Pengaruh Pemberian Berbagai Jenis Pupuk terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam Cabut (Amaranthus tricolor L.) di Kampung Adibaboi, Kelurahan Pasir Putih, Distrik Manokwari Timur, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat

Author(s):  
Desy Della Ardila ◽  
Widyaningrum ◽  
Elwin

Bayam Amaranthus sp. adalah tanaman sayuran yang berasal dari wilayah Amerika. Jenis bayam yang sering dibudidayakan adalah bayam cabut (Amaranthus tricolor). Penggunaan pupuk organik maupun pupuk anorganik dalam budidaya bayam perlu dilakukan agar dapat meningkatkan produktivitas bayam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari pemberian berbagai jenis pupuk terhadap pertumbuhan tanaman bayam cabut serta mengenalkan kepada petani tentang pupuk NPK, pupuk hayati (ecofarming) dan pupuk kandang (kotoran sapi). Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Adibaboi, Distrik Manokwari Timur, Kabupaten Manokwari. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan setiap faktor terdiri dari 3 taraf  perlakuan dengan 3 kali ulangan sehingga didapat 9 kombinasi perlakuan, faktor perlakuan yang diuji adalah varietas bayam cabut dan jenis pupuk. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, dan berat segar tanaman. Data dianalisis menggunakan analisis ragam atau analysis of variance (ANOVA) dan uji lanjut menggunakan Duncan multiple range test (DMRT). Uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa pengaruh pupuk NPK pada varietas bayam maestro memberikan hasil tertinggi pada setiap parameter pengukuran. Pengaruh pupuk kandang dengan bayam varietas maestro memberikan hasil tertinggi kedua pada setiap parameter pengukuran, kemudian pengaruh pupuk ecofarming dengan bayam varietas belang memberikan hasil yang paling rendah pada setiap parameter pengukuran.

2021 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 213-221
Author(s):  
Rosa Abidin ◽  
Rina Mariana ◽  
Teti Setiawati

The parts of the starfruit plant, namely the leaves and fruit of the starfruit, have the potential to be made into a functional drink. Efforts that have been developed to use the leaves and fruit of starfruit are herbal medicine. This study aims to determine the chemical properties (antioxidant capacity and tannin content), physical properties (color) and differences in the selling price of the herbal medicine for starfruit leaves with different leaf and fruit ratios. The research design used was a completely randomized design (CRD) with a factor of different ratios between leaves and fruit with two repetitions. Data were analyzed using ANOVA (Analysis of Variance). If there are differences, then proceed with the Duncan Multiple Range Test (DMRT). The results showed that the highest antioxidant capacity and tannin content of starfruit leaves were found in the ratio of 80 percent: 20 percent herbal medicine. The highest color brightness (L) is found in the herbal ratio 60 percent: 40 percent. The redness color (a -) is in the ratio 80 percent: 20 percent and the yellow color (b +) is the highest in the ratio of 60 percent: 40 percent herbal medicine. Bagian tanaman belimbing wuluh yaitu daun dan buah belimbing wuluh sangat berpotensi untuk dibuat minuman fungsional. Upaya yang dikembangkan untuk pemanfaatan daun dan buah belimbing wuluh adalah sebagai jamu. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui sifat kimia (kapasitas antioksidan dan kadar tanin), sifat fisik (warna) dan perbedaan harga jual jamu daun belimbing wuluh dengan rasio daun dan buah yang berbeda. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor yaitu rasio yang berbeda antara daun dan buah dengan dua kali pengulangan. Data dianalisis menggunakan ANOVA (Analysis of Variance). Jika terdapat perbedaan, maka dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas antioksidan dan kadar tanin jamu daun belimbing wuluh tertinggi terdapat pada rasio jamu 80 persen: 20 persen. Kecerahan warna (L) tertinggi terdapat pada rasio jamu 60 persen: 40 persen. Warna kemerahan (a+) terdapat pada rasio 80 persen: 20 persen dan warna kuning (b+) tertinggi terdapat pada rasio jamu 60 persen: 40 persen.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 74
Author(s):  
Safitra Safitra ◽  
Asnani Asnani ◽  
Sri Rejeki

