scholarly journals Penghambat Sodium-Glucose Cotransporter-2

2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 26
Author(s):  
David Christianto Yohanes

Penghambat Sodium-Glucose co-transporter-2 (SGLT2) merupakan salah satu golongan obat untuk menangani diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Beberapa obat dari golongan ini yang tersedia yaitu canagliflozin (Invokana), dapagliflozin (Forxiga), empagliflozin (Jardiance), dan ertugliflozin (Steglatro). Obat-obat dalam golongan ini digunakan sebagai terapi tambahan untuk menangani DMT2 dan juga direkomendasikan ketika ada indikasi untuk menurunkan berat badan. Beberapa bukti klinis terhadap beberapa indikasi baru membuat potensi penggunaan obat ini lebih jauh. Untuk beberapa pasien yang berisiko amputasi, diabetik ketoasidosis, berisiko atau mengalami gagal ginjal, penggunaan obat ini perlu diperhatikan dengan seksama.

2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 81-89
Author(s):  
Joice Viladelvia Kalumpiu

Dapagliflozin merupakan salah satu obat antidiabetes pemberian oral golongan penghambat sodium-glucose cotransporter-2 (SGLT2) yang digunakan pada penderita diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Berbeda dengan antidiabetes oral lain yang bekerja menstimulasi sekresi insulin atau meningkatkan sensitivitas insulin, dapagliflozin bekerja di ginjal dengan cara menghambat secara kompetitif protein SGLT2 secara reversibel yang berperan dalam reabsorpsi glukosa di glomerulus sehingga menurunkan kadar gula dalam darah penderita DMT2. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat efek penghamabat SGLT2 dalam menurunkan kejadian kardiovaskular seperti Empagliflozin Cardiovascular Outcome Event Trial in Type-2 Diabetes Patients-Remove Excess Glucose, Canagliflozin Cardiovascular Assessment Study, dan studi multisenter yang mengevaluasi efek dapagliflozin pada insiden kejadian kardiovaskular yaitu Dapagliflozin Effect on Cardiovascular Events (DECLARE-TIMI 58) menunjukkan hasil yang kontradiksi. DECLARE-TIMI58 menunjukkan dapagliflozin tidak meningkatkan atau menurunkan risiko major adverse cardiovascular events (MACE) berbeda dengan obat golongan penghambat SGLT2 lainnya, namun studi ini menunjukkan dapagliflozin dapat menurunkan tingkat kematian dan rawat inap akibat penyakit gagal jantung.  The American College of Cardiology, the American Diabetes Association (ADA), dan The European Society of Cardiology guideline saat ini sudah merekomendasikan penggunaan penghambat SGLT2 (empagliflozin dan canagliflozin) sebagai obat tambahan pada pasien DMT2 dengan aterosklerosis. Hingga saat ini dapagliflozin belum direkomendasikan penggunaannya untuk penyakit kardiovaskular pencegahan aterosklerosis pada pasien DMT2 karena masih kurangnya studi-studi yang mendukung. Ketoasidosis  merupakan risiko yang perlu dipantau pada penggunaan obat penghambat SGLT2. Baru-baru ini FDA mengeluarkan adanya peringatan kejadian Fournier’s gangrene. Selain itu, peningkatan risiko fraktur dilaporkan pada penggunaan dapagliflozin dan perlu dipantau bila dimanfaatkan pada penderita DMT2 dalam praktik klinik.


