Potret Pemikiran
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

63
(FIVE YEARS 22)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Iain Manado

2528-0376, 1693-1874

2021 ◽  
Vol 25 (1) ◽  
pp. 44
Author(s):  
Sahari Sahari ◽  
Andi Fikra Pratiwi Arifuddin

Abstrak The purpose of this research is tofind out student opinions on religious polarization on social media in the 2019 presidential and vice presidential elections, and how social media educates new voters (melinial). The method used is qualitative, the reason is because this research requires field data that is actual and contextual, qualitative methods have a very high degree of adaptability so that researchers can adjust to situations and conditions that are constantly changing when data collection. This research found some important notes that manysocial media which makes use of religious issues and a religious polarization strategy to win certain candidates in the 2019 presidential election, because it is considered effective in influencing the attitudes of voters, especially from millennials (students), even though many political experts claim / admit that playing religious sentiment violates ethics and is not good for millennial generation political education. Apart from being a campaign tool, social media is also used as an effort and strategy to provide political education for the millennial generation by stakeholders, such as the KPU and Bawaslu, in order to avoid exposure to hoax news, black campaigen, money politics and so on which can injure the greatness of the democratic party. Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapat mahasiswa terhadap polarisasi agama di media sosial pada pemilihan presiden dan wakil presiden Tahun 2019, dan bagaimana media sosial mengedukasi pemilih pemula (melinial). Metode yang digunakan yakni kualitatif, alasannya karena penelitian ini membutuhkan data lapangan yang bersifat aktual dan kontekstual, metode kualitatif memliki tingkat adaptabilitas yang sangat tinggi sehingga peneliti bisa menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang senantiasa berubah saat pengambilan data. Penelitian ini menenemukan beberapa catatan penting bahwa banyak media sosial yang memanfaatkan issu agama dan strategi polarisasi agama untuk memenangkan calon tertentu pada pemilihan pilpres 2019,  karena diangap efektif untuk mempengaruhi sikap pemilih terutama dari kalangan milenial (mahasiswa), padahal banyak pakar politik yang menyatakan/mengakui bahwa memainkan sentiment agama melanggar etika dan kurang baik untuk pendidikan politik generasi milenial. Selain sebagai alat kampanye, media sosial juga dimanfatkan sebagai usaha dan strategi untuk memberikan pendidikan politik bagi generasi milenial oleh pemangku kepentingan, seperti KPU dan Bawaslu, agar terhindar dari paparan berita Hoax, black campaigen, money politik dan sebagainya yang dapat menciderai khitmadnya pesta demokrasi. Kata kunci: isu agama, pendidikan politik, media sosial.


2021 ◽  
Vol 25 (1) ◽  
pp. 60
Author(s):  
Nevy Rusmarina Dewi ◽  
Wahyu Khoiruzzaman ◽  
Muhammad Fatwa Fauzian ◽  
Abdul Ghofur

