DESKOVI : Art and Design Journal
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

45
(FIVE YEARS 38)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo

2655-464x, 2654-5381

2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 99
Author(s):  
I Putu Adi Natha

Tulisan ini dibuat guna memahami tanda makna komunikasi visual yang terdapat pada ilustrasi kemasanberas dari Ecoko Green Project,serta pesan komunikasi visual yang terkandung pada ilustrasi pada kemasan beras tersebut.Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi dengan datang ke studio Oka Astawa dan mendapatkan foto-foto mengenai kemasan beras yang berisi karya dari Oka Astawa. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dari teori semiotika Charles Sanders Pierce ikon, indeks, dan simbol. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 1.) Ikon pada ilustrasi kemasan beras Ecoko Green Projectadalah penggambaran petani itu sendiri karena memiliki kemiripan dengan bentuk aslinya yaitu penggambaran seorang petani. 2.) Indeks pada ilustrasi kemasan beras tersebut adalah penggambaran gedung dan jalan pada tubuh petani pertama, serta dolar dan padi yang tidak seimbang pada ilustrasi kedua merupakan penggambaran sebab akibat. 3.) Simbol pada ilustrasi kemasan beras tersebut adalah caping(topi petani) serta padi pada ilustrasi kemasan beras yang pertama dan kedua merupakan simbol dari pertanian itu sendiri, dan pada ilustrasi kemasan kedua ada dua simbol tambahan yaitu dolar dan dasi berbentuk ular, dimana kedua simbol tersebut menggabarkan petani ditindas oleh uang dan penguasa.This paper is made to learn the meaning sign of the visual communication that contained in the illustration of rice packaging from the Ecoko Green Project, as well as the visual communication message in that illustration on the rice packaging. The collected data in this study was carried out with observation by coming to the Oka Astawa studio and getting photos of rice packaging containing the works of Oka Astawa. The collected data is then analyzed using qualitative analysis and Charles Sanders Pierce's semiotic theory of icons, indexes, and symbols. The results of these studies indicate that 1.) The icon in the Ecoko Green Project rice packaging illustration is a description of the farmer itself because it has a similarity to the original form, which is the description of a farmer. 2.) The index in the illustration of rice packaging is the depiction of buildings and roads in the body of the first farmer, then the dollar and rice that is not balanced in the second illustration are depictions of cause and effect. 3.) The symbol in the illustration of the rice packaging is the caping (farmers' hat) and the rice in the first and second illustration of the rice packaging is a symbol of the agriculture itself, and in the second packaging illustration there are two additional symbols, the dollar and a snake-shaped tie, where both of the symbols described that the farmers being oppressed by money and the authority.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 73
Author(s):  
Riwanda Tamara

Bertempat tinggal jauh dari pusat kota dan tidak adanya akses jalan raya membuat peranan kapal sangatlah penting bagi penulis dan masyarakat dusun Bumbung dipedalaman pulau Kalimantan. Ketergantungan terhadap kapal sangatlah dirasakan penulis dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Dari ketergantung tersebut menimbulkan kedekatan yang intim diantara keduanya, sehingga dalam pengkajiannya, kapal yang memiliki karakter dan filosofi kehidupan menjadi dasar penulis untuk mewujudkan sebuah karya. Kapal menjadi subject matter dalam penciptaan karya lukis. Kapal bukanlah sebagai inti sebenarnya, melainkan metafora dari kompleksitas perjalanan kehidupan manusia. Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep, proses visualisasi, teknik, media dan bentuk dalam pembuatan karya seni lukis yang mengambil tema Kapal Sebagai Ide Visual Karya Seni Lukis. Dalam karya Tugas Akhir ini penulis ingin mencari sebuah jawaban atas kesinambungan yang terdapat dalam karya-karya sebelumnya, menjelaskan keterikatan apa yang dimiliki penulis dengan kapal. Mengambil bagian dari pengalaman empiris dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat yang penulis amati dan di latarbelakangi oleh perbedaan pola pikir pelaku kebudayaan dalam menjalani kehidupan baik sebagai individu ataupun sosial. Metode yang digunakan penulis yaitu: Metode eksplorasi dari berbagai fakta atau kejadian untuk mencari dan memilih tema yang sesuai dengan konsep penciptaan lukisan, metode interpretasi secara mendalam untuk mencari makna dan ide-ide baru. Penulis menggunakan pendekatan kontemporer yang didalamnya terdapat gaya realis dan surealis serta menampilkan simbolisme, metafora, transformasi bentuk, dan deformasi bentuk.Staying away from the city and the absence of highway access makes the use of ship become very important for the writer and the people of Bumbung village in the island of Borneo. Dependence on the ship is very felt by the writer in the daily activities. It affects intimate relation between the writer and the people in his village, so in his study, the ship which has the character and philosophy of life. It become the basic of the writer to realize an art work. The ship became the subject matter in creation of painting work. The ship is not as the real core, but the metaphor of the complexity of the journey of human life. This writing aims to describe the concept, the process of visualization, techniques, media and forms in the manufacture of painting that takes the theme Ship as the Visual Idea of Painting Work. In this final project, the writer wants to find an answer of continuity that contained in previous works, explaining attachments of the writer with the ship. Taking part of the empirical experience and events occurring in the society that the writer observed and the reason of differences thinking of cultural actors in living life as individual or social. The method used by the writer are: exploration methods from various facts or events to find and to choose a theme which appropriate with the concept of painting creation, methods of interpretation in depth to find new meanings and ideas. The writer uses a contemporary approach in which there is a realist and surrealist style and displays symbolism, metaphor, shape transformation, and form deformation.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 126
Author(s):  
Inten Larasaty

