Correlation between atopy and Covid-19: A cross sectional study

2021 ◽  
Vol 15 (5) ◽  
pp. 1485-1487
Author(s):  
M. Z. Anwar ◽  
A. F. Anjum ◽  
M. Ur Rehman ◽  
S. A. A. Gardezi ◽  
I. Rafique ◽  
...  

The whole world is facing one of the biggest health related disasters of the century. As a novel disease, Covid-19 has so many parameters yet to explore. Objectives: To explore any correlation between atopy and Covid-19 among residents of Gujrat and Kharian, Punjab, Pakistan. Study Design: Cross-sectional study. Methodology: This study with enrolled subjects (n=206) was carried out after ethical review committee’s (ERC) approval at Life Diabetes Centre, Gujrat and CMH Kharian Medical College (CKMC), over a period of 3 months, Kharian-Pakistan. Both male and female medical subjects were enrolled. Statistical analysis: Data was analyzed by SPSS software, version 17. Parameters like gender, allergy and treatment taken were presented as frequency and percentage. Chi square was applied to see the correlation with p-value <0.05 as significant. Results: Total 206 patients were randomly selected, 89 male and 117 females. Among 206, only 13 patients had allergy from different allergens. Only 2 patients required hospitalization and injectable treatment. Conclusion: We concluded that there is strong affiliation between atopy and Covid-19 presentations. Key Words: Covid-19, Atopy, Treatment and Gender.

JKCD ◽  
2019 ◽  
pp. 1-4
Author(s):  
Nadia Munir

Objective: This study aimed to find out the fr equency of the MB2 canal in maxillary first molars, using different diagnostic methods. Materials & Methods: 106 patients, clinically diagnosed with irreversible pulpitis and exposed pulp, requiring endodontic treatment were selected via random non-probability purposive sampling technique for the study . This cross-sectional study was conducted for 12 weeks in the dentistry department of Ayub Medical College from August 2018 to October 2018. A detailed history was taken and documented in the pro-forma. After administration of Local anaesthesia and rubber dam application, the access cavity was prepared and floor of the pulp chamber visualized. MB2 Canal location was done with a naked eye and under magnification (x2.0 to x6.0) Magnification and confirmed by inserting size 08 K file. The data obtained were analyzed using SPSS version 20. Chi-square test was run to determine the association of the presence of the MB2 canal with other variables. P-value of 0.05 was considered to be significant.


2021 ◽  
Vol 15 (6) ◽  
pp. 1282-1284
Author(s):  
R. Masud ◽  
M. Z. Anwar ◽  
S.A. A. Gardezi ◽  
M. Rehman ◽  
I. Rafique ◽  
...  

Background: The whole world is facing one of the biggest health related disaster (COVID-19) of the century. Aim: To identify age and gender-based differences in Covid-19 clinical features and its management among patients at government hospitals, Pakistan. Study design: Cross-sectional study. Methodology: This study with enrolled subjects (n=206) was carried out after ethical review committee’s (ERC) approval at Life Diabetes Centre, Gujrat and CMH Kharian Medical College (CKMC), over a period of 3 months, Kharian-Pakistan. Both male and female medical subjects were enrolled. Statistical analysis: Data was analyzed by SPSS software, version 17. Parameters like age, gender and treatment taken were presented as frequency. Chi square was applied to see the correlation with p-value <0.05 as significant. Results: Total 206 patients were randomly selected, 89 male and 117 females. Among 206, patients (n=133) showed symptoms while rest of the patients (73) remained asymptomatic. There was no association of age and gender with COVID-19 symptoms having P-value greater than 0.05. There was a significant association between treatments given was significantly related with age having P-value (0.006*). Conclusion: We concluded that there was no strong association between age and gender-based differences in Covid-19 clinical features; this could be due to small sample size. Keywords: Covid-19, Age, Treatment and Gender.


