scholarly journals Bacterial Contamination of Food Handlers in X Hospital Palembang

2018 ◽  
Vol 68 ◽  
pp. 01006
Author(s):  
Sri Utari ◽  
Irsan Saleh ◽  
Hermansyah ◽  
Rindit Pambayun

The food handlers in Hospital with the bad personal hygiene could be a potential source of infection of a pathogenic organism. The responsibility of hospital food handlers is greater compared with the common food handlers such as in restaurants, etc. This is because they should provide the healthy food to the patients in Hospital who might have low immunity, and the contaminated food could have very dangerous consequences. This study aimed to investigate the potential contamination of food handlers in X hospital, Palembang. The study was carried out by a cross-sectional method on food handlers’. There were 30 respondents examined in this study. The bacterial examination was conducted by following the standard procedures of World Health Organization (WHO). The results showed that there were 11 (36.7%) from 30respondents positively contaminated by Escherichia coliand there all respondent contaminated in samples were women. There was no worker contaminated by Staphylococcus aureus. The study proved that in X hospital of Palembang, there were some food handlers contaminated by Escherichia coli.

2020 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
Author(s):  
Dewi Susanna ◽  
Aria Kusuma ◽  
Tiara Mairani ◽  
Lassie Fitria

The World Health Organization developed five keys to safer food’s guidelines. This study aimed to determine the relationships between food handlers’ knowledge, attitudes, and behavior to the guideline and Escherichia coli (E. coli) contamination of food served at campus cafeterias. This cross-sectional study was carried out by interviewing 98 food handlers selling food and by testing samples for E. coli. The dependent variable was E. coli contamination, while the independent variables were the knowledge, attitudes, and behavior of food handlers based on the guideline. Each independent variable had five sub-variables that corresponded to the guideline. The data were analyzed using chisquare and logistic regression tests. The results showed that food handlers’ knowledge of cooking food thoroughly was significantly related to E. coli contamination (P=0.54 [P<0.05]; OR=2.990;95%CI:1.093– 8.180). Furthermore, the food handlers’ attitudes toward cooking food thoroughly were related to E. coli contamination (P=0.58 [P<0.05]; OR=0.385;95%CI:0.157– 0.944). There were two factors related to E. coli contamination: the food handlers’ knowledge of and attitudes toward the third key of the five keys to food safety.


2016 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 51-56
Author(s):  
Ida Samidah ◽  
Ravika Ramlis

World Health Organization (WHO) juga menyebutkan bahwa angka kejadian keputihan di Eropa hanya 25% saja sedangkan di Indonesia Lebih dari 70% wanita mengalami keputihan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputihan antara lain dapat disebabkan oleh kurang baiknya pesonal hygiene, pengetahuan dan sikap yang kurang baik mengenai keputihan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan praktek personal hygiene dengan kejadian keputihan remaja putri di SMAN 4 Kota Bengkulu. Metode penelitian ini menggunakan desian deskriptif analitik, menggunakan desain cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMAN 4 Bengkulu pada yang berjumlah 499 orang dengan jumlah sampel 77 responden diambil dengan teknik random sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan skunder, dianalisis dengan univariat menggunakan tabel distribusi frekuensi dan bivariat menggunakan uji chi scuare. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Hampir dari sebagian responden (46,8%) mempunyai pengetahuan yang kurang tentang keputihan, sebagian dari responden (50,6%), mempunyai sikap yang unfavorabel terhadap keputihan, sebagian besar responden (57,1%), kurang baik dalam melakukan personal hygiene, sebagian besar responden (66,2%), mengalami keputihan. Ada hubungan antara pengetahuan, sikap dan personal hygiene dengan Kejadian Keputihan Remaja Putri di SMAN 4 Kota Bengkulu. Kepada pihak SMAN 4 Kota Bengkulu diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan kesehatan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan mengadakan pendidikan kesehatan reproduksi yang dimasukan kedalam kurikulum pendidikan.


