scholarly journals Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 96% Biji Mahoni (Swietenia Mahagoni L.) Dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Pada Mencit (Mus Musculus) Yang Diinduksi Aloksan

Author(s):  
Santi Widiasari ◽  
Mursyida Eliya ◽  
Masyarah Annisa
Author(s):  
Sanima Laia ◽  
Sukarjati

Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia.terhadap sel leydig, diameter tubulus seminiferus dan berat testis. daun sambung nyawa (Gynura procumens) dan biji mahoni (Switenia mahagoni jaqc). banyak ditanam sebagai tanaman hias, semak, dan tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Daun sambung nyawa (Gynura procumens) dan biji mahoni (Switenia mahagoni jaqc) juga merupakan salah satu jenis tanaman yang berpotensi sebagai antifertilitas. Jenis senyawa bioaktif yang terkandung pada tumbuhan, utamanya senyawa-senyawa yang berasal dari golongan steroid, alkaloid, isoflavanoid, tripernoid, dan xanthon memiliki aktivitas sebagai bahan antifertilitas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pemberian ekstrak Daun sambung nyawa (Gynura procumens) dan biji mahoni (Switenia mahagoni jaqc) serta kombinasinya kedua ekstrak jumlah sel leydig, diameter tubulus seminiferus dan berat testis. Sampel penelitian ini adalah mencit sebanyak 48 ekor dengan berat badan 25-30 gram, berumur 2-2,5 bulan. Mencit di bagi 12 kelompok, masing-masing kelompok dibagi 4 perlakuan. Metode pembuatan ekstrak  dangan menggunakan maserasi Adapun perlakuan yang diberikan adalah ekstrak Daun sambung nyawa (Gynura procumens) serta kombinasi kedua ekstrak dengan dosis kontrol, 200 mg/kg BB, 250 mg/kg BB dan 300 mg/kg BB dan biji mahoni (Switenia mahagoni jaqc) dengan dosis kontrol, 200 mg/kg BB, 250 mg/kg BB dan 300 mg/kg BB serta kombinasi kedua ektrak dengan dosis 100:100 mg/kg BB, 125:125 mg/kg BB dan 150:150 mg/kg BB pemberian ekstrak selama 35 hari. Pada hari ke 37 mencit di bedah untuk diambil testis untuk pengamatan penimbangan berat testis.Testis kemudian dibuat preparat histologi dan di hitung sel leydig, diukur diameter tubulus seminiferus. berat testis di timbang dengan menggunakan alat timbang analitik yang memiliki akurasi o,o1 gram, sel leydig diamati di dalam preparat dengan alat mikroskop, diamter tubulus seminiferus dihitung dengan alat mikrometer yang di letakkan di dalam tabung lensa objektif miroskop pembesaran 400x10 merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan acak lengkap (RAL). Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis uji F, varian (ANOVA) Satu arah dan dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Different).  Hasil dari penelitian ini menujukkan ada pengaruh ekstrak daun sambung nyawa (Gynura procumens) dan biji mahoni (Switenia mahagoni jaqc) serta kombinsa kedua ekstrak terhadap jumlah sel leydig, diameter tubulus dan berat testis, (P<0,05), Perlakuan terbaik yang dapat meningkatkan sel leydig, diameter tubulus seminiferus dan berat testis berat, adalah kombinsa kedua ekstrak  dengan dosis 150:150 mg/kg BB. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun sambung nyawa (Gynura procumens) dan biji mahoni (Switenia mahagoni jaqc) serta kombinsa kedua ekstrak dapat meningkatkan jumlah sel leydig, diameter tubulus seminiferus dan berat testis. Kedepannya diharapkan penelitian dapat dikembangkan sebagai bahan antifertilitas pada pria.   Kata Kunci: ekstrak daun sambung nyawa, dan biji mahoni, berat testis mencit hiperglikemia.


2015 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 422
Author(s):  
Rr. Upiek Ngesti Wibawaning Astuti ◽  
Imam Fathoni ◽  
Tanti Rahayu ◽  
Ahmad Rizki Prasetyo

<p>Bioactivities evaluation of mahoni’s seed ethanolic extract on the parasitemic level of Plasmodium berghei have conducted in Parasitology laboratory Universitas Gadjah Mada. Peter’s four days test (1970) was used in this research. There were 27 of mice and randomly was devided into 9 groups, 3 mice of each groups. There were 4 groups of controls: control with extract only, control with P. berghei infection only, control with P. berghei infection and chloroquin, and placebo. The other 5 groups of treated mice were mice treated with extract at the dose 5,75; 12.5; 25; 50; and100 mg/kg of body weight. Results showed that saponin and terpenoid were detected as bioactive compound. Mahoni’s seed extract at the dose 50 mg/kg of body weight gave the good effectivness in reducing the parasite up to 60% compare with control + chloroquin. </p><p><strong>Keywords</strong>: Plasmodium berghei, Swietenia mahagoni, parasitemic level, mice</p>


