scholarly journals FETUS’ WEIGHT AND Hb LEVEL WITH APGAR SCORE OF NEWBORN WHO SUFFERS ASPHYXIA AT RSUDP NTB IN 2016

2018 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 105
Author(s):  
Aty Sulianty ◽  
Syajaratuddur Faiqah

Abstract: Infant mortality (AKB) is one important indicator in determining the level of public health.  Demographic Health Survey Indonesia based estimation of infant mortality (AKB) of 34 per 1000 live births. It is still far from the target of the MDGs, 2015  AKB amounted to 23 per 1000 live births and reports from the World Health Organization, (WHO) in 2012 that each year, approximately 3% (3.6 million) from 120 million infants born experienced asphyxiation. The objective study was to know the relationship of fetus’ weight and Hb levels and APGAR score who suffered asphyxia in RSUDP NTB 2016. The method in this study was Observational Analytic study with Cross Sectional Sample design was 237 newborn baby who suffered asphyxia. The data were analyzed using regression correlation test. The findings in this research indicated that there was a correlation between newborn baby’s body weight and Hb levels with APGAR score who suffered asphyxia at RSUD NTB in 2016 with (P value = 0.01) and shows a weak relationship and patterned a positive value (r = 0,158), (r = 0,206). A suggestion for further research on fetus’ Hb levels and APGAR score with different research design and set the sample criteria relate to factors of pregnancy and labor.Keywords: Newborn Weight, Fetus’ Hb Levels, Apgar score, Asphyxia.

Author(s):  
Rini Mayasari Rini Mayasari

ABSTRACT [Low birth weight is still a problem in Indonesia, because it is a major cause of death in the neonatal period. Based on data from the World Health Organization in 2003 estimated neonates each year about 20 million are born low birth weight. Based on results of the Basic Health Research in 2007 prevalence of low birth weight in Indonesia was 11.5%. In South Sumatra Province the IMR in 2012 was 29 per 1,000 live births, the IMR in Palembang in 2012 there were 97 infant deaths of 29. 451 live births, one of the causes of infant mortality was low birth weight. In the Muhammaddiyah Palembang hospital low birth weight in 2013obtained as many as 151 cases. The purpose of this study was to determine the relationship of maternal age, parity, education and work by simultaneously newborns with low birth weight. The design of this research is an analytic survey with cross sectional approach and applied by retrospectively. The population in this study were all mothers of normal birth at term gestation at Muhammadiyah Palembang hospital in 2013 as 2215. The sample are 339 respondents. In this study conducted univariate, bivariate and multivariate analyzes. From the analysis we found no association between maternal age with low birth weight (P Value = 0.043, OR = 0.551), no relationship between parity and low birth weight (P Value = 0.034, OR = 0.484), no relation between education and low birth weight (P Value = 0.020, OR = 0.998), no relationship between work maternity and low birth weight (P Value = 0.049, OR = 0.500). The most dominant variable is the maternity age. It is suggested to the leadership of Muhammadiyah Palembang hospital is expected to be able to further improve health care programs such as counseling about the importance of prenatal care, nutrition and nutritional needs during pregnancy that can detect early complications in pregnancy to prevent low birth weight.   ABSTRAK BBLR masih menjadi masalah di Indonesia, karena merupakan penyebab utama kematian pada masa neonatal. Berdasarkan data WHO tahun 2003 setiap tahun diperkirakan neonatus yang lahir sekitar 20 juta adalah BBLR. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 prevalensi BBLR di Indonesia sebesar 11,5 %. Di Propinsi Sumatera Selatan AKB tahun 2012 sebesar 29 per 1.000 kelahiran hidup, di Kota Palembang AKB tahun 2012 sebanyak 97 kematian bayi dari 29.451 kelahiran hidup, salah satu penyebab kematian bayi adalah BBLR. Di Rumah Sakit Muhammaddiyah Palembang didapatkan kejadian  BBLR pada tahun 2013 sebanyak 151 kasus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan umur ibu, paritas, pendidikan dan pekerjaan secara simultan bayi baru lahir dengan kejadian BBLR. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan secara retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu melahirkan  normal dengan usia kehamilan aterm di rumah sakit Muhammadiyah Palembang pada Tahun 2013 yang berjumlah 2215. Sampel penelitian ini berjumlah 339 responden. Dalam penelitian ini dilakukan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Dari hasil analisis didapatkan ada hubungan antara umur ibu dengan BBLR (P Value = 0,043, OR = 0,551), ada hubungan paritas dengan BBLR (P Value = 0,034, OR = 0,484), ada hubungan pendidikan dengan BBLR       (P Value = 0,020, OR = 0,998), ada hubungan pekerjaan dengan BBLR                    (P Value = 0,049, OR = 0,500). Variabel paling dominan adalah umur ibu. Disarankan kepada pimpinan rumah sakit Muhammadiyah Palembang diharapkan untuk dapat lebih meningkatkan program pelayanan kesehatan seperti penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, kebutuhan nutrisi dan gizi selama masa kehamilan yang dapat mendeteksi dini komplikasi kehamilan untuk mencegah terjadinya BBLR.    


