Hubungan intervensi gizi spesifik dalam program gerakan 1000 HPK terhadap kejadian stunting pada baduta di wilayah kerja Puskesmas Jatiluhur Purwakarta

2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 61
Author(s):  
Nadya Fauziyah Efendi ◽  
Laras Sitoayu ◽  
Rachmanida Nuzrina ◽  
Lintang Purwara Dewanti ◽  
Yulia Wahyuni
Keyword(s):  

Latar Belakang: Stunting merupakan gambaran kurangnya status gizi yang bersifat kronik pada masa pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan. Prevalensi stunting di Indonesia tahun 2018 sebesar 30,8%, sedangkan di Puskesmas Jatiluhur prevalensi stunting tahun 2018 sebesar 9,4%. Tujuan: Mengetahui hubungan antara intervensi gizi spesifik dalam program gerakan 1000 HPK terhadap kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Jatiluhur Purwakarta. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan pendekatan observasional (pengamatan) dan wawancara. Sampel penelitian ini yaitu 82 baduta usia 6–23 bulan. Uji statistik menggunakan uji Chi Square. Hasil: Hasil penelitian ini diperoleh baduta dengan jenis kelamin laki-laki (61%) dan perempuan (39%). Terdapat baduta stunting (46,3%), baduta yang diberikan ASI eksklusif (37,8%), baduta yang mendapatkan MP ASI tepat (41,5%), baduta yang menonsumsi kapsul vitamin A (72%), dan baduta yang lengkap imunisasi dasar (43,9%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kejadian stunting dengan riwayat ASI eksklusif (p=0,002), ketepatan MP ASI (p=0,001), konsumsi kapsul vitamin A (p=0,001), dan kelengkapan imunisasi dasar (p=0,001). Kesimpulan: Ada hubungan antara intervensi gizi spesifik dalam program 1000 HPK dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Jatiluhur Purwakarta.

2019 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 39-48
Author(s):  
Enggar Wijayanti ◽  
Ulfa Fitriani

Latar Belakang. Anemia merupakan salah satu permasalahan gizi yang banyak terjadi di negara berkembang. Faktor gizi yang turut berkontribusi terhadap kejadian anemia diantaranya adalah kurangnya asupan zat gizi yang memengaruhi pembentukan Hemoglobin (Hb) pada penderita anemia. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsumsi energi, protein, zat besi, asam folat, vitamin C, vitamin A, dan seng pada subjek penderita anemia dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang diduga menjadi faktor penyebab anemia. Metode. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dan merupakan bagian dari penelitian “Observasi Klinik Formula Jamu Anemia” yang dilakukan pada bulan Maret-Desember 2018. Jumlah subjek sebanyak 83 orang dengan rentang usia 16-49 tahun. Data konsumsi makanan dikumpulkan dengan wawancara menggunakan food recall 24 jam dan selanjutnya dianalisis dengan program Nutrisurvey. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki status gizi normal. Tingkat konsumsi zat besi, asam folat, dan seng subjek kurang dari AKG, konsumsi energi dalam kategori cukup, dan konsumsi protein, vitamin A serta vitamin C lebih dari AKG. Hasil uji bivariat chi-square menunjukkan tidak ada korelasi yang bermakna antara status anemia dengan konsumsi zat gizi (p>0,05). Kesimpulan. Wanita usia subur (WUS) yang menderita anemia rata-rata memiliki tingkat konsumsi zat besi, asam folat, dan seng kurang dari AKG


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 72
Author(s):  
Melvanda Gisela Putri ◽  
Roedi Irawan ◽  
Indri Safitri Mukono