Keberadaan museum selama ini sering dianggap hanya sebagai tempat memamerkan koleksi budaya maupun sejarah saja, padahal sebenarnya dapat menjadi alternatif yang menarik untuk dikunjungi wisatawan. Kesan membosankan yang menjadi polemik di berbagai museum di Indonesia harus ditepis dengan melakukan strategi pemasaran yang tepat. Salah satunya yaitu UPT Museum Balanga yang merupakan museum budaya di Kota Palangkaraya. Museum Balanga selain memiliki tempat yang strategis juga memiliki keunikan dari berbagai koleksi yang menunjukkan siklus hidup suku Dayak. Kenyataannya dari data pengunjung yang dihasilkan pada setiap tahun ternyata masih belum mencapai peningkatan yang maksimal. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif dengan menggunakan analisis SWOT. Tahap penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data, kemudian tahap analisis dengan membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan, dan yang terakhir yaitu tahap penetapan strategi berdasarkan marketing mix 7p yaitu product, price, place, promotion, process, people, dan physical evidence. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis kelebihan dan kekurangan pada UPT Museum Balanga serta memformulasikan strategi pemasaran yang tepat untuk meningkatkan daya tarik dan jumlah pengunjung lokal maupun mancanegara. Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa UPT museum balanga perlu meningkatkan servis excellence dengan melakukan training dan menetapkan standar operasional pegawai, pembenahan terhadap interior dan eksterior desaign, melengkapi berbagai fasilitas penunjang seperti ruang multimedia, cafe dan lainnya, serta meningkatkan promosi dengan memanfaatkan berbagai media sosial dan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait.The existence of museums has often been considered only as a place to display cultural and historical collections, when in fact it can be an interesting alternative place for tourists to visit. The boring impression that became polemic in various museums in Indonesia must be erased by carrying out the right marketing strategy. One of them is UPT Museum Balanga which is a cultural museum in Palangkaraya City. Besides having a strategic place, Balanga Museum also has uniqueness on various collections that shows the life cycle of Dayak tribe. But the fact is that the visitor data generated each year has not yet reached the maximum increase. This research was conducted with a descriptive qualitative approach using SWOT analysis. The research stage is carried out by collecting data, then the analysis phase by comparing the external factors of opportunity and threat with the internal factors of strengths and weaknesses. In the last step to support the SWOT analysis, the writer uses marketing mix 7p, which are product, price, place, promotion, process, people, and physical evidence. The purpose of this study is to analyze the strengths and weaknesses of the UPT Museum Balanga and formulate an appropriate marketing strategy to increase the attractiveness and the amount of local and foreign visitors. The results of this study indicate that the UPT Museum Balanga needs to improve service excellence by conducting training and establishing operational standards for employees, improving the interior and eksterior design, equipping various supporting facilities such as multimedia rooms, cafes and others, and increasing promotion by utilizing various social media and collaborating with related parties.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 92
Author(s):  
Irwan Maolana Yusup

