Pengaruh Pemberian Air Rendaman Rumput Fatimah (Anastatica Hierochuntica) Terhadap Kadar Hormon Oksitosin dan Hormon Prolaktin Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Menyusui Perbandingan

2019 ◽  
Vol 8 (1S) ◽  
pp. 31
Author(s):  
Yunni Safitri ◽  
Afriwardi Afriwardi ◽  
Eny Yantri

Rumput fatimah (Anastatica Hierochuntica) mengandung senyawa fitokimia seperti alkaloid, tanin, dan flavonoid yang merupakan bagian fitoestrogen. Tujuan Penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pemberian air rendaman rumput fatimah (Anastatica Hierochuntica) terhadap hormon oksitosin dan hormon prolaktin pada tikus putih (Rattus Norvegicus) menyusui. Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan desain Post-Tes Only Control Group. Jumlah sampel 32 tikus menyusui yang dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakukan P1, P2 dan P3 yang masing–masing diberi 10gr, 20gr dan 40gr rendaman Anastatica Hierochuntica. Penelitian dilakukan di Labor Farmasi dan Biomedik Universitas Andalas. Hormon oksitosin dan hormon prolaktin diukur dengan mengunakan metode ELISA. Uji statistik menggunakan uji Shapiro Wilk untuk mengetahui normalitas data, dilanjutkan One Way ANOVA dan untuk mengetahui perbedaan pada kelompok digunakan uji Multiple Comparisons (post hoc test) jenis Bonferroni. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan signifikan (p<0,05) kadar hormon oksitosin antara kelompok kontrol (56,604±10,907) dengan kelompok P2 (44,095±6,117). Pada hormon prolaktin juga berbeda secara bermakna (p<0,05) antara kelompok kontrol (11,794±1,633) dengan kelompok P3 (16,991±3,735). Terdapat perbedaan yang bermakna terhadap pemberian air rendaman rumput fatimah (Anastatica Hierochuntica) terhadap hormon oksitosin dan hormon prolaktin pada tikus putih (Rattus Norvegicus) menyusui.

2017 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 109
Author(s):  
Noviyanti Noviyanti ◽  
Rahmatina B Herman ◽  
Joserizal Serudji

Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi, salah satu penyebabnya adalah partus lama. Hormon estrogen merupakan salah satu hormon pemicu persalinan, defisiensi hormon ini dapat  mengakibatkan persalinan menjadi lambat (partus lama). Rumput fatimah (Anastatica Hierochuntica) merupakan tanaman yang sering digunakan untuk memperlancar persalinan. Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh pemberian air rendaman rumput fatimah terhadap kadar hormon estrogen pada tikus putih bunting. Jenis penelitian, eksperimental dengan desain Post-Test Only Control Group. Sampel terdiri dari 24 ekor tikus putih bunting yang dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan 3 perlakuan P1, P2 dan P3 yang masing-masing diberi 10gr, 20gr dan 40gr rumput fatimah. Penelitian dilaksanakan di Animal house dan di Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Hormon estrogen diukur dengan menggunakan metode ELISA. Uji Shapiro Wilk untuk mengetahui normalitas data dilanjutkan Uji  One Way ANOVA lalu dilanjutkan dengan uji Multiple Comparisons (post hoc test) jenis Bonferroni. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan signifikan (p<0,05) kadar hormon estrogen antara kelompok kontrol (55,51±7,60) dengan kelompok P2 (67,37±7,14) dan P3 (68,13±7,33) dengan dosis 20 gr dan 40 gr. Kesimpulan, terdapat peningkatan signifikan pada kadar hormon estrogen setelah pemberian air rendaman rumput Fatimah pada tikus putih bunting. Kata kunci:  Rumput Fatimah (Anastatica Hierochuntica), Hormon Estrogen, Persalinan


