JURNAL PESONA
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

50
(FIVE YEARS 26)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Stkip Muhammadiyah Pringsewu Lampung

2356-2072, 2356-2080

JURNAL PESONA ◽  
2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 81-96
Author(s):  
Tania Intan

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi novel Little Bit of Muffin karya Aiu Ahra yang tergolong Yummy lit yang merupakan perpaduan antara sastra Teen lit dan kuliner. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan struktural, kajian genre sastra, dan gastrokritik. Data berupa kata, frasa, dan kalimat dikumpulkan dari novel dengan teknik mencatat. Data tersebut kemudian diklasifikasikan, diinterpretasikan, dan dianalisis dengan teori-teori yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap elemen struktural mendukung konstruksi narasi cinta yang menjadi fokus Yummy lit selain dunia kuliner. Yummy lit merangkul Teen lit dalam hal pembaca, tema, dan bahasa. Yummy lit juga bisa dikaitkan dengan literatur kuliner karena penulis mengeksplorasi wacana tentang dunia makanan secara masif dan konsisten. Dari tinjauan gastrokritis, terungkap konsep makanan dan kesenangan, makanan dan bricolage, makanan dan nama, serta makanan dan sejarah. Hubungan antara karakter dan makanan ditunjukkan melalui pola produksi dan konsumsi makanan muffin dan kue kering lainnya.Kata kunci: Yummy lit, Teen lit, sastra kuliner, gastrokritik AbstractThis study aims to explore the novel Little Bit of Muffin by Aiu Ahra which is classified as Yummy lit, which is a combination of Teen lit and culinary literature. The method used in this research is a qualitative descriptive with a structural approach, a study of the literary genre, and gastrocriticism. Data in the form of words, phrases, and sentences were collected from the novel using the note-taking technique. The data are then classified, interpreted, and analyzed with relevant theories. The results showed that every structural element supports the construction of the love narrative which is the focus of Yummy lit apart from the culinary world. Yummy lit embraces Teen lit in terms of readers, themes, and language. Yummy lit can also be attributed to culinary literature because the author explores discourse about the world of food massively and consistently. From the gastrocritical review, it is revealed the concept of food and pleasure, food and bricolage, food and names, as well as food and history. The relationship between the characters and food is shown through the production and consumption patterns of food of muffins and other pastries. Keywords: Yummy lit, Teen lit, culinary literature, gastrocriticism 


JURNAL PESONA ◽  
2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 162-169
Author(s):  
Fadhillah Rahma Purba ◽  
Gresia Palentina ◽  
Fitriani Lubis

AbstrakPada artikel ini mendeskripsikan hasil penelitian dari kemampuan dalam penggunaan bahasa baku pada kalangan mahasiswa Universitas Negeri Medan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya penulisan mahasiswa yang mengerti arti pengertian dari bahasa baku tetapi tidak memahami penggunaaan bahasa baku yang sesuai dengan kaidah kebahasaan. hal ini terlihat dari mahasiswa yang masih sering sekali menggunakan bahasa non baku dalam menulis laporan dalam perkuliaha. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa Universitas Negeri Medan dalam berbahasa yang baku, yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah pemahaman mahasiswa dalam penulisan bahasa baku yang sesuai dengan kaidah kebahasaan. Hasil penelitian menunjukan hanya hanya 60% mahasiswa yang memahami bahasa baku yang sesuai kaidah kebahasaan dan masih terdapat 40% mahasiswa yang tidak memahami bahasa baku yang sesuai dengan kaidah kebahasaan. Hasil ini menunjukan bahwa kemampuan menggunakan bahasa baku pada kalangan mahasiswa Universitas Negeri Medan masih rendah dan perlu adanya peningkatan minat dalam meningkatkan kebiasaan menulis bahasa baku.Kata Kunci: Pemahaman, Kaidah kebahasaan, bahasa baku AbstractThis article describes the results of the research on the ability to use standard language among students at the State University of Medan. This research is motivated by the number of writing students who understand the meaning of standard language but do not understand the use of standard language in accordance with linguistic rules. this can be seen from students who still frequently use non-standard language in writing reports in lectures. The purpose of this study was conducted to determine the ability of students at the State University of Medan in standard language, the focus of this study was the understanding of students in writing standard language in accordance with linguistic principles. The results showed that only 60% of students understood the standard language according to the rules. language and there are still 40% of students who do not understand standard language in accordance with linguistic rules. These results indicate that the ability to use standard language among students at the State University of Medan is still low and there needs to be an increase in interest in improving the habit of writing standard language.Keywords: Understanding, language rules, standard language


