scholarly journals FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS

2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 94
Author(s):  
Fitriani Nasution ◽  
Andilala Andilala ◽  
Ambali Azwar Siregar

Pendahuluan: Penyakit Diabetes Mellitus merupakan ranking keenam penyebab kematian di Dunia. Di Indonesia Prevalensi DM sekitar 4.8%. Faktor risiko terjadinya DM tipe II terdiri dari dua yaitu fakto yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Berdasarkan survei yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo masih ditemukan masyarakatnya mengalami kejadian diabetes mellitus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk megetahui faktor resiko terjadianya diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo. Metodologi: Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan studi case control. jumlah sampel secara keseluruhan 46 orang 23 kelompok kasus (penderita diabetes) dan 23 kelompok control (ukan penderita diabetes). Pengambilan data dengan menggunakan kuesioner dengan indikator usia responden, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, riwayat keluarga, riwayat hipertensi dan aktivitas fisik. Analisis data yang diguanakan adalah uji chi-square. Hasil:. Penelitian menunjukkan hasil bahwa faktor risiko diabetes mellitus tipe 2 adalah umur (p=0,032, OR= 5,6, 95%CI=1,038-30,204), riwayat keluarga (p=0,032, OR= 5,6 95%CI=11,038-30,204) dan aktivitas fisik (p=0,003, OR= 7,38 95%CI=1,887-28,939) sedangkan jenis kelamin, riwayat hipertensi dan obesitas tidak berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus. Diskusi: Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi kejadiaan diabetes adalah aktivitas fisik, dimana seseorang yang kurang melakukan aktivitas fisik akan 5 kali lebih berisiko mengalami diabetes.; Kata Kunci: Umur, Riwayat Keluarga, Aktivitas Fisik, Diabetes Mellitus

Author(s):  
A. NURUL AMALIAH ◽  
AMI FEBRIZA

The aim of this research was to know about the correlation between cataract occurance with Diabetes Mellitus. This research was performed in Medical Record Departement of Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar using medical record on the period of January 2016 to October 2016 with case control design, consist of 74 subjects which were divided into cataract as case, consist of 37 subjects and without cataract as control, consist of 37 subjects. Data of diabetes mellitus history were collected from patient medical recordand analyzed by Chi Square with the significance’s degree was p<0.05. The result showed moderate correlation between cataract occurance and diabetes mellitus (p=0.002) with Odds Ratio (OR) 4,563 (IC :1,683 – 12,371)KEYWORDS : Cataract, Diabetes Melitus


2017 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 32
Author(s):  
Budiman Budiman ◽  
Rosmariana Sihombing ◽  
Paramita Pradina

Kasus kematian akibat penyakit tidak menular terbanyak disebabkan oleh penyakit jantung (American Heart Association, 2010). Menurut data rekam medik RSUD ’45 Kuningan pada tahun 2014 menunjukan bahwa kasus penyakit jantung dengan CFR tertinggi terjadi pada penyakit Infark miokardakut sebanyak 15 %,gagal jantung 13 % dan gangguan hantaran dan aritmia 11%.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “hubungan dislipidemia, hipertensi dan diabetes melitus dengan kejadian infark miokard akut pada pasien rawat inap di RSUD 45 Kuningan”. Rancangan penelitian menggunakan case control. Sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling diambil dari data rekam medik pasien rawat inap penyakit infark miokard akut dan penyakit dalam secara berpasangan dengan teknik purposive sampling pada kontrol. Pengumpulan data dilakukan melalui telaah rekam medik status pasien di RSUD ’45 Kuningan dengan menggunakan data sekunder. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang bermakna antara dislipidemia (p value = 0.0001), hipertensi (p value = 0.003) dan diabetes melitus (p value = 0.0001) dengan kejadian infark miokard akut. Diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara–cara yang tepat untuk mengurangi penyebaran penyakit tidak menular khususnya penyakit jantung ini.Kata Kunci: Infark miokrad akut, dislipidemia, hipertensi, diabetes mellitus


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 09-15
Author(s):  
Sukma Sahreni ◽  
Isramilda Isramilda ◽  
Andi Ipaljri Saputra

