scholarly journals UJI EFEKTIVITAS SEDIAAN KRIM KOMBINASI EKSTRAK DAUN NIPAH(Nypa fructicans WURMB.) dan JERUK PURUT (Citrus hystrix) TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT Propionibacterium acnes

2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 101-108
Author(s):  
Elisa Issusilaningtyas

  Senyawa triterpenoid, flavonoid, saponin dan tanin pada daun nipah dan Minyak atsiri jeruk purut yang mengandung sitronelal, sitronelol, nerol,dan limonene. Minyak atsiri dari jeruk purut (C. hystrix) mengandung senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kombinasi ekstrak daun nipah dan minyak atsiri daun jeruk nipis sebagai antibakteri Propionibacterium acnes setelah diformulasikan dalam sediaan krim. Ekstrak daun nipahdan minyak atsiri C. hystrix dibuat menjadi sediaan krim tipe M/Abeserta uji karakeristik fisik dan uji aktivitas antibakteri nya. Formula krim dibuat dengan tiga variasi konsentrasi  ekstrak yaitu 5%, 10%, dan 15% dengan konsentrasi minyak atsiri C. hystrix masing-masingsebesar 5%. Evaluasi sediaan krim dilakukan dengan stabilitas cycling test dan uji aktivitas antibakteri terhadap propionibacterium acnes. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan One Way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi sediaan krim kombinasi daun nipah dan minyak atsiri C. hystrix memiliki karakteristik fisik yang baik, akan tetapi mengalami penurunan kestabilan setelah dilakukan uji stabilitas cycling test. Penurunan kestabilan ini tidak berpengaruh secara signifikan pada karakteristik fisik sediaan krim. Hasil uji zona hambat bakteri pada konsentrasi 5% memiliki efek antibakteri sedang, sedangkan pada konsentrasi 10% dan 15% memiliki efek antibakteri kuat. Hasil analisis statistik pada kosnsentrasi 10% dan 15% tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam menghambat bakteri S. aureus. Formulasi krim kombinasi daun nipah dan minyak atsiri C. hystrix dengan konsentrasi ekstrak sebesar 10% adalah formula yang memiliki aktivitas antibakteri yang paling optimal.  

2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 35-41
Author(s):  
Yufiradani Yufiradani ◽  
Delladari Mayefis ◽  
Hesti Marliza

Acne is one of the most common skin diseases that occur at all ages, especially in adolescents who are just experiencing puberty. One of the plants that has antibacterial properties is the leaves of suruhan. However untill now not found research of suruhan leaf used as an acne medicine. The aim of this study was to determine the antibacterial activity of suruhan leaf extracts on the growth of Propionibacterium acnes. The method used is disc diffusion by given 5 treatments starting with a concentration of 15%, 20%, 25%, positive control of clindamycin and negative control of aquadest.. The results obtained from leaf extracts were able to inhibit the growth of P. acnes bacteria in various concentrations. Suruhan leaf extracts at a concentration of 25% showed response resistance was greater than other concentrations. The one way Anova SPSS test showed p <0.05 which means that there were differences in the inhibitory concentration of various extracts on the growth of P. acnes that cause acne


2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 58-67
Author(s):  
Mely Nastiti ◽  
Desy Nawangsari ◽  
Dina Febrina

Beras hitam (Oriza sativa L. var Indica) merupakan varietas lokal yang mengandung pigmen antosianin. Antosianin bersifat sebagai antioksidan yang berefek positif bagi kesehatan. Masker wajah peel off adalah masker wajah yang memiliki keunggulan yaitu mudah dilepaskan seperti membran elastis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi fisik sediaan masker gel peel off, aktivitas antioksidan dan stabilitas masker gel peel off . Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental, data dianalisis dengan metode One Way ANOVA dengan sig >0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sediaan masker peel off tepung beras hitam memiliki perbedaan nyata yang signifikan terhadap uji daya sebar f1, namun tidak terdapat perbedaan nyata yang signifikan terhadap f2 dan 3. Uji antioksidan tidak terdapat perbedaan nyata yang signifikan. Berdasarkan analisis data menggunakan one way anova setelah uji cycling test formulasi yang baik selama 6 siklus yaitu formulasi 2 dan 3.   Kata kunci: Antioksidan, Beras hitam, dan masker peel off.


