scholarly journals diabetes mellitus ditinjau dari faktor genetik

2018 ◽  
Author(s):  
uun imarotul afifah

Diabetes Melitus dan komplikasnya merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang. Laporan badan dunia bidang kesehatan (World Health Organisation) pada tahun 2006, menyebutkan bahwa diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian, ketidakmampuan, dan kerugian finansial terbanyak di dunia. WHO memperkirakan terdapat 171 juta penduduk dunia yang menderita diabetes mellitus pada tahun 2000 dan diprediksikan akan terus bertambah hingga mencapai 366 juta pada tahun 2030. DM telah menjadi penyebab dari 4,6 juta kematian. 80% penderita DM tinggal di negara berpenghasilan rendah. Peningkatan jumlah penderita diabetes mellitus terutama pada negara-negara berpendapatan rendah hingga menengah, pada tahun 2006 terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di asia tenggara (International Diabetes Federation, 2008). Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian DM tipe 2 adalah riwayat keluarga, umur ≥45 tahun, dan inaktivitas.

Author(s):  
Sarita Mulkalwar ◽  
Aadil S. Shah ◽  
Pallav Kataria ◽  
Tanya Gupta ◽  
A. V. Tilak ◽  
...  

Background: Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disorder that has the phenotype of hyperglycemia. According to World Health Organization (WHO) there were 65.1 million diabetics in India in 2013, International Diabetes Federation estimates this to increase to 190 million by 2035. Although a number of drugs are available for treatment of DM, their cost and safety profile are major concern. Medicinal plants are used by clinicians for treatment of diabetes. Gymnema sylvestre (GS) extract has been reported to increase insulin levels in diabetic rats. This study was designed to compare the antihyperglycemic effect of Gymnema sylvestre with metformin.Methods: Diabetes was induced in Sprague-Dawley rats using streptozotocin 45mg/kg. Methanolic extract of Gymnema sylvestre 120mg/kg p.o. prepared using Soxhlet apparatus.Results: GS extract reduced blood glucose levels but not statistically significant. GS extract increased HDL and triglycerides, reduced both serum ALT and AST but no statistical significance seen. Metformin significantly increased serum urea, which was not seen in GS extract group. GS extract showed regenerative changes in pancreas, liver and kidney.Conclusions: The study investigation demonstrates that methanolic extract of GS possesses antihyperglycemic and hypolipidaemic activity and so it can be considered as a promising natural remedy in a prediabetic state and in mild hyperlipidaemia to prevent its progression. Increase in β cell regeneration activity could be a probable mechanism of action. However, further long term clinical studies are recommended to define its possible role in diabetes mellitus and hyperlipidaemia. Role of GS as a potential hepatoprotective agent also needs further evaluation.


2018 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Purwo Setiyo Nugroho ◽  
Anisa Catur Wijayanti

World Health Organization memprediksi bahwa jumlah penderita diabetes di Indonesia akan menduduki peringkat ke lima pada tahun 2025 dengan prediksi jumlah penderita sebanyak 12,4 jiwa. Indeks masa tubuh merupakan salah satu indikator obesitas dengan diabetes melitus pada penduduk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kaitan obesitas dengan diabetes mellitus pada responden survei Indonesian Family Life Survey V. Penelitian ini merupakan penelitian analisis data sekunder Indonesian Family Life Survei V yang dilakukan dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini sejumlah 48.139 responden, namun setelah data di cleaning dengan tujuan untuk menghapus data yang missing maka didapatkan jumlah responden sebanyak 30.133 dengan kelompok penelitian berdasarkan usia diatas 15 tahun. Hasil analisis Chisquare  menyatakan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan diabetes melitus dengan nilai p value 0,000 dan nilai POR 3,377; CI 95% 2,602–4,383. Dapat disimpulkan bahwa obesitas memiliki peluang untuk terjadinya sakit diabetes melitus sebesar 3,377 kali dibandingkan dengan orang yang tidak menderita obesitas. Faktor obesitas merupakan salah satu faktor prediposisi untuk meningkatkan gula darah yang merupakan sebuah indikator diabetes melitus. Secara patologi hal ini dikarenakan se-sel beta pulau Langerhans menjadi kurang peka terhadap rangsangan akibat kadar gula darah dan kegemukan (obesitas) akan menekan jumlah reseptor insulin pada sel-sel seluruh tubuh.