Hasil penelitian ini berisi deskripsi pra ikonografi yang menerangkan pada tahap awal aspek ide tekstual, yaitu berdasarkan analisis unsur-unsur visual pada motif mega mendung ini termasuk dengan gaya ketepatan objektif, selain itu juga ditinjau dari motifnya mega mendung menggunakan gaya stilisasi yaitu dengan merubah bentuk asli dari suatu sumber menjadi bentuk yang baru yang bersifat dekoratif tetapi dari ciri khusus dari sumber tersebut tidak hilang sepenuhnya. Tema dan konsep yang terungkap dalam motif mega mendung ini mendapat ide yang diadopsi dari keramik-keramik Cina atau pernak pernik yang dibawa oleh putri Ong Tien, pernak pernik yang dibawa dari cina kemudian dikombinasikan dengan kebudayaan khas Cirebon, sehingga menghasilkan perpaduan kebudayaan Cirebon-Cina. Dari pengaruh budaya tersebut motif mega mendung memiliki ciri khas dan makna yang sangat mendalam sebagai hasil dari interaksi sosial dan masyarakat.The Results from this study contains a description of the pre iconography which explaining at an early stage aspects of textual ideas, elements in this mega mendung's motif, including the style of objective accuracy, besides that, also viewed from mega’s motive using stylization style that is by changing the original form of a source into a new form which is then added to the special characteristics of the source did not disappear completely. The theme and concept revealed in this mega mendung's motive got an idea adopted from Chinese ceramics or knick knacks which brought by Ong Tien's Princess. Knick knacks which brought from China were then combined with Cirebon culture, resulting in a fusion of Cirebon-Chinese culture. From these cultural influences, mega mendung's motive have very deep characteristics and meanings as a result of social and community interaction.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 104
Author(s):  
Venny Agustin Hidayat

Gerak merupakan unsur utama dari tari. Gerak di dalam tari bukanlah gerak yang realistis, melainkan gerak yang telah diberi bentuk ekspresif dan estetis. Gerak tari selalu melibatkan unsur anggota badan manusia dan berfungsi sebagai media untuk mengkomunikasikan maksud dari pembentukan gerak. Jenis gerak tari yang digunakan, yaitu gerak maknawi, gerak murni, dan gesture. Selain gerak tari, terdapat elemen-elemen ruang, waktu, dan tenaga dalam menari.Metode penelitian yang digunakan, yaitu pendekatan kualitatif. Tujuannya agar penelitian dapat ditemukan, dikembangkan, dibuktikan, dan dapat digambarkan secara sistematis tentang gerak pada tari Merak, sehingga menimbulkan rasa untuk melakukannya. Subjek penelitiannya adalah para anggota yang berada di sanggar tari, terdiri dari para penari merak, pelopor, dan pengola sanggar Pusbitari Bandung. Suatu tarian apabila disajikan sebagai objek seni menjadi sebuah pengalaman bagi para pengamat untuk di hayati dan dimengerti, melalui struktur sensasi, persepsi, dan perasaan dalam menggerakkannya. Sering kali dikatakan bahwa murid-murid pemula tidak siap untuk mencipta dan mendapatkan ketubuhan baru. Melalui kesempatan yang diulang-ulang bagi aktivitas kreatif yang diarahkan sendiri, seorang penari dapat mengembangkan potensi kreatifnya. Pengalaman kreatif yang pertama dalam tari, dialami dengan beberapa tingkat kecemasan. Tingkat kecemasan ini dapat kita pahami dan pengalaman seperti itu sebaiknya diarahkan agar para murid-murid dapat mengatasi rasa takutnya.Motion is the main element of dance. Motion in dance is not a realistic movement, but a movement that has been given an expressive and aesthetic form. Dance moves always involve elements of the human body and function as a medium to communicate the purpose of motion formation. Types of dance movements used, namely meaningful motion, pure motion, and gesture. In addition to dance moves, there are elements of space, time, and energy in dancing. The research method used is a qualitative approach. The goal is that research can be found, developed, proven, and can be described systematically about the movements of the Peacock dance, giving rise to a sense of doing so. The subjects of the research were the members who were in the dance studio, consisting of peacock dancers, pioneers, and processors at the Bandung Pusbitari Studio. A dance when presented as an object of art becomes an experience for observers to be lived and understood, through the structure of sensation, perception, and feeling in moving it. It is often said that novice students are not ready to create and obtain new bodies. Through repeated opportunities for self-directed creative activities, a dancer can develop their creative potential. The first creative experience in dance, experienced with some level of anxiety. This level of anxiety can be understood by us and such experiences should be directed so that students can overcome their fears.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 122
Author(s):  
Aninditya Daniar