2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 45
Author(s):  
Desi Sri Rejeki ◽  
Endang Istriningsih ◽  
Ery Nourika Alfiraza ◽  
Utiya Nurul Amni

Masker wajah gel peel off adalah salah satu jenis masker wajah yang memiliki keunggulan dalam penggunaannya, yaitu mudah diangkat atau dilepaskan seperti membran elastis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi humektan untuk memperoleh masker gel peel off dari kulit pisang kepok kuning (Musa balbisiana) yang memiliki karakteristik fisik gel yang baik selama penyimpanan. Dilakukan 3 jenis formulasi dengan 3 variasi humektan yang berbeda, yaitu propilen glikol pada FI, gliserin pada F2, dan madu pada F3 dengan konsentrasi humektan sebesar 15%. Ekstrak etanol kulit pisang kepok kuning yang digunakan sebelumnya telah diuji aktivitas antibakterinya terhadap bakteri Propionibacterium acnes dengan metode difusi.  Ekstrak yang digunakan adalah sebesar 10% untuk setiap formulasi. Evaluasi sediaan masker gel meliputi pengamatan organoleptis, pH, daya lekat, daya sebar, viskositas, dan waktu kering selama 28 hari. Data evaluasi sediaan masker gel peel off ekstrak etanol kulit pisang kepok kuning dianalisis dengan program SPSS 24.0 menggunakan One Way ANOVA. Hasil evaluasi stabilitas fisik menunjukkan bahwa variasi humektan secara signifikan mempengaruhi karakteristik fisik masker gel peel off, semakin lama penyimpanan maka bahan humektan yang digunakan semakin mempengaruhi karakteristik fisik masker gel peel off. Formulasi terbaik sediaan masker gel peel off ekstrak etanol kulit pisang kepok kuning (Musa balbisiana) berdasarkan uji organoleptis, daya lekat, daya sebar, viskositas, dan waktu mengering adalah formulasi tiga (F3) yaitu madu sebagai humektan sediaan. Kata kunci:  Kulit Pisang Kepok, Masker Gel Peel Off, Propionibacterium acnes


2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 136
Author(s):  
Yahya Febrianto

Ekstrak etanol daun cabai rawit (Capsicum frustescens L.) mengandung flavonoid sebagai agen antibakteri terhadap bakteri penyebab jerawat Propionibacterium acnes yang kemudian diformulasikan dalam bentuk sediaan gel dengan variasi gelling agent carbopol 940 dan CMC Na. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi gelling agent terhadap stabilitas fisik maupun evaluasi sediaan gel ekstrak etanol daun cabai rawit (Capsicum frustescens L.) melalui uji organoleptis, homogenitas, daya sebar, kemampuan proteksi, pH, viskositas, daya lekat, dan uji stabilitas fisik. Setelah didapatkan hasil uji daya sebar, daya lekat, pH, dan viskositas kemudian data diolah menggunakan metode One Way ANOVA atau Kruskal Wallis, sedangkan uji stabilitasnya diolah dengan metode Paired Sample T Test atau Uji Wilcoxon. Sediaan gel ekstrak etanol daun cabai rawit yang didapat berupa massa gel berwarrna hijau kecoklatan, homogen, berbau khas daun cabai, namun tidak mampu memberikan proteksi. Evaluasi daya lekat sediaan gel yaitu 12,40-31,17 detik, daya sebar sebesar 3,89-6,19 cm, viskositas sebesar 158,33-262,5 dpas, pH sebesar 7,08-7,36. Dari hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa formula 5 merupakan formula yang terbaik karena memilki daya lekat paling lama dan pH yang mendekati pH kulit. Variasi gelling agent mempengaruhi evaluasi sediaan berupa hasil organoleptis, daya lekat, daya sebar, dan viskositas dengan hasil p<0,05 yang artinya ada perbedaan signifikan antar tiap formula. Sedangkan uji stabilitas fisik sediaan gel ekstrak etanol daun cabai rawit stabil dalam penyimpanan suhu kamar selama satu bulan dengan hasil p>0,05 yang artinya tidak ada perbedaan signifikan pada evaluasi sediaan tiap minggunya.


