scholarly journals LARAS KUSUMA WARDANI

2019 ◽  
Author(s):  
Laras Kusuma Wardani
Keyword(s):  

Penelitian tentang “Pengolahan Biji Nangka menjadi Inovasi Pangan Kaya Rasa“ dilaksanakan karena terjadi permasalahan yang ditimbulkan karena keberadaan limbah biji nangka di lingkungan masyarakat. Selain untuk mengatasi limbah yang berserakan, penelitian ini juga bertujuan untuk menghasilkan produk inovasi pangan. Biji nangka yang kaya nutrisi sangat bagus untuk kesehatan manusia. Biji nangka mengandung gizi yang sangat banyak antara lain karbohidrat, protein, lemak, fosfor, besi, kalsium, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C. Dalam melaksanakan penelitian ini, metode yang digunakan yaitu metode studi pustaka, metode observasi dan wawancara, dan metode eksperimen. Percobaan ini menghasilkan tiga produk pangan yaitu, susu, kue, dan jenang dodol.

2016 ◽  
Vol 5 ◽  
Author(s):  
Seung Chik Jwa ◽  
Kohei Ogawa ◽  
Minatsu Kobayashi ◽  
Naho Morisaki ◽  
Haruhiko Sago ◽  
...  

AbstractMaternal vitamin intake during pregnancy is crucial for pregnancy outcomes and the child's subsequent health. However, there are few valid instruments for assessing vitamin intake that address the effects of nausea and vomiting during pregnancy (NVP). This study aimed to investigate the validity of a FFQ concerning vitamin intake during early and late pregnancy with and without NVP. The participants comprised 200 Japanese pregnant women who completed the FFQ and from whom blood samples were taken in early and late pregnancy. Energy-adjusted dietary vitamin intakes (vitamin C, folate, vitamin B6, vitamin B12, vitamin A, vitamin E and vitamin D) from FFQ were compared with their blood concentrations. A subgroup of women with NVP was investigated. In early pregnancy, significant correlations between FFQ and biomarkers were observed for vitamin C (r0·27), folate (r0·18) and vitamin D (r0·26) in women with NVP and for vitamin A (r0·18), vitamin B12(r0·24) and vitamin D (r0·23) in women without NVP. No significant correlations were observed in either group for vitamins B6or E. In late pregnancy, similar significant associations were observed for vitamin C (r0·27), folate (r0·22), vitamin B6(r0·18), vitamin B12(r0·27) and vitamin A (r0·15); coefficients were higher among women without NVP. Our study demonstrates that the FFQ is a useful tool for assessing intake of several important vitamins in early and late pregnancy regardless of NVP status.


2019 ◽  
Author(s):  
Rika Wijayati
Keyword(s):  

Abon yang berbahan dasar nangka muda ini diharapkan dapat dijadikan solusi untuk mengoptimalkan kekayaan alam sekitar. Selain itu abon dari nangka muda ini dapat menjadi alternative bagi para konsumen pencinta abon, tetapi takut akan masalah kesehatan terutama kolestrol. Abon dari nangka muda ini mengandung berbagai jenis gizi yang baik untuk kesehatan manusia, salah satunya mengandung vitamin A, vitamin C dan vitamin B kompleks. Dengan teknik pengolahan yang tepat abon dari nangka muda ini memiliki citra rasa yang tidak kalah enaknya dengan abon sapi.