Author(s):  
Yunita Liana ◽  
Yofa Anggriani Utama

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Proses penyembuhan tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh oleh banyak faktor, salah satunya adalah jenis obat-obatan. Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi pada kulit. Salah satu tanaman yang berpotensi terhadap penyembuhan luka adalah tanaman betadine. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pemberian ekstrak daun betadine terhadap ketebalan jaringan granulasi dan jarak tepi luka sayat tikus putih (Rattus norvegicus). Desain penelitian studi eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian post test only control group design. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomedik Fakultas Teknik Kimia Politeknik Sriwijaya Palembang untuk pelaksanaan ekstraksi dan pembuatan salep ekstrak daun betadine, di Animal House Fakultas Kedokteran Unsri Palembang untuk pemeliharaan dan perlakuan pada tikus putih dan Laboratorium Patologi RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang untuk pemeriksaan jaringan kulit tikus putih. Jumlah sampel 30 tikus putih. Analisis statistik uji homogenitas antar kelompok dengan menggunakan levene test, Independent t-test, Uji One Way Anova untuk mengetahui jaringan granulasi dan jarak tepi luka dilanjutkan dengan uji post hoc multiple comparisons t-test games howel. Hasil uji statistik salep ekstrak daun betadine mempunyai efek yang sama dengan salep madecassol terhadap ketebalan jaringan granulasi dan jarak tepi luka pada luka sayat tikus putih. Dosis yang paling efektif adalah pada dosis 40% salep ekstrak daun betadine. Diharapkan perlu penelitian lanjutan tentang efek daun betadine terhadap protein-protein pada saat proses inflamasi toksisitas dari daun betadine.


2018 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 112
Author(s):  
MENTARI AMENDA SAPUTRI ◽  
HERIN SETIANINGSIH

<p class="Default">Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Gaya hidup masyarakat terutama dalam mengkonsumsi diet yang tidak sehat dapat meningkatkan kadar LDL yang dapat menyebabkan  penyakit kardiovaskular. Rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>)<em> </em>yang banyak dibudidayakan di Indonesia mengandung flavonoid dan triterpenoid yang diduga dapat menurunkan kadar LDL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>) <em> </em>terhadap kadar LDL pada tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan galur Wistar yang diberi diet tinggi lemak. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni laboratorik dengan rancangan penelitian <em>Post Test Control Group Design. </em>Sampel yang digunakan adalah 24 ekor tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan galur Wistar yang dibagi ke dalam tiga kelompok: kelompok yang diberi diet standar selama 28 hari (K1), kelompok yang diberi diet tinggi lemak selama 28 hari (K2), dan kelompok yang diberi diet tinggi lemak selama 28 hari dan pada hari ke-15 sampai hari ke-28 diberi ekstrak rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>) dengan dosis 140mg/200grBB/hari (K3). Hasil analisis statistik <em>One Way Anova </em>menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar LDL yang signifikan antara ketiga kelompok pada penelitian ini (p&lt;0,001). Kadar LDL pada K2 (=16,00±3,29) meningkat secara bermakna dibandingkan dengan K1 (=10,62±1,77). Sedangkan kadar LDL pada K3 (=6,88±2,42) menurun secara bermakna dibandingkan dengan K2. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>) berpengaruh terhadap kadar LDL darah pada tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan galur Wistar yang diberi diet tinggi lemak.</p><p><strong>Kata kunci</strong> : diet tinggi lemak, LDL, <em>Kappaphycus alvarezii</em></p>


PHARMACON ◽  
2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 151
Author(s):  
Ausich Singal ◽  
Edwin De Queljoe ◽  
Paulina Yamlean