2018 ◽  
Vol 4 (02) ◽  
pp. 122-134 ◽  
Author(s):  
Citra Dewi ◽  
Ahmad Saleh ◽  
Nur Hatidjah Awaliyah ◽  
Hasnawati Hasnawati

Lendir bekicot (Achatina fulica) merupakan salah satu bahan alam yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis penyebab jerawat pada konsentrasi 10%.  Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sediaan emulgel lendir bekicot dapat memenuhi syarat evaluasi stabilitas fisik sediaan dan melakukan pengujian aktivitas antibakteri sediaan emulgel lendir bekicot terhadap Staphylococcus epidermidis. Penelitian dilakukan secara eksperimen, sampel lendir bekicot (Achatina fulica)  diformulasi kedalam bentuk sediaan emulgel dengan tiga variasi konsentrasi yaitu pada Formula A 11%, Formula B 16% dan Formula C 21%. Selanjutnya dilakukan evaluasi fisik sediaan selama empat minggu penyimpanan meliputi uji organoleptik, uji pH, uji homogenitas, uji tipe emulsi dan uji stabilitas dipercepat dengan metode cycling test. Ketiga formula tersebut dilakukan pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi sumuran. Data pengukuran zona hambat bakteri dianalisis dengan menggunakan One Way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga jenis formula emulgel lendir bekicot (Achatina fulica) stabil selama penyimpanan dengan hasil pengujian organoleptik berwarna putih susu, aroma khas mentol dan berbentuk semi padat (emulgel), homogen dengan emulsi tipe minyak dalam air (m/a) serta memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. Zona hambat tertinggi pada Formula C konsentrasi lendir bekicot 21% dengan diameter zona hambat sebesar 4,8 mm kategori lemah.


2020 ◽  
Vol 2 (01) ◽  
pp. 28-35
Author(s):  
Dewi Kurnianingsih ◽  
Lulu Setiyabudi ◽  
Tatang Tajudin

Senyawa alkaloid, flavonoid dan tanin yang terdapat dalam daun bakau (R. mucronata) dan minyak atsiri dari jeruk purut (C. hystrix) telah terbukti memiliki aktivitas sebagai antibakteri S. aureus.  Penelitian ini merupakan pengembangan dari potensi aktivitas antibakteri S. aureus tersebut. Dimana  ekstrak R. mucronata dan minyak atsiri C. hystrix dibuat menjadi sediaan krim tipe M/A. Formula krim dibuat dengan tiga variasi konsentrasi  ekstrak yaitu 5%, 10%, dan 15% dengan konsentrasi minyak atsiri C. hystrix masing-masingsebesar 5%. Evaluasi sediaan krim dilakukan dengan stabilitas cycling test dan uji aktivitas antibakteri terhadap S. aureus. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan One Way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi sediaan krim kombinasi R. mucronata dan minyak atsiri C. hystrix memiliki karakteristik fisik yang baik, akan tetapi mengalami penurunan kestabilan setelah dilakukan uji stabilitas cycling test. Penurunan kestabilan ini tidak berpengaruh secara signifikan pada karakteristik fisik sediaan krim. Hasil uji zona hambat bakteri pada konsentrasi 5% memiliki efek antibakteri sedang, sedangkan pada konsentrasi 10% dan 15% memiliki efek antibakteri kuat. Hasil analisis statistik pada kosnsentrasi 10% dan 15% tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam menghambat bakteri S. aureus. Formulasi krim kombinasi R. mucronata dan minyak atsiri C. hystrix dengan konsentrasi ekstrak sebesar 10% adalah formula yang memiliki aktivitas antibakteri yang paling optimal.


2021 ◽  
Vol 1 ◽  
pp. 1968-1976
Author(s):  
Rojiah Batsah ◽  
W Wirasti ◽  
F Fitriyani