Author(s):  
Yuhemy Zurizah Yuhemy Zurizah

  ABSTRAK Flour Albous is the liquid that comes out of the vagina is not excessive blood. According to the World Health Organization (WHO) research on reproductive health Data show that 75 women in the world are experiencing vaginal discharge is normal and 45 of them may experience abnormal vaginal discharge. Vaginal discharge is caused by some common factor, among other personal hygiene which is less good, stress, drug use, wearing tight underwear, rinse the genitals from the wrong direction, did not immediately replace the pads when the menstruation, and a dirty sanitary environment. The design of this research is a survey with cross sectional approach analytic where the independent variables (understanding, messes, symptoms, causes, complications, and cope, prevent vaginal discharge)and the dependent variable (an overview knowledge on students about whiteness) collected within 2 days. He knew an overview knowledge of whiteness on the HIGH SCHOOL students in the County's southern OKU 2016. This population is all 3rd grade HIGH SCHOOL students in the County's southern OKU 2016. Samples of penelian this is a 3rd grade HIGH SCHOOL students in the South 2016dan OKU taken total engineering population, methods of sampling by disseminating a questionnaire with the amount of 150 respondents. Univarat analysis results showed that respondents found out about understanding whiteness good of 79 respondents (52,6%) while less knowledge of 71 respondents (47,4%), response based on the knowledge of the various good whiteness 112 respondents (74,6%) and while less knowledge i.e. 38 respondents (25,4%). respondents to the investigation of knowledge about signs of vaginal discharge either 95 respondents (63,4%) and while less knowledge i.e. 55 respondents (36,6%) respondents based on the cause of vaginal discharge either 60 respondents (40%) and while less knowledge i.e. 90 respondents (60%),reponden based on knowledge about overcoming good whiteness 62 respondents (41,3%) and while less knowledge i.e. 88 respondents (58,7%),respondents to the investigation of the knowledge of good whiteness complications 78 respondents (52%) and while less knowledge i.e. 72 respondents (48%), and the respondent investigation knowledge how to prevent vaginal discharge either 52 respondents (34,6%) and while less knowledge i.e. 98 respondents (65,4%).       Keputihan adalah cairan yang keluar berlebihan dari vagina bukan merupakan darah. Menurut World Health Organization (WHO) Data penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukan bahwa 75% perempuan di dunia mengalami keputihan normal dan 45% diantaranya dapat mengalami keputihan abnormal.Keputihan disebabkan oleh beberapa faktor umum, antara lain personal hygiene yang kurang baik, stress, penggunaan obat-obatan, memakai pakaian dalam yang ketat, membilas alat kelamin dari arah yang salah, tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi, dan lingkungan sanitasi yang kotor.Desain penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional dimana variabel independen (pengertian, macam-macam, gejala, penyebab, mengatasi, komplikasi, dan mencegah keputihan) dan variable dependen (gambaran pengetahuan pada siswi tentang keputihan) dikumpulkan dalam waktu 2 hari. Diketahuinya gambaran pengetahuan tentang keputihan pada siswi SMA DI Kabupaten OKU SelatanTahun 2016. Populasi ini adalah semua kelas 3 siswi SMA DI Kabupaten OKU Selatan Tahun 2016. Sampel penelian ini adalah kelas 3 siswi SMA DI Kabupaten OKU Selatan Tahun 2016dan diambil metode teknik total populasi, pengambilan sampel ini dengan cara menyebarkan kuesioner dengan jumlah 150 responden. Hasil analisis univarat menunjukan responden yang mengetahui tentang pengertian keputihan baik sebesar 79 responden (52,6%), Respon berdasarkan pengetahuan tentang macam-macam keputihan baik 112 responden (74,6%) dan berdasarkan pengetahuan tentang mengatasi keputihan baik 62 responden (41,3%) dan responden berdasarakan pengetahuan cara mencegah keputihan baik 52 responden (34,6%)      


2018 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 72
Author(s):  
Herdianti Herdianti