ABSTRACT This study aims to determine the effect of infusion of conjoined pumpkin leaves (Sechium edule) on reducing total blood cholesterol of male white rats (Rattus norvegicus). The subjects of this study were 15 male white rats with an average body weight of 200 grams which were divided into 5 groups, each group consisted of 3 mice. The method used is a laboratory experiment with a completely randomized design. The results were obtained from 2 measurements of blood cholesterol levels, namely measurements before and after treatment. The treatment begins with the provision of high-fat foods for 48 days. On the 49th day a blood cholesterol level was measured before treatment. Furthermore, treatment was given to each group, namely aquades in the negative control group, simvastatin in the positive control group, and squash leaves infusion with their respective doses in the dose group I (40%), the dose group II (20%), and the dose group III (10%). Measurement of cholesterol levels after treatment was carried out on day 54. Data were analyzed by Paired t-test and One Way ANOVA. The analysis showed that there were no significant differences between treatment groups. Judging from the change in average and percentage, 40% infusion dose of siamese pumpkin leaves gives the best reduction in cholesterol levels. Keywords: Cholesterol, pumpkin leaves, male white mouse infusion. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa daun labu siam (Sechium edule ) terhadap penuruan kolesterol darah total tikus putih jantan (Rattus norvegicus). Subjek penelitian ini berupa tikus putih jantan berjumlah 15 ekor dengan berat badan rata-rata 200 gram yang dibagi dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok sebanyak 3 ekor. Metode yang digunakan yaitu eksperimen laboratorium dengan rancangan acak lengkap. Hasil penelitian diperoleh dari 2 kali pengukuran kadar koleterol darah yaitu pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan. Perlakuan dimulai dengan pemberian makanan tinggi lemak selama 48 hari. Pada hari ke49 dilakukan pengukuran kadar kolesterol darah sebelum perlakuan. Selanjutnya diberikan perlakuan pada tiap kelompok yaitu aquades pada kelompok kontrol negatif, simvastatin pada kelompok kontrol positif, dan infusa daun labu siam dengan dosis masing-masing pada kelompok dosis I (40 %), kelompok dosis II (20 %), dan kelompok dosis III (10%). Pengukuran kadar kolesterol sesudah perlakuan dilakukan pada hari 54. Data diananlisis dengan Paired t-test dan One Way ANOVA. Hasil analisa menunjukan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok perlakuan. Dilihat dari perubahan rerataan dan presentase, dosis infusa  40% daun labu siam memberikan penurunan kadar koleterol terbaik. Kata kunci : Infusa daun Labu siam, kolesterol, tikus putih jantan.


2019 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Fredy Mardiyantoro ◽  
Fidya Fidya ◽  
Dena Savira Andriani

Background: Gelatin has been used as a hemostatic agent to stop bleeding and it can be absorbed by human body within 6 hours. The patin fish (Pangasius djambal) gelatin has a high amount of amino acid, especially glutamine which has an important role in increasing the proliferation of fibroblast in wounds. The purpose of this study was to determine the effect of patin fish gelatin to the number of fibroblast in wound after tooth extraction.Method: Rat’s tooth extraction is done on the lower left incisive tooth. Thirty white rats were divided into two groups randomly with 3 time series. Control group was the rats without given of patin fish gelatin and treatment group was the rats given 1cc of patin fish gelatin with pipette. Socket taken for histologically processed by Hematoxylin Eosin staining.Result: It showed there were significant differences in the number of fibroblasts between groups. The Post Hoc Tukey test result showed there was a significant difference between the control group and the treatment group.Conclusion: Patin fish gelatin has effect increasing the number of fibroblast inwound after white rat’s (Rattus norvegicus) tooth extraction


2019 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 68
Author(s):  
Andina Dwinanda ◽  
Nita Afriani ◽  
Hardisman Hardisman

