KESIAPSIAGAAN PERAWAT RUMAH SAKIT DALAM MENGHADAPI BENCANA: TINJAUAN SISTEMATIS

2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 101
Author(s):  
Ramdani Ramdani ◽  
Yanny Trisyani ◽  
Etika Emaliyawati

Kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan aspek yang sangat penting penentu keberhasilan dalam penanggulangan bencana. Untuk mengurangi dampak bencana di seluruh fase yang berbeda, banyak tindakan keperawatan yang diperlukan, termasuk pencegahan atau mitigasi, kesiapsiagaan, respon, pemulihan, dan rekonstruksi atau rehabilitasi. Akan tetapi informasi tentang gambaran kesiapsiagaan perawat terhadap bencana secara sistematis masih terbatas. Sehingga tinjauan ini bertujuan untuk mengidentifikasi hasil penelitian yang ada tentang kesiapan perawat di rumah sakit dalam menghadapi bencana secara lebih komprehensif. Metode: Pencarian literature dilakukan terhadap artikel yang diterbitkan dari 2014 sampai 2019 menggunakan PubMed dan Google Scholar dengan kombinasi kata kunci readiness atau preparedness dan disaster dan healthcare professional atau nursing. Kriteria inklusi pencarian adalah studi yang berfokus pada analisis kesiapsiagaan pada perawat, jenis studi cross sectional, diterbitkan dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Semua makalah yang terpilih dimasukkan berdasarkan penilaian independen berdasarkan kriteria dari JBI. Hasil: Pencarian awal menghasilkan 1.143 artikel dan hanya 9 artikel yang termasuk dalam tinjauan artikel, dari 9 artikel menunjukan  mayoritas perawat rumah sakit menunjukkan kesiapan yang buruk terhadap respon bencana rentang dari 45,8% sampai 78,5%. Mereka juga tidak percaya diri dengan kemampuannya dalam menghadapi bencana yang besar (52,1% - 72,4%). Akan tetapi, sebanyak (48,3% - 82,3%) perawat menunjukkan kesiapan yang baik terhadap respon bencana dalam hal manajemen klinis dan kesiapan dalam perlindungan diri. Kesimpulan : Hasil review menunjukan bahwa sebagian besar perawat memiliki kesiapan yang kurang optimal dalam menangani bencana. Pembuat kebijakan harus mendorong diadakanya pelatihan untuk perawat mengenai kesiapsiagaan bencana di rumah sakit.

Author(s):  
Mitha Adzura ◽  
Yulia Yulia ◽  
Fathmawati Fathmawati

Stunting pada balita merupakan salah satu tantangan pada bidang kesehatan paling penting bagi pertumbuhan manusia, yang mempengaruhi sekitar 162 juta balita di dunia. Studi literatur ini bertujuan mengetahui hubungan faktor sanitasi dengan stunting. Tulisan ini bersumber dari artikel yang terdapat pada basis data PubMed dan Google scholar. Pencarian literatur bahasa Indonesia dilakukan dengan kata kunci: stunting, kepemilikan jamban sehat, akses air bersih, dan cuci tangan pakai sabun, sedangkan untuk pencarian literatur bahasa Inggris dilakukan dengan kata kunci: stunting, healthy latrines, clean water, dan hand washing.  Pencarian berbatas dimulai dari tahun 2014 hingga tahun 2019 yang bisa diakses secara penuh (full text) dalam format pdf serta memiliki desain penelitian kasus kontrol, cross sectional, dan kohort. Dua belas artikel yang memenuhi kriteria inklusi kemudian ditelaah. Kepemilikan jamban sehat, akses air bersih, dan cuci tangan pakai sabun  diindikasikan sebagai faktor penyebab stunting pada balita. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dijadikan dipertimbangkan untuk melakukan penanganan stunting melalui intervensi lingkungan.


2018 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 83
Author(s):  
Tetti Solehati ◽  
Cecep Eli Kosasih ◽  
Yulia Rais ◽  
Noor Fithriyah ◽  
Darmayanti Darmayanti ◽  
...  