Menurut World Health Organization (WHO), paling tidak 20.000 orang per tahun, mati akibat keracunan pestisida. Diperkirakan 5.000 – 10.000 orang per tahun mengalami dampak yang sangat fatal, seperti mengalami penyakit kanker, cacat tubuh, kemandulan dan penyakit liver. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani nanas di Desa Tangkit Baru yaitu sebanyak 343 orang, dan dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 75 orang (proportional random sampling). Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian didapatkan analisa univariat bahwa dari 75 responden diketahui sebanyak 28 (37,3%) responden yang mengalami gejala keracunan,19 (25,3%) responden yang melakukan penyemprotan kurang baik (lama),48 (64,0%) responden melakukan tindakan penyemprotan dengan baik dan sebanyak 48 (64,0%) responden yang melakukan personal hygiene dengan baik. Analisa bivariat didapatkan nilai p-value < 0,05 untuk variabel lama penyemprotan (0,003), tindakan penyemprotan (0,02), dan personal hygiene (0,007). Terdapat hubungan yang bermakna antara variable masing-masing tersebut dengan gejala keracunan pestisida pada petani nanas di Desa Tangkit Baru. 


Author(s):  
Himali Vyas ◽  
Raunak Goyal ◽  
Jitendra Kumar Meena ◽  
Medha Mathur ◽  
Arvind Yadav

Background: The World Health Organization (WHO) had reported COVID-19 disease as a pandemic in March 2020, following which India witnessed more than 29,451 cases on 29th April. Correct knowledge about the disease, the right attitude, and response to infection control recommendations among people is of utmost importance to limit the contagion.Methods: A Cross-Sectional, web-based online study was conducted for five days. The responses (N= 1231) were collected across social networks using snowball sampling. The survey questionnaire assessed the knowledge, attitude, and practical aspects of participants for COVID-19. Knowledge items assessed the causative agent of COVID-19, it’s clinical symptoms, routes of transmission, preventive measures etc. Positive or negative attitudes towards mask usage and restriction compliance were assessed. Socio-demographic data and scores were de-identified and analyzed using appropriate statistical tests.Results: The mean age of participants (N=1231) was 32.3±13.7 years and 60.9% were males. High knowledge years and 60.9% participants were males. High knowledge accuracy rate of 84.5% and a mean score of 10.19±1.6 out of 12 was observed. Mean attitude and practice scores were 2.33±0.66 (3) and 1.97±0.16 (2) respectively. A significantly higher knowledge status was observed among females, medical workers, students, and homemakers. Similarly, better attitudes were noticed in males, adults (30-60 years), graduates, and those in job/service. As for practices, no such difference was noticed as more than 98% of participants were compliant to lockdown restrictions and practiced proper distancing and personal hygiene measures.Conclusions: Satisfactory awareness and response were observed owing to the public awareness campaign. Knowledge gaps, poor attitudes, and prevailing myths need to be addressed through targeted communication strategy. 


Author(s):  
Noviana Zara ◽  
Muhammad Yasir

Dermatofitosis adalah golongan penyakit jamur pada kulit yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita. Faktor yang mempengaruhi penyakit jamur adalah kondisi kebersihan lingkungan yang buruk dengan udara lembab, lingkungan rawa-rawa yang selalu basah, daerah pedesaan yang padat, kebiasaan menggunakan pakaian yang ketat atau lembab. Penelitian World Health Organization (WHO) terhadap insiden dari infeksi penyakit jamur pada kulit menyatakan 20% orang dari seluruh dunia mengalami infeksi kutaneus dengan infeksi dermatofitosis. Prevalensi penyakit jamur kulit di Kecamatan Tanah Pasir Kabupaten Aceh Utara masih tinggi yaitu (22,06%).Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh lingkungan fisik rumah dan personal hygiene terhadap kejadian dermatofitosis pada masyarakat nelayan di Kecamatan tanah pasir Kabupaten Aceh Utara tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Populasi berjumlah 150 orang dan sampel diambil 50 orang secara random, analisis data menggunakan uji chi-square dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian variabel pencahayaan, kebersihan kulit, kebersihan pakaian, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan rambut ada hubungan signifikan terhadap kejadian dermatofitosis. Sedangkan variabel kelembaban dan suhu tidak ada hubungan signifikan terhadap kejadian dermatofitosis. Di sarankan bagi Puskesmas Kecamatan Tanah pasir untuk meningkatkan penyuluhan terkait kejadian dermatofitosis agar menurunkan kasus penyakit dermatofitosis, dan pemeriksaan kesehatan kulit secara berkala.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 673-680
Author(s):  
KHULIYAH CANDRANING DIYANAH ◽  
Nunki Nirmalasari ◽  
Roro Azizah ◽  
Aditya Sukma Pawitra