ABSTRAKLatar Belakang: Stunting merupakan suatu istilah yang menggambarkan kondisi pertumbuhan tinggi badan kurang berdasarkan umur disesuaikan dengan Z-Score (<-2SD). Stunting pada balita dapat diakibatkan oleh kurangnya asupan zat gizi yang diperlukan bagi pertumbuhan anak. Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan suplementasi vitamin A, pemberian imunisasi dan riwayat penyakit infeksi yakni diare dan ISPA terhadap kejadian stunting.Tujuan: Mengetahui hubungan suplementasi vitamin A, pemberian imunisasi, dan penyakit infeksi terhadap stunting pada anak usia 24-59 bulan di Puskesmas Mulyorejo, Surabaya.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan metode cross sectional. Besar sampel adalah 107 anak usia 24-59 bulan di Puskesmas Mulyorejo, Surabaya. terdiri dari 25 anak kelompok stunting dan 82 anak kelompok non- stunting. Cara pengambilan data melalui data sekunder posyandu dan wawancara langsung orang tua anak dengan pengisian kuisioner. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square, Fisher Exact, dan Mann Whitney.Hasil: Penelitian ini menunjukkan hasil terdapat hubungan suplementasi vitamin A dengan stunting (p=0,000), tidak ada hubungan antara pemberian imunisasi terhadap stunting (p=0,332). Dalam riwayat penyakit infeksi, frekuensi diare dan ISPA ditemukan tidak ada hubungan dengan  stunting (p=0,053 dan p=0,082), begitu pula pada lama diare dan lama ISPA tidak berhubungan dengan stunting (p= 0,614 dan p=0,918).Kesimpulan: Suplementasi vitamin A berhubungan signifikan dengan stunting yang diamati pada anak usia 24-59 bulan di Puskesmas Mulyorejo, Surabaya. Kata kunci: kejadian stunting, vitamin A, imunisasi, penyakit infeksi, anak usia 24-59 bulanABSTRACTBackground: Stunting is a term that describes condition of lower height-for-age Z-Score (<-2SD). Stunting among children can be caused by a lack of nutrients needed for children's growth. This study was conducted to determine the relationship between vitamin A supplementation, immunization and a history of infectious diseases, namely diarrhea and ARI to the incidence of stunting.Objectives: To determine the relationship between vitamin A supplementation, immunization, and history of infectious disease with the incidence of stunting in children aged 24-59 months at Puskesmas Mulyorejo, Surabaya.Methods: This study was an observational analytic study with cross sectional method. The sample size was 107 children aged 24-59 months at Puskesmas Mulyorejo, Surabaya. This study consisted of 25 children in the stunting group and 82 children in the non-stunting group. The method of data collection was through secondary data from posyandu and direct interviews with parents by filling out questionnaires. Data were analyzed using the chi-square test, fisher exact, and Mann Whitney.Results: The results of this study indicated that there was a relationship between vitamin A supplementation and with stunting (p = 0.000). There was no relationship between immunization and stunting (p = 0.332). In the history of infectious diseases, the frequency of diarrhea and ARI was found to have no relationship with stunting (p = 0.053 and p = 0.082), as well as the duration of diarrhea and duration of ARI there was no association with the stunting (p = 0.614 and p = 0.918).Conclusion: Vitamin A supplementation has significant relationship with stunting in children aged 24-59 months at Puskesmas Mulyorejo, Surabaya.


2015 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Ratna D Siregar ◽  
Nur Indrawati Lipoeto ◽  
Yuliarni Syafrita

