Widyaparwa
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

87
(FIVE YEARS 54)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa

0215-9171

Widyaparwa ◽  
2020 ◽  
Vol 48 (2) ◽  
pp. 283-291
Author(s):  
Muhammad Wildan Sahidillah ◽  
Sarwiji Suwandi ◽  
Atikah Anindyarini

This research aims to describe the history of Indonesian reform in the collection of Telepon Genggam poems by Joko Pinurbo. The dark history of reform needs to be reminded to everyone, to remind that Indonesia has a dark history of humanity, the Trisakti Tragedy. The May 1998 Trisakti Tragedy is a dark history that cannot be forgotten by Indonesian people. This research is included in a qualitative descriptive study. Data and data sources of this research are a collection of poems by Joko Pinurbo entitled Telepon Genggam. The data analysis technique used is the content analysis technique. Listen note is a technique used for data collection techniques. The results of research on the history of Indonesian reform, namely Tragedi Trisakti, in a collection of poems by Joko Pinurbo's Mobile Phone, found that there was a monetary crisis that made people uneasy because of the soaring prices of basic necessities. In addition, there were demonstrations by students and activists which resulted in many casualties, looting and rape of ethnic Chinese, and the kidnapping and disappearance of activists and students.Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan sejarah kelam reformasi Indonesia dalam kumpulan puisi Telepon Genggam karya Joko Pinurbo. Sejarah kelam reformasi sangat perlu diingatkan untuk semua orang, untuk mengingatkan bahwa Indonesia mempunyai sejarah kemanusiaan yang kelam, yaitu Tragedi Trisakti. Tragedi Trisakti Mei 1998 merupakan sejarah kelam yang tidak bisa dilupakan oleh bangsa Indonesia. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Data dan sumber data penelitian ini adalah kumpulan puisi karya Joko Pinurbo yang berjudul Telepon Genggam. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis isi. Simak catat adalah teknik yang digunakan untuk teknik pengumpulan data. Hasil penelitian mengenai sejarah reformasi Indonesia, yaitu Tragedi Trisakti, pada kumpulan puisi Telepon Genggam karya Joko Pinurbo ditemukan bahwa adanya krisis moneter yang membuat rakyat menjadi resah karena harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi. Selain itu, ada juga demonstrasi para mahasiswa dan aktivis yang menyebabkan banyak korban berjatuhan, penjarahan dan perkosaan terhadap etnis Tionghoa, dan penculikan dan penghilangan aktivis dan mahasiswa.


Widyaparwa ◽  
2020 ◽  
Vol 48 (2) ◽  
pp. 161-172
Author(s):  
Indah Utami Chaerunnisah

This study examines Prabowo’s speech during the first national address of the 2019 pre-election campaign. It aims at revealing the types of modality, modal value, and modal responsibility employed in the speech, and describing how the choice of modality reflects Prabowo’s attitude and strategy to win the 2019 presidential election. This study is qualitative research that applies Halliday’s theory of modality in systemic functional grammar. The results reveal that 1) he used modulation inclination frequently to show his determination to help people, 2) the dominant use of median modal value in inclination reveals that rather than determined he is just keen to help, the domination of high modal value in obligation signified that he believes he has the power to make people follow his instruction, and the frequent use of low modal value in probability indicated that he is not certain about the information he shares, 3) the domination of subjective implicit subject shows that Prabowo tend to emphasize his dominance and superiority in the communication process, and he strongly believes that he can realize all his promises when he becomes the president and he is ready to take responsibility if he cannot.Penelitian ini menganalisis pidato kebangsaan Prabowo Subianto dalam kampanye pra-pemilu 2019. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan tipe-tipe modality, modal value dan modal responsibility  yang dipakai Prabowo dalam pidato tersebut, dan untuk menjelaskan bagaimana pilihan modality tersebut merefleksikan sikap dan strategi Prabowo dalam visi misinya untuk memenangkan pemilu 2019. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan menggunakan teori modality dalam Systemic Functional Grammar oleh Halliday. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Prabowo menggunakan modulation inclination untuk menunjukkan tekad membantu rakyat dan membawa Indonesia kearah yang lebih baik, 2) dominasi penggunaan  modal berskala medium keinginan (inclination) menunjukkan bahwa Prabowo hanya berkeinginan untuk membantu negara, tidak sampai tahap bertekad, dominasi penggunaan modal berskala tinggi dalam tipe kewajiban (obligation) menunjukkan kepercayaan diri Prabowo bahwa ia memiliki kekuasaan untuk membuat pendukungnya menuruti perintahnya, dominasi penggunaan modal berskala rendah dalam tipe kemungkinan (probability) menunjukkan bahwa Prabowo tidak terlalu yakin akan informasi yang ia bagikan dalam pidatonya, 3) dominasi penggunaan subjek implisit subjektif menunjukkan bahwa Prabowo cenderung menggunakan gaya komunikasi dimana dia menjadi pihak yang dominan dan superior, dan ia sangat percaya ia dapat menepati semua janjinya saat ia terpilih dan siap menghadapi konsekuensinya jika tidak dapat menepati janji-janji tersebut.


