scholarly journals Pengaruh Kebisingan Terhadap Tekanan Darah dan Nadi pada Pekerja Pabrik Kayu PT. Muroco Jember

2018 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 112
Author(s):  
Wahyu Ikhwan Nanda Mukhlish ◽  
Yohanes Sudarmanto ◽  
Muhammad Hasan

Latar belakang: Kebisingan merupakan bunyi yang memiliki intensitas di atas batas normal dan dapat mengganggu kesehatan pada orang yang terpapar. Paparan kebisingan terjadi dalam proses produksi pada industri pabrik kayu, sehingga pekerja menjadi pihak utama yang terdampak. Dampak yang terjadi utamanya pada sistem kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kebisingan terhadap tekanan darah dan denyut nadi pada pekerja pabrik kayu PT. Muroco Jember.   Metode: Penelitian ini berjenis analitik observasional dengan desain penelitian cross sectional. Responden penelitian berjumlah 24 orang yang diambil dengan teknik total sampling. Pengukuran kebisingan menggunakan alat sound level meter. Pengumpulan data karakteristik pekerja menggunakan kuesioner. Responden penelitian diukur sebelum dan setelah bekerja, dengan menggunakan sphygmomanometer air raksa untuk tekanan darah dan penghitungan manual denyut nadi pada arteri brachialis. Analisis data menggunakan uji komparasi paired t-test pada level signifikansi 5%.  Hasil: Intensitas kebisingan dari 4 sektor kerja menunjukkan hasil yang beragam. Intensitas kebisingan terendah pada sektor produksi A yaitu 82,9 dB(A), sedangkan tertinggi pada sektor sawmill B yaitu 98,1 dB(A). Sebagian besar responden (66,7%) berusia 29-40 tahun dengan masa kerja responden (62,5%) kurang dari 2 tahun. Sebanyak 91,7% responden tidak memakai APT pada saat bekerja. Berdasarkan uji komparasi paired t-test, didapatkan pengaruh paparan kebisingan akut antara sebelum dan setelah bekerja terhadap tekanan darah sistolik (p= <0,001), diastolik (p=0,049), dan denyut nadi (p=0,020).Simpulan: Terdapat peningkatan yang signifikan terhadap tekanan darah sistolik, diastolik, denyut nadi antara sebelum dan setelah bekerja dalam paparan kebisingan akut pada pekerja pabrik kayu PT. Muroco Jember. Diperlukan penelitian dengan mengendalikan variabel lain yang mengganggu untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya. ABSTRACT Title: The Effect of Noise on Blood Pressure and Pulse Rate in Workers at PT. Muroco Jember Wood FactoryBackground: Noise is a sound that has an intensity above the normal limit and may interfere with the health of the exposed person. Exposure to noise often occurs in the production process at the wood processing factory, so that workers become the main person affected. The impact mainly occurs in cardiovascular system. This study aims to analyze the effect of noise on blood pressure and pulse rate in workers at PT. Muroco Jember wood factory.Method: This is an observational analytic research with cross sectional design. The respondents amounted to 24 people taken with total sampling technique. The measurement of noise intensity was using sound level meter. Data collecting of worker characteristics was using questionnaires. Respondents were measured before and after work, using a mercury sphygmomanometer for blood pressure and manual palpation of pulse rate in the brachial artery. Data was analyzed with paired t-test comparative at 5% significance level.Result: The noise intensity of 4 sectors of the factory showed diverse results. The lowest noise intensity is in production sector A, 82.9 dB (A), while the highest is in sawmill B sector, 98.1 dB (A). Most of the respondents (66.7%) were 29-40 years old with respondents working period (62.5%) were less than 2 years. As many as 91.7% of respondents did not use ear protection device while working. Based on paired t-test, there was an effect of acute exposure between before and after working on systolic blood pressure (p < 0,001), diastolic (p = 0.049), and pulse rate (p = 0.020)Conclusion: There was a significant increase in systolic, diastolic blood pressure, and pulse rate between before and after work in an acute noise exposure in worker at PT. Muroco Jember wood factory. Further research is required by controlling other disturbing variables for a better research.