Kadar kolesterol berlebihan dalam tubuh akan mengakibatkan penumpukan lemak di hepar. Salah satu alternatif obat tradisional yang dapat menurunkan kadar kolesterol adalah tanaman seledri. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa fraksi air herba seledri dapat menurunkan kadar kolesterol total pada keadaan hiperkolesterol. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh pemberian jus seledri terhadap gambaran mikroskopis hepar yang diinduksi diet hiperkolesterol pada tikus percobaan. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan desain post test control group. Sampel berjumlah 25 ekor tikus yang terdiri atas 5 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan 1, perlakuan 2 dan perlakuan 3. Masing-masing perlakuan diberikan diet hiperkolesterol yang dibuat dari minyak babi sebanyak 2 gram dan kuning telur puyuh rebus 1 gram selama 14 hari. Selanjutnya diberikan jus seledri dengan dosis masing-masing kelompok perlakuan yaitu 0,72ml/200gBB; 1,44ml/200gBB; dan 2,16ml/200gBB yang diberikan dua kali sehari selama 14 hari berikutnya. Histopatologi hepar tikus diamati dengan menghitung jumlah sel yang mengalami perlemakan. Analisis data menggunakan uji one way Anova terhadap semua kelompok. Hasil analisis memperlihatkan terjadi perubahan jumlah sel berlemak yang bermakna secara statistik antara kelompok kontrol dengan ketiga kelompok perlakuan dengan nilai p<0,05. Simpulan penelitian ini adalah jus seledri dapat mengurangi perlemakan sel hepar akibat penumpukan lemak dengan dosis efektif yaitu 0,72ml/200gBB.


2019 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 23-32
Author(s):  
Cut Soraya ◽  
Sunnati ◽  
Fenny Wulandari

Perawatan saluran akar adalah perawatan yang dilakukan untuk mempertahankan gigi agar dapatberfungsi di lengkung gigi selama mungkin. Penyebab dominan dari kegagalan perawatan endodontikadalah adanya bakteri di dalam saluran akar. Bakteri yang paling sering ditemukan pada isolasi darigigi yang mengalami kegagalan perawatan saluran akar adalah Enterococcus faecalis (E.faecalis).Salah satu jenis tanaman herbal yang memiliki sifat antibakteri yang tinggi adalah tanaman mimba(A.indica). Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efek antibakteri ekstrak daun mimba (A.indica)terhadap pertumbuhan E. faecalis. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorisdengan desain penelitian true experimental posttest only control group. Penelitian dilalukan denganmenguji ekstrak daun mimba (A.indica) pada konsentrasi 10%, 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%terhadap pertumbuhan E. faecalis yang dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas KedokteranHewan (FKH) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Hasil uji fitokimia yang dilakukan menunjukkanbahwa ekstrak daun mimba (A. indica) positif mengandung triterpenoid, phenolic compound, tanin,steroid dan saponin yang berperan sebagai antibakteri. Hasil uji efek antibakteri ekstrak daun mimba(A. indica) menunjukkan adanya pembentukan zona hambat di sekitar kertas cakram pada setiapkonsentrasi. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak daun mimba memiliki efek antibakteri yangmemiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan E. faecalis. Uji statistik digunakanmenggunakan one way ANOVA. Kemudian dilakukan uji lanjut (Post hoc test) menggunakan LeastSignificant Difference untuk menganalisis perbedaan efek antibakteri ekstrak daun mimba (A. indica)dalam konsentrasi 10%, 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% terhadap pertumbuhan E.faecalis.Kesimpulan penelitian ini ekstrak daun mimba (A. indica) berpotensi menghambatpertumbuhan E. faecalis.Kata Kunci: Azadirachta indica, Enterococcus faecalis, perawatan saluran akar.


2020 ◽  
Vol 19 (03) ◽  
pp. 126-133
Author(s):  
Siska Toloan Toloan ◽  
Harimat Hendarwan

