scholarly journals HUBUNGAN MEDIA KOMUNIKASI DENGAN AKTIVITAS SEKSUAL BERISIKO PADA REMAJA LAKI-LAKI DI MADRASAH ALIYAH NEGERI KOTA LHOKSEUMAWE

2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 442-450
Author(s):  
Rosyita Rosyita ◽  
Nova Sumaini Prihatin ◽  
Hendrika Wijaya Kartini Putri

Based on WHO (World Health Organization) data showing nearly 43 million more (18.3%) of the total population is teenagers. The famous issues among teenagers one of them related to sexual behavior. The purpose of this study to analyze the relationship of communication media  with risky sexual activity in adolescent boys in MAN of  Kota Lhokseumawe in 2018. This research uses mixed methods with cross sectional design on quantitative research and sequential explanatory strategy in qualitative research. The population in this research are students of class X and XI a number of 120 students. The sample that used for quantitative research is total population while for qualitative research is 18 people with inclusion and exclusion criteria. Collecting data on quantitative research is by distributing questionnaires while in qualitative research with in-dept interview and Focus Group Discussion (FGD). Analysis of bivariate data using chi square test. Qualitative data analysis is done by Thematical Analysis.The result of bivariate analysis about communication media obtained result p value = 0,000, RP = 2,519. The result of indept-interview is found that besides communication media factor to risky sexual activity such as peer factor, parents, faith and drug users. It is expected that policy makers should increase supervision over existing school rules.   Abstrak Berdasarkan data WHO (Word Health Organization) menunjukkan hampir 43 juta jiwa lebih (18,3%) dari keseluruhan total jumlah penduduk adalah remaja. Masalah yang menonjol dikalangan remaja salah satunya terkait dengan perilaku seksual. Tujuan penelitian ini menganalisis hubungan media komunikasi dengan aktivitas seksual berisiko pada remaja laki-laki di MAN Kota Lhokseumawe tahun 2018. Penelitian ini menggunakan mixed methods dengan desain cross sectional pada penelitian kuantitatif dan strategi sequential explanatory pada penelitian kualitatif. Sampel yang digunakan untuk penelitian kuantitatif sejumlah 120 orang dan untuk penelitian kualitatif berjumlah 18 orang. Pengumpulan data pada penelitian kuantitatif dengan cara penyebaran kuesioner sedangkan pada penelitian kualitatif dengan cara indept interview dan Focus Group Discussion (FGD). Analisis data bivariat menggunakan uji chi square. Analisis  data kualitatif dilakukan degan cara Thematical Analysis. Hasil analisis bivariat tentang media komunikasi diperoleh hasil p value =0,000, RP=2,519, hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan media komunikasi dengan aktivitas seksual berisiko. Hasil indept-interview didapatkan bahwa selain faktor media komunikasi terdapat faktor lain yang berhubungan dengan aktivitas seksual berisiko yaitu faktor teman sebaya, orang tua, keimanan dan pengguna NAPZA. Diharapkan kepada pengambil kebijakan untuk lebih meningkatkan pengawasan terhadap peraturan yang sudah berlaku disekolah.

2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 1065
Author(s):  
Ferinawati . ◽  
Marjuani .

AbstrakLatar Belakang : World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 memperkirakan di seluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Di Asia ruptur perineum dalam masyarakat, 50% dari kejadian ruptur perineum di dunia. Tujuan : Untuk mengetahui Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Ruptur  Perineum Pada Ibu Persalinan Normal di BPM Hj. Rosdiana, S.SiT Kecamatan Jeunieb Kabupaten Bireuen. Metode : Penelitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di BPM Hj. Rosdiana, S.SiT Kecamatan Jeunib Kabupaten Bireuen. Populasi dalam  penelitian  ini  seluruh ibu nifas berusia 0-44 hari yang melakukan persalinan normal di BPM Hj. Rosdiana, S.SiT sebanyak 36 orang dengan teknik pengambilan sampel total population yaitu seluruh populasi dijadikan sampel. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer dan  sekunder dan diolah ke dalam analisis univariat dan bivariat. Hasil : Berdasarkan hasil penelitian dengan uji statistik chi square yang telah dilakukan pada bulan agustus 2020 menunjukkan ada hubungan antara berat badan bayi lahir dengan kejadian ruptur perineum (nilai p value 0,000), tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum (nilai p value 0,377) dan tidak ada hubungan antara jarak kelahiran dengan kejadian ruptur perineum (nilai p value 0,289). Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara berat badan bayi lahir dengan kejadian ruptur  perineum, Tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas dan jarak kelahirak dengan kejadian ruptur di BPM Hj. Rosdiana, S.SiT Kecamatan Jeunib Kabupaten Bireuen. Diharapkan kepada BPM Hj.Rosdiana, S.SiT agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, bidan juga diharapkan dapat bekerja sama dengan ibu dalam proses persalinan dan lebih memperhatikan faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi kejadian ruptur perineuem sehingga kejadian ruptur perineum dapat dicegah. Kata kunci            : Berat Badan Bayi Lahir, Paritas, Jarak Kelahiran, Ruptur Perenium