ABSTRACTThe radicalism movement is currently one of the centres of attention of the Indonesian government because several incidents have repeatedly occurred in Indonesia. The radicalism movement is a concept that wish changes in society using a narrow religious understanding base which usually leads to bomb terror acts. The Central Java region is one area that is often used as the basis of radicalism movements spreading across various regions. The government cooperates with several Islamic organizations, one of which is (Nahdlatul Ulama), to take part in preventing radicalism that can threaten the integrity of the nation and state. This article aims to reveal the role of Nahdlatul Ulama's national politics in repressing the radicalism movement in Indonesia, especially in the Pati Regency area. The research method applied is qualitative with a literature study approach and through interviews. The NU Branch Leader (PCNU) made several programs to repress radicalism in the Pati Regency area, among others, by solidifying students in the Nahdlatul Ulama Student Association (IPNU) by holding Basic Leadership Training (LDK) in collaboration with the National Military Forces (TNI) and academics. In addition, Ansor and Banser of Pati Regency were active in conducting discussions with the theme of counteracting radicalism. These activities by Nahdlatul Ulama are effective in repressing radicalism in the Pati Branch area.  Keywords: national politics; radicalism; PCNU Pati Kabupaten.ABSTRAKGerakan radikalisme pada saat ini menjadi salah satu pusat perhatian pemerintah Indonesia karena berulang kali aksi ini terjadi di Indonesia. Gerakan radikalisme merupakan paham yang menginginkan perubahan dalam masyarakat yang seringnya menggunakan dasar pemahaman agama yang sempit yang biasanya berujung pada aksi teror bom. Wilayah Jawa Tengah merupakan salah satu wilayah yang sering menjadi basis gerakan radikalisme yang tersebar di berbagai daerah. Pemerintah menggandeng beberapa ormas Islam salah satunya adalah Nahdlatul Ulama yang ikut andil dalam rangka pencegahan radikalisme yang dapat mengancam keutuhan bangsa dan negara.  Artikel ini bertujuan mengungkap peran politik kebangsaan Nahdlatul Ulama dalam membendung gerakan radikalisme di Indonesia khususnya di wilayah Kabupaten Pati. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi literatur serta melalui wawancara. PCNU membuat beberapa program yang dilaksanakan dalam rangka membendung radikalisme di wilayah Kabupaten Pati antara lain dengan mensolidkan para pelajar dalam Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dengan mengadakan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) yang bekerjasama dengan TNI maupun akademisi.  Selain itu Ansor dan Banser Kabupaten Pati aktif untuk melakukan diskusi dengan tema menangkal radikalisme. Kegiatan-kegiatan tersebut efektif dalam rangka membendung radikalisme oleh Nahdlatul Ulama di wilayah Cabang Pati.Kata kunci: politik kebangsaan; radikalisme; PCNU Kabupaten Pati.


2021 ◽  
Vol 25 (1) ◽  
pp. 91
Author(s):  
Kamaruddin Mustamin ◽  
Muhammad Gazali Rahman ◽  
Arhanuddin Salim

ABSTRACT This article aims to discover and probe deeper into the acculturation process of local culture with the practices and traditions of the maulid of the Prophet Muhammad in the Gorontalo community. This study uses a phenomenological qualitative approach. Data collection methods applied are in-depth interviews, observation, and documentation. The results of the study found that the presence and expansion of Islam in Gorontalo also influenced the religious perspective held by the people of Gorontalo. The willingness of the local community to adapt to the new teachings of Islam that they believe is a reinforcement of the acculturation of local cultural practices with the implementation of the tradition of the maulid of the Prophet Muhammad. The early Islamic preachers in Gorontalo managed to distinguish between the part of the local culture that still worth preserved and the part that must be preserved. This combination and acculturation effort between Islam and local culture is able to engender a new version and level of culture that is unique and has a local character. The innovative ability of the preachers to communicate Islamic rituals to the local culture of the Gorontalo people, can lead to a critical appreciation of the local values of the community's culture and the characteristics that accompany these values. Keywords: tradition; political; culture.ABSTRAKArtikel ini bertujuan untuk mengetahui dan menggali lebih dalam proses akulturasi budaya lokal dengan praktik dan tradisi maulid Nabi Muhammad saw. dalam masyarakat Gorontalo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menemukan bahwa kehadiran dan ekspansi Islam di Gorontalo turut mempengaruhi cara pandang keagamaan yang dianut oleh masyarakat Gorontalo. Kesediaan masyarakat lokal untuk mau beradaptasi dengan ajaran Islam yang baru mereka yakini menjadi penguat dari akulturasi praktik budaya lokal dengan pelaksanaan tradisi maulid Nabi Muhammad saw. Para pendakwah Islam awal di Gorotalo berhasil memilah antara bagian budaya lokal yang masih layak dipertahankan dan bagian yang harus dilestarikan. Upaya kombinasi dan akulturasi antara Islam dan budaya lokal ini mampu melahirkan versi dan level budaya baru yang khas dan bercorak lokal. Kemampuan inovasi para pendakwah mendialogkan ritual Islam dengan budaya lokal masyarakat Gorontalo, dapat mengantarkan diapresiasinya secara kritis nilai-nilai lokalitas dari budaya masyarakat beserta karakteristik yang mengiringi nilai-nilai itu.Kata kunci: tradisi; politik; budaya.