Komik web sekarang muncul sebagai salah satu komik konvensional yang banyak diminati oleh kalangan muda saat ini. Komik web dianggap lebih cocok untuk generasi masa kini yang lebih melirik pada produk dan pelayanan praktis secara online. Penelitian ini membahas tentang visual desain karakter bernama Poem pada komik web yang berjudul Be a Poem karya Chill Peeps. Karakter utama dalam webtoon tersebut berbentuk binatang sehingga memiliki keunikan karakter dan cerita yang digemari oleh banyak pembacanya. Desain karakter tersebut dianalisis dengan metode kualitatif berdasarkan unsur-unsur grafisnya yaitu gaya ilustrasi, layout, dan warna. Hasil dari analisis adalah desain karakter memiliki ciri khas masing-masing dalam gaya ilustrasi dan cerita yang khas sehingga mampu menarik perhatian pembaca muda. Berdasarkan studi kasus yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa karakter desainer dapat memutar balikkan persepsi pembaca dengan menambah atau mengurangi atribut visual.Webcomics now appear as one of the conventional comics that are in great demand by young people today. Webcomics are considered more suitable for today's generation who are more interested in online practical products and services. This study discusses the visual design of a character named Poem in a webcomic entitled Be a Poem by Chill Peeps. The main characters in the webtoon are in the form of animals that they have unique characters and stories that are loved by many readers. The character designs were analyzed by qualitative methods based on the graphic elements, namely illustration style, layout, and color. The results of the analysis are the character designs have their respective characteristics in the style of illustrations and unique stories so as to attract the attention of young readers. Based on the case studies, it can be concluded that the character of the designer can distort the reader's perception by adding or subtracting visual attributes.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 134
Author(s):  
Abibawa Wicaksana

Indonesia merupakan negara dengan masyarakat yang majemuk yang memiliki berbagai ras, agama, suku, kebudayaan, dan lain sebagainya. Meskipun demikian, hingga hari ini kabar mengenai perilaku intoleran masih sering ditemui. Kejadian-kejadian intoleran tersebut pada umumnya dialami oleh mereka yang memiliki ras, suku, keyakinan, kebudayaan, pola berpikir, pilihan politik, ataupun kondisi fisik yang berbeda. Sebagai respons terhadap permasalahan tersebut, muncul keinginan untuk menciptakan karya yang berkaitan dengan Bapak Pluralisme Indonesia atau Gus Dur. Dikarenakan salah satu hasil perjuangannya melawan intoleransi adalah pengembalian hak etnis Tionghoa, maka karya yang kemudian tercipta adalah karya-karya dengan objek yang berasal dari kebudayaan Tionghoa. Sebagai hasil, tercipta dua karya keramik terakota dengan qilin sebagai objeknya. Pemilihan qilin tersebut tidak hanya dikarenakan ia merupakan makhluk mitologi dari kebudayaan Tionghoa, tetapi juga dikarenakan kaitannya dengan kisah kelahiran Konfusius, nabi agama Konghucu. Supaya konsep toleransi dengan mengangkat penghapusan intoleransi yang dialami etnis Tionghoa di Indonesia tidak hilang, qilin pada karya ini juga dibuat dalam kondisi tidur. Kondisi tersebut dibuat sebagai tanda bahwa si hewan mitologi ini sedang tenang, terbebas dari ancaman larangan yang pernah dialami oleh etnis Tionghoa di Indonesia dari tahun 1967 hingga tahun 2000.Indonesia is a country that has a large variety of races, religions, ethnicities, cultures, etc., within its people. Even though it is a pluralistic country, having something like a different race, ethnicity, belief, culture, mindset, political choice, or even physical conditions can still be an issue. As a response to this problem, I then created two artworks as a reminder about the legacy of Indonesia’s third president who is known for his fight against discrimination, Abdurrahman Wahid. Since one of his most known legacies is the removal of the Chinese ban in Indonesia at year 2000, the model used in the creation of the artworks is from a myth in Chinese traditions. As a result, two qilin terracotta ceramic artworks were created. The qilin was used not only because it’s a Chinese mythological creature, but also because of its relation to the legend of the birth of the Chinese philosopher who’s also known as the prophet of the Confucianism, Confucius. To express the freedom due to the ban removal, the qilins in these artworks were then made sleeping. This position was used to make these mythological creatures look relaxed, or in other words, look like it’s free from the predator that preys on it from year 1967 to year 2000.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 83
Author(s):  
Lisa Odillia

