scholarly journals STRATEGI PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DALAM MENGHADAPI PANDEMI COVID-19 DI KOTA BUKITTINGGI

2020 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 366
Author(s):  
Fajri Helmi ◽  
Helmi Ali

<p><em>The objectives of this study are to analyze the food security condition, to analyze the external and internal factors that affect food security and to formulate strategies for improving food security to facing COVID-19’s pandemic in Bukittinggi. The primary data was collected by conducting a focus group discussion, indepht interview and questionnaire filling with purposive sampling technique. The results of descriptive analysis of secondary data indicate that the existing condition of food security in the Bukittinggi shows that the situation of food affordability is the best. The formulation of strategies for improving food security uses the analysis of Internal Factor Evaluation (IFE) and External Factor Evaluation (EFE). Strengths, Weakness, Opportunities, and Threats (SWOT) analyzes are used to develop alternatives and priorities strategic. The most important internal factors are the adequacy of energy availability and Local Government Food Storage. The most important external factor is the market opportunity for the food sector in Bukittinggi. The total score IFE matrix of 2.64 is average and EFE matrix of 2.61. The SWOT analysis shows that Bukittinggi,s Government needs to implement a strategy of increasing cooperation with vertical agencies, the central government, between local governments, private sectors, and the mass media.</em></p><p><em><br /></em></p><p>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis situasi ketahanan pangan, menganalisis faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi ketahanan pangan dan merumuskan strategi untuk meningkatkan ketahanan pangan dalam menghadapi pandemi COVID-19 di Kota Bukittinggi. Data primer diperoleh berdasarkan hasil focus group discussion, indepth interview dan pengisian kuesioner oleh responden terpilih. Hasil analisis deskriptif data sekunder menunjukkan bahwa situasi objektif (existing condition) ketahanan pangan di Kota Bukittinggi dinilai dari ketiga pilarnya menunjukkan situasi keterjangkauan pangan adalah yang terbaik dan diikuti pilar pemanfaatan pangan dan terakhir pilar ketersediaan. Perumusan strategi peningkatan ketahanan pangan menggunakan analisis Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE). Analisis Strengths, Weakness, Opportunities, and Threats (SWOT) digunakan untuk menyusun alternatif dan prioritas strategi. Faktor internal yang paling penting adalah kecukupan ketersediaan energi dan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD). Faktor eksternal yang paling penting adalah peluang pasar untuk sektor pangan di Kota Bukittinggi. Total skor matriks IFE sebesar 2,64 dan matriks EFE sebesar 2,61. Analisis SWOT menunjukkan Pemerintah Kota Bukittinggi perlu melakukan strategi peningkatan kerjasama dengan instansi vertikal, dengan pemerintah pusat, antar pemerintah daerah, sektor swasta serta media massa.</p>

2018 ◽  
Vol 12 (02) ◽  
pp. 107
Author(s):  
Yani Subaktilah ◽  
Nita Kuswardani ◽  
Sih Yuwanti

One product from the sugar cane is brown sugar cane. ‘UKM Bumi Asih’ is one of the producer of the sugar cane in Bondowoso Regency. Brown sugar cane has potential prospect to developed because it can be used to any purposed (for household needs and beverage industries). This study was aimed to identify the internal and external factors that affected business development of brown sugar cane. The study were used the methods of internal factor evaluation (IFE) and eksternal factor evaluation (EFE). Internal factor analysis was performed to identify the company's internal strengths that can be used and anticipated weaknesses. External factor analysis was conducted to identify opportunities that can be exploited and threats that can be avoided. The scores output from matrix IFE and EFE were all categorized with total score 2.812 for internal factors and 3.0315 for external factor. Both scores were above 2.5 which meas that the internal position was strong enough. So its has the ability above the average to take advantage of the power and opportunities to anticipated the internal weakness and the threats. Keywords: brown sugar cane, eksternal factor, internal factor


2018 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 105
Author(s):  
Wahid Abdil Malik ◽  
Minar Ferichani ◽  
Emi Widiyanti