Hygiene and sanitation are important in determining food quality, where Escherichia coli is an indicator of food pollution that can cause foodborne illness. The purpose of this study is to analyze the personal hygiene factors of food handlers by contamination of Escherichia coli in the food provided in Surabaya haj boarding services. The method used was observational with a cross-sectional approach. The research subjects were 57 food handlers and 57 food samples in Surabaya hajj boarding services. The statistical test used is the chi-square test. There was a personal hygiene relationship between food handlers and the presence of Escherichia coli in food at Jasaboga Hajj Dormitory Surabaya (p = 0.001; p


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Fera Riswidautami Herwandar ◽  
Russiska Russiska ◽  
Intan Maharani Fakhrudin

Permasalahan kesehatan pada remaja yang menduduki persentasi terbesar dibanding yang lainnya adalah gangguan menstruasi. Gangguan pada siklus menstruasi (durasi perdarahan yang lebih lama dan ketidakteraturan siklus) disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya ialah stres. Stres diketahui sebagai faktor-faktor penyebab (etiologi) terjadinya gangguan siklus menstruasi. Stres akan memicu pelepasan hormon kortisol dimana hormon kortisol ini dijadikan tolak ukur untuk melihat derajat stres seseorang. Hormon kortisol diatur oleh hipotalamus otak dan kelenjar pituitari, dengan dimulainya aktivitas hipotalamus, hipofisis mengeluarkan FSH dan proses stimulus ovarium akan menghasilkan estrogen. Penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dibawah naungan World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa permasalahan remaja di Indonesia adalah seputar permasalahan yang mengenai gangguan menstruasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswa kebidanan tingkat I di STIKES Kuningan tahun 2019. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa kebidanan tingkat I di STIKES Kuningan tahun 2019 sebanyak 41 responden. Analisis yang digunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswa kebidanan tingkat I di STIKES Kuningan, dari 41 responden terdapat 18 (44%) responden yang mengalami stres sedang, pada siklus menstruasi yang tidak teratur terdapat 25 (61%) responden. Hasil uji rank spearman,  yakni p value = 0,01 (<0,05) yang ada hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi. Berdasarkan hasil penelitian penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswa kebidanan tingkat I di STIKES Kuningan tahun 2019. Bagi institusi Pendidikan khususnya Program Studi Diploma III Kebidanan diharapkan dapat membuat sebuah program edukasi mengenai manajemen stres pada remaja yang bisa dilakukan secara rutin di luar jadwal perkuliahan.  


Author(s):  
Yuni Kurniati Yuni Kurniati

ABSTRACT   According to the World Health Organization (WHO), every two minutes a woman dies of cervical cancer in develoving countries. In Indonesia, new cases of cervical cancer is 40-45 cases of day. It is estimated every hour, a women died of cervical center. At the general hospital center Dr. Mohammad Hoesin Palembang, the incidence of women who had cervical cancer incidence year 2011 women who had cervical cancer incidence are 34 people (48,2%). The following factors increase the chance of cervical cancer in women is infection of Human Papilloma Virus (HPV), sexsual behavior, family history of cervical cancer, age, mechanism of how oral contraceptives, smoking, income or socioeconomic status, race , unhealthy diet, the cell abnormal, parity, use of the drug DES (Dietilsbestrol), and birth control pills. The purpose of this study is known of adolescents about cervical cancer in SMA Tebing Tinggi Empat Lawang year 2016. This study used Analytic Survey with Cross Sectional approach. The population in this study were all young women students in SMA Tebing Tinggi Empat Lawang with the number of 171 respondents. The results showed there were 171 respondents (37.5%) of respondents were knowledgeable, and (62.52%) of respondents who are knowledgeable unfavorable. These results indicate that knowledgeable either less than those less knowledgeable in both the SMA Tebing Tinggi Empat Lawang Year 2016. From these results, it is expected that more teens can know about cervical cancer so that it can add a lot of insight and knowledge.     ABSTRAK   Menurut data World Health Organization (WHO), setiap dua menit wanita meninggal dunia karena kanker serviks dinegara berkembang. Di Indonesia, kasus baru kanker serviks 40-45 kasus perhari. Di perkirakan setiap satu jam, seorang perempuan meninggal dunia karena kanker serviks. Di rumah sakit umum pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang, angka kejadian ibu yang mengalami kanker serviks pada tahun 2011 ibu yang mengalami kejadian kanker serviks terdapat 34 orang (48,2%). Faktor-faktor berikut meningkat kan peluang kanker serviks pada wanita yaitu infeksi Human Papiloma virus (HPV), perilaku seks, riwayat keluarga kanker serviks, umur ,mekanisme bagaimana kontrasepsi peroral, merokok, pendapatan atau status social ekonomi, ras, diet tidak sehat, adanya sel abnormal, paritas, menggunakan obat DES (Dietilsbestrol),dan pil KB. Tujuan penelitian ini adalah Diketahuinya pengetahuan remaja tentang Ca Cerviks di SMA Negeri Tebing Tinggi Empat Lawang Tahun 2016. Penelitian ini menggunakan metode survey  analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua siswi remaja putri di SMA Negeri Tebing Tinggi Empat Lawang dengan jumlah 171 responden.Hasil penelitian menunjukkan dari 171 responden terdapat(37.5 %) responden yang berpengetahuan baik, dan (62.52  %) responden yang berpengetahuan kurang baik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa yang berpengetahuan baik lebih sedikit dibandingkan dengan  yang berpengetahuan kurang baik di SMA Negeri Tebing Tinggi Empat Lawang Tahun 2016. Dari hasil penelitian ini, Diharapkan remaja bisa lebih banyak mengetahui tentang caserviks sehingga dapat menambah banyak wawasan dan pengetahuan.    