2020 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 448-460
Author(s):  
Triana Indrayani ◽  
Amelia Riani ◽  
Rosmawaty Lubis

Latar belakang : Fototerapi diberikan jika kadar bilirubin total 10 mg/dl dalam 24 jam kelahiran. Menurut data yang diperoleh dari Word Health Organization (WHO) tahun 2015 kejadian Ikterus neonatrum di Amerika Serikat adalah 65 % dari 4 juta neonatus yang lahir setiap tahunnya, terjadi dalam minggu pertama kehidupannya.Tujuan penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fototerapi dengan penurunan kadar bilirubin total pada bayi baru lahir di RS Aulia Jagakarsa Jakarta Selatan tahun 2019.Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan metode penelitian cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang mendapatkan terapi sinar di ruang perinatologi RS Aulia  pada bulan Januari Tahun 2019 sebanyak 30 orang.Sampel pada penelitian ini sebanyak 30 bayi yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dan diambil dari  hasil observasi langsung . tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam Penelitian ini  menggunakam  total sampling.Hasil penelitian : Terdapat hubungan yang signifikan dari fototerapi dengan penurunan kadar bilirubin total pada bayi baru lahir yang mengalami hiperbillirubin dengan nilai p= 0,039 di RS Aulia Jagakarsa Jakarta Selatan Tahun 2019.Simpulan : Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan pada pemberian fototerapi dengan penurunan kadar billirubin pada bayi baru lahir di RS Aulia Jagakarsa Jakarta Selatan tahun 2019Kata Kunci        :  Fototerapi, Hiperbillirubin, Bayi Baru Lahir The Relation Of Phototherapy To The Decrease Of Total Bilirubin Levels Among Newborns At Aulia Hospital Jagakarsa South Jakarta 2019 Background: Phototherapy is given if total bilirubin level is 10 mg / dl within 24 hours of birth. According to data obtained from World Health Organization (WHO) in 2015 the incidence of jaundice neonatrum in the United States was 65% of the 4 million neonates born each year, occurring in the first week of life. Aim: The research aims to determine the relationship between phototherapy and a decrease in total bilirubin levels among newborns in Aulia Hospital Jagakarsa, South Jakarta in 2019. Method: This research used a cross-sectional research method. The population in this study was all infants who received phototherapy in the perinatology room of Aulia Hospital in January 2019, 30 respondents. Samples in this study were 30 infants who met the inclusion and exclusion criteria and were taken from direct observation. The sampling technique used in this study was total sampling. Results: There was a significant relationship of phototherapy with a decrease in total bilirubin levels among newborns who had hyperbillirubin with P value = 0.039 at Aulia Hospital Jagakarsa South Jakarta in 2019.Conclusion: Based on the research that has been conducted, it can be concluded that there is a significant relationship between phototherapy with a decrease in the level of billirubin in newborns in Aulia Hospital Jagakarsa, South Jakarta in 2019