Chemical characteristics of Silage Flour from Tuna Fish Waste (Thunnus sp.) with cornflour additionABSTRACT         The purpose of this study was to determine the chemical characteristics and the effect of the addition of cornflour to tuna waste silage flour.  This study used a Completely Randomized Design (CRD) consisting of four treatments, namely TS1 (5% addition to corn flour), TS2 (10% adding corn flour), TS3 (15% adding corn flour), TS4 (20% adding cornflour)  ) and repeat three times.  Data from observations were analyzed using ANOVA (Analysis of Variance) at a level of 95%, if there is a real difference (P> 0.05) then a further test was performed with a DMRT (Duncan Multiple Range Test) tests at a 95% level.  The results showed that the effect of adding cornflour to fish waste silage flour had a significant effect on the chemical content test value.  The results of the chemical test of the silage flour show water content between 10.4% -8.4%, ash content of 24.2% -7.9%, protein content of 47.5% -43.3%, and fat content of 4.6  % -2.1%. Keywords: Silage flour, tuna waste (Thunnus sp.), Cornflour and proximate composition.ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik kimia  dan pengaruh penambahan tepung jagung pada tepung silase limbah ikan tuna. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari empat perlakuan yaitu perlakuan TS1 (5% penambahan tepung Jagung), TS2 (10% penambahan tepung jagung), TS3   (15% penambahan tepung jagung), TS4 (20% penambahan tepung jagung) dan ulangan sebanyak tiga kali. Data hasil pengamatan dianalisa menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) pada taraf  95%, apabila terdapat beda nyata (P>0,05) maka dilakukan uji lanjut dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf nyata 95%. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pengaruh penambahan tepung jagung pada tepung silase limbah ikan memberikan pengaruh nyata terhadap nilai uji kandungan kimia. Hasil uji kandungan kimia tepung silase menunjukkan kadar air antara 10,4%-8,4%, kadar abu 24,2%-7,9%, kadar protein 47,5%-43,3%, dan kadar lemak 4,6%-2,1%.Kata kunci: Tepung silase, limbah ikan tuna (Thunnus sp.), tepung jagung serta komposisi proksimat


2016 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 69
Author(s):  
Aprilian Adi Nugroho ◽  
Sri Sumarsih ◽  
Bambang Sulistiyanto

ABSTRAK. Penelitian efek penambahan bentonit dalam proses pelleting terhadap total bakteri dan total fungi dari produk pellet limbah penetasan sebagai bahan pakan alternatif, telah dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro. Penambahan bentonit pada proses pelleting diharapkan mengurangi total bakteri dan total fungi pada pellet olahan limbah penetasan, sehingga aman digunakan sebagai bahan pakan alternatif. Pada penelitian ini limbah penetasan yang berupa cangkang telur, telur infertile, telur gagal menetas, serta DOC afkir dan mati dihancurkan, dicampur dengan bentonit dan dibuat pellet, untuk kemudian dianalisis kandungan total bakteri dan total fungi pada produk pellet. Perlakuan bentonit dilakukan dengan aras 0, 2, 4 dan 6% (B/B). Penelitian dilakukan dengan rancangan acak lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 5 ulangan. Data dianalisis dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji wilayah ganda Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil menunjukkan bahwa pemberian bentonit dari berbagai level berpengaruh sangat nyata (P<0,01). Pemberian bentonit pada tingkat tertinggi (6%) mampu menekan total bakteri dan total fungi pada kisaran 105 cfu/g. Disimpulkan bahwa bentonit mampu menekan kandungan total bakteri dan total fungi pada produk pellet limbah penetasan. (Numbers of total bacteria and total fungi of hatchery waste pellets that made by adding bentonite) ABSTRACT. A Research about the effect of bentonite addition in the pelletizing process on total bacteria and total fungi of pellet product of hatchery waste as an alternative feedstuff, was done at Feed Technology Laboratory, Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University. The addition of bentonite was expected to reduce the number of bacteria and fungi in the pellet product of hatchery waste, therefore, it could be used safely as an alternative feedstuff. In this experiment, the hatchery waste in the forms of eggshell, infertile eggs, un-hatched eggs, dead and culled DOC were blended, mixed with bentonite and pelleted,and then the number of total bacteria and total fungi of pellet was analyzed. The treatment was carried out with the level of bentonite i.e. 0, 2, 4 and 6% (w/w). Completely randomized design (CRD)was applied by 4 treatments and 5 replications of each. Data analyzed by analysis of variance (ANOVA), and followed by Duncan multiple range test (DMRT) to determine differences among the treatments. The results showed that administration of bentonite at various levels significantly affect the number of bacteria and fungi in the hatchery waste pellets (P <0.01). Administration of bentonite at the level of 6% shows the highest value on suppressing the content of total bacteria as well as fungi up to the range of total content 105cfu/g. In conclusion, the bentonite was able to suppress the total amount of bacteria and total fungi in the hatchery waste pellets.