<em>This study aims to determine the magnitude of farm income coconut sugar in District Puring Kebumen, knowing internal factors (strengths and weaknesses) and external (opportunities and threats), to formulate a possible strategic alternatives and identifies priorities for the strategy to be applied in the development of farming of palm sugar in District Puring Kebumen. The research method used is descriptive method. Data analysis method used is the Revenue Analysis, Internal Factor Evaluation (IFE), External Factor Evaluation (EFE), SWOT Analysis and QSPM. These results indicate that the amount of income of Rp 37,323,400.00 for the period June 2015 - June 2016. Internal Factor Evaluation (IFE) showed that coconut sugar farm has five strengths and four weaknesses. External Factor Evaluation (EFE) show gardens coconut sugar farm has four opportunities and five threats. SWOT Analysis generate alternative strategies that can be implemented that improve product with open innovation and their consumer confidence, create attractive packaging so that the consumer response is high, increase competitiveness through cooperatives or associations for joint marketing, and to expand the market by leveraging information technology such as the Internet. QSPM produce good strategic priorities to be implemented is to increase competitiveness through cooperatives or associations for joint marketing.</em>


2018 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 55
Author(s):  
Rangga Ditya Yofa ◽  
Mewa Ariani ◽  
I Ketut Kariyasa ◽  
Achmad Suryana

<p>Field School-Integrated Crop Management (FS-ICM) was one of components within the National Rice Production Enhancement Program implemented by the Ministry of Agriculture in the period of 2009−2014. With the support of a large amount of budget, FS-ICM implementation was expected to have a significant impact on the increase of food production. This study aims to assess planning design and the implementation of FS-ICM on rice. This study used primary and secondary data included all information related to planning design and the implementation of FS-ICM program at national and regional levels. Data collection was carried out by interviewing the leaders of agricultural institutions associated with activities of FS-ICM and from Focus Group Discussion (FGD) among the group and individual rice farmers at provincial and regency levels in West Java Province in the period of September−October 2014. The data and information were processed descriptively and qualitatively. The results of this study indicated that annual planning of the FS-ICM program was in fact not based on the results of annual evaluation of the implementation and the performance of FS-ICM. During five-year period, annual target of the FS-ICM had been arranged to be increased at a very high rate, regardless of the limited capacity and the unsuccessful implementation of the program. This study had also indicated that planning and implementation of FS-ICM in the field was not fully in accordance with the basic concept of ICM. The rate of adoption of ICM technology components among the rice farmers was quite low, besides the limited number and quality of agriculture extension workers to support this program. It is suggested reporting systems and socialization program improvement, well-functioning LL, encouraging the mobilization of extension, fostering local growers, establishing better coordination between central and local governments as well as implementers in the field, and also building and repairing aspects of processing, marketing and farmers groups.</p><p> </p><p>Abstrak</p><p>Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) merupakan salah satu komponen dalam program Peningkatan Produksi Beras Nasional yang dilaksanakan Kementerian Pertanian pada tahun 2009−2014. Dengan dukungan anggaran yang besar, pelaksanaan SL-PTT diharapkan dapat berdampak nyata pada peningkatan produksi pangan. Kajian ini bertujuan untuk mengkaji perencanaan dari implementasi kegiatan SL-PTT padi sawah. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan sekunder, meliputi informasi tentang perencanaan dan implementasi SL-PTT di pusat dan daerah. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan pimpinan instansi pertanian yang terkait dengan kegiatan SL-PTT serta <em>focus group discussion</em> (FGD) di antara kelompok tani/petani padi sawah pada tingkat provinsi dan kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan September−Oktober 2014.  Pengolahan data dan informasi dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil kajian menunjukkan bahwa kegiatan perencanaan tahunan SL-PTT tidak didasarkan pada hasil evaluasi pelaksanaan dan kinerja implementasi SL-PTT di lapangan. Selama periode lima tahun, target tahunan SL-PTT terus ditambah dengan tingkat kenaikan yang tinggi, tanpa memperhatikan kemampuan daya dukung keberhasilan program. Kajian ini juga menunjukkan perencanaan dan implementasi SL-PTT di lapangan tidak mengacu sepenuhnya pada konsep dasar PTT, tingkat adopsi komponen teknologi PTT masih rendah, dan jumlah serta kualitas penyuluh pertanian terbatas untuk mendukung keberhasilan program SL-PTT ini. Implikasi kebijakan yang disarankan ialah perbaikan sistem pelaporan dan sosialisasi program, memfungsikan LL secara baik, mendorong mobilisasi penyuluh, menumbuhkan penangkar-penangkar lokal, membangun koordinasi yang baik antara pemerintah pusat, daerah, dan pelaksana di lapangan, serta membangun dan memperbaiki aspek pengolahan, pemasaran, dan kelembagaan kelompok tani.</p>