2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 182-189
Author(s):  
Endriyani Syafitri ◽  
Suyanti Suwardi

Pendahuluan: Perdarahan Antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Perdarahan khususnya akibat plasenta previa 15-20% menyebabkan  kematian ibu. World Health Organization (WHO) 2014 menyebutkan bahwa angka kematian ibu diperkirakan seluruh dunia lebih dari 585 ribu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Berdasarkan persentase penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan  periode tahun 2016-2017 didapatkan sekitar 42,1% yang mengalami plasenta previa. Tujuan: untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan plasenta previa di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Tahun 2016-2017. Metode: Jenis penelitian ini bersifat survei analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini sebanyak 54 ibu hamil yang mengalami plasenta previa. Pengambilan sampel menggunakan total population. Variabel independen adalah riwayat persalinan, riwayat abortus dan usia ibu, variabel dependen adalah plasenta previa dengan alat ukur yang digunakan adalah rekam medik status, riwayat persalinan, riwayat abortus, plasenta previa dan di analisis Chi-square. Hasil: dari hasil uji chi-square, untuk variabel riwayat persalinan didapatkan nilai p-value=0,041 (p<0,05), dan variabel riwayat abortus di dapatkan nilai p-value=0,032 (p<0,05), dan variabel usia ibu didapatkan nilai p-value = 0,004 (p<0,05). Kesimpulan: ada hubungan faktor riwayat persalinan dengan plasenta previa, ada hubungan faktor riwayat abortus dengan plasenta previa, ada hubungan faktor riwayat usia ibu dengan plasenta previa. Introduction: Antepartum hemorrhage is bleeding that occurs after 28 weeks of pregnancy. Bleeding especially due to placenta previa 15-20% causes maternal death. The 2014 World Health Organization (WHO) states that the maternal mortality rate is estimated to be more than 585 thousand worldwide dead each year during pregnancy or childbirth. Based on the percentage of research in H. Adam Malik General Hospital Medan in 2016-2017, it was found that 42.1% had placenta previa. The purpose of theresearch was to determine the correlated factors with placenta previa at  H. Adam Malik General Hospital Medan in 2016-2017. Method: The type of the research was analytic survey with cross sectional design. The population was 54 pregnant women who had placenta previa. The sampling technique used total population. The independent variable was the history of labor, history of abortion, and maternal age. The dependent variable was placenta previa with the measuring instruments used were medical status records, history of labor, history of abortion, placenta previa and Chi-square analysis. Results: The results showed that the variables of childbirth history obtained p-value = 0.041 (p <0.05), and the history of abortion was p-value = 0.032 (p <0.05), and the maternal age variables obtained p-value = 0.004 (p <0.05). Conclusion: there was a correlation between the history of birth factors and placenta previa,  the history of abortion and placenta previa, and the history of maternal age and placenta previa.