Author(s):  
Y Widyastuti Wahyuningsih Y Widyastuti Wahyuningsih

ABSTRACT Abortion is the termination of a pregnancy (by certain consequences) on or before the age of 22 weeks of pregnancy or pregnancy fruit has not been able to live outside the womb. Maternal deaths caused by bleeding, infection, poisoning pregnancy and abortion. According to the health agency the World Health Organization (WHO) in poor countries and developing countries, maternal mortality ranges between 750-1000 per 100,000 live births. Indonesia itself is still a country with a maternal mortality rate was 307 per 100,000 live births. Some reasons and conditions that enable women to individualist abortion. Some common characteristics can be classified ie economic status, marital status, residence, age, parity, education and employment. The purpose of this study is to determine the relationship between age, parity, and maternal employment with the incidence of abortion at General Hospital Center Dr. Mohammad Hoesin Palembang in 2011. This research is an analytical survey with cross sectional approach. The population was all pregnant women who are hospitalized in the obstetrics space of General Hospital Center Dr. Mohammad Hoesin Palembang in 2011. which amounted to 147 persons and 107 person sample obtained by sampling simple random sampling. Each variable that was observed in tests using Chi-Square test with a (0.05). The results of this study showed that 67.3% of mothers had abortions, 45.8% of mothers with high risk age, 51.4% of  mothers of high parity, and 43.0% of mothers who work. Chi-Square test showed no significant relationship between age (p value = 0.007), parity (p value = 0.007) and occupation (p value = 0.000) with the incidence of abortion. Expected to provide input to the Hospitals to be more pro-active in providing further education about the risk factors of abortion in pregnant women   ABSTRAK     1   Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan. Kematian maternal disebabkan oleh perdarahan, infeksi, keracunan kehamilan dan abortus. Menurut badan kesehatan World Health Organization (WHO) di negara-negara miskin dan sedang berkembang, kematian maternal berkisar antara 750 - 1.000 per 100.000 kelahiran hidup. Indonesia sendiri masih menjadi negara dengan angka kematian ibu sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Beberapa alasan dan kondisi individualis yang memungkinkan wanita melakukan abortus. Beberapa karakteristik umum dapat diklasifikasikan yaitu status ekonomi, status perkawinan, tempat tinggal, umur, paritas, pendidikan dan pekerjaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara paritas dan pekerjaan ibu dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi adalah semua ibu hamil dengan usia kehamilan < 20 minggu yang dirawat di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011 yang berjumlah 147 orang dan sampel yang didapatkan 107 orang dengan pengambilan sampel secara simple random sampling. Masing-masing variabel yang diteliti di uji dengan menggunakan uji Chi-Square dengan a (0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 67,3% ibu mengalami abortus, 45,8%, ibu paritas tinggi, dan 43,0% ibu yang bekerja. Uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara paritas (p value = 0,007), dan pekerjaan (p value = 0,000) dengan kejadian abortus. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak Rumah Sakit agar lebih pro aktif  dalam pemberian penyuluhan lebih lanjut tentang faktor-faktor resiko abortus pada ibu hamil


2018 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 38
Author(s):  
Rahmat Haji Saeni ◽  
Erdiawati Arief

The World Health Organization (WHO) in 2011 estimates that more than 2 billion people are infected with worms around the world, about 300 million suffer from severe worm infections and about 150,000 deaths occur annually due to STI (Soil transmitted helminths) infections. Deworming has a major impact on society because it affects intake, digestion, absorption and food metabolism. Cumulatively worm infections can cause nutritional loss of calories and proteins and blood loss that can cause anemia, inhibit physical development, mental, intellectual decline in children and work productivity, can decrease the body's resistance so easily affected by other diseases. The purpose of this study was to determine the relationship between hand washing habits and bathing habits with the incidence of worms. The research method used is cross sectional. The results of this study showed that there was a relationship between hand washing before eating and hand washing after  to the occurrence of worm infestation with p value of 0.02 and 0.04 respectively. The relationship of bathing habits also showed a statistical relationship with a p value of 0.03, whereas there was feces in the nails also showed a statistical relationship with a p value of 0.00. Conducting efforts to promote clean and good living behavior both at school and community. Improve the promotion of handwashing, especially handwashing with soap.