2021 ◽  
Vol 25 (1) ◽  
pp. 75
Author(s):  
Ahmad Wasil ◽  
Muhammad Tajuddin

ABSTRACT Understanding religious tolerance from the perspective of kiai Sholeh is that basically religion presents on earth as a guide and conveyer of peace for people. The purpose of this research is to determine the religious tolerance from the perspective of KH. M. Sholeh Bahruddin and to explore the practice. This research is a type of qualitative research with a phenomenological approach and the theory of structural functionalism by Talcott Parsons where data sources classified as primary and secondary data. The data collection techniques applied in this study are participant observation, in-depth interviews and documentation studies. In this study, the data analysis process includes data reduction, data presentation and conclusions. The results of the study discover that religious tolerance from the perspective of kiai Sholeh are derived from the commands of the Qur'an and hadith, orders from parents and teachers, the application of the ideology of Ahlus Sunnah wal Jamaah. Kyai Sholeh's practice of religious tolerance in Sufism includes the application of Galak Gampil's fiqh law, and peaceful behavior towards anyone. This reflected in his da'wah with the method of "embracing not hitting, looking for friends, not looking for opponents, inviting not to mock and spreading mercy not curses" and adhering to his principles of associating with non-Muslims, namely "Single skipper is only different in appearance" and "there are no minority nor majority communities, but plurality” for all humans without being limited by ethnicity, religion, race, and culture. The attitude of tolerance includes: broad and honest, namely: the attitude of students in having many and deep scientific views and insights, both worldly science, ukhrowi science and social science. Keywords: tolerance; religious; KH. M. Soleh BahruddinABSTRAKDalam memahami toleransi beragama perspektif kiai Sholeh pada dasarnya agama hadir di muka bumi sebagai petunjuk dan pembawa ketentraman bagi umatnya. Tujuan penelitian ini yaitu Mengetahui toleransi beragama perspektif KH. M. Sholeh Bahruddin dan mengetahui praktik toleransi beragama. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi serta teori struktural fungsionalisme Talcott Parsons dengan sumber data menggunakan data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu observasi partisipan, wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Dalam penelitian ini, proses analisis data yaitu meliputi reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa toleransi beragama perspektif kiai Sholeh yaitu perintah Al-Qur’an dan hadis, perintah orang tua bersama guru, penerapan ideologi ahlus wal jamaah Sunnah. Praktik toleransi beragama kiai Sholeh dalam tasawuf yaitu meliputi penerapan hukum fikih Galak Gampil, perilaku hidup damai terhadap siapa pun. Hal ini tercermin dalam dakwah beliau dengan metode "merangkul tidak memukul, mencari kawan tidak mencari lawan, mengajak tidak mengejek dan menebar rahmat bukan laknat" serta berpegang pada prinsip bergaul beliau terhadap nonmuslim yaitu “Tunggal juragan hanya beda penampilan” dan “tidak ada masyarakat minoritas dan mayoritas namun yang ada adalalah pluralitas” kepada semua manusia tanpa dibatasi sekat suku, agama, ras, dan budaya. Sikap toleransi meliputi: luas dan juwes, yaitu: sikap santri di dalam berpandangan dan berwawasan keilmuan yang banyak dan mendalam, baik keilmuan duniawi ilmu ukhrowi serta ilmu sosial kemasyarakatan.Kata kunci: toleransi; beragama; KH. M. Soleh Bahruddin.


2021 ◽  
Vol 25 (1) ◽  
pp. 112
Author(s):  
Anwar Hafidzi ◽  
Masyitah Umar ◽  
Mohd Hatta Mohd Hani ◽  
Rusdiyah Rusdiyah

This study reveals the tradition of the Banjar inland tribes in their marriage rituals. For a Banjar ethnic woman, who adheres to her cultural customs, a marriage for them will only take place when it is arranged by the family. Arranged marriage means a marriage determined by the family with the prospective husband chosen by the family on certain factors. Family is the dominant factor that determines the future of a Banjar ethnic woman especially in the aspect of marriage. The research methodology used in this research is a literature review that reveals the secrets behind conventional marriage practices using a phenomenological approach. Firstly, this study found that for the Banjar ethnic group, traditionally arranged marriages are compulsory. Second, there is a culture of giving money in a nominal amount to the bride’s family before the wedding takes place. Third, the bride’s home must be filled with donations such as furniture or daily household necessities. If things as stated cannot be met, then the bride’s family will look for another prospective husband for her daughter. Such a marriage tradition is the practice and belief of the ancestors of the Banjar tribe, it is an ancient practice of dynamic animism.Keywords: Rituals; marriages; customs; Banjar; Indonesia.