Masa nifas adalah hal sangat penting untuk diperhatikan guna untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui Pengaruh Senam Nifas Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Dan Lochea Pada Ibu Pasca Bersalin Yang Mendapatkan Inisiasi Menyusu Dini Dan Mobilisasi Dini Di Praktek Bidan Mandiri Kota Depok Tahun 2019. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yang menggunakan desain penelitian Quasy Exsperimental dengan pendekatan post test only control group design. Populasi yang diambil yaitu 65 ibu pasca bersalin. Sampel diambil dengan metode consecutive sampling besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Federer setiap variabel bebas terdiri atas 3 kelompok dan setiap kelompok sebanyak 9 sampel sehingga jumlah total sampel 27 ibu pasca bersalin. Pengumpulan data berupa data primer dan uji yang digunakan yaitu uji One Way Anova. Dapat dilihat dari nilai signifikan uji One Way Anova pada penurunan tinggi fundus uteri hari pertama sampai hari kesepuluh dengan nilai signifikan yaitu p-value < 0,05 yang artinya H0 ditolak atau ada perbedaan secara signifikan dan dilihat. Hasil post hoc test tidak terdapat perbedaan signifikan pada kelompok inisiasi menyusu dini, inisiasi menyusu dini dan mobilisasi dini dan kelompok inisiasi menyusu dini, mobilisasi dini dan senam nifas terhadap penurunan tinggi fundus uteri.


2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 19-26
Author(s):  
Dian Yuliartha Lestari ◽  
Rizky Trimaulidia

High salt diet and prednisone administration will increase blood pressure which chronically causes heart muscle remodeling so that it appears macroscopically as left ventricular hypertrophy. Bay leaf extract contains flavonoids which can lower blood pressure and decrease left ventricular thickening. To determine the effect of bay leaf extract (Syzygiumpolyanthum) on the left ventricle thickening of rat heart (Rattus norvegicus wistar strain) in hypertensive model.  True experimental post-test only controls group design with simple random sampling technique. The subjects of this study were 25 male Wistar rats aged 2-3 months weighing 150-200 grams. Rats were induced with prednisone 1.5 mg/ KgBW / day in 2% NaCl for 6 weeks followed by administration of bay leaf extract at a dose of 70 mg/ KgBW, a dose of 140 mg/ KgBW, and a dose of 280 mg/ KgBW. Data analyzed by One Way ANOVA, Post Hoc Bonferroni, followed by Linear: One Way ANOVA test showed significant differences between treatments (p = 0.000). The Bonferroni Post Hoc test concluded that there were significant differences in the treatment of the P2 and P3 groups. Linear regression test obtained R square 0.663 and obtained the equation Y = 1965.838 - 1.275X. The extract of bay leaf (Syzygiumpolyanthum) has an effect on decreasing the left ventricle thickening of the white male rat heart (Rattus norvegicus wistar strain) hypertension model.


2020 ◽  
Vol 2020 ◽  
pp. 1-5
Author(s):  
Hind F. Abuhulaibah ◽  
Ammar AbuMostafa

Background/purpose. To assess the resistance to cyclic fatigue (CF) displayed by two nickel-titanium (NiTi) files, One Curve (OC) and ProTaper Gold (PTG), after their immersion in 2.5% sodium hypochlorite (NaOCl) solution at body temperature. Materials and Methods. Forty-five files from each brand were randomly assigned to three groups (n = 15) and subjected to the following: no immersion (control), 1-minute immersion, and 5-minute immersion in 2.5% NaOCl at 37°C. CF for all the files was tested within a well-lubricated stainless-steel artificial canal in a water bath at 37°C simulating body temperature. The procedure was video recorded, and the number of cycles to fracture (NCF) was calculated by multiplying the time taken to fracture, with the number of rotations per second. The data were analyzed for normality, and thereafter, one-way ANOVA with multiple Bonferroni was used as the post hoc test. Results. The resistance to CF of OC files was significantly higher than PTG files in all groups. In groups immersed in NaOCl for one minute, OC files showed significant drop in the CF resistance; PTG files showed a drop as well but not significantly. Both files demonstrated a significant drop in resistance to CF after immersion in NaOCl for five minutes compared to the control group. Conclusion. OC files were significantly more resistant to CF compared to PTG in all groups. Immersion in 2.5% NaOCl for 5 minutes significantly reduced the resistance to CF for all the files.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document