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Fera Riswidautami Herwandar ◽  
Russiska Russiska ◽  
Intan Maharani Fakhrudin

Permasalahan kesehatan pada remaja yang menduduki persentasi terbesar dibanding yang lainnya adalah gangguan menstruasi. Gangguan pada siklus menstruasi (durasi perdarahan yang lebih lama dan ketidakteraturan siklus) disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya ialah stres. Stres diketahui sebagai faktor-faktor penyebab (etiologi) terjadinya gangguan siklus menstruasi. Stres akan memicu pelepasan hormon kortisol dimana hormon kortisol ini dijadikan tolak ukur untuk melihat derajat stres seseorang. Hormon kortisol diatur oleh hipotalamus otak dan kelenjar pituitari, dengan dimulainya aktivitas hipotalamus, hipofisis mengeluarkan FSH dan proses stimulus ovarium akan menghasilkan estrogen. Penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dibawah naungan World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa permasalahan remaja di Indonesia adalah seputar permasalahan yang mengenai gangguan menstruasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswa kebidanan tingkat I di STIKES Kuningan tahun 2019. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa kebidanan tingkat I di STIKES Kuningan tahun 2019 sebanyak 41 responden. Analisis yang digunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswa kebidanan tingkat I di STIKES Kuningan, dari 41 responden terdapat 18 (44%) responden yang mengalami stres sedang, pada siklus menstruasi yang tidak teratur terdapat 25 (61%) responden. Hasil uji rank spearman,  yakni p value = 0,01 (<0,05) yang ada hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi. Berdasarkan hasil penelitian penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswa kebidanan tingkat I di STIKES Kuningan tahun 2019. Bagi institusi Pendidikan khususnya Program Studi Diploma III Kebidanan diharapkan dapat membuat sebuah program edukasi mengenai manajemen stres pada remaja yang bisa dilakukan secara rutin di luar jadwal perkuliahan.  


Author(s):  
Dini Kesumah Dini Kesumah

ABSTRACT According to World Health Organization Health Organization (WHO) in 2005 showed 49% of deaths occur in children under five in developing countries. Nutritional problems can not be done with the medical and health care approach alone. Causes related to malnutrition that maternal education, socioeconomic families, poor environmental sanitation, and lack of food supplies. This study aims to determine the relationship between education and socioeconomic status of families with nutrition survey using a cross sectional analytic approach, with a population of all mothers of children under five who visited the health center in Palembang Keramasan Accidental sampling Sampling the number of samples obtained 35 respondents. Variables include the study independent and dependent variables and univariate analysis using Chi-Square test statistic with a significance level α = 0.05. The results from 35 respondents indicate that highly educated mothers earned as many as 16 people (45.7%), and middle and upper income families as many as 12 people (34.3%) and bivariate test results show that highly educated respondents toddler nutritional status good for 81.3% (13 people) is larger than the less educated respondents balitanya good nutritional status 26.3% (5 persons) as well as respondents who have middle and upper socioeconomic families with good nutritional status of children at 91.7% ( 11 people) is larger when compared to respondents who have family socioeconomic medium with good nutritional status of children at 30.4% (7 people). Statistical tests show that education has a significant relationship with nutritional status of children P value = 0.004 and socioeconomic families have a meaningful relationship with nutritional status of children P value = 0.002. Based on the results of the study suggested the health professionals in the health center should further improve the education, information about the importance of nutrition to the development of the child in the mothers through the selection and processing of good food and a good diet through health centers and integrated health.   ABSTRAK  Menurut badan kesehatan World Health Organization (WHO) tahun 2005 menunjukkan 49% kematian yang terjadi pada anak dibawah umur lima tahun di negara berkembang. Masalah gizi ini tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab yang berhubungan dengan kurang gizi yaitu pendidikan ibu, sosial ekonomi keluarga, sanitasi lingkungan yang kurang baik,dan kurangnya persediaan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan sosial ekonomi keluarga dengan status gizi balita dengan menggunakan metode survei analitik pendekatan secara Cross Sectional, dengan populasi semua ibu yang memiliki anak balita yang berkunjung ke Puskesmas Keramasan Palembang dengan pengambilan sampel secara Accidental Sampling diperoleh jumlah sampel 35 responden. Variabel penelitian meliputi variabel independen dan dependen serta analisis univariat menggunakan uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 35 responden didapatkan ibu yang berpendidikan tinggi sebanyak 16 orang  (45,7%), dan keluarga yang berpenghasilan menengah keatas sebanyak 12 orang (34,3%) dan hasil uji bivariat menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan tinggi status gizi balitanya baik sebesar 81,3% (13 orang) lebih besar bila dibanding responden yang berpendidikan rendah status gizi balitanya baik 26,3% (5 orang) serta responden yang mempunyai sosial ekonomi keluarga menengah keatas dengan status gizi balita baik sebesar 91,7% (11 orang) lebih besar bila dibanding responden yang mempunyai sosial ekonomi keluarga menengah kebawah dengan status gizi balita baik sebesar 30,4% (7 orang). Uji statistik menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi balita P value = 0,004 dan sosial ekonomi keluarga mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi balita P value = 0,002. Berdasarkan hasil penelitian disarankan pada petugas kesehatan di Puskesmas hendaknya lebih meningkatkan penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya gizi terhadap tumbuh kembang anak pada ibu-ibu melalui cara pemilihan dan pengolahan bahan makanan yang baik serta pola makanan yang baik melalui kegiatan Puskesmas dan Posyandu.