2017 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 129
Author(s):  
Entia Nopa ◽  
Ranissa Dwi Imansari ◽  
Irwandi Rachman

Faktor Risiko Kejadian Penyakit Kulit Pada Pekerja Pengangkut Sampah Di Kota Jambi 1Entianopa, 2Ranissa Dwi Imansari, 3Irwandi Rachman       123Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Harapan Ibu, Jambi   Abstrak Latar Belakang: Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia yang membungkus otot-otot dan organ-organ dalam serta merupakan jalinan jaringan pembuluh darah, saraf, dan kelenjar yang tidak berujung, semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit yang salah satunya adalah penyakit kulit. Penyakit kulit merupakan salah satu gangguan kesehatan yang sering dialami oleh pekerja pengangkut sampah. Berdasarkan komposisi sampah yang diangkut serta waktu paparan kerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara masa kerja, pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), dan personal hygiene dengan kejadian penyakit kulit pada pekerja pengangkut sampah di Kota Jambi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional study. Sampel penelitian yaitu sebanyak 62 pekerja pengangkut sampah yang berada di Kantor Pekerjaan Umum dan Penata Ruang, yang mana seluruh populasi dijadikan sampel. Data dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan kesehatan oleh dokter dan dengan kuesioner, kemudian dianalisa menggunakan uji statistik chi-square. Hasil: Hasil menunjukan bahwa pekerja yang mengalami penyakit kulit sebanyak 35 pekerja (56,5%). Berdasarkan hasil analisis chi-square didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian penyakit kulit pada pekerja pengangkut sampah dimana nilai (p-value= 0,006), Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) nilai (p-value= 0,008), personal hygiene nilai (p-value= 0,008). Kesimpulan: Untuk meminimalisir risiko terjadinya penyakit kulit pada pekerja pengangkut sampah disarankan perlunya disusun standar operasional prosedur yang aman, penyediaan sarana sanitasi agar dapat mengurangi resiko terkena penyakit kulit. Pentingnya pemakaian APD dan perilaku hidup bersih dan sehat selama bekerja, serta diharapkan pekerja menggunakan APD pada saat bekerja dan lebih memperhatikan personal hygiene.   Kata kunci      : Masa Kerja, APD, Personal Hygiene


2019 ◽  
Author(s):  
Stephen Banda

BACKGROUND Occupational conditions are deadly health hazards especially where dust exposure is inevitable causing chronic disabilities, impaired respiratory function and ultimately leading to death if no intensive measures are put in place. Unhealthy practices and negative attitudes rise in the number of cases of pneumoconiosis due to poor health education and awareness strategies. Pneumoconiosis is not only a health problem but also a social and economic burden on the livelihood of people living in mining areas around the globe. OBJECTIVE to assess knowledge, attitude and practices of miners and post-occupational miners towards pneumoconiosis in Wusakile Township, Kitwe, Zambia. METHODS A cross-sectional study was employed to conduct a research in Wusakile Township and a questionnaire was customized in order to syphon data relevant to the study as well to be brief. The study was conducted among 73 participants who were randomly selected among miners and post-occupational miners and all satisfied the inclusion criteria. Both quantitative and qualitative methods were used to collect data. The data was entered and analysed using IBM SPSS software version 23. RESULTS Among 73 participants interviewed, 33.99% of participants had poor knowledge on the complications of pneumoconiosis. However, despite this poor knowledge, all participants had an idea about pneumoconiosis particularly silicosis. 13.70% of the respondents had bad practices towards pneumoconiosis while 86.30% had some good practices towards pneumoconiosis. Of the total participants, 19.18% of the participants had a negative attitude towards pneumoconiosis. Correlation between the level of education and practices of participants using Pearson Chi-Square, a p value of 0.021 (significant) was found ruling out the null hypothesis. CONCLUSIONS Information about pneumoconiosis and awareness programs towards pneumoconiosis are not widely disseminated among miners and post-occupational miners. There is still a significant number of participants who need to be educated more about pneumoconiosis and its complications so that attitude and practices are improved and also promote full community participation by involving competent health professionals to help in implementing preventive measures.