Author(s):  
Nurfiddin Farid ◽  
Hilmiati Wahid ◽  
Ahmad Irsyad Aliah

Nyeri adalah perasaan sensorik dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan adanya kerusakan jaringan. Biji mahoni (Swietenia mahagoni), mengandung senyawa flavanoid yang mampu memberikan efek analgetik dengan menghambat biosintesis prostaglandin sehingga mengurangi rasa nyeri, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas analalgetik ekstrak etanol biji mahoni (Swierenia mahagoni) pada mencit jantan (Mus musculus) yang di induksi asam asetat 1%. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan desain penelitian Posttest Only Control Group Design. Hewan uji dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing perlakuan terdiri dari lima ekor mencit jantan (Mus musculus) dengan pemberian kontrol yang berbeda-beda, Mencit 1 (Na CMC 0,5% kontrol negatif), mencit 2 (Ekstrak etanol biji mahoni dosis 100mg), mencit 3 (Ekstrak etanol biji mahoni dosis 200mg), mencit 4 (Ekstrak etanol biji mahoni dosis 400mg) dan mencit 5 (Ibuprofen 400mg kontrol positif). Hasil penelitian yang diperoleh ekstrak biji mahoni memiliki khasiat sebagai analgetik pada dosis 100mg 37,79%, dosis 200mg 57,40% dan ekstrak etanol biji mahoni dosis 400mg 70,80%. Hasil terbaik diperoleh pada konsentrasi 400mg yaitu 70,80%, semakin tinggi dosis ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni) semakin besar pula daya analgetiknya.Kata Kunci:  Nyeri, analgetik, biji mahoni, Flavonoid. 


2012 ◽  
Vol 40 (01) ◽  
pp. 64-69
Author(s):  
C. Kiesow ◽  
C. Ellenberger ◽  
B. Stief
Keyword(s):  

ZusammenfassungEs werden die Fälle einer disseminierten letalen Toxoplasmose bei einer Farbmaus (Mus musculus) und einem Roten Panda (Ailurus fulgens) vorgestellt. Es handelte sich um eine als Haustier gehaltene Farbmaus und einen Roten Panda aus einem sächsischen zoologischen Garten. Die pathologische Untersuchung ergab bei beiden Tieren eine systemische Toxoplasmeninfektion. Eine hochgradige nekrotisierende Hepatitis stellte in beiden Fällen den histologischen Hauptbefund dar. Parasitenzysten fanden sich massenhaft in der Leber, in mäßiger Zahl im Gehirn und in geringer Zahl in anderen Organen. Mittels PAS-Reaktion waren diese Zysten bei der Farbmaus kaum darstellbar, beim Roten Panda dagegen sehr deutlich. PCR bzw. Immunhistologie bestätigten die Diagnose.


2016 ◽  
Vol 29 (1) ◽  
pp. 172-184
Author(s):  
Sami J. Al-Maliki ◽  
Ali A. A. Al-Ali ◽  
Salma S. Abbas

2011 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
Author(s):  
Arum Setiawan ◽  
Mammed Sagi ◽  
Widya Asmara ◽  
Istriyati Istriyati
Keyword(s):  

Penelitian ini bertujuan mengetahui jumlah sel Purkinje cerebellum anak mencit umur 21 hari (pascasapih) setelah induksi Ochratoksin A selama periode organogenesis. Tiga puluh ekor mencit bunting dibagi secara acak menjadi 5 kelompok perlakuan dengan masing-masing 6 ulangan. Ochratoksin A dilarutkan dalam Sodium Bicarbonat, diberikan secara oral pada saat kebuntingan hari ke 7 sampai hari ke -14. Dosis perlakuan Ochratoksin A adalah 0,5 ; 1,0; 1,5 mg/kg bb dan sebagai kontrol tidak diberi perlakuan, serta kontrol placebo diberi perlakuan pelarut Sodium Bicarbonat. Induk mencit dipelihara sampai melahirkan. Pada umur ke 21 hari (pascasapih), anak mencit dikorbankan dan diambil bagian otaknya. Otak mencit selanjutnya dipreparasi dengan metode parafin dan pewarnaan menggunakan pewarnaan Haematoksilin Eosin. Data jumlah sel Purkinje dianalisis dengan Anava Satu Arah dan dilanjutkan dengan uji DMRT untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ochratoksin A yang diberikan pada mencit bunting selama periode organogenesis menyebabkan terhambatnya pertumbuhan jumlah sel Purkinje mencit perlakuan yang ditandai dengan semakin menurunnya jumlah sel Purkinje dibandingkan dengan kontrol dan kontrol placebo.