Author(s):  
Dini Kesumah Dini Kesumah

ABSTRACT According to World Health Organization Health Organization (WHO) in 2005 showed 49% of deaths occur in children under five in developing countries. Nutritional problems can not be done with the medical and health care approach alone. Causes related to malnutrition that maternal education, socioeconomic families, poor environmental sanitation, and lack of food supplies. This study aims to determine the relationship between education and socioeconomic status of families with nutrition survey using a cross sectional analytic approach, with a population of all mothers of children under five who visited the health center in Palembang Keramasan Accidental sampling Sampling the number of samples obtained 35 respondents. Variables include the study independent and dependent variables and univariate analysis using Chi-Square test statistic with a significance level α = 0.05. The results from 35 respondents indicate that highly educated mothers earned as many as 16 people (45.7%), and middle and upper income families as many as 12 people (34.3%) and bivariate test results show that highly educated respondents toddler nutritional status good for 81.3% (13 people) is larger than the less educated respondents balitanya good nutritional status 26.3% (5 persons) as well as respondents who have middle and upper socioeconomic families with good nutritional status of children at 91.7% ( 11 people) is larger when compared to respondents who have family socioeconomic medium with good nutritional status of children at 30.4% (7 people). Statistical tests show that education has a significant relationship with nutritional status of children P value = 0.004 and socioeconomic families have a meaningful relationship with nutritional status of children P value = 0.002. Based on the results of the study suggested the health professionals in the health center should further improve the education, information about the importance of nutrition to the development of the child in the mothers through the selection and processing of good food and a good diet through health centers and integrated health.   ABSTRAK  Menurut badan kesehatan World Health Organization (WHO) tahun 2005 menunjukkan 49% kematian yang terjadi pada anak dibawah umur lima tahun di negara berkembang. Masalah gizi ini tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab yang berhubungan dengan kurang gizi yaitu pendidikan ibu, sosial ekonomi keluarga, sanitasi lingkungan yang kurang baik,dan kurangnya persediaan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan sosial ekonomi keluarga dengan status gizi balita dengan menggunakan metode survei analitik pendekatan secara Cross Sectional, dengan populasi semua ibu yang memiliki anak balita yang berkunjung ke Puskesmas Keramasan Palembang dengan pengambilan sampel secara Accidental Sampling diperoleh jumlah sampel 35 responden. Variabel penelitian meliputi variabel independen dan dependen serta analisis univariat menggunakan uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 35 responden didapatkan ibu yang berpendidikan tinggi sebanyak 16 orang  (45,7%), dan keluarga yang berpenghasilan menengah keatas sebanyak 12 orang (34,3%) dan hasil uji bivariat menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan tinggi status gizi balitanya baik sebesar 81,3% (13 orang) lebih besar bila dibanding responden yang berpendidikan rendah status gizi balitanya baik 26,3% (5 orang) serta responden yang mempunyai sosial ekonomi keluarga menengah keatas dengan status gizi balita baik sebesar 91,7% (11 orang) lebih besar bila dibanding responden yang mempunyai sosial ekonomi keluarga menengah kebawah dengan status gizi balita baik sebesar 30,4% (7 orang). Uji statistik menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi balita P value = 0,004 dan sosial ekonomi keluarga mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi balita P value = 0,002. Berdasarkan hasil penelitian disarankan pada petugas kesehatan di Puskesmas hendaknya lebih meningkatkan penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya gizi terhadap tumbuh kembang anak pada ibu-ibu melalui cara pemilihan dan pengolahan bahan makanan yang baik serta pola makanan yang baik melalui kegiatan Puskesmas dan Posyandu.


Author(s):  
Leny Leny

ABSTRACT Prenatal care is health care by health personnel to care the pregnant according to standards. Worlrd Health Organization (WHO) estimates more than 500.000 women die during pregnancy or childbirth. Maternal mortality in Indonesia is 307 per 100,000 live births. The quantity of pregnant women’s visit in Kabupaten Banyuasin in 2009 of 89.1%. The purpose of this study to determine the relationship between education and occupation with prenatal care at Puskesmas Mariana  Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin in 2011. This study uses analytic approach survey by Cross Sectional methods, the population are 1.946 pregnant women and the samples as many as 332 people. The results of univariate analysis study of pregnant women who are higher education as much as 45.2%, and  low maternal education as much as 54.8%. In pregnant women who work of 43.4%, and pregnant women who do not work for 56.6%. From the results of bivariate analysis and Chi-Square statistical tests found a significant association between education of pregnant women with prenatal care with P Value = 0.000, and there was a significant association between occupation of pregnant women with prenatal care with P Value = 0.000. Can be concluded that there is a relationship between education and occupation of pregnant women with prenatal care. Expected to health workers to provide counseling on the importance of prenatal care in pregnant women and expected future studies may explore again the factors associated with prenatal care with the different variables.   ABSTRAK Pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk memeriksakan ibu hamil sesuai standar. World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 500.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. AKI di Indonesia 307 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah kunjungan ibu hamil di Kabupaten Banyuasin tahun 2009 sebesar 89,1%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan pekerjaan dengan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Mariana Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin tahun  2011. Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional, populasi ibu hamil dengan jumlah 1.946 orang dan jumlah sampel sebanyak 332 orang. Hasil penelitian Analisa Univariat adalah ibu hamil yang pendidikan tinggi sebanyak 45,2%, dan pendidikan rendah ibu hamil sebanyak 54,8%. Pada variabel pekerjaan ibu hamil yang bekerja sebesar 43,4%, dan ibu hamil yang tidak bekerja sebesar 56,6%. Dari hasil analisa bivariat dan uji statistik Chi-Square  didapatkan hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu hamil dengan pemeriksaan kehamilan dengan  P Value = 0,000, dan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu hamil dengan pemeriksaan kehamilan dengan P Value = 0,000. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dan pekerjaan ibu hamil dengan pemeriksaan kehamilan. Diharapkan kepada petugas kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan pada ibu hamil dan diharapkan penelitian yang akan datang dapat menggali lagi faktor-faktor yang berhubungan dengan pemeriksaan kehamilan dengan variabel yang berbeda.