2017 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Sarono Sarono ◽  

Abstract Bread can be found in various food outlets as bakeries, departement stores, stalls, vending sellers or canteens of school and campus. In Bandar Lampung, some bread is produced by small units of bakery either by individual or joint business. The research is aimed at learning some problems of product marketing and some aspects significantly influencing the marketing strategyof the new campus bakery. The research shows that the internal factor evaluation analysis value was at 2,564 that indicate medium value, while the external factor evaluation analysis was at 2,265 which indicate medium value. The internal-external analysis shows that the bakery was at V position, strategy can do in these conditions is market penetration and product development. Strength, weaknesses, oppourtunities, and threats analysis found that the bakery apply 11 businnes strategies developed based on the internal factors – the strengt and weaknesses – as well as the external factors – the opportunities and threat. Keywords: bread, development strategy, SWOT


Inovasi ◽  
2018 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 153-162 ◽  
Author(s):  
Wanda Kuswanda

Salah satu habitat gajah yang masih tersisa adalah Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), terutama di wilayah Besitang. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi, kepemilikan lahan, pemetaan wilayah dan mitigasi konflik manusia dengan gajah di Resort Besitang, TNGL. Metode pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner, wawancara dan Focus Group Discussion (FGD). Analisis data menggunakan tabel frekuensi dan analisa deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah yang memiliki potensi konflik gajah di Resort Besitang adalah Daerah Halaban, Aras Senapal, Sekundur, Bukit Selamat dan Bukit Mas dengan intensitas konflik rendah sampai tinggi. Penyebab utama konflik manusia dengan gajah adalah fragmentasi kawasan hutan,  ketidakpastian status lahan di daerah penyangga, pertumbuhan penduduk yang tinggi dan meningkatnya pendatang di wilayah Besitang, perambahan dan ilegal logging yang terus terjadi, minimnya kesadaran masyarakat dan peranan lembaga desa dalam mendukung konservasi gajah. Rekomendasi resolusi mitigasi konflik gajah diantaranya: 1) memperbaiki habitat gajah yang sudah terfragmentasi di dalam kawasan TNGL; 2) meningkatkan peran Tim CRU (Conservation Response Unit); 3) membentuk unit reaksi cepat penanganan konflik gajah dengan melibatkan para pihak; 4) menanam jenis tanaman yang tidak disukai dan dijauhi oleh gajah; 5) mereduksi ketergantungan masyarakat akan sistem pertanian yang membutuhkan lahan yang luas; 6) mengembangkan program untuk membantu peningkatan hasil panen; dan,  7) penyuluhan untuk meningkatkan pemahaman bahwa gajah merupakan bagian dari ekosistem yang harus lestari.   Kata kunci: gajah, konflik, habitat, Besitang, Taman Nasional Gunung Leuser


2019 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 14-21
Author(s):  
Rili Windiasih

Perkembangan Teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi, demokratisasi dan desentralisasi sudah menjadi kebutuhan sekaligus tantangan khususnya bagi pemerintah daerah dalam komunikasi pembangunan untuk pelayanan publik dan pemberdayaan masyarakat. Penelitian menggunakan metode kualitatif studi kasus, dengan pengumpulan data melalui dokumentasi, wawancara, pengamatan dan Focus Group Discussion (FGD). Subjek penelitian dipilih secara purposif yaitu pemerintah daerah di Eks-KaresidenanBanyumas Jawa Tengah, akademisi dan civil society. Penelitian dianalisis dengan analisis interaktif melalui reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpuan dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pentingnya komunikasi pembangunan dengan media teknologi informasi dan komunikasi melalui e-Government untuk meningkatkan pelayanan publik yang baik, cepat dan responsif, adanya partisipasi aktif dari publik dan transparansi baik anggaran serta program pembangunan. (2) Perlunya mengantisipasi adanya kesenjangan teknologi informasisehingga membutuhkan peningkatan kompetensi sumber daya manusia di pemerintahan daerah dan publik, serta memperluas fasilitas akses jaringan informasi.Kata kunci: komunikasi pembangunan, pelayanan publik, partisipasi, teknologi informasi, transparansi 


Widyaparwa ◽  
2017 ◽  
Vol 45 (2) ◽  
pp. 151-164
Author(s):  
Novita Sumarlin Putri