2019 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 11-16
Author(s):  
Muflih Ngadino

Diabetes Mellitus adalah suatu gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak akibat dan ketidakseimbangan antara ketersediaan insulin dengan kebutuhan insulin. Menurut World Health Organization (WHO) memeperkirakan lebih dari 346 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia lebih dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2030. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Motivasi Dengan Efikasi Diri Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Klinik Diabetes Dharma Medan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan uji chi-square. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien Diabetes Mellitus berjumlah 115 responden, sedangkan sampel yang digunakan adalah sampling aksidental dengan rumus slovin yaitu sebanyak 53 responden. Jenis data yang digunakan adalah data primer, data sekunder, dan data tertier, sedangkan analisa data yang digunakan yaitu analisa univariat dan analisa bivariat. Dari hasil penelitian ini dengan uji atatistik pearson chi-square, menunjukkan bahwa hasil P value sebesar 0,001. Dimana nilai tertentu lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05, maka ada hubungan antara motivasi dengan efikasi diri pada pasien diabetes melitus di Klinik Diabetes Dharma Medan. Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan efikasi diri pada pasien diabetes mellitus di Klinik Diabetes Dharma Medan. Disarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang motivasi dengan efikasi diri pada pasien diabetes mellitus, dengan menggunakan lokasi penelitian dan metode penelitian yang berbeda


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 137-146
Author(s):  
Imaniar Kesuma ◽  
Anang Triwibowo ◽  
Erial Bahar

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat  kedua-duanya. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), katarak dapat menyebabkan kebutaan pada lebih dari 17 juta penduduk di dunia. Faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa seperti diabetes melitus, hipertensi, obat tertentu, sinar ultra violet B dari cahaya matahari, efek racun dari merokok, alkohol, kurang vitamin E, dan radang menahun di dalam bola mata. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Desember tahun 2019 di RS. Khusus Mata Provinsi Sumatera Selatan dengan pengambilan sampel sebanyak 234 pasien dari rekam medik. Data diolah menggunakan SPSS. Dilakukan uji Chi-square untuk mengetahui hubungan faktor yang berpengaruh terhadap kecepatan terjadinya katarak senilis di RS. Khusus Mata Provinsi Sumatera Selatan. Dari 234 pasien, sebanyak 177 pasien (75,6%) menderita katarak senilis matur dan 57 pasien (24,4%) yang menderita katarak senilis imatur. Tidak terdapat hubungan bermakna antara katarak senilis dengan hipertensi (p=0,068; OR=1,084;95% CI=0,589-1,995). Tidak terdapat hubungan bermakna antara katarak senilis dengan diabetes mellitus (p=1.808;OR=1,876;95%CI=0,741-4,747). Tidak terdapat hubungan bermakna antara katarak senilis dengan jenis kelamin (p=0,51;OR=0,933;95% CI=0,514-1,696). Tidak terdapat hubungan bermakna antara katarak senilis dengan usia (p=0,784;OR=1,319;95% CI;0,714-2,437). Tidak terdapat hubungan bermakna antara katarak senilis dan jenis kelamin. Tidak terdapat hubungan bermakna antara katarak senilis dan usia.Tidak terdapat hubungan bermakna antara katarak senilis dan hipertensi. Tidak terdapat hubungan bermakna antara katarak senilis dan diabetes melitus.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 26-30
Author(s):  
Widia Afira ◽  
Prima Dian Furqoni ◽  
Rahma Elliya ◽  
Usastiawaty Cik Ayu Saadiah Isnainy ◽  
Eka Yudha Crisanto ◽  
...  