Author(s):  
Tirta Anggraini Tirta Anggraini

ABSTRACT According to the World Health Organization (WHO), maternal nutritional status at the time of growth and during pregnancy can affect fetal growth and development. Based on (IDHS) survey of 2007 AKI Indonesia at 228 per 100,000 live births, although this figure is still the highest in Asia. Social health center in Palembang in 2011 the number of pregnant women with good nutritional status of 67 men (97.1%). factors that influence the nutritional status of pregnant women is the temperature of the environment, economic status, habits and views of women to food, age, education, and health status. The purpose of this study is a known relationship education and economic status with nutritional status of pregnant women in the third trimester of Social Health Center Palembang in 2012. This study uses analytic survey with cross sectional approach. The population in this study were all third trimester pregnant women who visit the health center Social Palembang in May 2012, with a sample of 30 respondents. Sampling in this study with non-random methods with techniques Accidental Sampling. Data analysis carried out univariate and bivariate statistics with Chi-Square test with significance level α = 0.05. The results showed than 30 respondents there (73.3%) of respondents that good nutritional status, higher education (76.7%), and high economic status (70.0%). The results of this study showed no significant association education and economic status with nutritional status of pregnant women in the third trimester of Social Health Center Palembang in 2012. From the results of this study, researchers hope to improve the health care workers, especially health services in Antenatal Care services pay more attention to maternal risk of poor nutritional status.   ABSTRAK Menurut World Health Organization (WHO), status gizi ibu hamil pada waktu pertumbuhan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Berdasarkan (SDKI) survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia.  Di Puskesmas Sosial Palembang tahun 2011 jumlah ibu hamil yang berstatus gizi baik sebesar 67 orang (97,1%). faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil adalah suhu lingkungan, status ekonomi, kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, usia, pendidikan, dan status kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan pendidikan dan status ekonomi dengan status gizi ibu hamil trimester III di Puskesmas Sosial Palembang tahun 2012. Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester III yang berkunjung di Puskesmas Sosial Palembang pada bulan Mei tahun 2012, dengan jumlah sampel 30 responden. Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan metode non random dengan teknik Accidental Sampling. Analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden terdapat (73,3%) responden yang berstatus gizi baik, pendidikan tinggi (76,7%), dan status ekonomi tinggi (70,0%). Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna pendidikan dan status ekonomi dengan status gizi ibu hamil trimester III di Puskesmas Sosial Palembang tahun 2012. Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap petugas pelayanan kesehatan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terutama dalam pelayanan Antenatal Care lebih memperhatikan kehamilan ibu yang berisiko status gizi buruk.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document