Widyaparwa ◽  
2020 ◽  
Vol 48 (2) ◽  
pp. 133-147
Author(s):  
Restu Sukesti

This study is a discourse analysis of the "Nah Ini Dia" text, the daily text uploaded on online Poskota News. The text is a news text reported a household problem containing "infidelity or the existence of a third party". This study uses a qualitative descriptive discourse analysis approach. The discourse structure, the language style, and the pragmatic aspects are discussed in this study.  In data collection, the recording method is used, in the analysis micro text and macro text analysis methods are used. Micro-text is used to analyze the language style of vocabulary and sentence; macro-text is used to analyze the text discourse structure and the text pragmatic aspects. The research findings are as follows. The schematic structure of the text is the opening of the text (the main/summary of the story, an overview), the content of the text (the beginning of the story, the beginning of the conflict, the peak of the conflict, the climax of the story), and the closing (the author's comments). The language style of the text "Nah Ini Dia" is humorous that makes the stories that are reported neat, interesting, and funny. In fact, the sense of humor that arise can close the irony in it. For this reason, it seems that the humor has become the icon for the text "Nah Ini Dia". The pragmatic aspect of the text "Nah Ini Dia" is the social satire (disputes and hostility between humans) on events that occur in the household, as the smallest form of social society.Kajian ini merupakan analisis wacana pada teks “Nah Ini Dia”, teks muat harian yang terdapat pada Poskota News berbasis daring. Teks tersebut merupakan teks berita dengan yang memberitakan kisah masalah rumah tangga yang berbau “perselingkuhan atau adanya pihak ketiga”. Kajian ini menggunakan pendekatan analisis wacana secara deskriptif kualitatif. Yang dikaji ialah struktur wacana, gaya bahasa, dan aspek pragmatik pada teks tersebut. Dalam pengambilan data digunakan metode catat, dalam penganalisisan digunakan metode analisis mikroteks dan makroteks. Mikroteks digunakan untuk menganalisis gaya bahasa kosakata dan kalimat; makroteks digunakan untuk menganalisis struktur wacana teks dan aspek pragmatik teks. Hasil kajiannya ialah sebagai berikut. Skema struktur teks ialah pembuka teks (inti/ringkasan berita cerita, gambaran umum), isi teks (awal cerita, awal konflik, puncak konflik, klimaks cerita), dan penutup (komentar penulis). Gaya bahasa teks “Nah Ini Dia” ialah gaya kejenakaan yang menjadikan cerita yang diberitakan itu apik, menarik, dan lucu. Bahkan, kejenakaan yang timbul mampu menutup cerita ironi di dalamnya. Untuk itu, tampaknya kejenakaan itu yang menjadi ikon teks “Nah Ini Dia”. Aspek pragmatik yang ditimbulkan dari teks “Nah Ini Dia” ialah sindiran sosial (pertikaian dan permusuhan antarmanusia) atas peristiwa yang terjadi di rumah tangga, sebagai bentuk masyarakat sosial terkecil.