AbstractTobacco leaves (Nicotiana tabaccum. L) have great potential as a pesticide or insect repellent, especially the Aedes aegypti mosquito. Maceration method was used to obtain tobacco leaf extract as much as 127.86 grams from the dried simplicia of tobacco leaves (Nicotiana tabaccum. L) 827 grams (yield 15.46%). The tobacco extract was made in the form of lotio with a concentration of 1%, 2%, and 3%, having repellant effectiveness of 90%, 96% and 100%, respectively. Physical stability test was carried out on the lotion 0%, 1%, 2%, and 3% as follows; organoleptic test (brownish color, typical tobacco aroma and homogeneity), spreadability test (6.1cm; 6.1cm; 6.2cm; 6.4cm), adhesion test (3.06sec; 2.8sec; 2.75sec; 2.61sec), cycling test (brownish color, thick consistency, homogeneity, and distinctive aroma of tobacco), pH test (7; 7; 7; 6,3), and viscosity test (4.708cPs, 4.575cPs, 4.465cPs, 4.403cPs). The results of One Way ANOVA analysis showed that there was a significant difference in each concentration of tobacco leaf extract lotio and Tukey's test showed that the repellant ability of 3% concentration had 100% percent repelance. It can be concluded that the ethanol extract lotion of tobacco leaves (Nicotiana tabaccum. L) has repellant effectiveness.Keywords: tobacco leaves, extract, lotion, repellant, ANOVA AbstrakDaun tembakau (Nicotiana tabaccum. L) memiliki potensi besar sebagai pestisida atau pengusir serangga khususnya nyamuk Aedes aegypti. Metode maserasi digunakan untuk mendapatkan ekstrak daun tembakau sebanyak 127,86 gram dari simplisia kering daun tembakau (Nicotiana tabaccum. L) 827 gram (rendemen 15,46%). Ekstrak tembakau dibuat dalam bentuk lotio dengan konsentrasi 1%, 2%, dan 3% memiliki efektivitas repelan berturut-turut adalah 90%, 96% dan 100%. Dilakukan uji stabilitas fisik terhadap lotio 0%,1%, 2%, dan 3% sebagai berikut; uji organoleptis (warna kecoklatan, aroma khas tembakau dan homogen), uji daya sebar (6,1cm; 6,1cm; 6,2cm; 6,4cm), uji daya lekat (3,06detik; 2,8detik; 2,75detik; 2,61detik), uji cycling test (warna kecoklatan, konsistensi kental, homogen, dan aroma khas tembakau), uji pH (7;7;7;6,3), dan uji viskositas (4.708cPs, 4.575cPs, 4.465cPs, 4.403cPs). Hasil analisis One Way ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada setiap konsentrasi lotio ekstrak daun tembakau dan uji Tukey menunjukkan kemampuan repelan konsentrasi 3% memiliki persen repelansi 100%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa lotio ekstrak etanol daun tembakau (Nicotiana tabaccum. L) memiliki efektivitas repelan.Kata kunci: : daun tembakau; ekstrak; lotion; repelan; ANOVA


PHARMACON ◽  
2019 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 214
Author(s):  
Eunike Suru ◽  
Paulina V. Y. Yamlean ◽  
Widya A Lolo

ABSTRACT Beluntas plants contain flavonoid compounds, which are know to have antibacterial activity. This study aims to make a formulate and test the physical stability of antibacterial cream prepared from Beluntas Leaf extract (Pluchea indica Less.) with three variations in extract concentrations of 5%, 10% and 15%, and  test the effectiveness of antibacterial against Propionibacterium acnes bacteria. The method of this research is experimental laboratory research. Beluntas leaves extract (Pluchea indica Less.) was obtained by maceration using 96% of ethanol and formulated into cream preparations with various extract concentrations. The result showed that Beluntas Leaf extract cream fulfilled the requirements of the physical properties of cream preparations, which included organoleptic test, homogeneity, pH, dispersion, adhesion, emulsion type and cycling test. On the result of antibacterial activity testing, the average diameter of the clear zone of prepared cream of Beluntas leaf extract was at concentration of 5%, 10% and 15%, respectively ie 6.16 mm, 7.83 mm, 10.16 mm. Based on the classification of antibacterial category, the inhibiting ability of the test bacteria by 5% and 10% cream was categorized as moderate, and 15% was categorized as strongly which is the most effective cream inhibiting the activity of Propionibacterium acnes. Keywords: Beluntas leaves, antibacterial cream, Propionibacterium acnes ABSTRAK            Tanaman Beluntas  merupakan salah satu tanaman  yang berkhasiat obat. Tanaman Beluntas mengandung senyawa flavonoid yang diketahui memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula dan uji stabilitas fisik sediaan krim antibakteri dari ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica Less.) dengan tiga variasi konsentrasi ekstrak yaitu 5%, 10% dan 15%, serta menguji efektivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Metode penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. Ekstrak daun Beluntas (Pluchea indica Less.) diperoleh dengan cara maserasi dengan pelarut etanol 96% dan diformulasikan menjadi sediaan krim dengan variasi konsetrasi ekstrak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krim ekstrak Daun Beluntas memenuhi persyaratan sifat fisik sediaan krim yang meliputi uji organoleptik, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat, tipe emulsi dan cycling test .Pada hasil pengujian aktivitas antibakteri, diameter rata-rata zona bening sediaan krim ekstrak daun beluntas pada konsetrasi 5%, 10% dan 15% berturut –turut yaitu 6,16 mm, 7,83 mm, 10,16 mm. Berdasarkan klasifikasi kekuatan daya antibakteri, maka kemampuan penghambatan bakteri uji oleh krim konsentrasi 5% dan 10% dikategorikan sedang, serta 15% dikategorikan kuat yang merupakan krim paling efektif menghambat aktivitas bakteri Propionibacterium acnes. Kata kunci : Daun Beluntas, krim antibakteri, Propionibacterium acnes.


