sikap kemandirian belajar siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Means End Analysis (MEA), dan untuk mengetahui hambatan siswa dalam menyelesaikan soal-soal kemampuan pemecahan masalah matematis. Metode penelitiannya adalah eksperimen kuasi dan desain penelitiannya Nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA PASUNDAN CIKALONGKULON dengan sampel sebanyak dua kelas. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Kelas XI MIPA-3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIPA-1 sebagai kelas kontrol. Instrumen berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis, angket dan wawancara. Berdasarkan hasil analisis data, peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran Means End Analysis (MEA) lebih baik dari konvensional. Hasil angket siswa kelas XI MIPA-3 memperoleh hasil hampir seluruhnya positif respon siswa terhadap model pembelajaran Means End Analysis (MEA).Kata Kunci: Kemandirian, MEA, Pemecahan Masalah Matematis. Increased Mathematical Problem Solving Ability and Student Learning Independence Using the Means-End Analysis Learning Model AbstractThe purpose of this research is to find out whether the improvement of students 'mathematical problem-solving abilities using the Means-End Analysis (MEA) learning model is better than conventional learning, to determine the attitudes of students' learning independence towards mathematics learning using the Means-End Analysis (MEA) learning model, and to find out the obstacles of students in solving problems mathematical problem solving abilities. The research method is a quasi-experiment and the research design is Nonequivalent control group design. The population in this study were all students of class XI SMA PASUNDAN CIKALONGKULON with a sample of two classes. The sampling technique uses a purposive sampling technique. Class XI MIPA-3 as an experimental class and class XI MIPA-1 as a control class. The instruments were in the form of tests of mathematical problem-solving abilities, questionnaires, and interviews. Based on the results of data analysis, the improvement of students' mathematical problem-solving abilities using the Means-End Analysis (MEA) learning model is better than conventional. The results of the XI MIPA-3 class questionnaire obtained almost entirely positive student responses to the Means-End Analysis (MEA) learning model.Keywords: Independence, MEA, Mathematical Problem Solving.


Author(s):  
Ayu Wulandari

ABSTRACTThis research aims to develop a math learning tool to train grade fourth students to creative thinking. This development research uses 4-D model that is definition, design, and development, while stage of distribution is not executed. Data collection technique uses observation, test, and questionnaire. Subject in this research is grade fourth students of SDI Raden Patah Surabaya school year 2015/2016. Result of validation indicates that the learning tool overall obtains minimum score of 3 with valid category and can be used with a few revision. Teachers’ ability in conducting learning fulfills minimum score of 3 with good performed category. Activity of students overall is in accordance with a determined ideal time and behavior of doing/finishing problem solving is the most dominant behavior. N-Gain Score: 72% of the students is in high category, 28% of the students is in medium category, and none of the students who obtains N-Gain Score in low category. Data of students respond indicates that the majority of the students (79.52%) enjoy learning of problem solving based fraction. Based on the result of the research, as a main base, it can be concluded that the developed learning tool can be stated as a valid, practice, and effective learning tool. Implication of the research that can be drawn is that learning of problem solving based fraction can train the students to creative thinking. The learning tool of problem solving based fraction can be alternative to train the grade fourth students of SDI Raden Patah Surabaya to creative thinking on the topic of fraction. Keywords: Problem Solving, Creative Thinking. ABSTRAK                                                                                          Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran Matematika untuk melatih berpikir kreatif siswa kelas IV SD. Penelitian pengembangan ini menggunakan model 4-D yaitu pendefinisian, perancangan, dan pengembangan, sedangkan pada tahap penyebaran tidak dilakukan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes, dan angket. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDI Raden Patah Surabaya Tahun Ajaran 2015/2016. Hasil dari validasi menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran secara keseluruhan memperoleh skor minimal 3 dengan kategori valid dan dapat digunakan dengan sedikit revisi. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran memenuhi skor minimal 3 dengan kategori terlaksana dengan baik. Aktivitas siswa secara keseluruhan sesuai dengan kriteria waktu ideal yang ditentukan dan perilaku mengerjakan/menyelesaikan pemecahan masalah adalah perilaku yang paling dominan. N-Gain Score 72% siswa pada kategori tinggi, 28% siswa pada kategori sedang, dan tidak ada siswa yang mendapat N-Gain Score pada kategori rendah. Data respon siswa menunjukkan mayoritas siswa (79,52%) senang terhadap pembelajaran pecahan berbasis pemecahan masalah.Berdasarkan hasil penelitian sebagai dasar utama dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat dinyatakan sebagai perangkat pemebalajaran yang valid, praktis, dan efektif. Implikasi penelitian yang dapat ditarik adalah pembelajaran pecahan berbasis pemecahan masalah dapat melatih keterampilan berpikir kreatif siswa. Perangkat pembelajaran pecahan berbasis pemecahan masalah dapat menjadi alternatif untuk melatih berpikir kreatif siswa kelas IV SD pada topik pecahan. Kata Kunci: Pemecahan Masalah, Berpikir Kreatif.


2021 ◽  
Vol 5 (4) ◽  
pp. 259-268
Author(s):  
Tiara Mustika Wardani* ◽  
Evendi Evendi ◽  
Mudatsir Mudatsir ◽  
Susanna Susanna

Physics is a science that discusses every result of studying the answers to the question of causes, as well as natural phenomena that can occur. The most complex problem experienced by students is the lack of skills in solving physics problems for students. The low problem solving ability of students resulted in the ability to master the basic concepts of students. This study aimed to observe the escalation of problem solving skills after the implementation of the PIL learning model in physics at MAN 6 Aceh Besar. This research is included in the type of quasi-experimental research by designing a nonequivalent control group using 2 class samples as the experimental class and the control class. The population of this study was 64 students with 43 students participating in the study. Purposive sampling method was used in order to select the study sample. The collected data was analyzed using an independent-t test technique. This study observed that PIL learning models gave a positive impact to student autonomous learning and problem solving skills. The escalation of both variables was observed from the N-Gain score. On the problem solving skills, the control group reached 0.50 N-Gain score and the eksperimen group reached 0.79.


2019 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 33-39
Author(s):  
Ayu Apriliya Cinthyadewi ◽  
Sanusi ◽  
Swasti Maharani

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan penyelesaian masalah matematika siswa SMP melalui pendekatan Means Ends Analysis (MEA). Tahapan pendekatan MEA meliputi identifikasi perbedaan antara Current State dan Goal State, organisasi Sub Goals dan pemilihan operator atau solusi. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah enam siswa kelas VII SMP Negeri 3 Mejayan Kabupaten Madiun. Teknik pengambilan subjek penelitian yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode tes, wawancara, dan dokumentasi. Teknik keabsahan data dilakukan dengan triangulasi teknik yaitu membandingkan data hasil tes dan data wawancara. Data hasil penelitian dianalisis melalui reduksi, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian ini adalah siswa kemampuan tinggi mampu mengidentifikasi dan memahami informasi penting dari permasalahan, mampu melakukan abstraksi, terampil mengoperasikan simbol matematika serta mampu menuliskan langkah penyelesaian dengan sistematis dan rinci. Siswa kemampuan sedang mampu mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah namun belum sistematis menuliskan langkah penyelesaian. Siswa kemampuan rendah mampu menyelesaikan masalah namun tidak menuliskan langkah penyelesaian secara sistematis dan rinci serta tidak menuliskan kesimpulan. Penelitian ini dapat dikaji lebih lanjut untuk dijadikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document