Masa bayi merupakan masa pertama dalam fase kehidupan seseorang, dimana pada masa ini memerlukan adaptasi terhadap lingkungan. Bayi Berat Lahir Rendah adalah bayi baru lahir yang memiliki berat saat lahir kurang dari 2500 gram. Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dan lebih sering terjadi di negara berkembang atau dengan sosio ekonomi rendah. Angka kematian BBLR 35x lebih tinggi di banding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. untuk mensistensis penelitian-penelitian secara empiris sehingga dapat mengidentifikasi perawatan dengan metode kangaroo mother care pada BBLR. Sistematik review ini dilakukan melaui tahapan : membuat pertanyaan penelitian, mencari sumber data dan ektraksi serta seleksi artikel. Pencarian artikel menggunakan database elektronik yaitu google scholar, Pub Med, SINTA, Kandaga, Nejm, Science Direct dengan kata kunci yang digunakan dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris adalah “BBLR” atau “Low birth weight”, “Kangaroo Mother Care (KMC)”. Kriteria inklusi artikel yang diambil yaitu yang diplubikasikan full text, dalam rentang waktu 2014-2018, jenis penelitian kuantitatif, kriteria peneliti minimal S1 Keperawatan, artikel yang memiliki konten utama intervensi Kangaroo Mother Care untuk perawatan BBLR. Hasil pencarian ditemukan 1.625 artikel pada Google Scholar 201 artikel, NEJM 12 artikel, Pub Med 633 Artikel, dan Science Direct 779 artikel. Setelah disesuaikan dengan kriteria inklusi maka artikel yang tersisa sebanyak 8 artikel. KMC dalam perawatan BBLR berpengaruh signifikan terhadap peningkatan respon fisiologis BBLR. Disarankan KMC sebagai terapi untuk perawatan BBLR  yang dapat dilakukan oleh ibu secara langsung, tanpa biaya dengan pemberian pendidikan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlebih dahulu. 


Author(s):  
Annisa Febriana ◽  
Sigit Mulyono

Introduction: High parental monitoring is demonstrated in the form of good supervision by parents, accompanied by communication and parenting as an important and effective part, to prevent risky adolescent sexual behavior. The purpose of writing this article is to systematically review several recent studies using cross sectional, longitudinal and ethnographic designs to determine the effect of parental monitoring on adolescent sexual risk behaviors. Method: Searching library sources was conducted in several electronic databases such as scanned, biomed, pubmed and google scholar in the last 10 years, which were published in English. The search results obtained 8 articles that met the criteria. Conclusion: Parental monitoring is very influential to reduce the risk of adolescent risky sexual behavior. Parental monitoring is more effective with good parenting, good relationships and communication between parents and adolescents, high religiosity, and the application of discipline in the family. Further research is needed in the form of interventions, as well as examining parental monitoring in various other risk behaviors for adolescents. Keywords: parental monitoring, adolescent, risky sexual behavior, parent-adolescent communication ABSTRAK Pendahuluan: Parental monitoring yang tinggi ditunjukkan dalam bentuk pengawasan yang baik oleh orangtua, disertai dengan komunikasi dan pola asuh sebagai bagian penting dan efektif, untuk mencegah perilaku seksual berisiko remaja. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk melakukan review secara sistematis terhadap beberapa penelitian terbaru yang menggunakan desain cross sectional, longitudinal dan etnografi untuk mengetahui pengaruh monitoring orangtua terhadap perilaku seksual berisiko remaja. Metode: Pencarian sumber pustaka dilakukan di beberapa database elektronik seperti sciencedirect, biomed, pubmed dan google scholar dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, yang dipublikasikan dalam bahasa Inggris. Hasil pencarian berhasil memperoleh 8 artikel yang memenuhi kriteria. Kesimpulan: Parental monitoring sangat berpengaruh untuk menurunkan risiko terjadinya perilaku seksual berisiko remaja. Parental monitoring lebih efektif dilakukan dengan pola asuh yang baik, terjalinnya hubungan dan komunikasi yang baik antara orangtua dengan remaja, religiusitas yang tinggi, serta penerapan disiplin dalam keluarga. Perlu penelitian lebih lanjut dalam bentuk intervensi, serta mengkaji parental monitoring di berbagai perilaku berisiko remaja lainnya. Kata kunci: parental monitoring, remaja, perilaku seksual berisiko, komunikasi orangtua-remaja