2018 ◽  
Vol 02 (04) ◽  
pp. 290-294
Author(s):  
Judith Schreiber ◽  
Bernd Kaufmann ◽  
Michael Rauschmann ◽  
Kirsten de Groot

ZusammenfassungDas SAPHO-Syndrom ist eine seltene entzündliche Autoimmunerkrankung mit Befall von Haut, Gelenken und Knochen. Klassische Charakteristika der Erkrankung sind Gelenkentzündungen und Enthesitiden am axialen Skelett, an der ventralen Thoraxwand mit Enthesitis der Ligamenta costoclaviculares und Arthritiden der Sternocostalgelenke, Entzündungen von Wirbelkörpern und -gelenken, auch Bandscheiben und Iliosakralgelenken zusammen mit neutrophilen Dermatosen in Form von Acne conglobata, palmoplantarer Pustulose, Pyoderma gangraenosum u. a. Dazu können auch eine Osteitis und Osteomyelitis der Röhrenknochen (meist Femur oder Tibia) und Mono- oder Oligoarthritiden der unteren Extremitäten auftreten. Differenzialdiagnostisch sind Spondarthritiden und die chronisch rekurrierende multifokale Osteomyelitis nicht immer abzugrenzen.Radiologisch sind nach längerem Krankheitsverlauf Hyperostosen an betroffenen Gelenken, Wirbelkörpern und Röhrenknochen nachweisbar. Wie auch bei HLA-B27-assoziierten Spondylarthritiden kann es zu ankylosierenden Veränderungen der Iliosakralgelenke oder Wirbelsäule kommen. Für die Krankheitsentstehung spielen offenbar infektiöse Triggerfaktoren wie z. B. das Propionibacterium acnes eine Rolle, die zu einer überschießenden Immunantwort mit erhöhten Konzentrationen von IL-8, IL-18 und TNF-alpha i. S. führen. Die Entzündungen manifestieren sich dann in Form von sterilen Pseudoabszessen mit Infiltraten neutrophiler Granulozyten hauptsächlich im Bereich der Haut, am axialen Bewegungsapparat und z. T. an den unteren Extremitäten. Zur Diagnostik können im Frühstadium (Krankheitsbeginn < 3 Monate) MRT, Skelettszintigrafie und Gelenksonografie eingesetzt werden. In späteren Stadien finden sich typische Hyperostosen und Sklerosierungen in konventionellen Röntgenaufnahmen. Therapeutisch werden in erster Linie NSAR, bei längerfristig aktiven Arthritiden auch Colchicin oder klassische synthetische DMARDS wie Methotrexat, Sulfasalazin und Leflunomid eingesetzt. In der Behandlung der Osteitis sind gute Erfolge mit Bisphosphonaten erzielt worden. Des Weiteren haben sich TNF-alpha-Inhibitoren als längerfristig gut wirksam auf Haut- und Gelenkmanifestationen erwiesen.


2019 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 44-50
Author(s):  
Rinaldi Daswito ◽  
Rima Folentia ◽  
M Yusuf MF

One of the diseases that can be transmitted by flies is diarrhea. Green betel leaf contains essential oils, chavicol, arecoline, phenol, and tannins which function as plant-based insecticides. This study aimed to determine the effectiveness of green betel leaf extract (Piper betel) as a plant-based insecticide on the number of mortality of house flies (Musca domestica). The research was an experimental study used After Only Design used the One Way Anova test with a 95% confidence level. The samples used were 360 ​​house flies. Each treatment of 30 house flies with 4 repetitions and used three concentrations of green betel leaf extract (25%, 50%, 75%). The study was conducted at the Chemistry and Microbiology Laboratory of Health Polytechnic Tanjungpinang, while the location of the fly collection was at the Tokojo Garbage Collection Station in Bintan Regency. The number of mortality of house flies at a concentration of 25% was 81 heads (67.5%), 50% concentrations were 93 heads (77.5%), and at a concentration of 75% were 103 heads (85.83%). There was an effect of green betel leaf extract on the mortality of house flies (p-value 0.0001 <0.05) with the most effective concentration of 75%. Further research is needed to obtain a finished product utilizing green betel leaf extract as a vegetable insecticide, especially in controlling the fly vector. Need further research on the use of green betel leaf extract as a vegetable insecticide controlling the fly vector by taking into account the amount of spraying and the age of the fly.   Keywords: Green betel leaf extract , organic insecticide, houseflies


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document