Author(s):  
Leny Leny

ABSTRACT Prenatal care is health care by health personnel to care the pregnant according to standards. Worlrd Health Organization (WHO) estimates more than 500.000 women die during pregnancy or childbirth. Maternal mortality in Indonesia is 307 per 100,000 live births. The quantity of pregnant women’s visit in Kabupaten Banyuasin in 2009 of 89.1%. The purpose of this study to determine the relationship between education and occupation with prenatal care at Puskesmas Mariana  Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin in 2011. This study uses analytic approach survey by Cross Sectional methods, the population are 1.946 pregnant women and the samples as many as 332 people. The results of univariate analysis study of pregnant women who are higher education as much as 45.2%, and  low maternal education as much as 54.8%. In pregnant women who work of 43.4%, and pregnant women who do not work for 56.6%. From the results of bivariate analysis and Chi-Square statistical tests found a significant association between education of pregnant women with prenatal care with P Value = 0.000, and there was a significant association between occupation of pregnant women with prenatal care with P Value = 0.000. Can be concluded that there is a relationship between education and occupation of pregnant women with prenatal care. Expected to health workers to provide counseling on the importance of prenatal care in pregnant women and expected future studies may explore again the factors associated with prenatal care with the different variables.   ABSTRAK Pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk memeriksakan ibu hamil sesuai standar. World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 500.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. AKI di Indonesia 307 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah kunjungan ibu hamil di Kabupaten Banyuasin tahun 2009 sebesar 89,1%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan pekerjaan dengan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Mariana Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin tahun  2011. Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional, populasi ibu hamil dengan jumlah 1.946 orang dan jumlah sampel sebanyak 332 orang. Hasil penelitian Analisa Univariat adalah ibu hamil yang pendidikan tinggi sebanyak 45,2%, dan pendidikan rendah ibu hamil sebanyak 54,8%. Pada variabel pekerjaan ibu hamil yang bekerja sebesar 43,4%, dan ibu hamil yang tidak bekerja sebesar 56,6%. Dari hasil analisa bivariat dan uji statistik Chi-Square  didapatkan hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu hamil dengan pemeriksaan kehamilan dengan  P Value = 0,000, dan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu hamil dengan pemeriksaan kehamilan dengan P Value = 0,000. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dan pekerjaan ibu hamil dengan pemeriksaan kehamilan. Diharapkan kepada petugas kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan pada ibu hamil dan diharapkan penelitian yang akan datang dapat menggali lagi faktor-faktor yang berhubungan dengan pemeriksaan kehamilan dengan variabel yang berbeda.


