JURNAL NUKLEUS PETERNAKAN
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

10
(FIVE YEARS 10)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Nusa Cendana

2656-792x, 2355-9942

2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 63-74
Author(s):  
Sefrans Banamtuan ◽  
I Gusti Ngurah Jelantik ◽  
G. A. Y. Lestari

The objective of this experiment was to evaluate the effect of corn fodder on intake and fiber digestibility, volatile fatty acid and blood glucose concentration  of weaned Ongole x Brahman calves. This experiment followed a 4x4 latin square design with four treatments, i.e. G : 100% nature grass silage, GCF1 : 35% nature grass silage, 35% corn fodder silage and 30% concentrate, GCF2 : 17,5% nature grass silage, 52,5% corn fodder and 30% concentrate, GCF3 : 70% corn fodder and 30% concentrate. The measured variables included fiber intake and digestibility, volatile fatty acid and blood glucose concentration. Data were subjected to Analysis of Variance (Anova) followed by Duncan Multiple Range Test to separate between means with SPSS 21. Result showed that fiber intake was significantly (P<0,05) lower in GCF3 (299,88 g.d-1) compared to the other treatments which varied between 661,55 to 1293,95 g.d-1. Fiber digestibility, however, did not differ (P>0,05) between treatments, i.e. varied between 55,95 to 72,65%. Volatile Fatty Acid concentration increased (P<0,05) with the increasing  levels substitutions of corn fodder in feed. The treatments did not affect (P>0,05) blood glucose concentration of Ongole calves. It can be concluded that substitution of corn fodder for native grass silage has significant effect on fiber intake and Volatile Fatty Acid concentration but not on fiber digestibility and blood glucose  concentration of weaned cross Ongole calves.


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 55-62
Author(s):  
Ninengah Suryani ◽  
I Made Suaba Aryanta

The aimed of this study was to determine the effect of Curcuma Xanthorrhiza meal 0%, 0.5%, 0.75% and 1% on the efficiency of protein use (protein consumption, protein intake, body weight gain and protein efficiency ratio (REP). Twelve castration male pigs aged 3 months with an average body weight of 33.8 kg (CV = 23%). This study used a randomized block design (RBD) with four treatments and three replications. The treatment diets namely: R0 (100% basal diet without curcumin meal), R1 (basal diet + 0.5% curcumin meal), R2 (basal diet + 0.75%  curcumin meal and R3 (basal deat + 1% curcumin meal). The results showed that the addition up to 1% had no significant effect on ration consumption, protein consumption, protein utilization and protein efficiency ratio (PER) (P <0.05). It was concluded that the addition up to 1% curcuma meal could not increased protein efficiency. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek penambahan tepung temulawak (Curcuma xanthorrhiza) 0%, 0,5%, 0,75% dan 1% dalam ransum terhadap efisiensi penggunaan protein: konsumsi protein, asupan protein, pertambahan bobot badan dan rasio efisiensi protein (REP) ternak babi.  Dua belas ekor babi jantan kastrasi umur 3 bulan dengan bobot badan rata-rata 33,8 kg (CV=23%).  Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan.  Perlakuan pakan terdiri dari : R0 (100 % ransum basal tanpa tepung temulawak), R1 (ransum basal + 0,5% tepung temulawak), R2 (ransum basal + 0,75% tepung temulawak) dan R3 ransum basal + 1% tepung temulawak).  Hasil penelitian menunjukkan penambahan tepung temulawak sampai 1% berpengaruh tidak nyata terhadap konsumsi ransum, konsumsi protein, asupan protein  dan Rasio Efisiensi Penggunaan Protein (REP) (P>0,05).  Disimpulkan bahwa penambahan tepung temulawak sampai1% belum mampu meningkatkan efisiensi penggunaan protein oleh ternak babi fase pertumbuhan.