ABSTRAK Menurut International Diabetes Federation (IDF) (2015), saat ini Indonesia merupakan negara dengan urutan ke-7 jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia yaitu sebanyak 10,0 juta jiwa, dan pada tahun 2020 diperkirakan penderita diabetes di Indonesia akan naik ke nomor enam terbanyak di dunia dengan jumlah penderita 16,2 juta jiwa, dan dilaporkan bahwa kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, sudah hampir 10 % penduduknya menderita diabetes. Diabetes merupakan penyakit kronis yang serius dan terjadi baik saat pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur glukosa darah) maupun jika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkan secara efektif. pengobatan bisa dilakukan secara non farmakologi, diantaranya dengan menggunakan terapi pijat refleksi. Tujuan setelah penyuluhan dan demonstrasi, diharapkan pemberian pijat refleksi dapat untuk menurunkan glukosa darah. Adapun kegiatan yang dilakukan berupa penyuluhan menggunakan leaflet dan demonstrasi terapi pijat refleksi. Terdapat penurunan gula darah pada klien diabetes melitus setelah pemberian terapi pijat refleksi selama 3 hari di Tiyuh Dayaasri Tumijajar Tulang bawang barat. Dari evaluasi hari terakhir pemeriksaan kadar glukosa darah terjadi penurunan yaitu antara sebelum diberikan terapi dan sesudah diberikan terapi, diperoleh data pada nilai glukosa darah sebelum diberikan asuhan keperawatan yaitu hari pertama GDS: 215 mg/dl, setelah diberikan intervensi pijat refleksi selama kurun waktu 3 hari dan di beri waktu istirahat selama 4 hari tetapi tetap dalam pengontrolan pola makan, untuk memberikan efek rileks kemudian di cek gula darah kembali di hari ke 7 (tujuh),  dari hasil pemeriksaan didapatkan yaitu GDS: 189 mg/dl. Saran agar dapat menerapkan terapi pijat refleksi kepada penderita diabetes melitus dan sebagai pengobatan alternatif untuk menjaga kestabilan glukosa darah, untuk mengurangi efek samping penggunaan obat jangka panjang. Dengan demikian, pemberian pijat refleksi pada klien diabetes melitus sangat efektif dalam menurunkan gula darah.Kata kunci : Diabetes Melitus, Gula Darah, Terapi Pijat Refleksi   ABSTRACT According to the International Diabetes Federation (IDF) (2015), Indonesia is currently the 7th largest number of diabetics in the world with 10.0 million people, and 2020 estimated that diabetics at Indonesia will rise to number 6th in the world with 16.2 million sufferers, and it is reported that big cities like Jakarta, Surabaya, already almost 10% the population suffer of diabetes. Diabetes is a serious chronic disease and occurs both when the pancreas does not produce enough insulin (a hormone that regulates blood glucose) or if the body cannot use insulin produced effectively. treatment can be non-pharmacologically, including by reflexology therapy. The purpose after counseling and demonstration, is expected to provide reflexology to reduce blood glucose. The activities carried out in the form of counseling used leaflets and demonstration of reflexology therapy. There is a decrease in blood sugar in diabetes mellitus clients after giving reflexology therapy for 3 days at Tiyuh Dayaasri Tumijajar West Tulang Bawang. From evaluation of the last day,examination of blood glucose levels there was a decrease between before being given therapy and after being given therapy, obtained data on blood glucose values before being given nursing care that is the first day of GDS: 215 mg / dl, after being given a reflexology intervention for a period of 3 days and given a rest period of 4 days but still in control of eating patterns, to provide a relaxing effect then checked for blood sugar again on day 7 (seven), from the examination results obtained namely GDS: 189 mg / dl. Suggestions for adjust reflexology therapy to people with diabetes mellitus and alternative treatment to maintain blood glucose stability, to reduce the side effects of long-term drug use. Thus, giving reflexology to diabetes mellitus's client is very effective of lowering blood sugar. Keywords: Diabetes Mellitus, Blood Sugar, Reflexology Therapy


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 47
Author(s):  
Citra Rachmawati ◽  
Santi Martini ◽  
Kurnia Dwi Artanti