2018 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 23
Author(s):  
Erni Dwiyanti ◽  
Marji Marji ◽  
Erianto Fanani

Abstract: Long term noise exposure is a stressor to human body that associated with hormonal system and cardiovascular responses that can cause hypertension and cardiovascular diseases. Measurement of blood pressure and heart rate are well established methods for measuring overall cardiovascular responses. The purpose of this research is to analyze effect of noise on blood pressure and heart rate in participant of Welding Practicum II at State University of Malang. This research is an analytic survey with cross sectional approach  and conduct on 31 participant of Welding Practicum II who were taken by purposive sampling technique. Noise intensity was measured by using sound level meter. Blood pressure was measured by using mercury sphygmomanometer and heart rate was measured by using pulse oxy meter. Data analysis of mean arterial pressure and  heart rate was performed by using paired t test meanwhile systole and diastolic blood pressure was performed by Wilcoxon test. The result of this research indicate that noise intensity in Welding Laboratory was 92.54 dB(A). When the student uses earmuff, noise intensity was 83.89 dB. From the statistical test, it was found that there is a significantly difference systolic, diastolic blood pressure, mean arterial pressure and heart rate when the student  use earmuff and when the student didn’t use earmuff. The advice for the student participant of Welding Practicum II should be aware to use personal protective equipment during the work correctly to prevent the effect noise in health. Keywords: noise, blood pressure, heart rate, MAPAbstrak: Paparan kebisingan merupakan stressor yang berhubungan dengan sistem hormon dan respon kardiovaskular yang dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit kardiovaskular. Pengukuran tekanan darah dan denyut nadi merupakan metode yang tepat untuk mengukur respon kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah dan denyut nadi pada mahasiswa peserta praktikum pengelasan II di Universitas Negeri Malang. Penelitian menggunakan rancangan cross sectional yang melibatkan 31 sampel yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pengukuran intensitas kebisingan menggunakan sound level meter. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter raksa sedangkan pengukuran denyut nadi menggunakan pulse oxy meter. Data penelitian mean arteri pressure (MAP) dan denyut nadi dianalisis menggunakan paired t-test sedangkan analisis tekanan darah sistol dan diastol menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan intensitas kebisingan di Laboratorium Pengelasan mencapai 92,54 dB(A). Saat mahasiswa menggunakan earmuff, intensitas kebisingan yang diterima oleh mahasiwa sebesar 83,89 dB(A). Hasil uji statitistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan tekanan darah sistolik, diastolik, mean arteri pressure (MAP) dan denyut nadi pada saat mahasiswa tidak menggunakan earmuff dengan saat mahasiswa menggunakan earmuff. Para mahasiwa pratikum pengelasan II disarankan untuk menggunakan alat pelindung telinga untuk mengurangi gangguan kesehatan akibat kebisingan.Kata Kunci: kebisingan, tekanan darah, denyut nadi, MAP


2017 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 29
Author(s):  
Retno Adriyani