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi vitamin A, vitamin C, vitamin E, zink dan selenium dari makanan dengan fungsi kognitif pada lanjut usia. Metoda penelitian adalah cross sectional study terhadap 145 lansia umur ≥ 60 tahun, pada dua kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatra Barat. Wawancara konsumsi antioksidan menggunakan Food Frequency Questionnaires (FFQ), fungsi kognitif diperiksa dengan Montreal Cognitive Assesment versi Indonesia (MoCA-Ina), Aβ40 dan Aβ42 plasma diperiksa dengan metode ELISA. Data dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney dan Chi-square. Pada hasil penelitian ditemukan 83 orang (57,2%) lansia yang mengalami gangguan fungsi kognitif. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi vitamin C (p<0,049) dan vitamin E (p<0,037) tetapi tidak terdapat hubungan signifikan antara vitamin A, zink dan selenium dengan fungsi kognitif. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi antioksidan dengan tingkat Aβ40 dan Aβ42 serta antara tingkat Aβ40 dan Aβ42 dengan fungsi kognitif masing-masing (p<0,058 dan p<0,350). Kesimpulan hasil penelitian ini didapatkan hubungan antara konsumsi vitamin C dan vitamin E dari makanan dengan fungsi kognitif. Tetapi tidak terdapat hubungan antara konsumsi antioksidan dengan Aβ40 dan Aβ42 plasma dan Aβ40 dan Aβ42 dengan fungsi kognitif.Kata kunci: antioksidan, beta-amyloid, fungsi kognitif, lanjut usiaAbstractThe objective of this study was to determine the relationship between consumption of vitamin A, vitamin C, vitamin E, zinc and selenium from foods with cognitive function in elderly. This was a cross-sectional study that was conducted to 145 elderly with age ≥ 60 years, in two districts in West Sumatra, in Lima Puluh Kota city. Interview antioxidant intake using a Food Frequency Questionnaires (FFQ), cognitive function was checked by Montreal Cognitive Assessment Indonesian version (MoCA-Ina), plasma Aβ40 dan Aβ42 were examined by ELISA while the data were analyzed by using the Mann-Whitney and Chi-square test. Results : Eighty three elderly people (57.2%) were found with impaired cognitive function. There was a significant association between the consumption of vitamin C (p < 0.049) and vitamin E (p < 0.037) but there was no signifikan association between vitamin A, zinc and selenium with cognitive function. There was no significant association between consumption of the antioxidant and both plasma Aβ40 and Aβ42 levels. There was no significant between levels of Aβ40 and Aβ42 and cognitive function (p < 0.058 and p < 0.350, respectively).Conclusion : There is a association between the consumption of vitamin C and vitamin E from food and cognitive function, but there is no association between the consumption of the antioxidant and levels of plasma Aβ40 and Aβ42 and between levels of plasma Aβ40 and Aβ42 and cognitive function.Keywords: antioxidants, amyloid-beta, cognitive function, elderly


Author(s):  
Eti Vera Asmaningrum ◽  
Dani Nasirul Haqi

Latar Belakang: ISPA masih menjadi masalah utama penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia. Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA diantaranya: asap rokok, umur anak, berat badan lahir, status gizi kurang, tidak memberikan ASI, riwayat imunisasi yang tidak lengkap, dan pemberian vitamin A. ISPA masih menjadi masalah utama kunjungan balita pelayanan kesehatan di Desa Tlatah, Purwosari, Bojonegoro. Purpose: Menentukan Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA Pada Bayi Usia 0-2 Tahun Di Desa Tlatah, Purwosari, Bojonegoro. Metode: Jenis Penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan Cross Sectional. Sampel penelitian berjumlah 34 responden dari 42 responden yang mempunyai bayi usia 0-2 tahun. Hasil: Hasil penelitian ini dengan uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara paparan asap rokok anggota keluarga dan status gizi anak dengan kejadian ISPA pada bayi usia 0-2 Tahun Di Desa Tlatah, Purwosari, Bojonegoro dengan nilai (p=0,001; RR=6.353; 95%CI=1.008-40.056) dan (p=0,000; RR=0.391; 95%CI=0.235-0.651). Kesimpulan: Oleh karena itu, diharapkan anggota keluarga memperhatikan kondisi anak dengan tidak melakukan perilaku yang tidak sehat sehingga keluarga dapat meningkatkan derajat kesehatan anak dan anggota keluarga lainnya.


2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 146
Author(s):  
Sunarti Hanapi ◽  
Nuryani Nuryani ◽  
Rahmawaty Ahmad

