scholarly journals ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DALAM MENINGKATKAN PENJUALAN DI TOKO INSTITUT SHANTI BHUANA

2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 93-101
Author(s):  
Novera Gladis ◽  
Veneranda Rini Hapsari

Dalam dunia bisnis terdapat banyak hal yang menjadi fokus para pembisnis, salah satunya adalah fokus pada pelanggan dan peningkatan penjualan yang menjadi aspek penting untuk diperhatikan. Dalam perkembangannya persaingan yang ketat menuntut para pembisnis memahami kondisi pasar serta memikirkan strategi untuk dapat meningkatkan penjualan dalam bisnis yang dijalankan. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis strategi pemasaran dalam meningkatkan penjualan di toko Institut Shanti Bhuana. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Institut Shanti Bhuana Bengkayang, adapun subjek pada penelitian ini adalah 5 orang mahasiswa pengelola Toko Shanti Bhuana dan 3 orang konsumen. Data penelitian diperoleh dari hasil data primer dan data sekunder dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil Penelitian yang diperoleh dari obervasi, wawancara dan dokumentasi menunjukan bahwa penjualan yang ada di Toko Shanti Bhuana mengalami ketidakstabilan pada 3 tahun terakhir, dimana pada setiap bulannya mengalami peningkatan dan penurunan yang cukup drastis. Dengan demikian, Strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh Toko Shanti Bhuana adalah Strategi 7P dalam bauran pemasaran, yaitu Price, Product, Place, Promotion, Process, People, dan Physical Evidence yang dapat meningkatkan penjualan di Toko Shanti Bhuana.

2019 ◽  
Vol 11 (2B) ◽  
pp. 47
Author(s):  
Asna Manullang ◽  
Debih Arliana

Tingkat pencapaian minat nasabah untuk memiliki kartu kredit BCA dipengaruhi oleh delapan kelompok variabel yang dikenal sebagai 8P yaitu Product, Price, Place, Promotion, Process, Physical evidence, People dan Produktivity and quality. Penelitian dilakukan di PT.Bank Central Asia, Jalan Mangga Besar Raya No. 128 Jakarta Pusat. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor minat nasabah memiliki kartu kredit BCA. Penelitian ini menggunakan 2 metoda yaitu metoda deskriptif yaitu mengembangkan produk dan jasa yang sudah ada dan analisa kuantitatif dibagi menjadi dua analisa yang pertama analisa uji validitas dan analisa uji reabilitas. Data yang dianalisa yaitu analisis faktorfaktor yang menjadi daya tarik konsumen untuk memiliki kartu kredit BCA dapat dihitung dan diteliti langsung, data dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 16.0. Responden telah mengisi 33 pertanyaan yang disebut dengan variabel dengan nilai skor dan dibagi berdasarkan kelompok sebagai faktornya. Hasil analisis dapat disimpulkan daya tarik konsumen untuk memiliki kartu kredit BCA ada 7 faktor utama. Faktor pertama Produk dengan nilai varians (11,74), faktor ke dua adalah Harga dengan nilai varians (10,73%), faktor ke tiga adalah Distribusi dengan nilai varians (8%), faktor ke empat adalah Promosi dengan nilai varians (7,77%), faktor ke lima adalah Proses dengan nilai varians (6,75%), faktor ke enam adalah Fisik dengan nilai varians (6,28%) dan faktor ke tujuh adalah Kualitas dengan nilai varians (5,76%). Faktor produk merupakan faktor yang paling mempengaruhi konsumen untuk memiliki kartu kredit BCA. Faktor ini dapat menerangkan keragaman data (varians) sebesar 11,74%. Dari beberapa analisis yang diperoleh bahwa faktor produk sangat berpengaruhi positif terhadap keputusan konsumen dalam memiliki kartu kredit BCA karena konsumen menginginkan produk yang baik agar dapat mempermudah transaksi dimana saja dan kapan saja. Kata Kunci: BCA, kartu kredit, Keputusan Nasabah


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 100-104
Author(s):  
Sri Nitta atmaja Crissiana Wirya Atmaja ◽  
Listya Sugiyarti, Nur Asmilia, Siti Hanah