JURNAL PESONA ◽  
2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 148-161
Author(s):  
Zaqiyatul Mardiah

AbstrakKBBI daring menyebut di sebagai kata depan yang menandai tempat, waktu, dan dapat pula semakna dengan preposisi akan, kepada, dari.  Dengan perspektif semantik kognitif, makna di tidak hanya terbatas pada lima hal yang disebut dalam KBBI tersebut. Penelitian ini mengamati penggunaan preposisi di dengan mengandalkan paradigma semantik kognitif Tyler dan Evans (2003) dan data bahasa Indonesia dari leipzig corpora (https://corpora.uni-leipzig.de/en?corpusId=ind_mixed_2013). Hasil pengamatan menyatakan bahwa preposisi di digunakan dengan makna yang lebih luas dari lima hal yang disebutkan KBBI daring, yaitu makna lokatif (spasial dan nonspasial), makna berada pada lingkup sesuatu, makna beban, makna temporal, dan makna menggantung pada. Makna-makna itu sejatinya bermuara pada satu makna primer, yaitu makna membatasi ruang baik secara fisik geometris, maupun nonfisik geometris.Kata kunci: preposisi, makna primer, makna perluasan, semanti kognitif, spasial AbstractThe online KBBI mentions di as a preposition that marks the place, and time. It also has the same meaning with the prepositions kepada, akan, dan dari. Using a cognitive semantic perspective, the meaning of di  is not only limited to the five things mentioned in the online KBBI. This study observes the use of the preposition di by relying on the cognitive semantic paradigm of Tyler and Evans (2003) and Indonesian data from leipzig corpora (https://corpora.uni-leipzig.de/en?corpusId=ind_mixed_2013). The results state that the preposition di is used with a broader meaning than the five things mentioned in the online KBBI. Those extended senses are  locative sense (spatial and non-spatial), being in the scope of something sense, burden sense, temporal sense, and hanging on   sense, which actually lead to one primary sense, that is the containment sense, both spatial physico-geometric and non-spatial physico-geometric.Keywords: preposition, primary sense, extended sense, cognitive semantics, spatial 


JURNAL PESONA ◽  
2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 137-147
Author(s):  
Fitri Liantari ◽  
A. Rahman ◽  
Rohmah Tussolekha

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis praanggapan yang terdapat dalam tindak tutur tayangan Bocah Ngapa(k) Ya di TRANS 7. Bocah Ngapa(k) Ya merupakan tayangan televisi bergenre komedi. Jenis penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik catat. Analisis data dilakukan dengan membahas tindak tutur dalam tayangan Bocah Ngapa(k) Ya kemudian menganalisis pranggapan yang terdapat dalam tindak tutur tayangan tersebut. Sampel data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak empat episode. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan Tindak Tutur Ekspresif yang mengandung Praanggapan Leksikal, Tindak Tutur Representatif yang mengandung Praanggapan Konterfaktual, Tindak Tutur Direktif yang mengandung Praanggapan Nonfaktual, Tindak Tutur Representatif yang mengandung Praanggapan Leksikal dan Eksistensial, Tindak Tutur Representatif yang mengandung Praanggapan Faktual, dan Tindak Tutur Representatif yang mengandung Praanggapan Leksikal.Kata kunci: tindak tutur, praanggapan, tayangan televisi.  AbstractThis study aims to describe the types of presuppositions contained in the speech act of Bocah Ngapa(k) Ya in TRANS 7. Bocah Ngapa(k) Ya is a comedy genre television show. This type of research is a qualitative descriptive analysis. Collecting data in this study using a note-taking technique. Data analysis was carried out by discussing the speech acts in the show Bocah Ngapa(k) Yes and then analyzing the presuppositions contained in the speech acts of the show. The sample data used in this study were four episodes. Based on the research results, it was found that expressive speech acts contain lexical presuppositions, representative speech acts contain counterfactual presuppositions, directive speech acts contain non-factual presuppositions, representative speech acts contain lexical and existential presuppositions, representative speech acts contain factual presuppositions, and representative speech acts contain factual presuppositions. Containing Lexical Presumptions.Keywords: speech acts, presuppositions, television shows. 