2018 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 39-45
Author(s):  
Esther T. Akinyode ◽  
Justina B.O. Porbeni ◽  
David K Ojo ◽  
Olufemi O. O. Pitan ◽  
Adenike O. Olufolaji ◽  
...  

African eggplant is an important fruit and leafy vegetable in Africa. Heterosis over mid and better parents was estimated in eight crosses of eggplant involving eight pure lines in a field experiment in 2012 and 2013 cropping seasons. The experiment was laid out using a randomized complete block design with three replications. Collected data was subjected to analysis of variance and significant differences were further subjected to Duncan Multiple Range Test. The aim of this study was to identify superior hybrids that can be advanced in the eggplant breeding program for improved yield and related traits. Significant variation was observed among all traits measured for the parents and hybrids. The highest fruit number was observed in NHS10-40 and in NHS 10-71 x NHS 10-40 among the parents and hybrids respectively. The highest heterosis was recorded in the cross between NHS10-71 x NHS10-40.


2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 157
Author(s):  
Tresia Natalia ◽  
Hermanto Hermanto ◽  
Kobajashi Togo Isamu

ABSTRACT          The aim of this study was to determine the effect of the addition of Catfish (Channa striata) meat concentration which was different from the parameters observed in sensory tests (appearance, smell, taste, and crispnes), physical test ( volume of development) and chemical tests (water content, ash content, protein content and carbohydrate content) and in crackers. This study uses a Completely Randomized Design (CRD) which consists of three treatments namely treatment A (DG 30%), B (DG 40%) and C (DG 50%) and replications three times. Observation data were analyzed using ANOVA (Analysis of Variance) at the level of 95%, if there were significant differences (P> 0.05) then further testing was carried out with DMRT (Duncan Multiple Range Test) at 95% significance level. The results obtained showed that adding catfish  meat to fish crackers had no significant effect on sensory values which included appearance ,smell, and taste, but sensory crispness had a significant effect The best results for sensory assessment were found in treatment C where the value appearance 7,4, smell, 7,7, taste 7,4 and crispness 4,4 was in treatment A. The physical test results of the development volume show the best value of treatment A with a development volume of 140%. The best treatment for chemical tests was in treatment C with a water content of 10,90 % and protein content of 14,10%. While the best ash content of 2,35% and carbohydrate content of 43,82% in treatment A. Keywords: catfish (Channa striata), crackers, chemical test, physical and sensoryABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi daging ikan gabus (Channa striata) yang berbeda terhadap parameter yang diamati pada uji sensori (kenampakan, bau, rasa dan kerenyahan), uji fisik (volume pengembangan) dan uji kimia (kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar karbohidrat) pada kerupuk ikan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari  tiga perlakuan yaitu perlakuan A (daging ikan gabus 30%), B (daging ikan gabus 40%) dan C (daging ikan gabus 50%) dan ulangan sebanyak tiga kali. Data hasil pengamatan dianalisa menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) pada taraf  95%, apabila terdapat beda nyata (P>0,05) maka dilakukan uji lanjut dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf nyata 95%. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa penambahan daging ikan gabus terhadap kerupuk ikan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap nilai sensori yang meliputi kenampakan, bau, dan rasa, tetapi pada sensori kerenyahan memberikan pengaruh nyata. Hasil terbaik untuk penilaian sensori terdapat pada perlakuan C dimana memiliki nilai kenampakan 7,4, bau 7,7, rasa 7,4 sedangkan perlakuan terbaik untuk kerenyahan 4,4 terdapat pada perlakuan A. Perlakuan terbaik pada uji fisik volume pengembangan menunjukkan nilai terbaik yaitu perlakuan A dengan nilai volume pengembangan 140%. Perlakuan terbaik pada uji kimia terdapat pada perlakuan C dengan nilai kadar air 10,90%, kadar protein 14,10%, sedangkan perlakuan terbaik untuk kadar abu 2,35% dan kadar karbohidrat 43,82% terdapat pada perlakuan A. Kata kunci: (Channa striata), Ikan gabus, kerupuk, uji kimia, fisik, dan sensori