2021 ◽  
Vol 1 (11) ◽  
Author(s):  
Khuzaimah Adinda Ramadhani

Kepadatan penduduk di Indonesia semakin melonjak, banyak ibu menyusui yang menunda penggunaan kontrasepsi karena takut akan menggaggu proses mengasihi pada bayinya. Kontrasepsi adalah sesuatu yang banyak dilakukan ibu setelah melahirkan untuk memberi ruang bagi kelahiran berikutnya, ada banyak berbagai pilihan kontrasepsi dan dapat dicapai sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan ibu untuk memilih kontrasepsi. Pemberian ASI Eksklusif merupakan metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif selama ibu belum menstruasi dan usia bayi belum mencapai enam bulan. Efektifitas MAL mencapai 98% bagi ibu yang menyusui secara eksklusif. Tujuan penelitian ini untuk melihat presentase pengetahuan ibu tentang kontrasepsi MAL. Metode penelitian yang digunakan adalah cross – sectional secara kualitatif. Dari keseluruhan jurnal yang didapatkan dan ditelaah didapatkan bahwa rata – rata ibu sudah memulai memberikan ASI Eksklusif dan sekaligus berminat menjalankan kontrasepsi dengan Metode Amenorrhea Laktasi, dikarenakan dengan menggunakan kontrasepsi MAL ibu tetap dapat menyusui secara eksklusif, biaya murah, dan mudah. Pencarian artikel dilakukan dengan database seperti Google Scholar. Kata kuncinya adalah "Pengetahuan tentang Metode Amenore Laktasi" dan penulis menemukan 8 artikel yang relevan dari 2010-2020.


Author(s):  
Endah Fitriasari ◽  
Elly L. Sjattar ◽  
Kusrini S. Kadar

Background: Providing oral care for adults who are hospitalized with dependency is a nursing responsibility and is an important component of providing nursing care services, as an effort to maintain general health. Objective: To observe nurses' knowledge, attitudes and skills about oral care in unconscious patients. Methods: Using an database to search for articles from journals that had been published through PubMed, Google Scholar, and Proquest. Results: Six articles that discussed oral health care knowledge, attitudes and skills were included in the review. There were three articles with cross-sectional designs and one article each for descriptive, non-randomized intervention trials and mixed methods. Conclusion: Efforts to renew knowledge, attitudes and improve oral health care skills can be done through training or through oral health programs. Keywords: knowledge; attitudes; nurse skills; oral care; unconscious patients ABSTRAK Latar Belakang: Memberikan oral care untuk orang dewasa yang dirawat di rumah sakit dengan ketergantungan adalah tanggung jawab keperawatan dan merupakan komponen penting dari pemberiaan layanan asuhan keperawatan, sebagai upaya menjaga kesehatan secara umum. Tujuan: Untuk melihat pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat tentang oral care pada pasien tidak sadar. Metode: Menggunakan basis data elektronik dalam mencari artikel dari jurnal yang telah dipublikasikan melalui PubMed, Google scholar, dan Proquest. Hasil: Enam artikel yang membahas tentang pengetahuan, sikap dan keterampilan perawatan kesehatan mulut dimasukkan dalam tinjauan. Terdapat tiga artikel dengan desain cross- sectional serta masing- masing satu artikel untuk deskriptif, non-randomized intervention trial dan mixed method. Kesimpulan: Upaya memperbaharui pengetahuan, sikap dan meningkatkan keterampilan perawatan kesehatan mulut dapat dilakukan dengan pelatihan ataupun melalui program kesehatan mulut. Kata kunci: pengetahuan; sikap; keterampilan perawat; oral care; pasien tidak sadar