JURNAL PESONA ◽  
2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 97-104
Author(s):  
Shely Nasya Putri

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan Whatsapp dalam kegiatan pembelajaran di masa Pandemi Covid-19. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian studi lapangan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah IAIN Metro. Untuk mengetahui antusiasme siswa dalam menggunakan aplikasi Whatsapp dalam kegiatan pembelajaran, maka dibuatlah Grup Whatsapp. Berdasarkan penelitian, aplikasi Whatsapp dapat digunakan sebagai media pembelajaran online di masa pandemi. Meski tidak ada tatap muka, penggunaan Whatsapp mampu membuat pembelajaran terasa seperti tatap muka di kelas.Kata kunci: WhatsApp, Pembelajaran, Pandemi, Studi Kasus  AbstractThis study aims to examine the use of WhatsApp in learning activities during the Covid-19 Pandemic. The research design used field study research. This type of research is descriptive qualitative. The research subjects were students of the Sharia Economics Law Study Program, Faculty of Sharia, IAIN Metro. In order to find out the enthusiasm of students in using the WhatsApp application in learning activities, a WhatsApp Group was created. Based on research, the Whatsapp application can be used as an online learning media during the pandemic. Even though there is no face to face, the use of WhatsApp is able to make learning feel like face to face in class.Keywords: WhatsApp, Learning, Pandemic, Case Study  


JURNAL PESONA ◽  
2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 122-136
Author(s):  
Nur Wahyudi ◽  
Dadang S Anshori ◽  
Jatmika Nurhadi

AbstrakMedia massa memiliki peran yang sangat besar dalam menyebarkan informasi dan berita. Namun, media massa ini juga dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk membentuk pemahaman atau ideologi bagi masyarakat. Oleh karena itu, media massa dikatakan tidak netral dan masih menggandeng pihak-pihak tertentu. Informasi tentang Papua masih dibatasi oleh mereka yang memiliki kekuasaan, maka masyarakat Indonesia pada umumnya tidak mengetahui apa yang terjadi di Papua dan sebaliknya, masyarakat Papua tidak mengetahui informasi tentang dunia luar. Penelitian ini akan membahas pemberitaan Tirto.id yang berjudul “Rekaman Kekerasan di Papua”. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pisau analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Objek penelitian ini berupa kata, frasa, kalimat atau wacana dalam berita “Rekaman Kekerasan di Papua”. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan teknik catat. Teknik analisis data menggunakan model Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa analisis struktur teks yang dilakukan pada teks berita “Rekaman Kekerasan di Papua” sesuai dengan tiga struktur model analisis wacana Teun A. Van Dijk.Kata kunci: Analisis Wacana Kritis, Struktur Makro, Struktur Mikro, Struktur Super AbstractThe mass media has a very big role in spreading information and news. However, this mass media can also be used by certain parties to form an understanding or ideology for the public. Therefore, the mass media is said to be not neutral and still takes with certain parties. Information abaot Papua is still limited by those who have power, then the Indonesian people in general do not know what is happening in Papua and vice verse, the Papuan people do not know informaiton about the outside world. This research will discuss the Tirto.id news entitled “Recording Violence in Papua”. This research was conducted using rhe critical discourse analysis knife of the Teun A. Van Dijk model. The method used is descriptive qualitative. The object of this research is a word, phrase, sentence or discourses in the news “Recording Violence in Papua”. The data collection technique used the observation technique and note-taking technique. The data analysis technique used the Miles and Huberman model. The results of this study indicate that the text structure analysis carried out on the news text “Recording Violence in Papua” is in according with the three structures of discourse analysis model Teun A. Van Dijk.Keywords: Critical Discourse Analysis, Macro Structure, Micro Structure, Super Structure


JURNAL PESONA ◽  
2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 105-121
Author(s):  
Nurliawati Dide ◽  
Gigit Mujianto

AbstrakTujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui ciri dari pola tutur variasi akrolek, bentuk fungsi tuturan asertif, dan hubungan ciri pola tutur variasi akrolek pada bentuk fungsi tindak tutur asertif dalam siniar Deddy Corbuzier. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Sumber data penelitian adalah interaksi antara pembawa acara dan narasumber dalam siniar Deddy Corbuzier. Data yang digunakan yaitu kutipan percakapan antara pembawa acara dan narasumber yang mengandung variasi bahasa akrolek dan hubungannya dengan tindak tutur asertif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi. Teknik analisis data menggunakan model Miles dan Huberman, yaitu melalui tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) ciri pola tutur variasi akrolek yang terdiri dari bahasa yang berkonotasi tinggi serta bergengsi dan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. (2) bentuk tuturan asertif yang terdiri dari tuturan asertif mengeluh, menyarankan, mengklaim, membanggakan, melaporkan, dan memberitahukan. (3) hubungan ciri pola tutur variasi akrolek pada bentuk fungsi tindak tutur asertif menciptakan suatu respon serta memberikan informasi berdasarkan kenyataan.Kata kunci: tindak tutur, variasi akrolek, tindak tutur asertif. AbstractThe purpose of this study is to find out the characteristics of the acrolectic variation of speech patterns, the form of assertive speech functions, and the relationship between the characteristics of the acrolectic variations of speech patterns in the form of assertive speech acts in Deddy Corbuzier's narration. This research is a qualitative research. The source of research data is the interaction between the presenter and the resource person in Deddy Corbuzier's broadcast. The data used are excerpts from conversations between the presenter and the resource person containing variations of acrolectic language and its relationship with assertive speech acts. Data collection techniques using observation techniques. The data analysis technique uses the Miles and Huberman model, namely through the stages of data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of this study indicate: (1) the characteristics of the acrolectic variation of speech patterns which consist of languages that have high and prestigious connotations and are not in accordance with the rules of the Indonesian language. (2) the form of assertive speech consisting of assertive speech complaining, suggesting, claiming, boasting, reporting, and notifying. (3) the relationship between the characteristics of the acrolectic variation of speech patterns in the form of the function of assertive speech acts creates a response and provides information based on reality.Keywords: speech act, acrolec variation, assertive speech act.


JURNAL PESONA ◽  
2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 72-80
Author(s):  
Idawati Idawati ◽  
Edo Frandika ◽  
Saleh Fahrudin

AbstrakPenelitian memiliki tujuan untuk mengungkapkan makna dari puisi Ahmadun Yosi Herfanda yang berjudul Rahasia Cinta dan Resonansi Indonesia. Peneliti menggunakan Semiotika Pierce untuk mengkaji kedua puisi tersebut. Dalam kajian Semiotika Pierce fokus dalam kajiannya meliputi ikon, indeks, dan simbol. Pemilihan puisi Rahasia Cinta dan Resonansi Indonesia untuk dikaji dalam penelitian ini karena dari puisi Rahasia Cinta dan Resonansi Indonesia menggunakan pemilihan majas dan makna kiasan yang menarik dan menggunakan pilihan majas yang penuh dengan arti, sehingga kedua puisi tersebut sangat cocok untuk dikaji menggunakan kajian Semiotika Pierce. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan tiga unsur Semiotika Pierce dalam kedua puisi tersebut. Ketiga unsur tersebut ialah ikon, indeks, dan simbol. Unsur Semiotika Pierce Pada puisi Rahasia Cinta yang paling dominan ialah ikon sedangkan indeks dan simbol terdapat satu. Dalam puisi Resonansi sama-sama menemukan dua analisis dalam ikon, indeks, dan simbol.Kata kunci: semiotika pierce, puisi, rahasia cinta, resonansi Indonesia AbstractThe aim of this research is to reveal the meaning of Ahmadun Yosi Herfanda's poem, entitled Secrets of Indonesian Love and Resonance. The researcher uses Pierce's Semiotics to study the two poems. In the study of Semiotics, Pierce's focus in his study includes icons, indexes, and symbols. The selection of the Indonesian Secret of Love and Resonance poetry to be studied in this study is because the Indonesian Secret of Love and Resonance poetry uses an interesting selection of figurative language and figurative meanings and uses a choice of figurative language that is full of meaning, so that the two poems are very suitable to be studied using Pierce's Semiotics study. From the results of the research that has been done, three elements of Pierce's Semiotics are found in the two poems. The three elements are icons, indexes, and symbols. Elements of Pierce's Semiotics in the poem Secret of Love, the most dominant is the icon, while the index and symbol are one. In Resonance poetry both find two analyzes in icon, index, and symbol.Keywords: Pierce's semiotics, poetry, secret of love, Indonesian resonance