‘Bakulan’ (pedagang) Dusun Somodaran Yogyakarta memanfaatkan keahlian mereka seperti membuat kue donat dan lain-lain belum mengaplikasikan strategi pemasaran dengan sempurna, yang dikarenakan kekurangan pengetahuan di bidang tersebut. Dusun Somodaran adalah salah satu wilayah yang berada di kelurahan Banyuraden Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman Propinsi Yogyakarta, dimana masyarakatnya yang kebanyakan adalah petani dan ‘bakulan’ kecil-kecilan. Metode yang digunakan berupa ekspositori yaitu penyampaian materi secara verbal dan inquiry, pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis terkait keilmuan strategi pemasaran. Kegiatan Pengabdian Masyarakat menghasilkan bertambahnya keilmuan strategi pemasaran bagi para pedagang ‘bakulan’, Bagaimana cara mengimplementasikan 7P (Product, Price, Place, Promotion, Process, People, physical evidence) dalam mengembangkan ‘bakulan’ kecil-kecilan tersebut. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat diharapkan dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi para dosen/peneliti selanjutnya yang akan melakukan kegiatan yang sama dan berkelanjutan, ilmu yang diberikan dapat bermanfaat bagi masyarakat, akademisi dan penulis selanjutnya.  Kata Kunci: strategi pemasaran, Bauran Pemasaran


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 126
Author(s):  
Inten Larasaty

Keberadaan museum selama ini sering dianggap hanya sebagai tempat memamerkan koleksi budaya maupun sejarah saja, padahal sebenarnya dapat menjadi alternatif yang menarik untuk dikunjungi wisatawan. Kesan membosankan yang menjadi polemik di berbagai museum di Indonesia harus ditepis dengan melakukan strategi pemasaran yang tepat. Salah satunya yaitu UPT Museum Balanga yang merupakan museum budaya di Kota Palangkaraya. Museum Balanga selain memiliki tempat yang strategis juga memiliki keunikan dari berbagai koleksi yang menunjukkan siklus hidup suku Dayak. Kenyataannya dari data pengunjung yang dihasilkan pada setiap tahun ternyata masih belum mencapai peningkatan yang maksimal. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif dengan menggunakan analisis SWOT. Tahap penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data, kemudian tahap analisis dengan membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan, dan yang terakhir yaitu tahap penetapan strategi berdasarkan marketing mix 7p yaitu product, price, place, promotion, process, people, dan physical evidence. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis kelebihan dan kekurangan pada UPT Museum Balanga serta memformulasikan strategi pemasaran yang tepat untuk meningkatkan daya tarik dan jumlah pengunjung lokal maupun mancanegara. Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa UPT museum balanga perlu meningkatkan servis excellence dengan melakukan training dan menetapkan standar operasional pegawai, pembenahan terhadap interior dan eksterior desaign, melengkapi berbagai fasilitas penunjang seperti ruang multimedia, cafe dan lainnya, serta meningkatkan promosi dengan memanfaatkan berbagai media sosial dan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait.The existence of museums has often been considered only as a place to display cultural and historical collections, when in fact it can be an interesting alternative place for tourists to visit. The boring impression that became polemic in various museums in Indonesia must be erased by carrying out the right marketing strategy. One of them is UPT Museum Balanga which is a cultural museum in Palangkaraya City. Besides having a strategic place, Balanga Museum also has uniqueness on various collections that shows the life cycle of Dayak tribe. But the fact is that the visitor data generated each year has not yet reached the maximum increase. This research was conducted with a descriptive qualitative approach using SWOT analysis. The research stage is carried out by collecting data, then the analysis phase by comparing the external factors of opportunity and threat with the internal factors of strengths and weaknesses. In the last step to support the SWOT analysis, the writer uses marketing mix 7p, which are product, price, place, promotion, process, people, and physical evidence. The purpose of this study is to analyze the strengths and weaknesses of the UPT Museum Balanga and formulate an appropriate marketing strategy to increase the attractiveness and the amount of local and foreign visitors. The results of this study indicate that the UPT Museum Balanga needs to improve service excellence by conducting training and establishing operational standards for employees, improving the interior and eksterior design, equipping various supporting facilities such as multimedia rooms, cafes and others, and increasing promotion by utilizing various social media and collaborating with related parties.