Widyaparwa ◽  
2020 ◽  
Vol 48 (2) ◽  
pp. 186-195
Author(s):  
Emma Maemunah

Sundanese is one of the languages that have interface words. Almost all Sundanese verbs have interface words which serve as an introduction to an activity. One of them is the verb seuri 'laugh' which has a lot of interface words. This study aims to describe the components of interface words of seuri 'laugh' in Sundanese and explain the semantic function of those interface words. The data interface words were obtained from the Sundanese dictionary and short stories written in Sundanese. This descriptive-qualitative study used paraphrasing and classification techniques. The results show that there are 18 lexemes of  seuri 'laugh' in Sundanese, they are barakatak, belengéh, bélényeh,cakakak, calakatak, cengir, ceukeukeuk, ceuleukeuteuk, cikikik, éléngéh, gakgak, gelenyu,  ger, gikgik, irihil, key, nyéh, dan séréngéh. The function of semantic interface words of seuri 'laugh' is to show happiness, show indulgence, endure shame, nervousness, awkwardness, pain, disgust, smell something bad, and laugh at something while joking and to show the nature of people who always smile.Bahasa Sunda merupakan salah satu bahasa yang memiliki kata pengantar. Hampir semua verba bahasa Sunda memiliki kata pengantar yang berfungsi sebagai pengantar suatu kegiatan. Salah satunya verba seuri ‘tertawa’ yang memiliki banyak sekali kata pengantar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan komponen makna kata pengantar seuri ‘tertawa’ dalam bahasa Sunda dan menjelaskan fungsi semantis medan makna kata pengantarseuri ‘tertawa’ tersebut. Data kata pengantar diperoleh dari kamus dan cerita-cerita pendek berbahasa Sunda. Penelitian deskriptif-kualitatif ini menggunakan teknik parafrase dan pengklasifikasian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 18 leksemkata pengantar seuri ‘tertawa’ dalam bahasa Sunda, yaitu barakatak, belengéh, bélényeh, cakakak, calakatak, cengir, ceukeukeuk, ceuleukeuteuk, cikikik, éléngéh, gakgak, gelenyu,  ger, gikgik, irihil,  key, nyéh, dan séréngéh. Fungsi semantis kata pengantarseuri ‘tertawa’ adalah untuk menunjukkan kebahagiaan, menunjukkan kemanjaan, menahan rasa malu, gugup, canggung, sakit, jijik, mencium bau tidak enak, atau, menertawakan sesuatu sambil bersenda gurau serta menunjukkan sifat orang yang murah senyum.


Widyaparwa ◽  
2020 ◽  
Vol 48 (2) ◽  
pp. 219-229
Author(s):  
Dian Lestari ◽  
Sulis Triyono

This study aims to describe the representation in the case of a woman in the discourse of SEA GAMES gymnastics athlete who was sent back home because of a virginity issue that was published by Kompas.com on the 29th of  November, 2019. The discourse is a hot topic because it raises the pros and cons. Besides social context, this study also describes the structure of the text consisting of macrostructure, superstructure, and microstructure. The research approach uses critical discourse analysis by Van Dijk. The results of this study indicate that the news text has a main topic, namely the violation againts feminist values. The superstructure of the news text consists of an introduction, main text, and concluding part. Kompas.com through the micro structure chooses to use various diction in delivering news. In addition to diverse diction, the text is also built with cohesion and coherence to unify the meaning of discourse. The social context built by Kompas.com in this discourse, especially in representing womanis the persecution of women (gender bias) and professional violations of a person.Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan representasi perempuan dalam wacana atlet senam SEA GAMES dipulangkan karena tidak perawan yangdiberitakan pada Kompas.com pada 29 November 2019. Wacana tersebut merupakan wacana yang sedang hangat diperbincangkan karena menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Selain konteks sosial, penelitian ini juga mendeskripsikan struktur teks berita yang terdiri atas struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis wacana kritis model Van Dijk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teks berita mempunyai topik utama, yakni pelanggaran nilai-nilai feminisme. Selanjutnya, superstruktur teks berita terdiri atas pendahuluan, inti teks, dan penutupan berita. Kompas.com melalui struktur mikro memilih untuk menggunakan berbagai macam diksi dalam menyampaikan berita. Selain diksi yang beragam, teks dibangun dengan piranti kohesi dan koherensi untuk menyatukan makna wacana. Konteks sosial yang dibangun Kompas.comterutama dalam merepresentasikan perempuan pada wacana tersebut adalah adanya penindasan terhadap perempuan (bias gender) serta pelanggaran profesionalitas suatu oknum.