Based on Indonesian Basic Health Research 2018Vitamin A capsule coverage for children 6-59 months reached 53.1%. Based on Department of Health Gorontalo district Vitamin A capsule coverage in work area of Asparaga community health center reached 80%. The research aims at investigating association of giving vitamin A toward toddler. This research used observational analytic method with cross sectional study approach. This research was conducted in February until April with total of samples were 262 children  6-59 mount and respondents were toddler mother. The technique of collecting samples was using purposive sampling technique and the technique of data collection was using questionnaire. The technique of data analysis was chi square test. The findings reseacrh was found that the giving of vitamin A on toddler was 126 (48,1%) and not giving vitamin A was 136 (51,9%) toddlers, low mothers knowledge 63,4%, active cadre 28,2%, active participation toddlers 5,0%. Base on analysis bivariate indicated that sufficient knowledge of mothers 67,7% of the toddlers were given vitamin A and chi square test showed knowledge of p value = 0,000, the role of active cadres 82,4% of the toddlers were given vitamin A with p value = 0,000 and the activity of toddlers visiting community health center / Posyandu 100% of the toddlers were given vitamin A with p value = 0,000. It was concluded that the mothers knowledge factor, the role of cadres and the activity of toddlers visiting Community Health Center and Posyandu were related to the provision of viramin A in the toddlers. It was recommended for mothers of toddlers to explore more information regarding the importance of providing vitamin A to toddlers, and to be active partisipation in Community Health Center / Posyandu activities.Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 cakupan kapsul vitamin A pada anak 6-59 bulan mencapai 53,1%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo cakupan pemberian vitamin A di Wilayah Kerja Puskesmas Asparaga mencapai 80%. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui sejumlah faktor yang berhubungan dengan pemberian vitamin A pada balita. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan rancangan cross sectional study. Penelitian ini dilakukan pada Februari sampai April dengan jumlah sampel 262 balita umur 6-59 bulan dengan ibu balita sebagai responden. Pengambilan sampel dengan tekhnik purvosive sampling dan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, analisis menggunaka chi square test. Hasil penelitian didapatkan pemberian vitamin A pada balita sebanyak 126 (48,1%) dan tidak diberikan vitamin A sebanyak 136 (51,9%) balita, pengetahuan ibu kurang 63,4%, keaktifan kader 28,2%, keaktifan kunjungan balita 5,0%. Berdasarkan hasil uji bivariat menunjukkan pengetahuan ibu cukup 67,7% anak balita diberikan vitamin A chi square  test menunjukkan pengetahuan  p value = 0,000, peran kader aktif 82,4% balita diberikan vitamin A dengan p value = 0,000, dan keaktifan kunjungan balita ke Puskesmas / Posyandu 100% balita diberikan vitamin A dengan p value = 0,000 berhubungan dengan pemberian vitamin A pada balita. Disimpulkan bahwa faktor pengetahuan ibu, peran kader dan keaktifan kunjungan balita ke Puskesmas dan Posyandu berhubungan dengan pemberian viramin A pada balita. Disarankan kepada ibu balita agar lebih menggali informasi terkait pentingnya pemberian vitamin A pada balita, serta aktif dalam kegiatan Puskesmas / Posyandu.


2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 191
Author(s):  
Indah Lisfi ◽  
Joserizal Serudji ◽  
Husnil Kadri

Anemia adalah keadaan berkurangnya kadar hemoglobin dalam darah. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Puskesmas Air Dingin Kota Padang mencapai 32,5%. Faktor penyebab utama anemia ibu hamil pada umumnya adalah defisiensi zat besi. Anemia juga dapat disebabkan oleh defisiensi mikronutrien lain seperti vitamin A. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan asupan Fe dan vitamin A terhadap anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Air Dingin Padang. Desain penelitian ini adalah studi analitik dengan pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel dengan cara consecutive sampling dengan jumlah sampel 44. Data penelitian diperoleh melalui FFQ dan hemometer digital. Data dianalisis dengan chi-square strata bertingkat. Hasil penelitian ditemukan sebanyak 56,8% responden mengalami anemia, 59,1% responden mempunyai asupan Fe dan vitamin A cukup. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan nilai p=0,008 untuk asupan Fe dan anemia, sedangkan berdasarkan asupan vitamin A didapatkan nilai p1=0,399 dan p2=0,206. Simpulan penelitian ini adalah adanya hubungan bermakna antara asupan Fe dengan anemia ibu hamil trimester III, tetapi tidak terdapat hubungan bermakna asupan vitamin A dengan anemia ibu hamil trimester III berdasarkan.