Nowadays travel is not only for leisure time but it is also for business purposes, such as Meetings, Incentives, Conventions and Exhibitions (MICE) activity. The MICE activity is a form of tourism travel in which groups of people, usually plan well in advance for a particular purpose. The industry of MICE is growing rapidly and this results in an intensified competition among the event venues that are keen to attract more meetings and conventions. Challenges and trends of convention centers are faced by the Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC). It is because of an increased number of venues and meeting space. This research uses descriptive qualitative analysis. Data were collected through interviews, observation, and documentation of the product, price, place, promotion, process, people and physical evidence as 7P marketing mix of BNDCC. The collected data were then analyzed and evaluated according to the 7P marketing mix and select the improvements which can be done. The conclusion of this research is the 7P marketing mix used in the events section of BNDCC is good. There is one element, people, as part of the marketing mix, which is limited. Improvements can be done by improving sales team performance. The team is important to communicate the product and meet the individual needs of the person experiencing it. Keywords: MICE Industry, Marketing Mix, Event Venue, Convention Center


2018 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 283-296
Author(s):  
Evelyn Wijaya ◽  
Puspa Marantika Ariyani

Right now the amount of bank in Indonesia has reached 115 bank (OJK). Increasing number of bank has impact to increasing level of competition. Marketing becomes one of important activity in the company to keep the company existency to develop and get a profit. This research aims to test the influence of service marketing mix (product, price, place, promotion, process, people and physical evidence) on customer saving decision at PT Bank Mayapada International Tbk Cabang A.Yani Pekanbaru. The sample used are 100 respodents by using accidental sampling method. The data analyzed using multiple linear regression. The result showed that product, place, process and person has a significant effect on customer saving decision whereas price, promotion and physical evidence has no significant effect to customer saving decision at PT Bank Mayapada International Tbk Cabang A.Yani Pekanbaru. Keywords: Product, Price, Place, Promotion, Process, Person, Physical Evidence and Customer Saving Decision.


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 110-124
Author(s):  
Djesika Djesika ◽  
Suardi Suardi ◽  
Nirwan Nirwan

This study aims to determine the effect of the service marketing mix on consumer decisions to visit the Tanjung Karang coastal tourism object in Donggala Regency. The independent variables used in this study are product / service, price, place, promotion, person, process, and physical evidence. While the dependent variable is the decision to visit (Y). This type of research is quantitative. The research method is descriptive causal. The sample used in this study were 80 respondents with the sampling form using accidental sampling technique. Multiple linear regression analysis method. The results of this study indicate that the service marketing mix simultaneously consisting of products, prices, places, promotions, people, processes, and physical evidence has a significant effect on the decision to visit the Tanjung Karang coastal tourism object in Donggala Regency. And partially there is no relationship between product variables, prices, places, promotions, people, processes, and physical evidence. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bauran pemasaran jasa terhadap keputusan konsumen berkunjung pada objek wisata bahari pantai Tanjung Karang Kabupaten Donggala. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah produk/jasa, harga, tempat, promosi, orang, proses, dan bukti fisik. Sedangkan variabel dependen adalah keputusan berkunjung (Y). Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Metode penelitian adalah deskriptif kausal. Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 80 responden dengan bentuk pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling. Metode analisis regeresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara serempak bauran pemasaran jasa yang terdiri dari produk, harga, tempat, promosi, orang, proses, dan bukti fisik berpengaruh signifikan terhadap keputusan berkunjung pada objek wisata bahari pantai Tanjung Karang Kabupaten Donggala. Dan secara parsial tidak ada hubungan antara variabel produk, harga, tempat, promosi, orang, proses, dan bukti fisik.


2015 ◽  
Vol 9 (1and2) ◽  
Author(s):  
Ms. Amrita Pritam ◽  
Dr. Narendra Sharma ◽  
Mr. Devendra Sharma

The paper examines different marketing strategies which are being adopted by marketers in order to promote the telecommunication services in terms of 7 Ps of service marketing i.e. product, price, place, promotion, people process, physical evidence. The rural market is growing at the rate of 10-14% whereas urban demand is either static or contracting. Marketing strategy to penetrate the rural segment is somewhat different from that of urban segment. In this context, the paper attempts to find out the various dimensions within the 7 P’s of service marketing which rural consumers value when they buy telecom services. A survey research design was adopted and the study was conducted in villages of two districts of Bihar state. Exploratory factor analysis was applied on the collected data so as to find out the various dimensions related to rural market for telecom players. The results suggest that managers were required to go beyond traditional approaches to serve the rural consumer.