ABSTRAKLatar Belakang: Pola penyakit saat ini mengalami transisi epidemiologi, salah satunya dibuktikan oleh perkembangan dari penyakit tidak menular yaitu penyakit jantung. Penyakit jantung khususnya jantung koroner ini termasuk penyakit yang menduduki tingkat nomor satu di dunia.. Diperkirakan angka kematian akibat penyakit Jantung Koroner akan mengalami peningkatan hingga 23,3 juta pada tahun 2030 (World Health Organization 2013). Penelitian ini membahas mengenai faktor risiko PJK yaitu hipertensi, diabetes melitus, aktivitas fisik, dan perilaku merokok.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko hipertensi, diabetes melitus, aktivitas fisik, dan perilaku merokok pada pasien penyakit jantung koroner di Rsu Haji Surabaya tahun 2019.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dan bersifat analitik. Desain penelitian yang digunakan adalah case control.Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel hipertensi memiliki hubungan (p-value = 0,0 ; p<0,05) terhadap penyakit jantung koroner, variabel diabetes melitus memiliki hubungan (p-value= 0,00 ; p<0,05) terhadap penyakit jantung koroner dan variabel aktifitas fisik memiliki hubungan yang signifikan (p-value = 0,017; OR = 0,184; 95%CI =0,039-0,861) dengan kejadian penyakit jantung koroner. Sedangkan hasil yang tidak beruhubungan yaitu pada variabel perilaku merokok (p-value = 0,250; OR = 1,463; 95%CI=0,764-2,802) terhadap penyakit jantung koroner. Kesimpulan: Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hipertensi, diabetes melitus, dan aktifitas fisik memiliki hubungan dan termasuk faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner. Sedangkan perilaku merokok tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan kejadian penyakit jantung koroner. Kata kunci: Penyakit jantung, jantung koroner dan faktor risiko ABSTRACTBackground: The pattern of disease is currently undergoing an epidemiological transition, one of which is evidenced by the development of non-communicable diseases, namely heart disease. Heart disease, especially coronary heart disease, is a disease that ranks number one in the world. It is estimated that the death rate due to coronary heart disease will increase to 23.3 million in 2030 (World Health Organization 2013). This study discusses the risk factors for CHD, namely hypertension, diabetes mellitus, physical activity, and smoking behavior. Purpose: The purpose of this study was to analyze the risk factors for hypertension, diabetes mellitus, physical activity, and smoking behavior in coronary heart disease patients at Rsu Haji Surabaya in 2019. Methods: This study was an observational and analytical study. The research design used was case-control. Results: The results of this study indicate that the hypertension variable has a relationship (p-value = 0.00; p <0.05) on coronary heart disease, the diabetes mellitus variable has a relationship (p-value = 0.00; p <0.05) on coronary heart disease and the activity variable physical had a significant relationship (p-value = 0.017; OR = 0.184; 95% CI=0.039-0.861) with the incidence of coronary heart disease. While the results that were not related were the smoking behavior variable (p-value = 0.250; OR = 1.463; 95% CI=0.764-2.802) on coronary heart disease.Conclusion: Based on the results and discussion, it can be concluded that hypertension, diabetes mellitus, and physical activity have a relationship and include risk factors for coronary heart disease. Meanwhile, smoking behavior does not show a significant relationship with the incidence of coronary heart disease. Keywords: Cardiovascular diseas, coronary heart and  risk factors.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 21-25
Author(s):  
Zuriati Zuriati ◽  
Zahlimar Zahlimar ◽  
Melti Suriya

World Health Organization (WHO) memprediksikan penyakit diabetes mellitus (DM) akan menimpa lebih dari 21 juta penduduk Indonesia di tahun 2030. Untuk menekan angka tersebut maka salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan penyakit diabetes mellitus dengan langkah preventif dan pengendalian risiko diabetes mellitus  melalui cara melakukan promosi kesehatan. Promosi kesehatan dengan memberikan edukasi tentang penyakit diabetes mellitus beserta komplikasi lebih lanjut dan juga cara pencegahannya dan pengendalian diabetes mellitus. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk memberikan informasi kesehatan tentang diabetes mellitus kepada masyarakat desa Sijau Rimbo tengah Bungo. Ada beberapa metode yang dilakukan selama memberikan edukasi yaitu dengan ceramah, diskusi tanya jawab. Dari hasil edukasi yang diberikan didapatkan bahwa tingkat pengetahuan baik sebelum diberikan edukasi kesehatan sebesar 15,3%, sedangkan setelah diberikan edukasi sebesar 70,6%. Diharapkan petugas kesehatan dapat melakukan pengontrolan kepada masyarakat dan masyarakat dapat selalu rutin memanfaatkan posbindu yang sudah ada di dalam Kecamatan Rimbo Tengah Kabupaten Bungo