2019 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
Author(s):  
Dina Ardyana ◽  
Erma Puspita Sari

Latar belakang: Berdasarkan data World Health Organization (WHO) setiap tahunnya kira-kira 3%(3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia,hampir 1 juta bayi ini meninggal. Di Amerika diperkirakan 12.000 bayi meninggal atau menderita kelainan akibat asfiksia perinatal.Sebagian kasus Asfiksia Neonatorum pada bayi baru lahir merupakan kelanjutan dari asfiksia intrauterin. Maka dari itu,diagnosa dini pada penderita Asfiksia merupakan arti penting dalam merencanakan resusitasi yang akan dilakukan.Setelah bayi lahir, diagnosa asfiksia dapat dilakukan dengan menetapkan nilai APGAR. Tujuan: diketahuinya hubungan lilitan tali pusat,partus lama dan plasenta previa dengan kejadian Asfiksia neonatorum di Rumah Sakit “P” Palembang Tahun 2018. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian seluruh ibu bersalin di zal kebidanan di Rumah Sakit “P” Palembang pada tahun 2018 yang berjumlah 820 orang. Hasil: Hasil analisis univariat diketahui yang mengalami asfiksia neonatorum sebanyak 20 responden (22,5%),yang mengalami plasenta previa sebanyak 15 responden(16,9%),yang mengalami partus lama sebanyak 20 responden (22,5%) dan yang mengalami lilitan tali pusat sebanyak 27 responden (30,3%).Sedangkan hasil uji chi square menunjukan ada hubungan plasenta previa dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan p value = 0,000,ada hubungan partus lama dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan p value = 0,000,dan ada hubungan lilitan tali pusat dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan p value = 0,000. Saran: kepada Pimpinan Rumah Sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya mengenai bahaya asfiksia neonatorum. Kata kunci : Lilitan Tali Pusat,Partus Lama,Plasenta Previa,Asfiksia Neonatorum


2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 293
Author(s):  
Herdianti Herdianti ◽  
Tatik Maryana

<p><em><em>Background: In Batik Mawar, almost all work is done manually using the hands and upper arms on a continuous basis combined with the rigor of work and the use of traditional tools. The work has a heavy workload because all the work process is done by the same craftsman causing fatigue besides that the worker also have double role. The purpose of this study is to determine the relationship between workload and dual role with feelings of fatigue on craftsmen batik roses.Method: This research is Quantitative research with Cross Sectional research design. The population in this study are all artisans in Batik Mawar. Sampling in this study using total sampling technique with the number of research samples as many as 40 respondents. Data analysis used by Univariat and Bivariat.Result: Result of data analysis using Chi-Square test for work load got value p-Value = 0,001. The result of data analysis using Chi-square test for double role got p-value = 0,031. Thus it is concluded that there is a meaningful relationship between workload and dual role with feeling tired. We recommend that craftsmen wash clothes 2 times a day, cook ready meals, other than together in completing the work at home</em></em></p><p><em><br /></em></p><p><em>Di Batik Mawar, hampir semua pekerjaan dikerjakan secara manual menggunakan tangan dan lengan atas secara berkesinambungan yang dikombinasi dengan ketelitian kerja dan penggunaan alat-alat tradisional. Pekerjaan mempunyai beban kerja yang berat dikarenakan semua proses kerja dilakukan oleh pengrajin yang sama sehingga menimbulkan kelelahan</em><em> disamping itu pekerjanya juga memiliki peran ganda</em><em>.</em><em> Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan beban kerja dan peran ganda dengan perasaan lelah pada pengrajin batik mawar.Metode: </em><em>Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif dengan desain penelitian Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pengrajin di Batik Mawar. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 40 responden. Analisis data yang digunakan Univariat dan Bivariat.</em><em>Hasil: </em><em>Hasil analisis data yang menggunakan uji Chi-Square untuk beban kerja didapatkan nilai p-Value = 0,001. Hasil analisis data yang menggunakan uji Chi-square untuk peran ganda didapatkan nilai p-value= 0,031. Dengan demikian  disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara beban kerja dan peran ganda dengan perasaan lelah.Sebaiknya pengrajin mencuci pakaian 2 kali sehari, memasak makanan siap saji, selain itu dengan cara bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dirumah.</em><em></em></p><strong><em></em></strong>