2019 ◽  
Vol 76 (10) ◽  
pp. 739-745 ◽  
Author(s):  
Rosa Papadopoli ◽  
Aida Bianco ◽  
Davide Pepe ◽  
Claudia Pileggi ◽  
Maria Pavia

ObjectivesHealthcare workers, in the course of their professional activity, are potentially exposed to chemical, physical and above all biological risks. The aims of our study were to investigate the extent and distribution of needle-stick and sharp injuries (NSIs) in healthcare students, the behaviours and circumstances most frequently associated with NSIs, the frequency of NSI reporting and the adherence to the post-exposure protocols.MethodsThis study involved, through an interviewer-administered structured questionnaire, undergraduate and postgraduate students attending postgraduate medical schools and healthcare professional schools who underwent occupational health visits between January 2015 and July 2018.ResultsOf the 642 students that participated in the study, 95 (14.8%) sustained an NSI during the traineeship and, of these, 59 (62.1%) reported the NSI to the occupational health service. NSIs were significantly more frequent in older subjects (χ²=9.853, p=0.020) and, among medical residents, in surgical residents (χ²=31.260, p<0.0001); moreover, occurrence of NSIs increased with increasing duration of traineeship (t=−2.051, p=0.041). Reporting of NSIs significantly increased with increasing age (χ²=12.543, p=0.006), with medical residents significantly under-reporting NSIs compared with undergraduate healthcare professional students (χ²=10.718, p=0.001) and among medical residents, those attending critical care units had the highest under-reporting (χ²=7.323, p=0.026).ConclusionsThe study showed remarkable under-reporting, as well as a lack of preparedness of students for NSI preventive and post-exposure effective measures. Our findings underline that healthcare student education should be reinforced to ensure that safe practices are carried out when needles and sharps are involved, as well as stressing the importance of NSI reporting and adherence to post-exposure prophylaxis protocols.


2019 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
Author(s):  
Bustanul Arifin ◽  
Antoinette D. I. van Asselt ◽  
Didik Setiawan ◽  
Jarir Atthobari ◽  
Maarten J. Postma ◽  
...  

Abstract Background The number of people living with diabetes mellitus (DM) in Indonesia has continued to increase over the last 6 years. Four previous studies in U.S have found that higher DD scores were associated with worse psychological outcomes, lower health-related quality of life (HRQoL) and increased risk of T2DM complications. In this study, we aimed to firstly compare DD scores in Indonesian T2DM outpatients treated in primary care versus those in tertiary care. Subsequently, we investigated whether socio-demographic characteristics and clinical conditions explain potential differences in DD score across healthcare settings. Methods A cross-sectional study was conducted on Java island in three primary care (n = 108) and four tertiary care (n = 524) facilities. The participants completed the Bahasa Indonesia version of the Diabetes Distress Scale questionnaire (DDS17 Bahasa Indonesia). Ordinal regression analysis was conducted with the quartile of the summation of the DD score as the dependent variable to investigate how the association between the level of healthcare facilities and DD altered when adding different variables in the model. Results The final adjusted model showed that the level of healthcare facilities was strongly associated with DD (p < .001), with participants in primary care having a 3.68 times (95% CI 2.46–5.55) higher likelihood of being more distressed than the participants in tertiary care. This association was detected after including the socio-demographic characteristics and clinical conditions as model confounders. Conclusions This is the first study in Indonesia to compare DD scores within different healthcare facilities. We recommend a regular DD assessment, possibly closely aligned with health-literacy partner programs, especially for T2DM patients in primary care settings.


Blood ◽  
2006 ◽  
Vol 108 (11) ◽  
pp. 5518-5518
Author(s):  
David H. Henry ◽  
Shawn M. Wade ◽  
Mariana Servin ◽  
William Hershfield