JURNAL PESONA ◽  
2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 170-176
Author(s):  
Selvi Meila Puspita ◽  
Ani Diana

AbstrakKeterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan utama yang wajib diajarkan pada semua jenjang pendidikan. Adapun ruang lingkup keterampilan berbicara yang diajarkan di sekolah terutama di tingkat sekolah Dasar salah satunya adalah bercerita. Pembelajaran bercerita khususnya pada indikator menceritakan kembali cerita yang didengar dengan kata-kata sendiri merupakan salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa sehingga banyak siswa yang kemampuannya belum memadai dalam bercerita. Untuk itu perlu dilakukan penelitian dengan tujuan agar kemampuan bercerita siswa dapat meningkat.  Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru kelas.  Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan kemampuan bercerita siswa dengan menggunakan media film animasi. Hal ini dapat terlihat pada pelaksanaan siklus I kemampuan siswa meningkat menjadi 57,044 dibanding dengan sebelum menggunakan media film animasi hanya 49,27. Selanjutnya pada siklus II lebih meningkat dari siklus I yakni sebesar 75,34.Kata Kunci: PTK, Bercerita, Media Film Animasi.  AbstractSpeaking skill is one of the main skills that must be taught at all levels of education. The scope of speaking skills taught in schools, especially at the elementary school level, one of which is storytelling. Learning to tell stories, especially on indicators of retelling stories heard in their own words, is one of the materials considered difficult by students so that many students have insufficient ability to tell stories. For this reason, it is necessary to conduct research with the aim that students' storytelling abilities can be increased. In carrying out this research, the researcher collaborated with the classroom teacher. From the results of data analysis, it can be seen that there is an increase in students' storytelling skills using animated film media. This can be seen in the implementation of the first cycle, the students' ability increased to 57,044 compared to before using the animated film media, which was only 49.27. Furthermore, in the second cycle, it increased more than the first cycle, which was 75.34.Keywords: PTK, Storytelling, Animation Film Media


JURNAL PESONA ◽  
2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 1-13
Author(s):  
Jafar Fakhrurozi ◽  
Dian Puspita

 AbstrakPenelitian ini mengkaji konsep Piil Pesenggiri yang terkandung dalam wawancan masyarakat Lampung Saibatin. Piil Pesenggiri dapat diartikan sebagai keharusan hidup bermoral tinggi, berjiwa besar, tahu diri dan kewajiban. Piil Pesenggiri merupakan falsafah hidup masyarakat adat Lampung yang dijadikan landasan sikap dan perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Sikap dan perilaku tersebut dapat ditunjukkan melalui sastra lisan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini berusaha untuk menunjukkan teks wawancan yang mencerminkan konsepsi piil pesenggiri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Pengumpulan data dilakukan dengan proses wawancara, dan pendokumentasian tuturan. Selanjutnya data diolah dan dianalisis sehingga dapat terungkap hasil penelitian. Secara umum hasil penelitian menunjukkan adanya empat konsep piil pesenggiri dalam teks wawancan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai upaya pendokumentasian, penyelamatan, dan pelestarian bahasa dan budaya Lampung.Kata kunci: Piil Pesenggiri, Sastra Lisan, Wawancan, Lampung, Saibatin  AbstractThis study examines the concept of Piil Pesenggiri contained in the wawancan of the Lampung Saibatin community. Piil Pesenggiri can be interpreted as the necessity to live with high morals, to have a big spirit, to know yourself and to have obligations. Piil Pesenggiri is a phil osophy of life for the indigenous people of Lampung which is used as the basis for people's attitudes and behavior in their daily life. These attitudes and behaviors can be shown through oral literature. Based on this, this study seeks to show wawancan texts that reflect the conception of piil pesenggiri. This study uses a qualitative approach with ethnographic methods. The data was collected by means of an interview process and documentation of the speech. Furthermore, the data is processed and analyzed so that it can reveal the results of the research. In general, the results of the study indicate that there are four concepts of piil pesenggiri in wawancan texts. The results of this research can be used as an effort to document, save, and preserve Lampung language and culture.Key words: Piil Pesenggiri, Oral Literature, Wawancan, Lampung, Saibatin 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document