2011 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
Author(s):  
Salomo Hutahaean ◽  
Soesanto Mangkoewidjojo ◽  
Mammed Sagi ◽  
Widya Asmara

Telah dilakukan percobaan untuk menentukan tahapan palatogenesis pada mencit (Mus musculus L.) yang rentan terhadap efek polutan 2,3,7,8-Tetraklorodibenzo-p-dioksin (TCDD). Percobaan dirancang mengikuti Rancangan Acak Lengkap dengan pola faktorial (4X3). Empat puluh delapan ekor mencit bunting dicekok TCDD dengan dosis 0 (kontrol), 5, 10, atau 20 μg/kg bb. Perlakuan diberikan pada hari kebuntingan (Hk) 9−10, 11−12, atau 13−14. Mencit kontrol dicekok pelarut saja (98,5% minyak wijen + 1,5% DMSO). Pada Hk 18 mencit dibius lalu dibunuh dengan teknik cervical dislocation, persentase fetus cleft palate (cp) dihitung, derajat penutupan palatum diberi skor, preparat dengan ketebalan 6 µm dibuat, dan mikrostruktur kraniofasial diamati. Hasil menunjukkan, pemberian TCDD antara hari ke 9 dan 12 menginduksi cacat cp, dengan kecenderungan hasil tertinggi pada pemberian Hk 910. Perlakuan TCDD dosis 10 atau 20 μg/kg bb pada Hk 910 menghasilkan fetus cacat cp >90%. Persentase fetus cp tetap tinggi pada pemberian Hk 1112, khususnya pada kelompok dosis 20 μg/kg bb (87,3%). TCDD dosis terendah (5 μg/kg bb) menginduksi cp dominan bercelah sempit, menunjukkan adanya hambatan pada tahap fusi. Dosis 10 dan 20 μg/kg bb menginduksi cp bercelah sedang atau lebar, mengisyaratkan terjadi hambatan pada tahap inisiasi atau elevasi. Disimpulkan, seluruh tahapan palatogenesis rentan terhadap efek TCDD, namun tahap paling rentan adalah tahap fusi palatum.


BioScience ◽  
2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 61
Author(s):  
Elsa Yuniarti

Patients withdiabetes mellitus (DM) continues to grow because prosperity and people's lifestyles.Treatment of diabetes often usei njections of insulin and oral antidiabetic drugs. Thetreatment has no side effects. Therefore, it is necessary to find effective drugs using plants thatred betel leaf (Piper crocatum Ruiz & Pav.). Red betel leaf contains flavonoids which are antioxidants. This study aims to determine the effect and dose of extract of red betel leaf (Piper crocatum Ruiz & Pav.) The most effective agains blood glucose in mice(Mus musculusL.) male induced sucrose.This study was an experimental study. The research was conducted in October 2015 in the Division of Laboratory Animal and Zoology Department of Biology, State University of Padang. The subject of research in the form of mice (Mus musculus L.) males totaled 24 tails. The design used was completely randomized design (CRD) with 6 treatments and 4 repetitions. The treatment is given as follows: treatment I: the diabetes control without any treatment given, treatment II: as a negative control (sucrose 3 g/kg bw), treatment III: sucrose+suspension of red betel leaf extract (dosage 0,7 g/kg bw), treatment IV: sucrose+suspension of red betel leaf extract (dosage 1,4 g/kg bw), treatment V: sucrose+suspension of red betel leaf extract (dosage of 2,1 g/kg bw) and treatment VI: sucrose+suspension extracts red betel leaf (dosage 2,8 g/kg bw).The results showed that the extract of red betel leaf (Piper crocatum Ruiz & Pav.) at a dose of 0,8 g/kg bw 1,4 g/kg bw 2,1 g/kg bw and 2,8 g/kg bw can lowers blood glucose in mice. However, the most appropriate dose in lowering blood glucose in mice (Mus musculus L.) at 2,8 g/kg bw in mice.


2019 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Dini Kesuma

Synthesis of the 4-chlorobenzoylthiourea compound was carried out by acylating thiourea with 4-chlorobenzoyl chloride. The 4-chlorobenzoylthiourea compound  will increase the lipophilic and the electronic properties other than the lead compounds of benzoylthiourea in order to, by expectation, raise the central nervous system depressant as well. The lipophilic would affect the ability of the compounds in penetrating biological membranes, which is highly dependent on the solubility of the drug within lipid/water. Log P is the most common method used in determining the parameter value. This experiment was to mix two dissolvents (octanol and water) which are immissible. The both levels of the compounds were carefully observed by a spectrophotometer UV-Vis. From the test, the result of log P value of the 4-chlorobenzoylthiourea compound was 2.32, while the theoretical log P value of the compounds, by using the π Hansch-Fujita method is 1.62 and the f Rekker-Mannhold method is 2.225. Consequently, the result of the test shows that there is a significant difference between the progress experiment and both theoretical log P methods. Moreover, in the test of the central nervous system depressant through the potentiation test to thiopental using mice indicates that the 4-chlorobenzoylthiourea compound have potentiation effects to thiopental compared to the lead compounds of benzoylthiourea.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document