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 181-187
Author(s):  
Rian Hazni ◽  
Ricki Gustiawan ◽  
Zulfian Zulfian ◽  
Sri Maria Puji Lestari ◽  
Resti Arania ◽  
...  

ABSTRAK Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2011 jumlah penderita diabetes melitus di dunia 200 juta jiwa, Indonesia menempati urutan keempat terbesar dalam jumlah penderita diabetes melitus di dunia setelah India, Cina,dan Amerika Serikat. Pada tahun 2011,terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes mellitus. Sementara itu di Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tercatat bahwa pada tahun 2014 persentase penderita DM tipe II sejumlah 1,5% per 100.000 atau sebanyak 5.560. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan akan pentingnya menjaga kesehatan untuk mencegah terjadinya Diabetes Mellitus. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu penyuluhan kepada masyarakat yang mengunjungi Puskesmas Rawat Inap Sukaraja Bandar Lampung. Pelaksanaan kegiatan dibantu oleh mahasiswa FK Universitas Malahayati Bandar Lampung pada 22 Desember 2020. Hasil dari kegiatan ini adalah meningkatnya pengetahuan masyarakat sehingga dapat disimpulkan bahwa penyuluhan pada masyarakat sangat efektif. Kata Kunci: Penyuluhan, Diabetes Melitus, Masyarakat ABSTRACT According to the World Health Organization (WHO) in 2011 the number of diabetes mellitus sufferers in the world was 200 million people, Indonesia was fourth in the number of diabetes mellitus sufferers in the world after India, China and the United States. In 2011, there were approximately 5.6 million Indonesians who had diabetes mellitus. Meanwhile in the Lampung Provincial Health Office, it was recorded that in 2014 the proportion of people with type II DM was 1.5% per 100,000 or as much as 5,560. The purpose of this activity is to increase knowledge about maintaining health to prevent Diabetes Mellitus. The method used in this activity was counseling to the public who visited the Sukaraja Bandar Lampung Puskesmas. Implementation of activities assisted by students of FK Malahayati University in Bandar Lampung on December 22, 2020. The result of this activity is public knowledge so it can be ignored that community education is very effective. Keywords: Counseling, Diabetes Mellitus, community 


2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 74-78
Author(s):  
Habib Fatah Roniawan ◽  
Peppy Octaviani DM ◽  
Rani Prabandari

Diabetes Melitus Tipe 2 adalah suatu kondisi ketika glukosa darah dalam tubuh tidak dikendalikan karena gangguan sensitivitas sel ? pankreas untuk menghasilkan hormon insulin. World health organization (WHO) menyatakan bahwa ada 422 juta orang di dunia yang menderita diabetes mellitus atau meningkat sekitar 8,5% pada populasi orang dewasa dan diperkirakan mencapai 2,2 juta kematian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik pasien dengan diabetes tipe 2 di Puskesmas Sokaraja 1 dan untuk mengetahui bagaimana hubungan kadar gula darah dengan tekanan darah pasien diabetes tipe Mellitus 2 di Puskesmas Sokaraja 1 . Metode yang digunakan analisis observasional secara perspektif dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini yang menggunakan uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa 46 pasien mayoritas adalah usia 51 hingga 60 (39,1%), laki-laki 13 pasien (28,3%) perempuan 33 pasien (711, 7%), lama mendiagnosa diabetes melitus besar dari 1-4 tahun (73,9%) dan ada hubungan antara kadar gula darah dengan tekanan darah dengan nilai makna 0,375.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document