Widyaparwa ◽  
2020 ◽  
Vol 48 (2) ◽  
pp. 257-268
Author(s):  
Umar Sidik

The problem of this study departs from a lot of reading material that is suspected to be incompatible with the target audience (emergent literacy). Readings that are labeled for pre-reading, but the content does not suit the target audience. In this connection, the purpose of this study is to find the incongruity of reading material with the target audience for emergency literacy based on reading gap standards. This study refers to the standardization of non-text reading material set by the Ministry of Education and Culture (2018). The data source is determined by purposive sampling technique. Data collection is done by listening, reading, and note / record techniques. The analysis is carried out by means of interpreting and interpreting the data to obtain inference in accordance with the research objectives. The results showed that the literacy reading materials emegen circulating in the majority of the community did not match (match) with the target reader (emergency literacy). Many readings put forward or give priority to the message content of the narrative story. Pictures / illustrations are more oriented to support the narrative of the story. There is almost no process of introducing the beginning of writing, from the alphabetical or phonological as early as learning literacy literacy.Permasalahan penelitian ini berangkat dari banyak bahan bacaan yang ditengarai tidak sesuai dengan pembaca sasaran (literasi emergen). Bacaan yang dilabeli untuk pramembaca, tetapi isinya tidak sesuai dengan pembaca sasarannya. Sehubungan dengan itu, tujuan penelitian ini ialah untuk menemukan ketidaksesuaian bahan bacaan dengan pembaca sasaran literasi emergen berdasarkan standar penjenjangan bacaan. Penelitian ini mengacu pada standar penjenjangan bahan bacaan nonteks yang ditetapkan oleh Kemendikbud (2018). Sumber data ditentukan dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak, baca, dan catat/rekam. Analisis dilakukan dengan cara penginterpretasian dan pemaknaan data untuk memperoleh inferensi sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan bacaan literasi emergen yang beredar di masyarakat mayoritas tidak sesuai (matching) dengan pembaca sasarannya (literasi emergen). Banyak bacaan yang mengedepankan atau mengutamakan pesan isi dari narasi cerita. Gambar/ilustrasi lebih diorientasikan untuk mendukung narasi cerita. Hampir tidak ada proses pengenalan awal terhadap tulisan, dari alfabetik atau fonologis sebagi awal membelajarkan literasi baca-tulis.


Widyaparwa ◽  
2020 ◽  
Vol 48 (2) ◽  
pp. 148-160
Author(s):  
Muhammad Yusuf Saputro ◽  
Wini Tarmini ◽  
Ade Hikmat

This research is aimed to know and describe further detail about how the politeness in the language of Chinese students at Pah Tsung School Jakarta, by looking at the forms of politeness used by Chinese students in speaking. The research approach used was a qualitative approach with an ethnographic study of communication methods. The researcher collected research data using literature/documentation methods, records, interviews, direct observation, and FGD with language and language politeness experts. Then, the data were analyzed using the content analysis method equipped with analysis tables. The data of this research are in the form of students’ and teachers’ speeches both written and oral. According to that, it was discovered that ten forms of politenesses of Leech (2014) were implemented, namely generosity maxim of 5.3%, tact maxim of 12.4%, approbation maxim of 6.2%, modesty maxim of 0.9%, obligation S to O maxim of 18.6%, obligation O to S maxim of 8,8%, agreement maxim of 19,5%, opinion reticence maxim of 20,4%, sympathy maxim of 5,3%, and feeling reticence maxim of 2,7%. Based on these results, the forms of Chinese students’ politeness language at Pah Tsung School are dominated by the opinion reticence maxim, the agreement maxim, and the obligation S to O maxim. The lingual forms in speaking also have unique characteristics in each maxim.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan secara mendalam model kesantunan berbahasa siswa Tionghoa di Sekolah Pah Tsung Jakarta dengan melihat wujud-wujud kesantunan berbahasa yang dipergunakan siswa Tionghoa dalam bertutur. Pendekatan penelitian yang digunakan yakni pendekatan kualitatif dengan metode etnografi komunikasi. Peneliti mengumpulkan data penelitian dengan metode pustaka/dokumentasi, rekam, wawancara, observasi langsung, dan FGD dengan pakar bahasa dan kesantunan berbahasa. Pengolahan data menggunakan metode analisis isi yang dilengkapi dengan tabel analisis. Data penelitian ini berupa tuturan siswa dan guru, baik secara lisan maupun tulis. Pada tuturan tersebut, diperoleh hasil sebagai berikut: penerapan wujud dari sepuluh kesantunan Leech (2014), yaitu generosity maxim 5,3%, tact maxim 12,4%, approbation maxim 6,2%, modesty maxim 0,9%, obligation S to O maxim 18,6%, obligation O to S maxim 8,8%, agreement maxim 19,5%, opinion reticence maxim 20,4%, sympathy maxim 5,3%, dan  feeling reticence maxim 2,7%. Berdasarkan hasil tersebut model kesantunan berbahasa siswa Tionghoa di Sekolah Pah Tsung didominasi oleh opinion reticence maxim, agreement maxim, dan obligation S to O maxim. Penanda lingual yang digunakan dalam petuturan pun memiliki karakteristik yang khas pada setiap maksimnya.