Latar belakang: Cemaran bising merupakan merupakan suara yang mengganggu dan membahayakan orang yang mendengarnya. Gangguan suara ini dapat menimbulkan berbagai respon psikologis, khusunya pada sistem kardiovaskuler pada orang-orang yang terpapar. Penelitian ini bertujuan  untuk menganalisis hubungan antara paparan bising dengan tekanan daran dan denyut nadi pada pekerja industi kemasan semen.Metode: Penelitian dengan disain cross sectional telah dilakukan di industri kemasan semen di Tuban Indonesia. Sampel diambil sebanyak 22 pekerja denan teknik random random. Pengukuran  tingkat kebisingan dilakukan di unit produksi menggunakan Sound Level Meter. Pengumpulan data karakteristik pekerja dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pengukuran tekanan daran dan denyut nadi dilakukan pada pekerja sebelum dan sesudah terpapar bising menggunakan tensimeter digital. Data penelitian dianalisis menggunakan paired t-test dan korelasi Perason pada level signifikasi 5%.Hasil: Tingkat bising di seluruh area unit produksi melebihi nilai ambang batas (lebih 85 dBA). Sebagian besar pekerja berumur 42 tahun., telah bekerja selama 15 tahun. Sebanya 77,3% pekerja menggunakan alat pelindung telinga berupa ear plug saat bekerja. Tenanan darah sistolik maupun diastolik sebelum terpapar bising adalah normal, akan tetapi setelah terpapar bising menunjukkan gejala pre hipertensi. Rerata denyut nadi pekerja sebelum dan sesudah terpapar bising masing-masing 76,64 x/menit dan 86,91 x/menit.Simpulan: Ada perbedaan secara signifikan (tekanan daran sistolik, diastolik, dan denyut nadi) antara sebelum dan sesudah bekerja (terpapar bising). Ada hubungan  signifiakan antara tingkat bising dengan peningkatan tekanan darah sistolik, diastlik, dan denyut nadi pekerja industri kemasan semen. Para pekerja disarankan untuk selalu menggunakan alat penuutup telingan saat melakukan pekerjaannya. AbstractTitle: The Relationship between Noise Exposure with Blood Pressure and Pulse of Workers in a Cement Packaging IndustryBackground: Noise pollution is the distrubing or excessive noise that may annoying, distracting or even harmfull to the people who hear it. Noise pollution can induces alteration of various physiological responses, especially on the cardiovascular system, in people exposed to it. The aim of the study was to analyze the relationship between noise exposure with blood pressure and pulse of workers in cement packaging industry. Methods: A cross sectional study design was employed in 2016 at cement packaging industry in Tuban, Indonesia. Sample size were 22 workers obtained by using simple random sampling technique. Noise level was measured at production unit with a calibrated Sound Level Meter. Workers characteristics were gathered with an appropriate questionnaire. Blood pressure and pulse were measured cross shift (before and after noise exposure) using digital tensimeter. For analyzing data, paired t-test and pearson correlation test were used. P < 0.050 was considered statistically significant.Results: Noise level at all production areas were exceed the TLV, over 85 dBA. Most workers were 42 years old, had over 15 years of worked periode and 77.3% of respondents were using EPE with ear plug type. Either sistolic and diastolic blood pressure before noise exposure were normal, but after that, they were prehypertension. Mean pulse of workers before and after noise exposure were 76,64 x/second and 86,91 x/second.Conclusion: There were significant differences between the systolic blood pressure, diastolic and pulse before and after work. Meanwhile,  there were significant associations between noise with raised systolic blood pressure, diastolic blood pressure and pulse on workers of cement packaging industry. So, preventive of noise should be controled by using convenient EPE for workers. 