2019 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
Author(s):  
Dina Ardyana ◽  
Erma Puspita Sari

Latar belakang: Berdasarkan data World Health Organization (WHO) setiap tahunnya kira-kira 3%(3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia,hampir 1 juta bayi ini meninggal. Di Amerika diperkirakan 12.000 bayi meninggal atau menderita kelainan akibat asfiksia perinatal.Sebagian kasus Asfiksia Neonatorum pada bayi baru lahir merupakan kelanjutan dari asfiksia intrauterin. Maka dari itu,diagnosa dini pada penderita Asfiksia merupakan arti penting dalam merencanakan resusitasi yang akan dilakukan.Setelah bayi lahir, diagnosa asfiksia dapat dilakukan dengan menetapkan nilai APGAR. Tujuan: diketahuinya hubungan lilitan tali pusat,partus lama dan plasenta previa dengan kejadian Asfiksia neonatorum di Rumah Sakit “P” Palembang Tahun 2018. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian seluruh ibu bersalin di zal kebidanan di Rumah Sakit “P” Palembang pada tahun 2018 yang berjumlah 820 orang. Hasil: Hasil analisis univariat diketahui yang mengalami asfiksia neonatorum sebanyak 20 responden (22,5%),yang mengalami plasenta previa sebanyak 15 responden(16,9%),yang mengalami partus lama sebanyak 20 responden (22,5%) dan yang mengalami lilitan tali pusat sebanyak 27 responden (30,3%).Sedangkan hasil uji chi square menunjukan ada hubungan plasenta previa dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan p value = 0,000,ada hubungan partus lama dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan p value = 0,000,dan ada hubungan lilitan tali pusat dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan p value = 0,000. Saran: kepada Pimpinan Rumah Sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya mengenai bahaya asfiksia neonatorum. Kata kunci : Lilitan Tali Pusat,Partus Lama,Plasenta Previa,Asfiksia Neonatorum


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 57
Author(s):  
Jumiati Jumiati

Pendahuluan : Abortus menjadi masalah yang penting dalam kesehatan masyarakat karena berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas maternal. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2016, sekitar 830 wanita meninggal akibat komplikasi terkait kehamilan di seluruh dunia setiap hari. Selama 2010–2014, diperkirakan 56 juta abortus terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Tujuan : untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan abortus di RSU Mutia Sari Duri periode 2017. Metode : penelitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami abortus di RSU Mutia Sari Duri periode 2017 yang berjumlah 86 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling  yaitu seluruh populasi. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik Chi-square. Hasil : data yang diperoleh dari hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan jarak kehamilan dengan abortus didapat hasil p value 0,04 (p<0,05), tidak ada hubungan usia dengan abortus didapat hasil p value 0,48 (p>0,05), ada hubungan paritas dengan abortus didapat hasil p value 0,03 (p<0,05), dan ada hubungan pekerjaan dengan abortus didapat hasil p value 0,04 (p<0,05).Kesimpulan : penelitian ini adalah ada hubungan jarak kehamilan, paritas dan pekerjaan ibu hamil dengan abortus dan tidak ada hubungan usia ibu hamil dengan abortus di RSU Mutia Sari Duri periode 2017.


Author(s):  
Ayu Kurniati ◽  
Enny Fitriahadi

IN 2013, the World Health Organization, released data in the form of Maternal Mortality Rate (MMR) worldwide, and the number reached 289,000 per 100, 000 live births, which 99% of cases occurred in developing countries. Research aims to discover the relationship of antenatal class towards mothers’ knowledge of the dangerous sign during pregnancy. The result showed that there is a relationship of antenatal class towards mothers’ knowledge of dangerous sign during pregnancy, From this result, the researcher concludes that antenatal class could increase mothers’ knowledge of dangerous sign during pregnancy and may decrease the complication risk during the childbirth.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document