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Siti Fatonah ◽  
Ahmad Syauqi ◽  
Saimul Laili

Vitamins are a complex compound that is needed by the body that serves to aid in the arrangement or metabolic processes in the body. Carrots are a multi-efficacy vegetable for public health. Carrot is a potential foodstuff to alleviate the disease problem of vitamin A because the content of carotene (Pro Vitamin A) in carrots can prevent the disease twilight (Blind chicken) and the problem of malnutrition. Mustard is a horticultural crop that can improve and facilitate digestion. Contains vitamin A, vitamin B and vitamin C. Research aim is to  test the content of vitamin A in mustard and carrots from Bumiaji and Poncokusumo . The method in this research used  a survey method to determine the content of vitamin A in mustard greens and carrots derived from Bumiaji and Poncokusumo villages. The number of repeats used in this study was 12 times. The result of Vitamin A in carrots from Bumiaji is an average of 0.3457% of the highest value of 722.3mg and the carrot from Poncokusumo with the highest value of 672mg. The mustard has percentage value from Bumiaji village is 0.069% i.e 69mg and from Poncokusumo with a percentage value of vitamin A amounted to 66 mg with an average of 51 mg. Both are not diffrent significantly.Kata kunci: vitamin A, carrot, mustard, Bumiaji, PoncokusumoABSTRAKVitamin adalah suatu senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses metabolisme di dalam tubuh. Wortel merupakan sayuran yang multi khasiat bagi kesehatan masyarakat.Wortel merupakan bahan biologi potensial untuk menjawab masalah penyakit kurang vitamin A yaitu kandungan karoten atau pro vitamin A, dapat mencegah penyakit rabun senja (buta ayam) dan masalah kurang nutrisi. Sawi sebagai tanaman hortikultura dapat memperbaiki dan memperlancar pencernaan.bagi yang mengkonsumsi dan mengandung vitamin A, B dan C. Telah di lakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji kandungan vitamin A  pada Sawi dan wortel dari Bumiaji dan Poncokusumo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodesurvey untuk mengetahui kandungan vitamin A pada sayuran Sawi dan wortel yang berasal dari desa Bumiaji dan Poncokucumo.Ulangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua belas kali. Hasil yang didapat Vitamin A pada worteldari Bumiaji adalah rata-rata 0,3457% yaitu nilai tertinggi 722,3mg tiap 100 g dan wortel dari Poncokusumo dengan nilai persentasi tertinggi 0,672%, tertinggi 672 mg. Sedangkan untuk nilai persentase Sawi dari desa Bumiaji adalah 0,069% yaitu 69 mg tertinggi dan dari Poncokusumo dengan nilai 66 mg dengan rata-rata 51 mg. Keduanya tidak berbeda secara signifikan.Kata kunci: vitamin A, wortel, Sawi, Bumiaji, Poncokusumo


Author(s):  
Jamaluddin Jamaluddin ◽  
Putri Amelia ◽  
Agustinus Widodo

Ikan sidat (Anguilla marmorata (Q.) Gaimard) memiliki keunggulan gizi atau nutrisi yang tinggi seperti vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, protein, mineral, dan asam lemak yang baik bagi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar asam lemak, dan membandingkan komposisi asam lemak dari ikan sidat fase yellow eel asal sungai Palu dan danau Poso. Penelitian ini menggunakan metode kromatografi gas dengan mengubah ekstrak lemak menjadi metil ester asam lemak. Hasil analisis komposisi asam lemak daging ikan sidat (Anguilla marmorata (Q.) Gaimard) fase yellow eel asal sungai Palu dan Danau Poso menunjukan kadar asam lemak jenuh masing-masing 2,766g/100g dan 0,275g/100g; asam lemak tak jenuh tunggal 4,029g/100g dan 0,276g/100g; dan asam lemak tak jenuh ganda 0,541g/100g dan 0,102g/100g. Terdapat perbedaan secara statistik (p<0.05) komposisi dan kadar asam lemak antara daging ikan sidat fase yellow eel asal sungai Palu dan danau Poso. Komposisi asam lemak ikan sidat fase yellow eel asal sungai Palu dan danau Poso masing-masing adalah 23 dan 18 jenis. Asam lemak yang ditemukan pada daging ikan sidat sungai Palu dan tidak ditemukan pada ikan sidat danau Poso adalah asam heneikosenoat, asam miristoleat, Cis-10-pentadekanoat, asam gamma linoleat, dan Cis-11,14,17-eikosatrinoat.