2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 251
Author(s):  
Ode Kaudin ◽  
Andi Besse Patadjai ◽  
Kobajashi Togo Isamu

ABSTRACT          The purpose of this study was to determine the effect of adding carrageenan to the sensory quality, proximate and physical quality of sago flour-based wet noodles. This study used a Completely Randomized Design (CRD) using an experimental method with a concentration of 51% flour composite material, 41% sago flour with the addition of carrageenan consisting of three treatments, addition of carrageenan T0 (control 0%), T1 (8%), and T2 (10%) and repeated three times. Data from observations were analyzed using ANOVA (Analysis of Variance) at a level of 95%, if there is a real difference (P> 0.05) then a further test was performed with a DMRT (Duncan Multiple Range Test) tests at a 95% significance level. The results of the study were drawn from the best assessment results of the highest sensory value obtained in the T2 treatment with a color value of 5.13, suppleness 7.20, taste 7.73, and aroma 6.23. Proximate composition of wet noodles was obtained at T2 treatment, water content with a value of 35.94%, the protein content of 5.07%, fat content of 1.39%, ash content of 5.47%, carbohydrate content of 31.45% and the crude fiber content of 15,16%. The physical quality of wet noodles can be obtained at T2 treatment, wet noodle development test with a value of 0.83 mm (millimeters) and water absorption test with a value of 1.04%. The results showed that there was a significant influence on the addition of carrageenan to the proximate quality and physical quality of wet noodles but did not have a significant effect on sensory quality on the aroma attributes. Keywords: Carrageenan, Wet noodles, Sago flourABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan karagenan terhadap kualitas sensorik, proksimat dan kualitas fisik mie basah berbasis tepung sagu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan metode eksperimen dengan konsentrasi bahan komposit tepung terigu 51%, tepung sagu 41% dengan penambahan karagenan yang terdiri dari tiga perlakuan, penambahan karagenan T0 (kontrol 0%), T1 (8%), dan T2 (10%) dan ulangan sebanyak tiga kali. Data hasil pengamatan dianalisa menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) pada taraf  95%, apabila terdapat beda nyata (P>0,05) maka dilakukan uji lanjut dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf nyata 95%. Hasil penelitian diambil dari hasil penilaian terbaik dari nilai tertinggi sensorik yang diperoleh pada perlakuan T2 dengan nilai warna 5,13, kekenyalan 7,20, rasa 7,73, dan aroma 6,23. Komposisi proksimat mie basah diperoleh pada perlakuan T2, kadar air dengan nilai 35,94%, kadar protein 5,07%, kadar lemak 1,39%, kadar abu 5,47%, kadar karbohidrat 31,45% dan kadar serat kasar 15,16%. Kualitas fisik mie basah basah dapat diperoleh pada perlakuan T2, uji pengembangan mie basah dengan nilai 0,83 mm (mili meter) dan  uji daya serap air dengan nilai 1,04%. Hasil menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata penambahan karagenan terhadap kualitas proksimat dan kualitas fisik mie basah namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kualitas sensorik pada atribut aroma.Kata kunci: Karagenan, Mie basah, Tepung sagu


2017 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 107 ◽  
Author(s):  
Edi Purnomo ◽  
Sri Widodo Agung Suedy ◽  
Sri Haryanti