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 75-85
Author(s):  
S. E. Manehat ◽  
I Gusti Ngurah Jelantik ◽  
I. Benu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan komplit fermentasi berbasis serasah gamal dan batang pisang dengan rasio yang berbeda terhadap tingkah laku makan ternak kambing kacang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Keempat perlakuan tersebut adalah P0S70:  70% serasah gamal dan 30% konsentrat, P30S40 : 30% batang pisang, 40% serasah gamal dan 30% konsentrat, P40S30: 40% batang pisang, 30% serasah gamal dan 30% konsentrat, P70S0 : 70% batang pisang dan 30% konsentrat. Parameter yang diukur terdiri dari frekuensi dan lama makan, frekuensi dan lama ruminasi serta frekuensi dan lama istirahat. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis of Variance (ANOVA) diikuti dengan uji jarak berganda Duncan mengunakan SPSS 23. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi makan lebih rendah (P<0,05) pada perlakuan P0S70 (16,6 kali per hari) dibandingkan dengan perlakuan lainnya yang bervariasi antara  22,9 sampai 26,1 kali per hari.  Lama makan tidak berbeda di antara perlakuan (P>0,05) yaitu bervariasi antara 7,5 sampai 8,8 jam. Frekuensi dan lama ruminasi serta frekuensi dan lama istirahat beturut-turut bervariasi antara 26 sampai 33 kali dan 5,3 sampai 10 jam per hari serta 36,3 sampai 39,8 kali dan 7,3 sampai 12 jam per hari.  Lama ruminasi meningkat (P<0,05) dengan meningkatnya proporsi batang pisang di dalam pakan komplit, tetapi frekuensi ruminasi tidak berbeda antar pelakuan (P>0,05). Perlakuan berbengaruh nyata (P<0,05) terhadap lama istirahat tetapi tidak berpengaruh terhadap frekuensi istirahat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedan rasio antara batang pisang dan serasah gamal menyebabkan perbedaan frekuensi makan, lama ruminasi dan lama istirahat tetapi tidak merubah lama makan, frekuensi ruminasi dan istirahat.


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 23-33
Author(s):  
Edwin Jermias Lazarus ◽  
Emma Dyelim Wie Lawa

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan efek penggunaan produk gelatinisasi empulur gewang dengan urea terhadap pertumbuhan sapi bali yang mendapat rumput alam sebagai ransum basal. Lima belas ekor sapi bali jantan dialokasikan untuk mendapat satu dari tiga perlakuan pemberian ransum yaitu, urea dicampur empulur gewang (R0), produk gelatinisasi empulur gewang dengan urea sebanyak 15% (R1) dan produk gelatinisasi empulur gewang dengan urea sebanyak 30% (R2). Rancangan acak lengkap digunakan sebagai rancangan percobaan dengan 3 perlakuan dan 5 ulangan. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis ragam dan uji lanjutan Duncan. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan produk gelatinisasi empulur gewang dengan urea meningkatkan konsumsi, kecernaan, pertambahan bobot badan dan efisiensi penggunaan ransum sapi bali (P<0,01). Respon ternak sapi bali lebih tinggi pada penggunaan produk gelatinisasi empulur gewang dengan urea dalam ransum dibanding campuran empulur gewang dengan urea. Penggunaan produk gelatinisasi empulur gewang dengan urea sebanyak 30% dalam ransum nyata lebih tinggi dibanding penggunaan sebanyak 15%. Disimpulkan bahwa penggunaan produk gelatinisasi empulur gewang dengan urea sebagai suplemen dalam ransum meningkatkan konsumsi, kecernaan, pertambahan bobot badan dan efisiensi penggunaan ransum ternak sapi bali yang mengkonsumsi rumput alam dibanding penggunaan empulur gewang dicampur urea. Respon pertumbuhan tertinggi ditunjukkan ternak sapi bali yang mendapat produk gelatinisasi empulur gewang dengan urea 30% dalam ransum.