Widyaparwa ◽  
2020 ◽  
Vol 48 (2) ◽  
pp. 196-205
Author(s):  
Vilya Lakstian Catra Mulia

Covid-19 epidemic attacked Indonesia so that the government decided policy to have to stay at home which started in the middle of March 2020. People had to adapt to the situation. This moment attracts the attention of service and product providers to conform. The researcher uses printed advertisements as the data source in the form of a multimodal document and find various businesses respond to the condition. They support the government’s policy while remaining motivating customers to use their products and services. The research is done in a qualitative paradigm towards words, phrases, clauses, sentences, and pictures as the data to answer the research topic. The data source was taken from the daily newspaper Kompas at the beginning of staying at home policy implementation by the government. The data collection was done by criterion-based sampling. Supported by the multimodal analysis approach, this research observes how linguistic and visual image components simultaneously convey intentions of the advertisements in the pandemic outbreaks. Readers are directed to know various terms raised by the advertisement to campaign the government’s policy while remain promoting. The researcher finds kinds of text genres working harmoniously with visual images to articulate meanings. This research is able to show that offered products and services by providers in their pandemic-time advertisement are part of the solution towards customers’ needs while physical and social distancings were enforced. Linguistic analysis in this research gives new findings of the benefit of text and visual images to express meanings in various ways for the same goal.Wabah Covid-19 melanda Indonesia sehingga pemerintah menetapkan kebijakan untuk beraktivitas di rumah saja mulai pertengahan bulan Maret 2020. Masyarakat harus bisa beradaptasi dengan situasi. Momen ini turut menarik perhatian penyedia layanan jasa dan produk untuk menyesuaikan diri. Peneliti menggunakan iklan cetak sebagai sumber data berupa dokumen multimodal dan menemukan beragam perusahaanturut merespon keadaan ini. Mereka mendukung kebijakan pemerintahsambil tetap mendorong konsumen untuk  menggunakan produk dan jasa yang dimiliki. Penelitian dilakukan dengan paradigma kualitatif terhadap kata, frasa, klausa, kalimat, dan gambar sebagai data untuk menjawab topik penelitian. Sumber data diperoleh dari koran harian Kompas pada awal masa berlakunya kebijakan aktivitas di rumah oleh pemerintah. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik sampling berbasis kriteria. Didukung dengan pendekatan analisis dokumen multimodal, penelitian ini mengamati bagaimana komponen linguistik dan visual secara simultan menyampaikan maksud dari beragam iklan tersebut di saat pandemi. Pembaca diarahkan untuk mengetahui beragam istilah yang diangkat oleh iklan-iklan itu untuk mengampanyekan kebijakan pemerintah sambil tetap promosi. Peneliti menemukan macam-macamgenreteks yang berjalan harmonis dengan tampilan visual untuk mengartikulasikan makna. Penelitian ini mampu menunjukkan bahwa produk dan jasa yang ditawarkan perusahan pada iklan di masa pandemi merupakan bagian dari solusi terhadap kebutuhan konsumen saat jarak fisik dan sosial diberlakukan. Analisis kebahasaan dalam penelitian ini memberikan temuan baru tentang manfaat teks dan tampilan visual untuk menyuarakan maksud dengan beragam cara untuk tujuan yang sama.