Author(s):  
Fitra Yulia Ningshi ◽  
Suhadi Suhadi ◽  
Jumakil Jumakil

 Stres kerja merupakan gangguan fisik serta emosional pekerja yang diakibatkan oleh banyaknya jumlah beban kerja yang harus diselesaikan oleh para pekerja dan menghasilkan tingkat kelelahan karena mengejartargetproduksi yang akan di pasarkan, sehingga memicu terjadinya stres kerja. Serta ketidakpastian pekerjaan yang dimiliki dapat menyebabkan stres kerja karena sebagian besar dari pekerja merupakan pekerja harian yang tidak terikat oleh kontrak kerja sehingga berpeluang untuk kehilangan pekerjaannya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan faktor pekerjaan dengan stres kerja pada pekerja di PT. Sultratuna Samudra Kendari tahun 2020. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study. Sampel pada penelitian ini sebanyak 72 orang dengan tehnik menggunakan probability sampling. Analisis data meliputi analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketidakpastian pekerjaan dengan stres kerja di PT. Sultratuna Samudra Kendari (p value = 0.003) dan tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah beban kerja dengan stres kerja di PT. Sultratuna Samudra Kendari (p value = 0,893). Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan ketidakpastian pekerjaan dengan stres kerja pada pekerja di PT. Sultratuna Samudra Kendari dantidak terdapat hubungan antara jumlah beban kerja dengan stres kerja pada pekerja di PT. Sultratuna Samudra kendari


2021 ◽  
Vol 2 (01) ◽  
pp. 41-50
Author(s):  
Nurasisa Lestari ◽  
Eva Novawaty ◽  
Muh. Fajrin Wijaya ◽  
St. Fadhillah Oemar Mattalitti ◽  
Lilies Anggarwati Astuti ◽  
...  

Pendahuluan : Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan tulang dan jaringan lunak dari rongga mulut, tindakan tersebut dibatasi oleh bibir, pipi dan terdapat faktor yang dapat mempersulit dengan gerakan lidah dan rahang bawah. Berbagai macam cara dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi silang antara lain dengan pemakaian proteksi diri yaitu masker, kacamata pelindung, sarung tangan, baju praktek, maupun penutup rambut dan kebersihan lingkungan tempat kerja yang meliputi cara pembersihan alat dan lingkungan. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan terhadap tindakan kontrol infeksi pada pasien pencabutan gigi. Bahan dan Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian bersifat observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa kepaniteraan Fakultas Kedokteran Gigi UMI di RSIGM YW-UMI Makassar. Hasil: Sebagai mahasiswa kepaniteraan diketahui terdapat 5,71% dengan pengetahuan yang cukup, dan diketetahui terdapat 94,29% dengan pengetahuan baik. Sedangkan untuk tindakan kontrol infeksi mahasiswa kepaniteraan diketahui terdapat 65,71% dengan tindakan yang cukup dan diketahui terdapat 34,29% dengan tindakan yang baik. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan uji statistic chi-square diperoleh p-value sebesar 0,044. Karena p-value < alpha (0,05). Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan mahasiswa kepaniteraan tentang kontrol infeksi dengan tindakan kontrol infeksi pada pasien pencabutan gigi


2019 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
pp. 38-45
Author(s):  
Helena Wadja ◽  
Hamidah Rahman ◽  
Nani Supriyatni

Diabetes adalah penyakit yang berlangsung lama atau kronis serta ditandai dengan kadar gula (glukosa) darah yang tinggi atau di atas nilai normal. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Diabetes melitus (DM) menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia pada abad ke-21. Jumlah penderita DM mencapai 422 juta orang di dunia pada tahun 2014. Sebagian besar dari penderita tersebut berada di negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki jumlah penderita yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, tingkat stres, dan durasi tidur terhadap kejadian Diabetes Mellitus. Metode penelitian dengan menggunakan desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah  pasien yang datang memeriksakan kadar gula darah di UPTD Diabetes Center Kota Ternate Tahun 2018. Jumlah sampel 95 orang yang diambil dengan cara accidental sampling. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit Diabetes Mellitus adalah tingkat stres dengan p-value = 0,037 ( <0,1 ) dan durasi tidur dengan p-value = 0,025 ( <0,1 ), sedangkan yang tidak berhubungan adalah tingkat pengetahuan dengan p-value = 0,709 ( >0,1 ). Oleh karena itu, disarankan kepada petugas kesehatan lebih meningkkatkan lagi  informasi kepada masyarakat tentang penyakit Diabetes Mellitus, agar masyarakat lebih tahu tentang penyakit Diabetes Mellitus.