2009 ◽  
Author(s):  
P. Heras ◽  
A. Hatzopoulos ◽  
K. Kritikos ◽  
P. Kazakopoulos ◽  
M. Mantzioros

2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 55-58
Author(s):  
Havizur Rahman ◽  
Teresia Anggi Octavia

Diabetes melitus merupakan penyakit degeneratif kronis yang apabila tidak ditangani dengan tepat, lama kelamaan bisa timbul berbagai komplikasi, ini cenderung menyebabkan pasien mendapatkan banyak obat dalam satu resep yang dapat menimbulkan interaksi antar obat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui persentase terjadinya interaksi obat metformin secara teori serta mengkaji efek yang mungkin timbul dan solusinya. Teknik pengambilan data dengan purpossive sampling, yaitu resep pasien rujuk balik yang menderita diabetes mellitus yang menggunakan metformin. Data yang diperoleh ditemukan bahwa obat yang berinteraksi dengan metformin dengan tingkat keparahan minor ialah sebesar 60%. Kemudian untuk tingkat keparahan moderat ialah sebesar 20%. Sedangkan untuk tingkat keparahan mayor tidak ditemukan. Dari tabel diatas juga dapat diketahui bahwa terdapat 4 obat yang saling berinteraksi dengan metformin, sedangkan untuk obat yang tidak saling berinteraksi dengan metformin terdapat 9 obat. Jumlah obat yang berinteraksi secara teori sebesar 6,85% dan yang tidak berinteraksi 93,15%. Terdapat interaksi obat metformin dengan beberapa obat yaitu furosemid, lisinopril, acarbose dan ramipril.   Kata kunci: interaksi obat, metformin, diabetes mellitus   STUDY OF METFORMIN INTERACTION IN MELLITUS DIABETES PATIENTS   ABSTRACT Mellitus is a chronic degenerative disease which if not handled properly, over time can arise various complications, this tends to cause patients to get many drugs in one recipe that can cause interactions between drugs. The purpose of this study is to determine percentage of metformin drug interactions in theory and examine the effects that may arise and solutions. Data collection techniques using purposive sampling, which is a recipe for reconciliation patients who suffer from diabetes mellitus using metformin. The data obtained it was found that drugs that interact with metformin with minor severity were 60%. Then for moderate severity is 20%. Whereas the major severity was not found. From the table above it can also be seen that there are 4 drugs that interact with metformin, while for drugs that do not interact with metformin there are 9 drugs. The number of drugs that interacted theoretically was 6.85% and 93.15% did not interact. An interaction of the drug metformin with several drugs namely furosemide, lisinopril, acarbose and ramipril.   Keywords: drug interaction, metformin, diabetes mellitus


2018 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Supriyadi . ◽  
Nurul Makiyah ◽  
Novita Kurnia Sari

<p><em>Buerger Allen Exercise</em> mampu meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif sehingga glukosa dalam darah dapat menurun, dapat membantu mencegah terjadinya penyakit arteri perifer, serta meningkatkan aliran darah ke arteri dan berefek positif pada metabolisme glukosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai <em>ankle brachial index</em>pada penderita diabetes melitus tipe 2setelah melakukan <em>Buerger Allen exercise</em>. Jenis penelitian ini adalah <em>quasy-experiment </em>dengan<em> pre-post test design with control group</em><em>.</em> Jumlah sampel 60 penderita diabetes melitus tipe 2 dengan <em>purposive sampling</em>, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Responden kelompok perlakuan diberikan intervensi <em>Buerger Allen exercise</em> sebanyak 12 kali  selama 15 hari.Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Kecamatan Nganjuk.Data hasilpengukuran nilai <em>ankle brachial index</em>berupa ratio dan diuji statistik dengan <em>Paired Samples Test</em>. Didapatkan <em>p value</em> 0.001 untuk kelompok perlakuan (<em>p value</em>&lt; 0.05) yang menunjukkan bahwa adanya perubahan bermakna secara statistik nilai <em>ankle brachial index</em> sesudah melakukan <em>Buerger Allen exercise</em>. Dapat disimpulkan bahwa nilai <em>ankle brachial index</em>pada penderita diabetes melitus tipe 2 meningkat sesudah melakukan <em>Buerger Allen exercise</em>.</p><p> </p><p> <strong>Kata kunci :penderita diabetes melitus tipe2, <em>Buerger Allen Exercise, Ankle brachial index</em></strong></p><p> </p>