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 57
Author(s):  
Jumiati Jumiati

Pendahuluan : Abortus menjadi masalah yang penting dalam kesehatan masyarakat karena berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas maternal. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2016, sekitar 830 wanita meninggal akibat komplikasi terkait kehamilan di seluruh dunia setiap hari. Selama 2010–2014, diperkirakan 56 juta abortus terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Tujuan : untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan abortus di RSU Mutia Sari Duri periode 2017. Metode : penelitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami abortus di RSU Mutia Sari Duri periode 2017 yang berjumlah 86 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling  yaitu seluruh populasi. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik Chi-square. Hasil : data yang diperoleh dari hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan jarak kehamilan dengan abortus didapat hasil p value 0,04 (p<0,05), tidak ada hubungan usia dengan abortus didapat hasil p value 0,48 (p>0,05), ada hubungan paritas dengan abortus didapat hasil p value 0,03 (p<0,05), dan ada hubungan pekerjaan dengan abortus didapat hasil p value 0,04 (p<0,05).Kesimpulan : penelitian ini adalah ada hubungan jarak kehamilan, paritas dan pekerjaan ibu hamil dengan abortus dan tidak ada hubungan usia ibu hamil dengan abortus di RSU Mutia Sari Duri periode 2017.


Author(s):  
Bina Aquari Bina Aquari

ABSTRAK   Kontrasepsi Hormonal sebagai salah satu alat Kontrasepsi meningkat dan tajam. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, Pengguna alat kontrasepsi suntik yaitu 35,3%, pil yaitu 30,5%, IUD yaitu 15,2%, Implant 7,3%, dan 11,7% Kontrasepsi lainnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan peningkatan berat badan dan ketidakteraturan siklus haid dengan KB suntik pada akseptor KB di Puskesmas Pembina Palembang Tahun 2018.Rumusan masalah penelitian ini adalah hubungan antara umur dan pengetahuan akseptor tentang KB Suntik di Puskesmas Pembina Palembang Tahun 2018.Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan dengan kuesioner.Uji Statistic yang dipakai adalah Uji Chi-Square. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 62 orang dan seluruh Populasi dijadikan sampel. Dari hasil analisa univariat responden yang memakai KB Suntik lebih besar yaitu sebanyak 36 orang (58,1%), dan 26 orang (41,9%) yang tidak memakai KB Suntik. Responden yang berat badannya meningkat memakai kontrasepsi sebanyak 33 orang (53,2%), sedangkan responden yang berat badannya tidak meningkat sebanyak 29 orang (46,8%) dibandingkan dengan responden yang siklus haidnya tidak teratur adalah sebanyak 32 orang (51,6%). Hasil analisa statistik dengan menggunakan Uji Chi-Square dengan df = 1 ada hubungan yang bermakna peningkatan berat badan dengan KB Suntik pada akseptor KB diperoleh p value (0.006) lebih kecil dari (0,05) dan ada hubungan yang bermakna ketidakteraturan siklus haid dengan KB suntik pada akseptor KB diperoleh p value (0,011) lebih kecil dari (0,05). Saran agar petugas kesehatan meningkatkan kinerja dan sistem informasi mengenai masalah yang berhubungan dengan pemakaian KB Suntik.       ABSTRACT   The hormonal contraception as becoming on of the contraceptions tools which is increasing sharply. Based on world Health Organitation (WHO) the user of injected contraception is 35,3%, pill 30,5%, IUD 15%, implant 7,3%, and 11,7% for another contraception. The purpose of this research is for knowing wheter there is the increasing of weight and the irregular of monthly period with injected contraception for the acceptor at Puskesmas Pembina Palembang in 2014. The main case of this research is the relationship between the increasing of the weight and the irregular monthly period at Puskesmas Pembina Palembang in 2014. This research using analytic survey with cross sectional closing yhat was done by using questioner, the statistic test which take is Chi-Square test. The population in this reseacrh are 62 peoples, and all off them as becoming the sample from the result of respondent univariat analyze whom using the injected contraception in bigger that is exactly 36 people (58,1%) and 26 people (41,9%) whom do not using it. The respondent with their weight is increasing because of using contraception is 33 people (53,2%), while the respondent whom the weight do not increasing is 29 people (46,8%), when we compare with the respondent whom the monthly period is irregular are 32 people (51,6%). The result for statistic analyze by using the Chi-Square test with the df = 1 says that there is a significant relationship between the weight increasing with the injected contraception for the acceptor we get p value (0,006) is smaller than (0,05) and there is significant relationship between the injected contraception for the acceptor we get p value (0,011) with is smaller than (0,05). The sugestion of the health workes to increasing the performance the information sistem about the problem that is connected with the inject contraception using