2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 28
Author(s):  
Satriya Wijaya ◽  
Agus Aan Adriansyah

Abstrak   Di era MEA ini, kepuasan pelanggan akan pelayanan jasa kesehatan salah satunya disebabkan oleh bagaimana pelaksanaan bauran pemasaran. Bauran pemasaran yang bisa dikatakan paling terkini untuk saat ini yaitu bauran pemasaran 9P. Salah satu organisasi penyedia jasa kesehatan di Indonesia yang telah melaksanakan bauran pemasaran 9P yaitu Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya. Namun, dari 9 komponen ini implementasinya masih belum optimal terutama untuk Public relations dan Power. Variabel Public relations dan Power sangat penting untuk mendukung terciptanya kepuasan konsumen yang berkelanjutan. Maka, pihak rumah sakit perlu memperhatikan kembali aspek bauran pemasaran demi menjaga kepuasan pasien dan menjaga respon baik pasien sebagai upaya rumah sakit dalam mempertahankan pelanggan lama untuk tetap memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional sedangkan disain penelitian adalah penelitian cross sectional. Besar sampel penelitian ini sejumlah 87 responden yang ditentukan dengan menggunakan rumus yang digunakan untuk penelitian yang bersifat survei atau observasional. Variabel yang diamati adalah efektivitas pelaksanaan Marketing Mix (9P) mulai variabel Product, Price, Place, Promotion, People, Process, Physical Evidence, Public relations, Power terhadap kepuasan pelayanan. Analisis data dilakukan dengan tabulasi silang dan analisis pareto 80/20. Hasil penelitian menunjukkan Marketing mix product, place, promotion, people, process, physical evidence, public relation, power belum efektif karena pasien yang sangat puas masih dibawah 80%. Hanya Marketing Mix price responden yang cukup puas 100% dan ini bisa dikatakan cukup efektif karena melebihi 80%. Sedangkan Marketing Mix 9P dikatakan belum efektif karena walaupun sebagian responden mengatakan sudah cukup optimal namun pasien yang cukup puas masih dibawah 80%. Kata Kunci: efektivitas marketing mix 9P, Marketing mix 9P, Marketing mix 9P terhadap kepuasan pelayanan


2019 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 112
Author(s):  
Eko Tama Putra Saratian ◽  
Alugoro Mulyowahyudi ◽  
Augustina Kurniasih

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan blue ocean strategy pada pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah di Bank Syariah X. Adapun identifikasi masalah pada penelitian yaitu ketatnya persaingan di Industri Perbankan dan adanya fluktuasi pertumbuhan pembiayaan. Strategi yang saat ini digunakan mengacu pada konsep marketing mix 7P (product, price, place, promotion, people, process, physical evidence), namun dibutuhkan strategi baru untuk menjauh dari persaingan yang ketat tersebut. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode sampling yang digunakan yaitu purposive sampling, dengan analisis data melalui observasi dan in-depth interview dari sumber partisipan internal dan eksternal Bank Syariah X dengan tingkat jabatan manajerial. Hasil penelitian menunjukkan competing factors pada pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah yaitu, Harga (Pricing), Service Level Agreement (SLA), Manajemen Relasi, Account Holder, Account Executive dan Jaringan Kantor. Dalam pemenuhan rangkaian syarat untuk menentukan ide blue ocean strategy yang layak secara komersial, pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah dapat memberikan manfaat kepada pembeli, menekan harga, dan pengadopsian strategi yang baik, namun belum dapat menekan biaya secara signifikan.


2016 ◽  
Vol 13 (3) ◽  
pp. 118-130 ◽  
Author(s):  
Meg Enerson ◽  
Roger B. Mason ◽  
Karen M. Corbishley

This study explores the marketing in a multinational professional services organization and attempts to identify marketing factors relevant to the organization. The main objective is to identify critical factors that influence the successful marketing of professional services. To accomplish this objective, research is undertaken as a case study with a quantitative survey of employees from the professional services organization. The main finding was that the 7P framework (product/service, price, place, promotion, physical evidence, people, process) was applicable and that place, physical evidence and product components were seen as most critical, with promotion and price appearing to be least critical, maybe because conservative attitudes to marketing still exist within professional service organizations. The study added to the literature on professional services marketing, giving insight into the marketing of professional services in today’s dynamic and changing economic environment. Our findings will, therefore, assist professional service organizations to utilize their marketing resources more effectively and efficiently


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document