Representasi gender dalam iklan adalah bentuk manifestasi budaya dari siklus ideologi dalam masyarakat. Sejauh ini, keberadaan iklan telah terbukti menjadi media yang berpengaruh terhadap penggunaan bahasa, gambar dan kontruksi representasi untuk meyakinkan audiens dengan membentuk realitas dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Beberapa tahun terakhir, istilah femvertising muncul sebagai upaya periklanan untuk menarik konsumen wanita. Secara visual maupun retoris, pesan-pesan iklan yang dibingkai dalam femvertising mempromosikan kesetaraan gender dan hak-hak wanita. Gerakan Feminisme gelombang ketiga yang berkembang saat ini, menciptakan perspektif baru milenial feminis dengan menganggap bahwa feminisme adalah bentuk kebebasan memilih dalam semua aspek kehidupan, baik kesehatan, karier, pernikahan hingga selera pribadi dalam penampilan. Membandingkan iklan dari tahun 1980-an dan 1990-an dengan iklan yang diterbitkan 5 tahun terakhir ini, akan menyajikan konteks tentang bagaimana pergeseran sosial mempengaruhi kontruksi iklan dan persepsi konsumen terhadap merek. Melalui analisis visual kualitatif, studi ini akan mengindentifikasi bagaimana kampanye iklan dikontruksi sebelum dan sesudah gerakan femvertising melalui pesan feminisme demi membangun ketertartarikan audiens perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa iklan-iklan perawatan tubuh sering menampilkan isu yang serupa, yaitu tentang nilai-nilai kepribadian dan kecantikan. Pergeseran nilai kecantikan dan kepribadian dalam domain yang lebih luas telah menyokong perubahan perspektif sosial terhadap perempuan menuju kesadaran feminisme.Gender representation in advertising is a form of cultural manifestation of an ideological cycle in society. So far, the existence of advertisements has proved to be a media that affects the use of language, images and representation in order to convince the audience by shaping reality in influencing purchasing decisions. In recent years, the term femvertising emerged as an advertising effort to attract female consumers. Visually or rhetorically, the ad messages framed in a femvertising promote gender equality and women's rights. The third Wave feminism movement that develops today, creates a new perspective of feminist millennials by assuming that feminism is a form of freedom of choosing in all aspects of life, whether health, career, marriage to personal tastes in appearance. Comparing ads from the 1980's and 1990's with ads published in the last 5 years, will present a context on how social shifts affect ad construction and consumer perception of the brand. Through qualitative visual analysis, this study will identify how the advertising campaign was constructed before and after the femvertising movement through feminism messages in order to build a female audience's alignment. The results of this study show that the advertising of body care often displays similar issues, namely about the values of personality and beauty. The shifting value of beauty and personality in the wider domain has supported the change of social perspective on women toward the consciousness of feminism.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 116
Author(s):  
Ketut Sri Gangga Dewi