Tindak tutur komisif merupakan salah satu aspek pragmatik yang harus diperhatikan oleh penerjemah ketika menerjemahkan teks. Hal itu dilakukan agar menghasilkan terjemahan yang berkualitas dari aspek keakuratan dan keberterimaan. Berdasarkan alasan tersebut, penelitian ini bertujuan mendiskripsikan tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan kalimat yang mengakomodasi tindak tutur komisif dengan pendekatan pragmatik. Data yang digunakan ialah tuturan komisif dan hasil penilaian kualitas terjemahan. Data bersumber dari novel Insurgent karya Veronica Roth dan informan. Data dikumpulkan dengan cara analisis dokumen, kuesioner dan Focus Group Discussion. Selanjutnya, data dianalisis dengan cara analisis domain, taksonomi, komponensial, dan tema budaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjemahan dalam novel Insurgent mempunyai nilai keakuratan dan keberterimaan yang cukup tinggi. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat keakuratan dan keberterimaan pada setiap jenis tindak tutur komisif memiliki dampak terhadap kualitas keseluruhan terjemahan kalimat yang mengandung tindak tutur komisif.Commissive speech act is one of the pragmatic aspects to regard by the translator in translating the text. It aims to produce a qualified translation in regarding accuracy and acceptability aspects. According to the aspects, this research aims to describe accuracy and acceptability of translation in sentences which accommodate commissive speech act using pragmatic approach. The data used is commissive speech and qualitative translation value result. The sources of the data are an Insurgent novel by Veronica Roth and informants. The data were collected through document analysis, questionnaire, and Focus Group Discussion then analyzed the domain, taxonomic, componential analysis, and cultural theme. The result shows that translation in the Insurgent novel has high accuracy and acceptability values. This research concludes that the accuracy and acceptability level in each commissive speech act has an impact on quality of whole translated sentences which contain commissive speech act.


2018 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 53
Author(s):  
Bejo Danang Saputra

Perencanaan pengembangan uji kompetensi perawat Indonesia akan dikembangkan  dengan metode OSCE.. Pelaksanaan uji OSCE membutuhkan persiapan yang matang, terutama kesiapan sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini adalah dosen untuk melaksanakan uji OSCE. Mengetahui kesiapan SDM dalam pengembangan uji OSCE di Prodi D3 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap. Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan rancangan studi kasus. Informan penelitian adalah 6 orang dosen dan Kepala Program Studi D3 keperawatan. Data diperoleh melalui, focus group discussion, wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan constant comparative method. Penelitian menunjukan bahwa pengetahuan dosen tentang OSCE dan kompetensi berdasarkan pendidikan memenuhi persyaratan untuk pengembangan uji OSCE, namun masih membutuhkan pelatihan mengenai OSCE. Uji OSCE dapat diselenggarakan dengan melibatkan dosen dari prodi lain karena jumlah dosen di Prodi D3 Keperawatan  STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap belum memenuhi kebutuhan pelaksanaan uji OSCE. Hambatan penyelenggaraan OSCE adalah SDM belum terkoordinasi, belum terlatih dan keterbatasan sarana pendukun. Pengetahuan dan kompetensi dosen berdasarkan tingkat pendidikan memenuhi syarat dalam pengembangan OSCE dan OSCE dapat diselenggarakan dengan melibatkan dosen prodi lain.


Author(s):  
Dewi Novianti ◽  
Siti Fatonah

Social media is a necessity for everyone in communicating and exchanging information. Social media users do not know the boundaries of age, generation, gender, ethnicity, and religion. However, what is interesting is the user among housewives. This study took the research subjects of housewives. Housewives are chosen as research subjects because they are pillars or pillars in a household. If the pillar is strong, then the household will also be healthy. Thus, if we want to build a resilient and robust generation, we will start from the housewives. A healthy household starts from strong mothers too. This study aims to find out the insights of the housewives of Kanoman village regarding the content on smartphones and social media and provide knowledge of social media literacy to housewives. This study used a qualitative approach with data collection techniques using participant observation, interviews, focus group discussion (FGD), and documentation. The results of the study showed that previously housewives had not experienced social media literacy. Then the researchers took steps to be able to achieve the desired literacy results. Researchers took several steps to make them become social media literates. They become able to use social media, understand social media, and even produce messages through social media.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document