2021 ◽  
Vol 25 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Nyayu Siti Zahrah

ABSTRACT This study examines the zikr of the students of Ma'had al-Jami'ah UIN Raden Fatah Palembang from the perspective of tarekat science. This research was motivated by the existence of a zikr ritual performed by students at Ma'had al-Jami'ah UIN Raden Fatah Palembang which, through observation, had similarities with the teachings of Sufism and several tarekat schools, both in terms of adab, reading, movement, tone and intonation. Therefore; the author analyzed the zikr of the students of Ma'had al-Jami'ah UIN Raden Fatah in terms of the tarekat science perspective. In this study, the author uses a type of qualitative research with phenomenological analysis which means observing the phenomena that occur during the research. The results of this study are that the zikr performed by Ma'had al-Jami'ah students at UIN Raden Fatah Palembang has the same purpose as the zikr goals in Sufism teachings, namely to get closer to Allah, while in terms of reading, it has similarities with the recitation of the zikr in the Naqsabandiyah congregation. In terms of the adab and the movement, they are more of the ones of the zikr in the teachings of Sheikh Abdus Samad al-Palimbani. However, the tone and intonation of the zikr performed by the students partly have similarities with the tone and intonation of the zikr on the teachings of the Sammaniyah order. This is because the imam of the zikr, Mr. Munir, is a follower of two tarekat schools, namely the Naqsabandiyah and the Sammaniyah congregations.Keywords:zikr; mysticism; tarekat.ABSTRAKPenelitian ini mengkaji tentang zikir mahasantri Ma’had al-Jami’ah UIN Raden Fatah Palembang yang ditinjau dari perspektif ilmu tarekat. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya ritual zikir yang dilaksanakan oleh mahasantri di Ma’had al-Jami’ah UIN Raden Fatah Palembang yang ketika diamati zikir ini memiliki kesamaan dengan ajaran tasawuf dan beberapa tarekat, baik dari segi adab, bacaan, gerakan, nada dan intonasi. Maka dari itu, penulis ingin menganalisis zikir mahasantri Ma’had al-Jami’ah UIN Raden Fatah ditinjau dari perspektif ilmu tarekat. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan analisis fenomenologi yang berarti mengamati fenomena-fenomena yang terjadi pada saat penelitian berlangsung. Adapun hasil penelitian ini adalah bahwa zikir yang dilaksanakan oleh mahasantri Ma’had al-Jami’ah UIN Raden Fatah Palembang memiliki tujuan yang sama dengan tujuan zikir pada ajaran tasawuf yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan dari sisi bacaan, zikir yang dilakukan mahasantri Ma’had al-Jami’ah sebagian besar memiliki kesamaan dengan bacaan zikir pada tarekat Naqsabandiyah, tetapi dari sisi adab zikirnya lebih kepada adab zikir ajaran Syekh Abdus Samad al-Palimbani, namun nada dan intonasi zikir yang terdapat dalam zikir ini sebagian memiliki kesamaan dengan nada dan intonasi zikir pada ajaran tarekat Sammaniyah. Sedangkan gerakan zikirnya mengikuti gerakan zikir dari ajaran Syekh Abdus Samad al-Palimbani. Hal ini dikarenakan imam zikir tersebut yaitu Bapak Munir merupakan pengikut dua aliran tarekat yaitu tarekat Naqsabandiyah dan tarekat Sammaniyah.Kata kunci: zikir; tasawuf; tarekat