Author(s):  
Machfudz Eko Arianto ◽  
Julian Dwi Saptadi

ABSTRAKKebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering dijumpai di lingkungan kerja. PT. Adi Satria Abadi merupakan industri di bidang penyamakan kulit yang berlokasi di Yogyakarta memiliki tingkat kebisingan yaitu ruang Spray (89,2 dB), ruang Stacking (87,1 dB), mesin Setter (88,6 dB), mesin milling (90,8 dB), mesin Shaving (86,6 dB), risiko kebisingan yang melebihi NAB dapat berakibat menurunnya tingkat pendengaran. Tujuan dari penelitian ini mengetahui faktor yang berhubungan dengan Hearing Loss pada pekerja di bagian Produksi PT. Adi Satria Abadi Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian observasional analitik menggunakan desain cross sectional untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Jumlah sampel sebesar 70 orang. Sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan dasar pertimbangan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini lembar data responden, checklist observasi dan sound level meter untuk mengukur kebisingan. Teknik analisis data ini menggunakan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan gangguan fungsi pendengaran (p-value= 0,000 dan rs = 0,531). Ada hubungan yang signifikan antara umur dengan gangguan fungsi pendengaran (p-value= 0,001 dan rs = 0,433). Ada hubungan yang signifikan antara pemakaian alat pelindung telinga dengan gangguan fungsi pendengaran (p-value= 0,001 dan rs = 0,433). Ada hubungan yang signifikan antara perilaku merokok dengan gangguan fungsi pendengaran (p-value 0,021 dan rs = 0,221). Kesimpulan terdapat hubungan antara intensitas kebisingan, umur, pemakaian APD dan perilaku merokok dengan kejadian hearing loss pada pekerja di bagian produksi PT. Adi Satria Abadi, Yogyakarta.Kata-kata kunci: Instensitas kebisingan, Umur, APD, Perilaku merokok, Hearing LossABSTRACTNoise is one of the physical hazard factors that are often encountered in the work environment. PT. Adi Satria Abadi is an industry in the field of leather tanning located in Yogyakarta that has noise levels namely Spray room (89.2 dB), Stacking room (87.1 dB), Setter machine (88.6 dB), milling machine (90.8 dB), Shaving machines (86.6 dB), the risk of noise exceeding the NAB can result in decreased hearing levels. The purpose of this study is to find out the factors associated with Hearing Loss in workers in the Production of PT. Adi Satria Abadi City of Yogyakarta. This study uses a quantitative method with an analytic observational type using a cross sectional design to find the relationship between the independent variable and the dependent variable. The number of samples is 70 people. The sample is done by using a purposive sampling technique on the basis of consideration of fulfilling inclusion and exclusion criteria. The instruments used in this study were respondent data sheets, observation checklist and sound level meter to measure noise. This data analysis technique uses univariate analysis, and bivariate using the Spearman correlation test. The results of the analysis showed that there was a significant relationship between noise intensity and hearing impairment (p = 0,000 and rs = 0,531). There was a significant relationship between age and hearing impairment (p = 0.001 and rs = 0.433). There is a significant relationship between the use of ear protectors with hearing impairment (p = 0.001 and rs = 0.433). There was a significant relationship between smoking behavior and hearing impairment (p = 0.021 and rs = 0.221). Conclusion there is a relationship between noise intensity, age, use of PPE and smoking behavior with the incidence of hearing loss in workers in the production of PT. Adi Satria Abadi, Yogyakarta.Keywords: noise intensity, age, PPE, smoking behavior, hearing loss


Author(s):  
Riska Putri Meiyana ◽  
Cornelia Dede Yoshima Nekada ◽  
Adi Sucipto

Abstrak Terapi komplementer merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah kesehatan. Hidroterapi dan relaksasi Benson merupakan terapi komplementer yang efektif terhadap tekanan darah dan nadi, namun masih jarang masyarakat yang memanfaatkannya. Diketahui ada pengaruh kombinasi hidroterapi dan relaksasi Benson (disebut hidroson) terhadap tekanan darah dan nadi. Metode penelitian pra-eksperimen, pre- and post- design dengan teknik purposive sampel pada 32 responden usia 26-65 tahun. Penelitian dilakukan dari tanggal 1-18 Maret 2019 di RT 19 dan 20, Sungapan V Desa Wahyuharjo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo dengan tiap responden diberikan intervensi selama 3 hari berturut-turut. Instrumen yang digunakan adalah sphygmomanometer digital untuk mengukur tekanan darah dan nadi 5 menit sebelum dan sesudah pemberian terapi. Tekanan darah dianalisis dengan wilcoxon test dan paired t-test untuk nadi. Hasil analisis menunjukkan tekanan darah sistolik sebelum terapi sebesar 118,25 mmHg dan setelah terapi sebesar 111,00 mmHg, sehingga disimpulkan terjadi penurunan sebesar 7,25 mmHg dengan ρ Value 0,0001. Tekanan darah diastolik sebelum terapi sebesar 81,25 mmHg dan setelah terapi sebesar 78,75 mmHg, sehingga disimpulkan terjadi penurunan sebesar 2,50 mmHg dengan ρ value 0,002. Nadi sebelum terapi sebesar 82,30 x/menit dan setelah terapi sebesar 80,64 x/menit, sehingga disimpulkan terjadi penurunan sebesar 1,66 x/menit dengan ρ value 0,003. Ada pengaruh yang signifikan terhadap pemberian kombinasi hidroterapi dan relaksasi Benson (hidroson) terhadap penurunan tekanan darah dan nadi di RT 19 dan 20, Sungapan V. Kata kunci: hidroterapi, Relaksasi Benson, tekanan darah, nadi Abstract Complementary therapy is one alternative to solving health problems. Hydrotherapy and Benson's relaxation are effective complementary therapies for blood pressure and pulse, but still few patients utilize it. There is a known effect of hydrotherapy and Benson relaxation combination (called hydrosol) on blood pressure and pulse. The study method was pre-experimental with pre and post design with a purposive sampling technique on 32 respondents aged 26-65 years. The study was conducted from 1-18 March 2019 in neighborhood 19 and 20, Sungapan V, Wahyuharjo Village, Lendah District, Kulon Progo. Regency Each respondent was given intervention with hydrosol therapy for 3 consecutive days. The instrument used was a digital sphygmomanometer to measure blood pressure and pulse 5 minutes before and after the administration of therapy. Blood pressure was analyzed by the Wilcoxon test while pulsing by paired t-test. The analysis showed that systolic blood pressure before therapy was 118.25 mmHg and after therapy became 111,00 mmHg, so there was a decrease of 7,25 mmHg with a p-value of 0,0001. The diastolic blood pressure before treatment was 81,25 mmHg and after therapy became 78,75 mmHg, so there was a decrease of 2,50 mmHg with a p-value of 0,002 mm. The pulse before therapy was 82,30 x / min and after therapy became 80,64 x / min, so there was a decrease of 1,66 x / min with ρ-value 0,003. There is a significant effect of giving a combination of hydrotherapy and Benson relaxation (hydrosol) on reducing blood pressure and pulse among 32 subjects in neighborhood 19 and 20, Sungapan V. Keywords: hydrotherapy, Benson Relaxation, blood pressure, pulse