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 6-13
Author(s):  
Sabarta Sembiring ◽  
Pratiwi Trisunuwati ◽  
Osfar Sjofjan ◽  
Irfan H. Djunaidi

Sixteen crossbred growing pigs Duroc x Landrace, (10 weeks of age; initial body weight 27 ± 3.92 kg) were allotted into four treatments in a randomized block design to evaluate the effects of inclusion of fermented kepok banana corm (FKBC) in the diet on the nutrient digestibility of growing pigs. There were four treatments diets offered:  basal diets without FKBC (RO); basal diets + 7% FKCB (R1); basal diets + 14% FKCB (R2); basal diets + 21% FKCB (R3). Inclusion of 21% FKBC in the diet of pigs significantly reduced (P <0.01) dry matter intake and organic matter compared to the control diet. There were no significant different between 14% and 21% FKCB on the intake and digestibility of dry matter and organic matter of the pigs. However, inclusion of FKCB at the level of 7% showed the optimum digestibility of dry matter, organic matter, crude protein, and energy with the average value of 66.57%, 70.48%, 83,43% and 70,76%, respectively. In addition, mineral consumption and retention of Ca and P were 14.3 and 9.1 g/h, respectively with the value of mineral retention both Ca and P were 11.9 and 7.5 g/h, respectively. It can be concluded that inclusion of FKCB at the level of 7% increased dry matter digestibility and organic matter. ABSTRAK Sejumlah 16 ekor ternak babi persilangan Duroc x Landrace fase grower (berumur 10 minggu dengan bobot badan awal berkisar 27± 3,92 kg) diberi 4 macam pakan perlakuan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dipakai untuk mengevaluasi kecernaan nutrien. Terdapat 4 perlakuak pakan yang diberikan masing-masing adalah: pakan basal tanpa BPKF (R0); pakan basal + 7% BPKF (R1); pakan basal + 14% BPKF (R2); pakan basal + 21% BPKF (R3)   Pemberian sejumlah 21% BPKF dalam ransum sangat nyata (P<0,01) menurunkan konsumsi bahan kering dan bahan organik dibanding pakan kontrol 0 % pakan fermentasi. Penggunaan produk fermentasi pada level 14 % tidak nyata (P>0,05) berbeda terhadap konsumsi dan kecernaan bahan kering dan bahan organik dibanding pemakaian level 21%. Level 7 % penggunaan FKCB adalah angka optimum menghasilkan nilai rataan kecernaan bahan kering dan bahan organik masing-masing 66,57 dan 70,48% dan kecernaan protein kasar dan energi masing-masing 83,43 dan 70,76%. Disimpulkan bahwa penggunaan tepung BPKF pada level 7 % adalah terbaik pada variabel kecernaan bahan kering dan bahan organik.


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 14-22
Author(s):  
Ventryan Haryanto Hae ◽  
Markus Miten Kleden ◽  
Stefanus Tany Temu

Penelitian ini telah dilaksanakan di padang penggembalaan alam di Desa  Maubokul, Kecamatan  Pandawai, Kabupaten Sumba Timur. Tujuan penelitian untuk mengetahui produksi hijauan pakan dan komposisi botani serta kapasitas tampung awal musim kemarau. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei dan pengukuran serta pengamatan langsung di lapangan. Pengukuran produksi hijauan menggunakan metode “Actual Weight Estimate” dengan menggunakan kuadran ukur 1 m x 1 m. Data yang diperoleh ditabulasi dan dihitung untuk mendapatkan persentase produksi hijauan pakan, komposisi botani serta kapasitas tampung. Hasil penelitian  menunjukkan bahwa padang penggembalaan  Desa Maubokul, Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur produksi bahan kering sebesar 1866,8 kg/ha, nilai Summed Dominan Ratio (SDR) rumput 84,4%, diikuti legum  15,6% dan terakhir gulma 0% dan memiliki kapasisitas tamping sebesar 1,001 ST/ha/tahun. Dapat disimpulkan bahwa padang rumput alam di Desa Maubokul didominasi oleh rumput alam dengan kapasitas tampung yang cukup tinggi.


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 34-40
Author(s):  
Mardemus Misa ◽  
Wilmientje M Nalley ◽  
Thomas Mata Hine ◽  
Twenfosel Dami Dato ◽  
Maritje A Hilakore ◽  
...  