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 44-53
Author(s):  
Prita Ady Rahmadani ◽  
Nurmasari Widyastuti ◽  
Deny Yudi Fitranti ◽  
Hartanti Sandi Wijayanti

Latar Belakang: Produksi ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya tingkat kecemasan dan asupan zat gizi ibu. Salah satu asupan zat gizi yang dapat mempengaruhi produksi ASI yaitu asupan vitamin A.Tujuan: Penelitian bertujuan untuk melihat hubungan asupan vitamin A dan tingkat kecemasan dengan kecukupan produksi ASI.Metode: Desain penelitian cross sectional, dengan jumlah subjek 62 ibu yang menyusui bayi usia 0-5 bulan di wilayah puskesmas Halmahera Kota Semarang menggunakan metode consecutive sampling. Data yang diteliti yaitu asupan vitamin A menggunakan formulir semi quantitative food frequency questionnaire (SQ FFQ), tingkat kecemasan menggunakan kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), kecukupan produksi ASI menggunakan perubahan berat badan bayi dengan alat BabyScale dan data sekunder yaitu Kartu Menuju Sehat (KMS). Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square. Analisis multivariat menggunakan uji Regresi Logistik.Hasil: Terdapat 51,6% subyek tidak mengalami kecemasan, 56,5% asupan vitamin A subyek cukup, dan 53,2% subyek memiliki kecukupan produksi ASI yang baik. Sebanyak 63% subyek dengan asupan vitamin A yang kurang memiliki kecukupan produksi ASI yang kurang, dan sebanyak 66,7% subyek yang mengalami kecemasan memiliki kecukupan produksi ASI yang kurang. Subyek yang memiliki asupan vitamin A yang kurang berpeluang 1,8 kali memiliki kecukupan produksi ASI yang kurang, dan subyek yang mengalami kecemasan berpeluang 2,1 kali memiliki kecukupan produksi ASI yang kurang.Kesimpulan: Asupan vitamin A dan tingkat kecemasan merupakan faktor risiko kecukupan produksi ASI.


2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 64-67
Author(s):  
Nova Linda Rambe ◽  
Devina Natalia Lase
Keyword(s):  
P Value ◽  

Latar Belakang. Posyandu adalah tempat bagi balita untuk mendapatkan pelayanan, baik untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan maupun memperoleh kapsul vitamin A dan imunisasi. Tujuan. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan ibu balita ke posyandu. Metodologi. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel. Adalah ibu-ibu yang memiliki balita 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Hiligodu Ombolata Kecamatan Gunungsitoli Selatan sebanyak 56 orang dengan teknik accidental sampling. Menggunakan lembar chek list sebagai alat pengumpulan data. Analisis data secara Univariat dan Bivariat menggunakan program SPSS versi 18 dan uji chi-square. Hasil. Faktor-faktor yang berhubungan dengan ibu balita terhadap kunjungan posyandu berdasarkan umur p-value (0,009) < α (0,05), berdasarkan pekerjaan p-value (0,009) < α (0,05), berdasarkan pendidikan (0,003) < α (0,05), berdasarkan usia balita (0,002 < α (0,05). Simpulan. Ada hubungan antara umur, pekerjaan, pendidikan ibu, dengan kunjungan posyandu. Saran. Ibu yang memiliki balita lebih meningkatkan pengetahuan tentang posyandu sehingga kunjungan balita ke posyandu semakin tinggi.


Jurnal Ners ◽  
2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 35-52
Author(s):  
GUSMAN VIRGO

Dalam lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2015, dinyatakan bahwa untuk mengurangi risiko kesakitan dan kematian pada balita dengan kekurangan Vitamin A, pemerintah menyelenggarakan kegiatan pemberian Vitamin A dalam bentuk kapsul vitamin A biru 100.000 IU bagi bayi usia 6-11 bulan, kapsul vitamin A merah 200.000 IU untuk anak balita usia 12-59 bulan, dan ibu nifas (Kemenkes, 2017). Desa Beringin Lestari berada dibawah target pencapaian yakni hanya 30,60% untuk pemberian vitamin A warna biru dan 43,10% dan 69,03% untuk pemberian vitamin A warna merah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor- faktor yang berhubungan dengan pemberian vitamin A pada balita di posyandu Desa Beringin Lestari wilayah kerja Puskesmas Tapung Hilir 1 Kabupaten Kampar Tahun 2018. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2018 dengan jumlah sampel 66 orang balita diperoleh dengan menggunakan teknik Systematic Random Sampling. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita (6-59 bulan) yang berkunjung ke posyandu Desa Beringin Lestari wilayah kerja Puskesmas Tapung Hilir 1 Kabupaten Kampar pada bulan Januari – Desember tahun 2017. Teknik pengumpulan data kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariate dengan uji Chi Square. Hasil penelitian didapatkan variabel yang berhubungan dengan pemberian vitamin A pada balita adalah variabel pengetahuan ibu nilai (p=0,015) dan variabel keaktifan balita dalam berkunjung ke posyandu nilai (p=0,000). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah peran kader nilai (p=0,203). Kesimpulan terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dan keaktifan balita dalam berkunjung ke posyandu dengan Pemberian Vitamin A pada Balita di posyandu Desa Beringin Lestari wilayah kerja Puskesmas Tapung Hilir 1 Kabupaten Kampar Tahun 2018. Disarankan diadakan penyuluhan secara berkala mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pemberian vitamin A dan meningkatkan peran kader dalam pemberian vitamin A pada balita.