PROMOTOR ◽  
2019 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 191
Author(s):  
Indri Putri Pratiwi ◽  
Andi Asnifatima ◽  
Rubi Ginanjar

<p>Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (� 10 mmHg). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara paparan<br />kebisingan dengan peningkatan tekanan darah karyawan di Stasiun Bojong Gede. Penelitian menggunakan obsevasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian berjumlah 97<br />dengan menggunakan teknik pengambilan non probability sampling (sampel jenuh) dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan di ruang terbuka dan ruang<br />tertutup di Stasiun Bojong Gede, dengan menggunakan sound level meter. Pengumpulan data karakteristik dan kebiasaan karyawan dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pengukuran tekanan darah di lakukan pada saat sebelum dan sesudah bekerja menggunakan sphygmomanometer.<br />Tingkat bising di ruang terbuka melebihi Nilai Ambang Batas dan tingkat bising di ruang tertutup sesuai NAB. Dari hasil pengukuran 76% responden bekerja dengan kebisingan melebihi NAB dan 72% responden mengalami peningkatan tekanan darah. Karyawan laki-laki 91% perempuan 9%, usia<br />&lt;30 tahun 81%, masa kerja &lt;8 tahun 96%, ruang tertutup 83% dan ruang terbuka 17%, karyawan yang memiliki riwayat hipertensi 4%, yang mengonsumsi kafein 81%, merokok 53%, mengalami<br />gangguan fisiologis 86%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara karakteristik individu (jenis kelamin (p-value=0,998), usia (p-value=0,147), masa kerja (pvalue=1,000), riwayat hipertensi<br />(p-value=1,000) dengan peningkatan tekanan darah). Dantidak ada hubungan antara kebiasaan individu (konsumsi kafein (p-value=0,385), kebiasaan merokok (pvalue= 0,094), pola istirahat (p-value=0,135), gangguan psikologis (p-value=0,798). Serta ada</p><p>hubungan antara lokasi kerja (p-value=0,002), kebisingan (p-value=0,007) dengan peningkatan<br />tekanan darah. Dikarenakan jarak sumber bising dengan karyawan hanya � 2 meter. Kesimpulannya<br />adalah ada hubungan antara kebisingan kereta api terhadap peningkatan tekanan darah karyawan di<br />Stasiun Bojonggede. Disarankan agar dilakukan sosialisasi berupa penyuluhan atau pamflet tentang<br />keselamatan dan kesehatan kerja di area Stasiun Bojong Gede.</p>