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
Author(s):  
Renata Risky Maulina ◽  
Sri Subekti ◽  
Cica Yulia

Anak sekolah rentan terhadap masalah kekurangan maupun kelebihan gizi. Salah satu faktor penyebab masalah tersebut adalah kualitas konsumsi pangan yang dikonsumsi setiap harinya. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui status gizi siswa, konsumsi pangan siswa serta kualitas diet siswa Sekolah Dasar Kreatif Harapan Bangsa Cimahi. Metode pada penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif dengan desain case study. Populasi sebanyak 75 siswa Sekolah Dasar Kreatif Harapan Bangsa Cimahi. Teknik pengambilan sampel adalah Simple Random Sampling yang digunakan sebanyak 42 siswa mulai dari kelas 4, 5 dan 6 Sekolah Dasar Kreatif Harapan Bangsa Cimahi. Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebanyak (12%) siswa berstatus gizi kurus, (69%) siswa berstatus gizi normal, sebanyak (17%) siswa berstatus gizi gemuk dan sebanyak (2%) siswa berstatus gizi obesitas. Rata-rata konsumsi makan siswa adalah 2183,7 kal per harinya dengan protein sebanyak 59,6 gram, lemak sebanyak 70,3 gram, kharbohidrat sebanyak 289,9 gram, kalsium sebanyak 679,8 mg, phosfor sebanyak 700,6 mg, vitamin A sebanyak 581 mg, vitamin B sebanyak 1,97 mg, dan vitamin C sebanyak 51,6 mg. Kualitas diet siswa pada hari sekolah sebanyak (11,9%) buruk, (83,3 %) need improvement dan (4,8 %) baik. Sedangkan kualitas diet siswa pada hari libur adalah sebanyak (12%) buruk dan (88%) need improvement. Rekomendasi bagi lembaga terkait adalah untuk memberikan pengetahuan dan pendampingan untuk pola makan siswa pada hari sekolah dan pada hari libur bagi ibu untuk memperhatikan makanan yang dikonsumsi anak sehingga menghasilkan pola makan yang baik.Kata Kunci : Kualitas Diet , Sekolah Dasar , Siswa


2016 ◽  
Vol 116 (10) ◽  
pp. 1754-1769 ◽  
Author(s):  
Carol Wham ◽  
Ruth Teh ◽  
Simon A. Moyes ◽  
Anna Rolleston ◽  
Marama Muru-Lanning ◽  
...  

AbstractA high prevalence of undernutrition has previously been reported in indigenous Māori (49 %) and non-Māori (38 %) octogenarians and may be associated with risk of micronutrient deficiencies. We examined vitamin and mineral intakes and the contributing food sources among 216 Māori and 362 non-Māori participating in Life and Living to Advanced age a Cohort Study in New Zealand, using a repeat 24-h multiple-pass recall. More than half of the Māori and non-Māori participants had intakes below the estimated average requirement from food alone for Ca, Mg and Se. Vitamin B6(Māori women only), folate (women only), vitamin E (Māori women; all men) and Zn (men only) were low in these ethnic and sex subgroups. Women had intakes of higher nutrient density in folate, vitamin C, Ca, Mg, K, vitamin A (non-Māori) andβ-carotene (Māori) compared with men (P<0·05). When controlling for age and physical function,β-carotene, folate, vitamin C, Ca and Mg were no longer significantly different, but vitamins B2, B12, E and D, Fe, Na, Se and Zn became significantly different for Māori between men and women. When controlling for age and physical function, vitamins A and C and Ca were no longer significantly different, but vitamin B2, Fe, Na and Zn became significantly different for non-Māori between men and women. For those who took nutritional supplements, Māori were less likely to be deficient in food alone intake of vitamin A, folate and Mg, whereas non-Maori were less likely to be deficient in intakes of Mg, K and Zn, but more likely to be deficient in vitamin B12intake. A lack of harmonisation in nutrient recommendations hinders the interpretation of nutrient adequacy; nonetheless, Ca, Mg and Se are key micronutrients of concern. Milk and cheese were important contributions to Ca intake, whereas bread was a key source of Mg and Se. Examination of dietary intake related to biochemical status and health outcomes will establish the utility of these observations.