2017 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Niken Sukesi

Penyakit Diabetes Melitus dapat menyebabkan komplikasi yang sangat berat. Komplikasi dari Diabetes Melitus ini meliputi jantung iskemik, serebrovaskuler, gagal ginjal, ulkus pada kaki, gangguan penglihatan. Komplikasi yang paling sering terjadi adanya perubahan patologis pada anggota gerak bawah yang disebut kaki diabetik. Salah satu jenis olahraga yang dianjurkan dengan diabetes mellitus adalah senam kaki. Senam kaki merupakan latihan yang dilakukan bagi penderita DM atau bukan penderita untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh senam kaki terhadap kadar gula darah pasien diabetes mellitus. Desain dalam penelitian ini adalah Quasy Eksperiment dengan rancangan Pre and Post Test Without Control. Teknik pengambilan sampel menggunakan Consecutive sampling. Alat pengumpul data yang digunakan instrument observasi senam kaki untuk menilai senam kaki, dan alat menilai kadar gula darah yaitu glucometer, kapas dan jarum. Rata-rata kadar gula darah sebelum dan setelah dilakukan senam kaki mengalami penurunan dan ada pengaruh kadar gula darah sebelum dengan sesudah dilakukan senam kaki pada pasien diabetes melitusKata Kunci: Senam Kaki, Kadar Gula Darah THE EFFECT OF GYMNASTIC FEET TOWARD THE BLOOD SUGAR LEVEL FOR THE DIABETICSDiabetes Mellitus causes the complication case. It concludes the heart iskemik, serebrovaskuler, cronic kidney disease, ulcus on the feet, and the impairment of sight. The complication often causes the changing of pathological in certain place such as feet. The one of recommended sport for diabetics is gymnastic feet. Gymnastic feet is an experience for diabetics or not in order to prevent the wound and launch the blood circulation. The research objective is to analyze the effect of gymnastic feet to blood sugar level for diabetics. The research design is using experiment quasy with pre and post test without control. It is using consecutive sampling as the sample of collecting technique, and using observation of gymnastic feet as the collecting data technique to assess the blood sugar level, those are glucometer, cotton, and needle. The average of blood sugar level is decrease after doing the gymnastic feet. Moreover, there is differences between after and before doing the gymnastic feet for diabetics.Key Words : Gymnastic Feet, Blood sugar level


2016 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 138-144
Author(s):  
Ina Edwina ◽  
Rista D Soetikno ◽  
Irma H Hikmat

Background: Tuberculosis (TB) and diabetes mellitus (DM) prevalence rates are increasing rapidly, especially in developing countries like Indonesia. There is a relationship between TB and DM that are very prominent, which is the prevalence of pulmonary TB with DM increased by 20 times compared with pulmonary TB without diabetes. Chest X-ray picture of TB patients with DM is atypical lesion. However, there are contradictories of pulmonary TB lesion on chest radiograph of DM patients. Nutritional status has a close relationship with the morbidity of DM, as well as TB.Objectives: The purpose of this study was to determine the relationship between the lesions of TB on the chest radiograph of patients who su?er from DM with their Body Mass Index (BMI) in Hasan Sadikin Hospital Bandung.Material and Methods: The study was conducted in Department of Radiology RSHS Bandung between October 2014 - February 2015. We did a consecutive sampling of chest radiograph and IMT of DM patients with clinical diagnosis of TB, then the data was analysed by Chi Square test to determine the relationship between degree of lesions on chest radiograph of pulmonary TB on patients who have DM with their BMI.Results: The results showed that adult patients with active pulmonary TB with DM mostly in the range of age 51-70 years old, equal to 62.22%, with the highest gender in men, equal to 60%. Chest radiograph of TB in patients with DM are mostly seen in people who are obese, which is 40% and the vast majority of lesions are minimal lesions that is equal to 40%.Conclusions: There is a signifcant association between pulmonary TB lesion degree with BMI, with p = 0.03


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document