Author(s):  
Faradiba Faradiba

<p class="AbstractEnglish"><strong>Abstract:</strong>. Noise is a sound that can cause discomfort. One of them is rail activity. Noise generated enough to bring negative impacts to the surrounding environment, especially in the school environment.. This research uses descriptive analysis method with cross sectional approach. The location of this research is the school that is right next to the railway crossing i.e. SMA Negeri 37 Jakarta. Noise level data retrieval is performed using a sound level meter applications android-based. The data measured by the instantaneous sound pressure level for 5 minutes, or Leq (5 minutes) for each measurement point. There are 5 point measurements. From the results of measurements at SMA Negeri 37 Jakarta gained an average noise level for 5 measurement point is 70.50 dB. The figure exceeds the threshold if refers to the Kep-48 MNLH/11/1996 to 55,00 dB maximum school environment. Necessary noise control efforts at that school to minimise the negative impact caused. Because of the higher the intensity of noise, the more negative impact, especially for students in the school.<strong></strong></p><p class="KeywordsEngish"> </p><p class="AbstrakIndonesia"><strong>Abstrak:</strong> Bising merpukan sebuah bunyi yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Salah satu yang mengakibatkan timbulnya suara bising yang cukup tinggi adalah aktivitas kereta api. Kebisingan yang dihasilkan cukup membawa dampak negatif bagi lingkungan disekitarnya, khususnya di lingkungan sekolah. penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan <em>cross sectional. </em>Lokasi penelitian ini adalah sekolah yang berada tepat di samping perlintasan rel kereta api yaitu SMA Negeri 37 Jakarta.<em> </em>Pengambilan data tingkat kebisingan dilakukan dengan menggunakan aplikasi <em>sound level meter</em><em> </em>berbasis android. Data diukur dengan tingkat tekanan bunyi sesaat selama 5 menit, atau Leq (5 menit) untuk setiap titik pengukuran. Terdapat 5 titik pengukuran. Dari hasil pengukuran pada SMA Negeri 37 Jakarta diperoleh rata-rata tingkat kebisingan untuk 5 titik pengukuran adalah 70,50 dB. Angka tersebut melebihi ambang batas jika merujuk pada Kep-48 MNLH/11/1996 untuk lingkungan sekolah maksimum 55 dB. Diperlukan upaya-upaya pengendalian kebisingan pada sekolah tersebut untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan. Karena semakin tinggi instensitas kebisingan semakin memberikan dampak negatif khususnya bagi siswa di sekolah  tersebut.</p>


2021 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 88
Author(s):  
Dewi Arumsari

<p>Tingginya intensitas kebisingan di ruang produksi PT.Centralpertiwi Bahari Fish Feedmill akan memberikan dampak terhadap kesehatan pekerja, baik gangguan fisiologis maupun psikologis. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor kebisingan dengan gangguan kesehatan, meliputi intensitas kebisingan, sumber kebisingan, pengendalian transmisi kebisingan, dan penggunaan APD.</p><p>Penelitian bersifat analitik dengan rancangan <em>cross sectional,</em> dilakukan pada bulan Juni 2017 di ruang produksi PT. Centralpertiwi Bahari Fish Feedmill. Variabel penelitian yaitu intensitas kebisingan, sumber kebisingan, pengendalian transmisi kebisingan, dan penggunaan APD dan gangguan kesehatan akibat kebisingan berupa gangguan fisologis dan psikologis. Pengukuran kebisingan dengan <em>Sound Level Meter</em> pada 10 titik pengukuran. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan karakteristik, serta keluhan fisologis dan psikologis pekerja.</p>Hasil penelitian mendapatkan bahwa tingkat kebisingan berkisar antara 79,87-92,86 dB. Sebanyak 32,5% pekerja mengalami gangguan fisiologis dan 47,5% gangguan psikologis, akibat paparan kebisingan. Namun, keseluruhan variabel tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan gangguan kesehatan pekerja.