The purpose of this study was to determine the effect of giving pituitary extract (EH) and probiotics ABG-O on piglets crossing to increase weaning weight, linear size of body and blood metabolites. The research material was a crossbred of landrace and duroc aged 2 weeks, as many as 24 birds. The experimental design was a completely randomized design with three treatments and eight replications. The three treatments are P0 (control), P1 (EH injection 1 mL), and P2 (injection EH 1 mL + probiotic ABG-O 2 mL). EH injections are carried out every 5 days and administration of probiotics is given orally using spoit every day until the piglets are weaned. The parameters observed were weight gain, linear size of body and blood metabolites. This data was analyzed by ANOVA and continued with Duncan test. The results of this study indicate that the average daily weight gain of crossbred piglets in treatments P0, P1, and P2 are 0.11; 0.13; 016 kg, body length (0.40; 0.45; 0.44 cm), chest circumference (0.29; 0.27; 0,30 cm), and shoulder height (0.25; 0.24; 0.25  cm). Blood glucose levels (117.31; 112.85; 117.25) and total plasma protein (4.60; 4.90; 4.80). The results of the statistical analysis showed that the EH and ABG probiotic treatments affected the UN (P<0.05) but did not affect (P> 0.05) the size of the linear body and blood metabolites. It can be concluded that the administration of pituitary extracts and ABG probiotics can increase the weaning weight of crossing piglets but does not affect the linear size of the body and blood metabolites. ABSTRAK              Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak hipofisa (EH) dan probiotik ABG-O pada anak babi persilangan terhadap peningkatan berat badan sapih, ukuran linear tubuh dan metabolit darah. Materi penelitian yang digunakan adalah anak babi persilangan landrace dan duroc berumur 2 minggu, sebanyak 24 ekor. Rancangan percobaan adalah rancangan acak lengkap dengan tiga pelakuan dan delapan ulangan yaitu P0 (kontrol), P1 (injeksi EH 1 mL), dan P2  (injeksi EH 1 mL + ABG-O 2 mL). Penyuntikan EH dilakukan setiap 5 hari sekali dan pemberian probiotik diberi secara oral menggunakan spoit setiap hari sampai anak babi disapih. Variabel yang diamati adalah pertambahan berat badan, ukuran linear tubuh dan metabolit darah. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata pertambahan berat badan harian anak babi persilangan pada perlakuan P0, P1, dan P2 secara berturut-turut adalah 0,11; 0,13; 016 kg, panjang badan   (0,40; 0,45 ;0,44 cm), lingkar dada (0,29; 0,27; 0,30 cm), dan tinggi pundak (0,25;0,24;0,25 cm). Kadar glukosa darah (117,31; 112,85; 117,25) dan total protein plasma (4,60; 4,90; 4,80). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan EH dan probiotik ABG-O memengaruhi PBBH (P<0,05) tetapi tidak memengaruhi (P>0,05) ukuran linear tubuh dan metabolit darah. Dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak hipofisa dan probiotik ABG-O dapat meningkatkan berat badan sapih anak babi persilangan tetapi tidak memengaruhi ukuran linear tubuh dan metabolit darah.


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 51-54
Author(s):  
Yohanes Djego ◽  
Johny Nada Kihe

ABSTRACT   The purpose of this research was to know the relationship between the the weight and body measurements at age of 12 weeks  of crossbreds of three chicken types that were broiler, kate and Sabu chicken. The relationship of body weight with the body measurements  was used as a consideration for selecting the body weight.  The research  material  was 30 tails of  crossbreds  with genotype composition was ½ broiler 1/4  Kate ¼ Sabu chicken.  The method of research was experiment and directly weighting and measuring of the body measuremens. All  chickens  were given freely the  same  food  and waters. The observed parameters were body  weight, backbone  length, chest circumference, shank circumference and wing span.  Data   was analised using the correlation analysis.  Research results  obtained  the koefisien of correlation between  chest circumference, backbone length,  shank length  and wing span  with body weight were 0.62; 0.32; 031 and 0.20.  Correlations between body weight  and  body measurements  of chicken crossbreds   with genotype composision ½ broiler  ¼ Kate ¼ Sabu   were positip.  