2017 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 234
Author(s):  
Hemant Pralhad Bharati ◽  
Saiprasad Onkareshwar Kavthekar ◽  
Swati Saiprasad Kavthekar ◽  
Anil Bapurao Kurane

Background: Micronutrients are those vitamins and minerals required in very small quantities in our bodies which are essential for a number of different functions including growth and development. Micronutrient deficiencies (MD) are the conditions which are prevalent in the society and parents are unaware of the same due to their asymptomatic nature. The aim of this study was to study the prevalence of MD in school children in rural area of Kolhapur district.Methods: This prospective study was carried out among 960 school children of, 8 randomly selected Government schools (120 from each school and from each class 30 children) between the age group of 5-10 years in rural Kolhapur, between July-September 2017. Clinical Features of MD for vitamin A (corneal dryness, Bitot’s spot, skin lesions), for vitamin B (angular chelosis, glossitis, knuckle pigmentation), for vitamin C (bleeding gums, scorbutic rosary), for vitamin D (bow legs, rachitic rosary, pot belly, frontal bossing) and pallor, goitre, dental caries for iron, iodine and fluoride deficiency respectively were examined. The data was analysed statistically.Results: The overall prevalence of MD was 35% with 37.45% in girls with highest (40.8%) in the age group of 8-9 years. The features of vitamin deficiency for vitamin B in 30%, for vitamin A in 15%, for vitamin D in 12%, for vitamin C in 2%. The features of mineral deficiency for iron and fluoride in 38.8% and 36.6% respectively were present. Commonest clinical features of vitamin deficiency were glossitis (15.6%), corneal dryness (9.6%), angular chelosis (7.5%) and knuckle pigmentation (6.9%). Multiple MD were seen in 12.7% of children. Conclusions: Rural school children do suffer from MD significantly. These conditions should be timely evaluated as these are preventable and treatable. 


2015 ◽  
Vol 116 (S1) ◽  
pp. S36-S41 ◽  
Author(s):  
Min Kyaw Htet ◽  
Umi Fahmida ◽  
David I. Thurnham ◽  
Lwin Mar Hlaing ◽  
Arwin Akib ◽  
...  

AbstractThe aim of the present study was to assess the prevalence of deficiency of folate and vitamin B12and, simultaneously, the nutrient intake adequacy of folate, vitamin B12, iron, vitamin A, vitamin C, vitamin B6and calcium in 391 adolescent anaemic (Hb<120 g/l) schoolgirls living in the delta region of Myanmar (Burma). Dietary intakes were assessed using a 3 d estimated food record. The distribution of observed intakes calculated from the food records were adjusted for usual intakes, and the prevalence of inadequacy was estimated using the estimated average requirement cut-point method. Median (first, third quartile) serum folate and vitamin B12concentrations were 6·5 (4·6, 8·5) nmol/l and 612·8 (443·2, 795·2) pmol/l, respectively. The prevalence of folate deficiency defined as <6·8 nmol/l was 54 %; however, vitamin B12deficiency defined as <148 pmol/l was negligible (<1 %). The prevalence of inadequate intake of folate was high (100 %) as was the prevalence of inadequate intakes of vitamin A, vitamin C, vitamin B6and calcium, ranging from 60 to 100 %. Red meat or poultry was rarely consumed, but fish was consumed on a daily basis. Green leafy vegetables were also consumed frequently but consumption of dairy products was uncommon. Folate deficiency was high, and the prevalence of inadequate intake of folate among other key micronutrients was relatively common in this sample of anaemic adolescent schoolgirls. Appropriate strategies such as food fortification and dietary diversification are needed to improve the micronutrient status of these young women to ensure optimal health and future reproductive success.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document