2022 ◽  
pp. 1384-1394
Author(s):  
Vita Sari ◽  
Yuliati ◽  
Nurgahayu

Kebisingan menimbulkan beberapa dampak pada kesehatan. Selain berdampak pada gangguan pendengaran. intensitas bising yang tinggi juga dapat mengakibatkan hilangnnya konsentrasi, hilangnya keseimbangan dan disorientasi, kelelahan, gangguan komunikasi, gangguan tidur, gangguan pelakasaan tugas, gangguan faal tubuh, serta adanya efek visceral, seperti perubahaan frekuensi jantung atau peningkatan denyut nadi, perubahaan tekanan darah dan tingkat pengeluaran keringat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan pendengaran, gangguan psikologis dan gangguan komunikasi pada pekerja di PT. Maruki International Indonesia Makassar tahun 2020. Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan rancangan cross sectional study, dengan sampel 32 pekerja secara sampling jenuh dari pekerja Factory 1 dan 2 di PT. Maruki International Indonesia Makassar. Teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, alat sound level meter untuk pengukuran intensitas kebisingan. Selanjutnya data dianalisis menggunakan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95% (α=0.05). Hasil penelitian yang diperoleh adalah ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan pendengaran dengan nilai p = 0.022, ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan psikologis dengan nilai p = 0.017, dan tidak ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan komunikasi dengan nilai p = 0.474. Disarankan kepada pimpinan untuk mengutamakan kesehatan dan keselamatan kerja dengan lebih meningkatkan upaya pengendalian kebisingan yang sudah dilakukan dan menambah preventif lainnya seperti pelatihan mengenai penggunaan APT (Alat Pelindung Telinga) pada saat bekerja di lingkungan yang bising.


Author(s):  
Luthvia Luthvia ◽  
Urip Harahap ◽  
Syafrizal Nasution

Objectives: This research aims to know the effect of drug-related problems (DRPs)-related doses against the target hemoglobin levels in hemodialysis (HD) patients in the regular phase of the correction given the therapy of erythropoietin on H. Adam Malik Medan.Methods: This research was by the cross-sectional, prospective method, using DRP - Registration Form V7.0 (PCNE) against 50 patients. The data were analyzed statistically using Chi-square test, paired t-test sample, and independent t-test, SPSS version 17.Results: The target hemoglobin not reaching 30 patients (60%), the level of hemoglobin target exceeded target 1 of the patients (2%). Based on the results of the test t, the value of p=0.038<0.05, then there is a difference in the level of hemoglobin after providing significant erythropoietin therapy between doses and less excess. Test the level of hemoglobin of erythropoietin therapy before and after using a test sample. Paired t-test based on the results, obtained significant value is 0.05, then 0.015< increased hemoglobin level after statistics are given significant therapy of erythropoietin.Conclusion: The results of this study indicate that there is an effect of DRPs related to excessive dosage; less dose to target hemoglobin level with significant value, so DRPs-associated dose affect the target hemoglobin level. 


2020 ◽  
Vol 43 (2) ◽  
pp. 95
Author(s):  
ANNISA WARDA IRVANI

Hypertension is a disease that often lead to patient death as it does not have specific symptoms. The high prevalence in Bogor Regency caused by minimal health facilities, so there was no guarantee of occupational health for workers and the workers lack of knowledge. Objective: To determine the risk factors that affected systolic blood pressure in limestone miners in Klapanunggal. Method: Uses observational analytic study with cross sectional design with a total of 47 people. Result: The measurement of noise intensity are 83.2 dB on a breaker and 91.7 dB on a stone crusher. The average systolic blood pressure before and after work was 110.28 mmHg and 126.23 mmHg. The results of one-way ANOVA test, a correlation between noise intensity, working period, prolonged exposure, and smoking habits with systolic blood pressure with p=0.001 was obtained. According to dummy regression test, noise intensity were the most influential. Workers exposed to noise with an intensity normal had an average increase 10.45 mmHg, while those exposed to an intensity abnormal 22.27 mmHg. Conclusion: Noise intensity, working period, prolonged exposure, and smoking habits affect systolic blood pressure and the most influential factor was noise intensity.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document