2021 ◽  
Vol 25 (1) ◽  
pp. 30
Author(s):  
Hasyim Sofyan Lahilote

ABSTRACT This article examines the iwadh tradition, which is a hereditary custom practiced after the month of Ramadan and has become one of the characteristics of the Kampung Arab community that distinguishes it from other communities in the City of Manado. The purpose of this study is to determine the practice of the iwadh tradition and the function of practicing this tradition for the people of Kampung Arab. This research is descriptive qualitative with an empirical approach. Data collection techniques were carried out by means of observation, interviews, and documentation. The results of this study illustrate that this tradition is carried out by the people of Kampung Arab as a gathering place for fellow residents, as well as those from other villages involved in this activity, after the implementation of the Ramadan fast, and as a sign of gratitude after the implementation of fasting for one month. The essence of the practicing of this tradition is to forgive each other mistakes that occur between people so that the practice of fasting carried out during the month of Ramadan is expected to be accepted by Allah SWT. In addition, it has developed into a meeting place for parents, relatives and friends who have not seen each other for a long time.Keywords: tradition, Kampung Arab, iwadh. ABSTRAKArtikel ini meneliti tentang tradisi iwadh yakni suatu kebiasaan turun-temurun yang dilakukan setelah bulan Ramadan dan telah menjadi salah satu ciri khas masyarakat Kampung Arab yang membedakan dengan komunitas masyarakat lainnya yang ada di Kota Manado. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan tradisi iwadh beserta fungsi pelaksanaan tradisi ini bagi masyarakat Kampung Arab. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan pendekatan empiris. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dalam penelitian ini menggambarkan bahwa tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Kampung Arab sebagai ajang sillaturrahmi antarsesama warga Kampung Arab, maupun warga lain yang terlibat dalam kegiatan ini, pascapelaksanaan puasa Ramadan, dan sebagai tanda syukur setelah pelaksanaan puasa selama satu bulan. Inti dari pelaksanaan tradisi ini adalah saling mengikhlaskan segala kesalahan yang terjadi antarmasyarakat sehingga amalan puasa yang dilakukan selama bulan Ramadan diharapkan dapat diterima Allah Swt. Di samping telah berkembang menjadi ajang untuk bertemu dengan saudara serta sahabat dan orang tua yang telah jauh dan lama tidak bertemu.Kata kunci: tradisi, kampung Arab, iwadh.


2020 ◽  
Vol 24 (1) ◽  
pp. 58
Author(s):  
Anwar Hafidzi

This research begins with an understanding of the endemic radicalism of society, not only of the real world, but also of various online social media. This study showed that the avoidance of online radicalism can be stopped as soon as possible by accusing those influenced by the radical radicality of a secular religious approach. The methods used must be assisted in order to achieve balanced understanding (wasathiyah) under the different environmental conditions of the culture through recognizing the meaning of religion. The research tool used is primarily library work and the journal writings by Abu Rokhmad, a terrorist and radicalise specialist. The results of this study are that an approach that supports inclusive ism will avoid the awareness of radicalization through a heart-to-heart approach. This study also shows that radical actors will never cease to argue dramatically until they are able to grasp different views from Islamic law, culture, and families.Keywords: radicalism, deradicalization, multiculturalism, culture, religion, moderate.Penelitian ini berawal dari paham radikalisme yang telah mewabah di masyarakat, bukan hanya di dunia nyata, bahkan sudah menyusup di berbagai media sosial online. Penelitian ini menemukan bahwa cara menangkal radikalisme online dapat dilakukan pencegahan sedini mungkin melalui pendekatan konseling religius multikultural terhadap mereka yang terkena paham radikal radikal. Diantara teknik yang digunakan adalah melalui pemahaman tentang konsep agama juga perlu digalakkan agar memunculkan pemahaman yang moderat (wasathiyah) diberbagai keadaan lingkungan masyarakat. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah library research dengan sumber utama adalah karya dan jurnal karya Abu Rokhmad seorang pakar dalam masalah terorisme dan radikalisme. Temuan penelitian ini adalah paham radikalisasi itu dapat dihentikan dengan pendekatan hati ke hati dengan mengedepankan budaya yang multikultural. Kajian ini juga membuktikan bahwa pelaku paham radikal tidak akan pernah berhenti memberikan argumen radikal kecuali mampu memahami perbedaan pendapat yang bersumber dari syariat Islam, lingkungan sosial, dan keluarga.Kata kunci: radikalisme, deradikalisasi, multikultural, budaya, agama, moderat.