Penyimpanan produk pertanian merupakan hal yang penting dilakukan dalam penanganan pasca panen. Kentang merupakan produk hortikultura yang mudah rusak, sehingga dibutuhkan penanganan yang baik untuk mempertahankan kualitasnya sebagai salah satu bahan pangan fungsional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara dan waktu penyimpanan terhadap kualitas pada kentang konsumsi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor. Faktor  pertama yaitu cara penyimpanan; disimpan pada wadah terbuka (K1) dan disimpan pada wadah berpenutup (K2). Faktor  kedua  adalah waktu penyimpanan dengan (T1); 2 minggu, (T2); 4 minggu, (T3);    6 minggu, (T4); 8 minggu, (T5); 10 minggu. Penelitian terdiri dari 10 perlakuan dengan 3 ulangan. Parameter penelitian terdiri: susut bobot kadar glukosa dan kadar karotenoid. Analisis data yang digunakan adalah Analysis of Variance (ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf signifikasi 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara penyimpanan di wadah terbuka (K1) cenderung meningkatkan angka susut bobot dibandingkan cara penyimpanan pada wadah berpenutup (K2), sedangkan waktu penyimpanan (T) cenderung menurunkan kadar glukosa dan kadar karotenoid umbi kentang konsumsi. Interaksi antara cara dan waktu penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap susut bobot, kadar glukosa dan kadar karotenoid (p>0,05). Penyimpanan umbi kentang konsumsi sebaiknya dijauhkan dari adanya kehadiran cahaya dengan masa simpan kurang dari 4 minggu. Kata kunci: cara penyimpanan, waktu penyimpanan, Solanum tuberosum L., kualitas


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 18
Author(s):  
Yani Yani ◽  
Moh Nuh Ibrahim ◽  
Suwarjoyowirayatno Suwarjoyowirayatno

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan daging gurita terhadap nilai organoleptik, proksimat stik gurita. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari tiga perlakuan yaitu P1 (Daging gurita 35%), P2 (Daging gurita 45%), P3 (Daging gurita 55%). Data hasil pengamatan dianalisa menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) pada taraf 95%, apabila terdapat beda nyata (p>0,05) maka dilakukan uji lanjut dengan uji DMRT (Duncam Multiple Range Test) pada taraf nyata 95%. Kandungan protein dan lemak diuji menggunakan metode AOAC dan kandungan karbohidrat di uji menggunakan metode nelson-smogiy. Hasil uji kandungan kadar lemak dan karbohidrat tertinggi terdapat pada perlakuan P1 dengan nilai 34,27% dan 7,81% dan Kandungan protein tertinggi pada perlakuan P3 dengan nilai 32,04%. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh nyata terhadap kandungan lemak dan karbohidrat serta tidak terdapat pengaruh nyata pada kandungan air dan protein pada stik gurita. Kata kunci: Daging gurita (Octopus cyanea), stik gurita, kandungan proksimat, uji organoleptik  AbstractThis study aims to determine the effect Octopus cyanea addition on organoleptic values and proximate content of octopus sticks. This research method used a completely randomized design (CRD) consisting of three treatments P1 (35% octopus meat), P2 (45% octopus meat), P3 (55% octopus meat). Observation data were analyzed using ANOVA (Analysis of Variance) at the level 95%, if there were significant differences (p>0,05) then further testing was carried out with DMRT (Duncan Multiple Range Test) at 95%. The content of protein and fat was tested by the AOAC method and the carbohydrate content was tested by the nelson-smogiy method. The highest test results for the content of  fat and carbohydrate were found in treatment P1 with a value of 34.27% and 7.81% and the highest protein content found in treatment P3 with a value of 32.04%. The results of this study indicated that there is a real effect on the content of fat and carbohydrates and there is no significant effect on the water content and protein of octopus sticks. Key words: Octopus cyanea, octopus stick, proximate content, organoleptic value


2021 ◽  
Vol 28 (1) ◽  
pp. 101-108
Author(s):  
Hizkia Adriel Rano Putra ◽  
Andree Wijaya Setiawan