Objective: This study was carried out to determine the prevalence of microdontia among patients undergoing orthodontic treatment. Materials and Methods: This was a cross-sectional study conducted at Sindh Institute of Oral Health Sciences, (JSMU) from January-2020 to May-2020. Pre-treatment casts were taken of 140 subjects. The mesiodistal dimension of each tooth was recorded through the vernier caliper. Frequency and percentage were calculated for the presence of microdontia. The test applied was Pearson’s Chi-square test to assess the relationship between microdontia and variables like age and gender. P-value <0.05 was taken as statistically significant. Data analysis was performed on SPSS version 22. Results: A total of 140 subjects were selected i.e. 105 (75%) females and 35 (25%) males aged range 13 -30 years with mean age 18.29 ± 3.88. Out of 42, single tooth microdontia was found in 3 (7.1%), more than one tooth microdontia, and generalized microdontia was present in 36 (85.7%) and 3 (7.1%) respectively. Microdontia was found to be more common in the maxilla (n=42, 100%) than the mandible (n=14, 33.3%). It was found more common in females (n=37, 35.2%) as compared to males (n=5, 14.3%). Statistically significant relationship was found among gender and prevalence of microdontia (p=0.019) with a statistically insignificant relationship between age and presence of microdontia (p=0.228). Conclusions: Microdontia was found to be a frequent dental anomaly, was more common in maxilla and females with a significant association with gender.


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 37-44
Author(s):  
Rahma Yusnita ◽  
Mohamad Huri ◽  
Arvia Arvia

Latar belakang: Proses menua dan bertambahnya usia menjadi lebih tua menyebabkan terjadinya penurunan fisik dan psikologis. Penurunan fisik berdampak pada fungsi kognitif lansia yang berdampak pada meningkatkan tingkat depresi pada lansia. Tujuan penelitian: untuk mengetahui hubungan fungsi kognitif dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Bina Lanjut Usia Sentani Kabupaten Jayapura. Metode penelitian: Jenis penelitian desktriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study yang berlokasi di Panti Bina Lanjut Usia Sentani yang dilaksanakan pada tanggal 17 Mei sampai dengan 12 Juli 2018. sampel dalam penelitian ini adalah lansia sebanyak 49 orang responden. Data diperoleh menggunakan kuesioner MMSE dan kuesioner GDS yang dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian: Secara umum lansia mengalami gangguan fungsi kognitif sebesar 42,9%, kemungkinan kognitif terganggu sebesar 42,9% dan fungsi kognitif normal sebesar 14,3%. Tingkat depresi lansia tertinggi mengalami depresi ringan sebesar 57,1%, depresi sedang sebesar 24,5%, depresi berat sebesar 10,2% dan sedikit yang tidak depresi sebesar 8,2%. Hasil uji statistik antara fungsi kognitif lansia dengan tingkat depresi diperoleh p value = 0,028 < 0,05. Kesimpulan: Ada hubungan antara fungsi kognitif lansia dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Bina Lanjut Usia Sentani Kabupaten Jayapura. Saran: Untuk meningkatkan fungsi kognitif pada lansia, bisa dilakukan dengan banyak membaca serta melakukan kegiatan yang dapat mencegah terjadinya depresi, juga adanya dukungan yang kuat dari perawat, pengelola panti serta keluarga.


Author(s):  
Bambang Irawan ◽  
Erizal

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organisation (WHO) berupaya agar pelayanan kesehatan di dunia ini dapat memberikan suatu sistem pelayanan yang baik untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat diberbagai belahan dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dan fasilitas dengan kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kota Langsa tahun 2019. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 84 responden yang merupakan pasien rawat inap. Data dianalisa secara univarat dan bivariat menggunakan uji Chi square. Hasil penelitian diperoleh ada hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kota Langsa tahun 2019 dengan nilai p-value (0,007) dan ada hubungan fasilitas dengan kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kota Langsa tahun 2019 dengan nilai p-value (0,030).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document