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 71
Author(s):  
Nurun Nimah ◽  
Anik Puji Rahayu ◽  
Aries Abiyoga

ABSTRACTBackground: Dysmenorrhea is a painful sensation, cramping in the lower abdomen which is often accompanied by other symptoms, such as sweating, headache, nausea, diarrhea, and tremors, all of which occur before or during menstruation. Teenage girls who experience dysmenorrhea can interfere with social or physical activities because when they are in pain, sufferers tend to be silent and even don't want to interact with other people, they tend to be more emotional. Emotional embodiment part of what a woman feels, a reaction to a certain event or situation. Emotional status and dysmenorrhea in women is a conscious experience that influences bodily activities and is psychologically able to influence a woman's emotions. Objective: To identify emotional status and to analyze the relationship between emotional status and the degree of dysmenorrhea in young girls. Methods: Quantitative research, descriptive analytic research design with cross sectional research design with proportionate stratified random sampling technique, the sample of this study was 54 students of class X SMKN 12 Loa Buah Samarinda who experienced dysmenorrheaResults: Variable emotional status obtained positive emotional classification 33 (61, 1%) and negative emotions 21 (38.9%) respondents. Variable The degree of dysmenorrhea was classified as mild 35 (64.8%), moderate 12 (22.2%), severe 5 (9.3%) and unbearable 2 (3.7%). The test used Pearson Chi-square results obtained P value = 0.402, the significant level (α) is 0.05, then p> from α. This result means that Ho is accepted, there is no relationship between emotional status and the degree of dysmenorrhea in young girls at SMKN 12 loa buah samarinda. Conclusion: There is no relationship between emotional status and the degree of dysmenorrhea in adolescents at SMKN 12 Loa Buah Samarinda


2021 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 388
Author(s):  
Yuniati Yuniati

Latar belakang: Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013, Setiap tahunnya sebanyak 600 juta penderita baru malaria dilaporkan dari seluruh dunia, terutama anak-anak dan perempuan hamil dengan angka kematian lebih dari 3 juta jiwa. Diperkirakan 41% penduduk dunia bermukim di daerah berisiko tinggi terinfeksi penyakit malaria terutama di negara tropis dan subtropis. Tujuan; Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efektivitas praktik pencegahan dan kondisi lingkungan rumah dengan penyakit  malaria di wilayah kerja Puskesmas Silau Laut Kecamatan  Silau Laut  Kabupaten Asahan. Metode; Penelitian ini menggunakan desain penelitian survei analitik dengan pendekatan croos sectional, peneliti mengambil sampel menggunakan total population yaitu populasi dalam penelitian ini adalah seluruh responden  yang  menderita penyakit malaria sebanyak 35 orang. Kemudian data diolah menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat. Hasil; Hasil penelitian dari 35 responden yang melakukan praktik pencegahan diketahui bahwa hasil uji statistik Chi-Square didapatkan p value (0,002) <0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan praktik pencegahan dengan penyakit malaria dan hasil uji statistik chi-square kondisi lingkungan rumah didapatkan p value (0,002) < 0,05 hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan efektivitas praktik pencegahan dan kondisi lingkungan rumah dengan penyakit  malaria di wilayah kerja Puskesmas Silau Laut Kecamatan  Silau Laut  Kabupaten Asahan. Kesimpulan; ada hubungan efektivitas praktik pencegahan dan kondisi lingkungan rumah dengan penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Silau Laut Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan Tahun 2019.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document