Tomat ceri (Solanum lycopersicum var. cerasiforme) merupakan buah yang mengandung banyak kandungan gizi baik. Diantaranya vitamin, gula dan serat lainnya yang baik untuk metabolisme pada tubuh manusia. Buah tomat ceri dapat bertahan selama 3-7 hari pada kondisi suhu ruang. Tomat ceri ini tergolong buah yang mudah rusak, oleh sebab itu perlu adanya penanganan pasca panen yang baik agar kualitas buah terjaga dengan pelapisan. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh konsentrasi kitosan optimal untuk memperpanjang masa simpan dan mempertahankan kualitas tomat ceri di penyimpanan suhu ruang. Penelitian ini menggunakan perlakuan pelapisan kitosan dengan konsentrasi 0%, 0,5%, 1%, 1,5%, 2% yang disimpan selama empat hari dengan rancangan acak kelompok serta diulangan lima kali. Hasil pengamatan dianalisis menggunakan uji sidik ragam Analysis of Variance dan meggunakan uji Duncan Multiple Range Test. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tomat yang dilapisi menggunakan kitosan 1% dapat mempertahankan vitamin C dan memperlambat laju respirasi buah tomat ceri.


2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 218
Author(s):  
Rini Safitri ◽  
Kobajashi Togo Isamu ◽  
Nur Illiyin Akib

ABSTRACT          The Aim of this study was to determine the quality of gelatin from the yellowfin tuna bone of different acid types and to know the effect of the use of acid as an extraction material to the quality of the yellowfin tuna gelatin. This study uses a variety of different acid concentrations, namely the solution of hydrochloric acid 4% (A1), acetate 4% acid (A2) and 4% sulphuric acid (A3). The study made use of the complete random draft (RAL) consisting of 3 treatments and 3 times repeated. Data on the observation result is analyzed using ANOVA (Analysis of Variance) at 95%, if there is a real difference (P > 0.05) then the test is carried out with a test of DMRT (Duncan Multiple Range Test) in the real standard 95%. Analysis of sensory testing, proximate composition, pH value tests, and lowliness. The highest consecutive sensory values (aroma and color) are found in the treatment of (A1) and (A3) with a value of 6.2 and 6.1. The highest consecutive proximate composition values (moisture content, ash content, and protein levels) are noted in the (A2) and (A1) treatments with values of 12.51, 6.60 and 50.64. Highest pH value on the treatment of (A1) and (A2) with value 5. The highest yield values in the (A3) treatment with a value of 3%. From statistics of real difference test (DMRT) indicates that there is no noticeable difference in the gelatin color and aroma of the yellowfin Tuna fish bones by using altered acid types. Keywords: Gelatin, Lowliness, Proximate, PH value, sensory test, Tuna bone, and ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas gelatin dari tulang ikan tuna sirip kuning dari jenis asam yang berbeda dan untuk mengetahui pengaruh penggunaan asam sebagai bahan pengekstraksi terhadap kualitas gelatin ikan tuna sirip kuning. Penelitian ini menggunakan variasi konsetrasi asam yang berbeda yaitu larutan asam klorida 4% (A1), asam asetat4% (A2) dan asam sulfat 4%  (A3). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 3 kali ulangan. Data hasil pengamatan dianalisa menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) pada taraf  95%, apabila terdapat beda nyata (P>0,05) maka dilakukan uji lanjut dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf nyata 95%. Analisis uji sensori, komposisi proksimat, uji nilai pH dan rendemen. Nilai sensori tertinggi berturut-turut (aroma dan warna) terdapat pada perlakuan (A1) dan (A3) dengan nilai 6.2 dan 6.1. Nilai komposisi proksimat berturut-turut tertinggi (kadar air, kadar abu, dan kadar protein) terdapat pada perlakuan (A2) dan (A1) dengan nilai 12.51, 6.60 dan 50.64. Nilai pH tertinggi pada perlakuan (A1) dan (A2) dengan nilai 5. Nilai rendemen tertinggi pada perlakuan (A3) dengan nilai 3%. Dari statistik   uji beda nyata (DMRT) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata pada warna dan aroma gelatin dari tulang ikan Tuna sirip kuning dengan menggunakan jenis asam yang berbeda.Kata kunci: Gelatin, Nilai pH,Proksimat, Rendemen, Tulang Ikan Tuna, dan Uji Sensori


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document