Penciptaan karya tari Sapuh Leger merupakan pencapaian ide serta kreativitas yang di latar belakangi oleh kelahiran seseorang. Menurut masyarakat Hindu sifat baik buruknya seseorang sangat dipengaruhi oleh hari kelahiran. Kelahiran seseorang pada Wuku Wayang merupakan kelahiran yang dianggap tidak tepat, karena dapat mempengaruhi sifat dan tingkah lakunya sehingga terlihat berbeda ketika seseroang yang lahir dihari biasa. Masyarakat Hindu Bali sangat meyakini adanya mitologi kelahiran Wuku Wayang yang berhubungan dengan kelahiran Bhatara Kala. Konon katanya Bhatara Kala memiliki sifat dan watak yang tidak baik, untuk itu setiap kelahiran pada Wuku Wayang wajib diupacarai yang disebut dengan upacara Bayuh Oton Sapuh Leger.Karya ini mengungkapkan beberapa sifat anak yang dilahirkan pada Wuku Wayang menurut umat Hindu Bali. Sifat-sifat tersebut diantaranya pemarah, egois, dan selalu menolak nasetan orang tua. Selain sifar-safatnya karya sapuh Leger juga menampilkan elemen-elemen yang digunakan dalam upacara Bayuh Oton Sapuh Leger seperti membuat Banten, meminta air suci, memercikkan air suci, dan sembayang (berdoa). Penciptaan karya tari Sapuh Leger adalah sebagai cerminan diri pada anak dan orang dewasa yang beberapa tidak dapat mengendalikan amarah dan emosionalnya terhadap orang tua. Karya ini diharapkan dapat menjadi intropeksi dan menjadi kesadaran agar menjahui sifat yang kurang baik.Penari dalam karya ini berjumlah sembilan orang penari putri dengan menampilkan lima adegan yang menegaskan pada sifat anak yang lahir pada Wuku Wayang dan proses upacara pembersihan diri.The creation of Sapuh Leger dance works is the achievement of ideas and creativity that is based on one's birth. According to Hindu society, the merits of a person are greatly influenced by the day of birth. Someone's birth in Wuku Wayang is a birth that is considered inappropriate, because it can affect the nature and behavior of that person so that it looks different when someone is born on an ordinary day. The Balinese Hindu community strongly believes in the mythology of the birth of Wuku Wayang which is related to the birth of Bhatara Kala. It is said that Bhatara Kala has bad character, for that every birth in Wuku Wayang must be celebrated which is called the Bayuh Oton Sapuh Leger ceremony.This work reveals some of the characteristics of children born in Wuku Wayang according to Balinese Hindus. These traits include being angry, selfish, and always rejecting parents' advice. Besides that, the work of Sapuh Leger also displays elements used in the Bayuh Oton Sapuh Leger ceremony such as making Banten, asking for Tirta or holy water, sprinkling holy water, and Sembahyang (praying). The creation of Sapuh Leger dance works is a reflection of children and adults who some cannot control their anger and emotional toward their parents. This work is expected to be introspective and become awareness in order to find out the nature that is not good.The dancers in this work number nine female dancers by presenting five scenes that emphasize the nature of the child born in Wuku Wayang and the process of self-cleansing ceremony. 


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 109
Author(s):  
Haris Supiandi

Tujuan dari penelitian ini secara umum untuk mengetahui bagaimana dakwah melalui film di dalam film “Sang Kiai” karya Rako Prijanto melalui semiotika Roland Barthes. Berdasarkan pada analisis yang dilakukan, maka peneliti menyimpulkan bahwa film ini syarat dengan pesan dakwahnya, di mana proses dakwah yang terjadi di dalam film ini ialah tentang suri teladan seorang kiai Hasyim Asyari yang begitu dikagumi oleh para santri pondok pesantren Tebu Ireng, sahabat dan keluarganya.; (1) terdapat tiga pesan dakwah dalam film “Sang Kiai” karya Rako Prijanto yakni; pesan akidah, pesan akhlak dan pesan syariat. (2) dakwah dalam film “Sang Kiai” dikemas dengan menampilkan karakter-karakter dialog yang sangat menggugah dan penuh pesan bermakna hubungan antar sesama manusia  dan hubungan kepada Allah SWT, dan tidak terlepas dari nilai-nilai nasionalisme. (3) simbol-simbol yang mengandung kaidah-kaidah yang Islami baik itu dari cara berpakaian, tutur kata, sikap yang sopan santun, hormat kepada orang tua dan guru, menjaga ibadah serta berjihad di jalan Allah SWT.The purpose of this research in general is to study how da'wah through the film in the film "The Kiai" by Rako Prijanto through the semiotics of Roland Barthes. Based on the analysis conducted, the researcher concludes that this film has the message of da'wah, where the da'wah process that occurs in this film is about the example of a Kiai Hasyim Asyari who is highly admired by Tebu Ireng boarding school students, friends, and his family. ; (1) There are three da'wah messages in the film "Sang Kiai" by Rako Prijanto, namely : a) aqeedah message, the moral messages, & sharia messages. (2) Da'wah in the film "The Kiai" is packaged by displaying characters of dialogue that are very evocative and full of meaningful messages of relationships between human beings and relationships to Allah SWT, and are inseparable from the values of nationalism. (3) Symbols that display Islamic rules both from the way of dress, speech, polite attitude, respect to parents and teachers, maintain worship, and strive in the way of Allah SWT.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document