2017 ◽  
Vol 40 (1) ◽  
pp. 21
Author(s):  
Ampera Miko ◽  
Agus Hendra Al-Rahmad

The nutrition status of population in the district of Aceh was considered as a public health problem. The malnutrition of under five year children such as wasting, stunting and underweight has brought  a negative impact on the health of the community. Malnutrition was –among other factors - influenced by family characteristic such as weight and height of the parents. The study was conducted in Aceh Besar. It used cross-sectional design with the  sample of 300 households with child aged under five years old . The research used secondary and primary data of PSG Aceh 2015. Data was obtained through documentation study and processed through data editing, coding, transferring and tabulating. The data was analyzed by univariate and bivariate using  chi-square test. The result has shown that there were relationship  between height and weight of the parents with  nutritional status of the children  using indicators of WFH and HFA (p<0,05). However, it was not true for  the mother’s weight (p>0,05). Weight and height of the fathers shown  the relationship (p<0,05) with nutritional status (WFA) of the children, but not for the mother's weight and height (p>0,05). In conclusion, the acute and chronic nutritional problems in the district of  Aceh Besar  were influenced by anthropometric status of the parents, especially the weight and height of the father. It was recommended that improvement of nutritional problems should be done through a direct approach such as growth monitoring, counseling on exclusive breastfeeding, providing of vitamin A and intensified efforts on changing of clean and healthy behavior.ABSTRAK  Kabupaten Aceh mempunyai permasalahan kesehatan berdasarkan situasi status gizi. Balita mengalami malnutirisi seperti wasting, stunting dan underweight yang berdampak terhadap masalah kesehatan. Malnutrisi terjadi akibat keadaan gizi mapun faktor keturunan dari orang  tua. Tujuan penelitian untuk mengukur hubungan berat badan dan tinggi badan orang tua dengan status gizi balita. Penelitian berdesain potong-lintang, dilakukan di Aceh Besar dengan sampel rumah tangga yang mempunyai balita sebanyak 300 RT. Penelitian menggunakan data sekunder hasil PSG Aceh 2015, diperoleh melalui studi dokumentasi/observasi dan diolah mulai tahapan editing, coding, transfering sampai tabulating. Analisis data univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian, terdapat hubungan berat dan tinggi badan orang tua dengan status gizi balita berdasarkan indikator BB/TB dan TB/U (p< 0,05), tetapi tidak untuk berat badan ibu. Berat dan tinggi badan kepala keluarga menunjukkan hubungan (p< 0,05) dengan status gizi balita (BB/U), tetapi berat dan tinggi badan ibu tidak menunjukkan hubungannya). Kesimpulan, tingginya masalah gizi kronis dan akut di Kabupaten Aceh Besar merupakan akibat berat dan tinggi badan orang tua yang berperan dalam besarnya prevalensi gizi terutama berat dan tinggi badan kepala keluarga. Saran, perbaikan masalah gizi dapat dilakukan melalui pendekatan secara langsung yaitu pemantauan pertumbuhan, penyuluhan tentang ASI eksklusif dan Vitamin A serta MP-ASI serta upaya terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).  Kata kunci: status gizi, balita, berat dan tinggi badan orang tu


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document