Abstract INTRODUCTION: The time incurred in seeking care for the treatment of side effects of chemotherapy (CT) or radiotherapy (RT) can result in lost productivity and resulting lost wages for cancer patients (pts) and their caregivers. The purpose of this study was to assess the amount of time spent by pts and caregivers to seek treatment for side effects of CT/RT and to examine productivity losses associated with such visits. METHODS: A cross-sectional survey was conducted from April to May 2006 using a random sample of pts from a chronic illness panel of 550,233 pts. Inclusion criteria were being at least 18 years of age, diagnosed with cancer, and receiving CT and/or RT either currently or during the 12 months prior to participating in the study. Percentages and means were used to calculate descriptive statistics. RESULTS: A total of 1,569 cancer pts were surveyed: 1,302 pts online and 267 pts by telephone. No significant differences were found between phone and online respondents. Of the pts currently receiving CT and/or RT (N=814), a total of 249 pts received treatment for side effects of CT/RT. The total time spent per visit to receive treatment for side-effects of CT/RT was approximately 5 hrs/visit including preparation time, travel time, and time spent at the clinic. Approximately one-half (54%) of the 249 patients currently receiving treatment for side effects of CT/RT were employed full-time (44%) or part-time (10%). Among employed patients currently receiving treatment for side effects of CT/RT, the mean number of work days missed as a result of visits for the treatment of CT/RT related side effects was 20 days per year. The primary reason for continuing to work during cancer treatment was financial need, reported by 59% of patients. Approximately 83% of all patients indicated that a caregiver generally accompanied them on their visits to the doctor’s office, clinic, or hospital to receive treatment for side effects of CT/RT. Seven out of ten caregivers (68%) were reported as being employed either full-time (62%) or part-time (6%). CONCLUSIONS: Time related burden for patients receiving treatment for side effects of CT/RT and their caregivers is significant. Reduction in frequency of such visits is important from the standpoint of patients’ economic livelihood and can stand to benefit employers and society. Table 1. Time Spent on Healthcare Provider Visits for Treatment of Side Effects Related to Chemotherapy and/or Radiation (N=249) Activity (per visit) Minutes Spent (mean) Standard Deviation Minutes Spent (median) Preparing to go to the doctor’s office, clinic or hospital 81 127 55 Travel to and from the doctor’s office, clinic, or hospital 102 188 58 Waiting at the doctor’s office, clinic, or hospital to see the doctor or another healthcare professional 64 72 39 Seeing the doctor or another healthcare professional 64 75 43 Total 311 380 210


2020 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 169-179
Author(s):  
Bunga Fauza Fitri Ajjah ◽  
Teuku Mamfaluti ◽  
Teuku Romi Imansyah Putra

Latar Belakang : Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) merupakan penyakit kronik yang terjadi pada masyarakat dewasa terutama mahasiswa. Faktor yang dapat menyebabkan GERD adalah pola makan termasuk jenis-jenis makanan tertentu yang dikonsumsi, frekuensi makan, dan ketidakteraturan makan. Mahasiswa kedokteran selalu berada di bawah tekanan akademik sehingga muncul ketidaknyamanan pencernaan yang memberi dampak bagi kualitas hidup dan aktivitas sehari-hari. Tujuan : Mengetahui hubungan pola makan dengan terjadinya Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik observasional dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling sebanyak 216 subjek yang memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan data diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh subjek menggunakan kuesioner pola makan yang sudah divalidasi dan dimodifikasi oleh peneliti dan menggunakan Gastroesophageal Reflux Disease Questionnaire (GERDQ) dalam bahasa Indonesia yang telah valid. Kuesioner pola makan dinilai dari segi keteraturan makan, frekuensi makan, jenis-jenis makanan, dan porsi makanan yang dikonsumsi. Hasil : Subjek yang memiliki pola makan buruk dan mengalami GERD sebanyak 34,2% sedangkan subjek yang memiliki pola makan baik dan tidak mengalami GERD sebanyak 86,5%. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil analisis data menunjukkan terdapat hubungan antara pola makan dengan terjadinya Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) (p = 0,004).Simpulan : Terdapat hubungan antara pola makan dengan terjadinya Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.


BMJ Open ◽  
2017 ◽  
Vol 7 (6) ◽  
pp. e013313 ◽  
Author(s):  
Véronique Thébaud ◽  
Marion Lecorguillé ◽  
Jean-Michel Roué ◽  
Jacques Sizun

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document