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 1-5
Author(s):  
Revy Andryansyah ◽  
Teguh Sumarsono ◽  
Fachroerrozi Hoesni ◽  
Bayu Rosadi
Keyword(s):  

The  research was undertaken to study the effect of frozen semen distance from liquid nitrogen surface during handling on spermatozoa quality of PE goat. Thirty straws of PE goat frozen semen was allotted into six treatments i.e. T0 (control, straws submerged in liquid nitrogen), T1 to T5 based on distance of straws to liquid nitrogen surface were 5, 10, 15, 20, and 25 cm. Variables measured were motility, viability, and abnormality of spermatozoas.  The results showed that PE goat frozen semen exposed in different distance to liquid nitrogen surface decreased (P<0.05) motily and viability of spermatozoas and had no effect (P>0.05) on abnormality of spermatozoas. The motily and viability was decreased in T4 and T5. In conlusion, exposing PE goat frozen semen from liquid nitrogen surface at 15 cm or less for 5 min maintain the quality of spermatozoas.


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 41-50
Author(s):  
Agnetia Siesta Sani ◽  
Solvi M Makandolu ◽  
Johanes G. Sogen

A survey focused on pig household scale business was carried out in East Ende District with the aim of: 1) knowing the farmers' income in pig household-scale business; 2) knowing the factors that influence the cash income of pig household-scale business and 3) knowing the level of efficiency of the use of production factors in pig household-scale business. Sampling is done applying multiple stages sampling. The first, determining the three villages purposively. The second, determining the 20 sample of farmers in each selected village by applying non-proportional random sampling to obtain 60 representative respondents. Data were analyzed using descriptive method approach and continued with income analysis, correlation - regression analysis and analysis of the efficiency of the use of production factors. The results showed that the total income of pigs was Rp30,924,132/year, of which 59.74% was cash income. Meanwhile, the factors that influence the cash income of farmers are the number of pigs and feed costs (P<0.05) while the capital and costs of cages and equipment have no significant effect (P>0.05). Furthermore, the use of production factors in pig household-scale business in Ende Timur District is technically efficient but not economically efficient. In order to achieve optimum levels of economic efficiency and income, it is necessary to reorganize the business through efforts of increasing the number of pigs raised. ABSTRAK Suatu survei tentang usaha ternak babi skala rumah tangga telah dilaksanakan di Kecamatan Ende Timur dengan tujuan untuk: 1) mengetahui besarnya pendapatan peternak pada usaha ternak babi skala rumah tangga; 2) mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada usaha ternak babi skala rumah tangga dan 3) mengetahui tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha ternak babi skala rumahtangga. Pengambilan contoh dilakukan secara bertahap. Tahap pertama adalah penentuan tiga kelurahan/desa contoh secara purposif. Tahap kedua penentuan 20 peternak contoh pada tiap kelurahan/desa terpilih secara acak non proporsional sehingga diperoleh 60 peternak contoh representatif. Data dianalisis dengan menggunakan pendekatan metode deskriptif dan dilanjutkan dengan analisis pendapatan,   analisis korelasi– regresi serta analisis efisiensi penggunaan faktor- faktor produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total pendapatan usaha ternak babi adalah Rp30.924.132/tahun dimana 59,74% merupakan pendapatan tunai. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan tunai peternak adalah jumlah ternak babi yang dipelihara dan biaya pakan (P<0,05) sementara modal dan biaya kandang dan peralatan berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan tunai rumahtangga (P>0,05). Hasil analisis efisiensi menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi pada usaha ternak babi skala rumah tangga di Kecamatan Ende Timur sudah efisien secara teknis tetapi belum efisien secara ekonomis. Dalam rangka mencapai efisiensi ekonomi maka perlu dilakukan reorganisasi usaha melalui upaya peningkatan jumlah ternak babi yang dipelihara dengan anggapan faktor produksi lain tetap.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document