Widyaparwa ◽  
2020 ◽  
Vol 48 (2) ◽  
pp. 230-242
Author(s):  
Edi Setiyanto

This study discusses the speech acts expressive of Eid Mubarak homecoming. This study proposes to describe the psychological atmosphere of homecoming travelers until they choose homecoming even though they have to experience discomfort during the trip. This study utilizes speech act theory, especially the types of expressive speech acts. This study is descriptive qualitative. The data is utterances written on posters or placards attached to luggage or transportation mode of the travelers. The data are obtained by observing method, downloading technique, followed by copying technique. The data are taken from the website or Facebook. The obtained data are 36 utterances. The data are analyzed using the marker reading method, inserting technique, and the equivalent method, namely the pragmatic equivalent. The study found out that there are seven types of homecoming expressive speech acts. The seven types of homecoming expressive speech acts are (1) apologizing, (2) stating gratitude, (3) implementing determination, (4) joking, (5) reasoning, (6) complaining, and (7) describing indecision. The seven types of expressive speech acts describe the psychological atmosphere of people during a homecoming trip or why they must choose homecoming.Kajian ini membahas tindak tutur ekspresif mudik lebaran. Kajian ini bertujuan menggambarkan suasana psikologis pemudik sehingga tetap memilih mudik meski harus mengalami ketidaknyamanan perjalanan. Kajian ini memanfaatkan teori tindak tutur, terutama jenis-jenis tindak tutur ekspresif. Kajian ini bersifat deskriptif kualitatif. Data kajian berupa tuturan yang dituliskan pada poster atau plakat yang ditempelkan pada barang bawaan atau moda transportasi yang digunakan pemudik. Data diperoleh dengan metode simak, teknik unduh, yang dilanjutkan dengan teknik salin. Data diambil dari laman atau Facebook. Data yang diperoleh berjumlah 36. Data dianalisis menggunakan metode baca markah, teknik sisip, dan padan pragmatik bergantung sifat permasalahan. Kajian menemukan tujuh jenis tindak tutur ekspresif mudik. Tujuh jenis tindak tutur ekspresif itu ialah (1) meminta maaf, (2) mengungkapkan syukur, (3) melaksanakan tekad, (4) melucu, (5) mengungkapkan alasan, (6) mengeluh, dan (7) menggambarkan kebimbangan. Tujuh jenis tindak tutur ekspresif itu menggambarkan kondisi psikologis pemudik saat melakukan mudik atau mengapa melaksanakan mudik.


Widyaparwa ◽  
2020 ◽  
Vol 48 (2) ◽  
pp. 122-132
Author(s):  
NFN Mukhamdanah ◽  
NFN Inayatusshalihah

Refusal is the form of speech act that has the most potential threat to the face, both the listeners and speakers. In communication, if the rules that apply to society are not obeyed, it will have an impact. This study explains how the speech acts taken by Komering speakers in Ogan Komering Ilir, South Sumatra when rejecting children's requests. By involving several parents who already have children, the data is collected through questionnaires and open-ended data. The data are classified and analyzed based on the form and pattern of refusal speech realization. Determination of the form and speech realization is done by using the basic technique in the form of a deciding element, namely classifying the elements that determine the form and pattern of speech realization used by respondents in rejecting requests. The form of speech here is related to sentence construction, i.e. declarative, interrogative or imperative, while the realization is related to various forms of refusal speech used by the speakers. As a result, although it has relative power and a higher level of imposition compared to speech partners, the use of hedges to soften the power of refusal continues. Parents tend to use speech acts that employ greetings and apologies also give reasons for rejection and alternatives. Values for respecting speech partners with relative power and lower levels of imposition are still transmitted by people to their children.Tindak tutur penolakan merupakan bentuk tindak tutur yang paling berpotensi mengancam muka, baik petutur maupun penutur. Dalam sebuah komunikasi, jika aturan-aturan yang berlaku pada masyarakat tidak dipatuhi, maka akan menimbulkan dampak. Kajian ini menjelaskan bagaimana bentuk tindak tutur yang dilakukan penutur bahasa Komering di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan ketika menolak permintaan anak. Dengan melibatkan beberapa orang tua yang telah memiliki anak, data dijaring melalui kuesioner dan pertanyaan terbuka. Data diklasifikasikan dan  dianalisis  berdasarkan bentuk dan pola realisasi tuturan penolakan. Penentuan bentuk dan realisasi tuturan menggunakan teknik dasar berupa pilah unsur penentu, yakni mengklasifikasi unsur yang menentukan bentuk dan pola realisasi tuturan yang digunakan responden dalam menolak permintaan. Bentuk tuturan di sini berkaitan dengan konstruksi kalimat, deklaratif, interogatif, atau imperatif, sedangkan realisasi berkaitan dengan berbagai wujud tuturan penolakan yang digunakan oleh penutur. Hasilnya, meskipun mempunyai kekuasaan relatif dan tingkat imposisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mitra tutur, penggunaan pagar (hedge) untuk memperlunak daya penolakan tetap dilakukan. Orang tua cenderung menggunakan bentuk tindak tutur yang menggunakan kata sapaan, permintaan maaf, memberikan alasan penolakan dan alternatif pengganti. Nilai-nilai untuk menghargai mitra tutur dengan kekuasaan relatif dan tingkat imposisi yang lebih rendah tetap ditransmisikan oleh orang tua ke anak-anaknya.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document