2020 ◽  
Vol 24 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Qolbi Khoiri

This research starts with the phenomenon of pesantren that grows and develops in the midst of society, especially Bengkulu province. The existence of the pesantren is managed independently by the community. With regard to this matter, it is important to examine the community's participation and contribution in the context of strengthening the existing pesantren institutions. This research was conducted using qualitative research, where the source of the research consisted of leaders of pesantren, teachers, and students. Data is processed in several stages, namely tabulation, coding, and conclusion analysis based on needs by referring to the research problem. The results showed that pesantren in Bengkulu Province involved the community in various activities, such activities were in the form of routine programs and programs that were carried out regularly. The leadership of the pesantren also involves the community in the form of material contributions, this is to support the funding of the pesantren management and in order to complete the pesantren's facilities and infrastructure. The pesantren that carried out the participation and contribution models were the Hidyatullah Islamic Boarding School in Bengkulu City, Bengkulu City Pancasila Boarding School, South Bengkulu Alquraniyah Boarding School, South Bengkulu Makrifatul Ilmi Islamic Boarding School, Raudah Seluma Boarding School, and Jaal Haq Boarding School in Bengkulu City, dus Hasanah Islamic Boarding School in Central Of Bengkulu.Keywords: Strengthening Pesantren Institutions; Participation; Contributions; SocietyPenelitian ini berangkat dari fenomena pesantren yang tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat khususnya provinsi Bengkulu. Keberadaan pesantren tersebut dikelola secara mandiri oleh masyarakat. Berkenan dengan hal tersebut, maka penting untuk diteliti mengenai bagaimana partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam rangka penguatan kelembagaan pesantren yang ada. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian kualitatif, dimana sumber penelitian terdiri dari pimpinan pesantren, pengajar dan santri. Data diolah dengan beberapa tahapan, yaitu tabulasi, koding dan analisis simpulan berdasarkan kebutuhan dengan merujuk pada masalah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pesantren yang ada di Provinsi Bengkulu melibatkan masyarakat dalam berbagai kegiatannya, kegiatan tersebut dalam bentuk program rutin dan program yang dilakukan secara berkala. Pimpinan pesantren juga melibatkan masyarakat dalam bentuk kontribusi materi, hal ini guna menopang pembiayaan pengelolaan pesantren dan dalam rangka melengkapi sarana dan prasarana Pesantren. Adapun pesantren yang melakukan model partisipasi dan kontribusi tersebut adalah Pesantren Hidyatullah Kota Bengkulu, Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, Pesantren Alquraniyah Bengkulu Selatan, Pesantren Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan, Pesantren Raudah Seluma, dan Pesantren Jaal Haq Kota Bengkulu serta Pesantren Hasanah bengkulu Tengah. Kata kunci: Penguatan Kelembagaan Pesantren; Partisipasi, Kontribusi; Masyarakat


2020 ◽  
Vol 24 (1) ◽  
pp. 47
Author(s):  
Ishak Talibo ◽  
Faradila Hasan

This article discusses moral philosophy in the context of modern ethical thought. The currents that the authors mean are various ethical value systems introduced by several critical thinkers who have long colored the world from the Greek era to our present time. The method used in this research is library research. Greek philosophers perceive morals as something that is fitri, which will exist with the existence of man himself from the results he obtained based on pure logic without undergoing change and is permanent because it has been owned since birth. But in general, they do not have a standardized agreement because they are extracted based on the power of thought related to the conditions of their residence and experience. Muslim philosophers perceive that morals are basic traits that are firmly planted and color the behavior of a person with these basic qualities and then spontaneous treatment appears without going through thought or prolonged consideration.Keywords: Philosophy; Morality; modern ethics. Artikel ini membahas filsafat akhlak dalam konteks pemikiran etika moderen. Arus yang penulis maksudkan adalah berbagai sistem nilai etika yang diperkenalkan oleh beberapa tokoh pemikir kritis yang sudah sejak lama mewarnai dunia mulai zaman Yunani sampai pada masa kita sekarang ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research. Filosof Yunani mempersepsikan akhlak sebagai sesuatu yang fitri, yang akan ada dengan adanya manusia sendiri dari hasil yang di dapatnya berdasar logika murni tanpa mengalami perubahan dan bersifat tetap karena telah dimiliki sejak lahir. Namun secara umum mereka belum memiliki ukuran kesepakatan yang baku karena di gali berdasarkan kekuatan pikir terkait dengan kondisi tempta tinggal serta pengalaman mereka. Filosof Muslim mempersepsikan bahwa akhlak merupakan sifat-sifat dasar yang tertanam kokoh dan mewarnai tingkah laku seseorang dengan sifat-sifat dasar tersebut kemudian muncul perlakuan spontan tanpa melalui pemikiran atau pertimbangan yang berkepanjangan.Kata kunci: Filsafat; Akhlak; etika modern.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document