Hubungan Durasi Terdiagnosis Diabetes Melitus Tipe 2 Dan Kadar Gula Darah Dengan Kejadian Retinopati Diabetik Di Rumah Sakit Budi Kemuliaan Kota Batam Tahun 2017-2018. Retionopati Diabetik merupakan salah satu komplikasi mikrovaskular Diabetes Melitus yang disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah di retina dan dapat menimbulkan kebutaan yang permanen. Retinopati diabetes merupakan respon target organ terhadap penyakit sistemik dan hanya merupakan salah satu dari berbagai komplikasi mikrovaskular dari Diabetes mellitus. Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan studi case control, dengan menelaah hubungan antara efek (penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor risiko tertentu. Sampel pada penelitian ini berjumlah 66 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan Total sampling. Analisis data menggunakan uji chi-square. Dari hasil penelitian 66 orang yang diteliti sebanyak 38 (57,6%) orang memiliki durasi diabetes mellitus ≤5 tahun. Hasil Uji Risk Estimate menunjukkan nilai Odds Ratio (OR) = 6,500. OR >1 Yang artinya, peluang ≤5 tahun pasien Retinopati Diabetik memiliki resiko diabetes melitus tipe 2 sebesar 6,500 lebih tinggi daripada pasien >5 tahun. Hasil Uji Risk Estimate menunjukkan nilai Odds Ratio (OR) = 3,200. OR >1 Yang artinya, Kadar Gula Darah terkontrol dengan tidak terjadi Retinopati Diabetik memiliki resiko sebesar 3,200 lebih tinggi daripada dari pada yang terjadi Retinopati. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat di simpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Diabates Melitus tipe 2 dan kadar gula darah sewaktu dengan kejadian Retinopati Diabetik di Rumah Sakit Budi Kemuliaan Kota Batam tahun 2017 – 2018.


2017 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 32
Author(s):  
Budiman Budiman ◽  
Rosmariana Sihombing ◽  
Paramita Pradina

Kasus kematian akibat penyakit tidak menular terbanyak disebabkan oleh penyakit jantung (American Heart Association, 2010). Menurut data rekam medik RSUD ’45 Kuningan pada tahun 2014 menunjukan bahwa kasus penyakit jantung dengan CFR tertinggi terjadi pada penyakit Infark miokardakut sebanyak 15 %,gagal jantung 13 % dan gangguan hantaran dan aritmia 11%.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “hubungan dislipidemia, hipertensi dan diabetes melitus dengan kejadian infark miokard akut pada pasien rawat inap di RSUD 45 Kuningan”. Rancangan penelitian menggunakan case control. Sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling diambil dari data rekam medik pasien rawat inap penyakit infark miokard akut dan penyakit dalam secara berpasangan dengan teknik purposive sampling pada kontrol. Pengumpulan data dilakukan melalui telaah rekam medik status pasien di RSUD ’45 Kuningan dengan menggunakan data sekunder. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang bermakna antara dislipidemia (p value = 0.0001), hipertensi (p value = 0.003) dan diabetes melitus (p value = 0.0001) dengan kejadian infark miokard akut. Diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara–cara yang tepat untuk mengurangi penyebaran penyakit tidak menular khususnya penyakit jantung ini.Kata Kunci: Infark miokrad akut, dislipidemia, hipertensi, diabetes mellitus


2012 ◽  
Vol 42 (1) ◽  
Author(s):  
Melinda M ◽  
Muyassaroh M ◽  
Zulfikar Z

Background: Age, hypertension, diabetes mellitus, hypercholesterolemia, and smoking could be expected to affect the incidence of presbycusis. There is no data on risk factors of presbycusis in Dr. Kariadi Hospital Semarang. Purpose: To analyze how age, hypertension, diabetes mellitus. hypercholesterolemia, and smoking affect the incidence of presbycusis in Dr. Kariadi Hospital Semarang. Methods: Analytic case-control study on 90 elderly subjects in Geriatry clinic, Kariadi Hospital Semarang from April to June 2011. Basic data and risk factors were taken from medical records. Otoscopy examination performed followed by audiometry and timpanometry tests. Presbycusis was determined if the timpanogram was type-A and the audiogram symmetric bilateral SNHL. Statistical analysis by Chi square test, OR and logistic regression. Results: Obtained 45 subjects presbycusis (+) and 45 subjects presbycusis (-), most presbycusis subjects were in the age <75 years, which were 29 (32.2%). Age found affected the incidence of presbycusis (p = 0.030, OR = 2.995, CI = 1.090 to 8.233), hypertension found affected the incidence of presbycusis (p = 0.018, OR = 2.813, CI = 1.177 to 6.721). Diabetes mellitus, hypercholesterolemia, and smoking habits found had no effect on the incidence of presbycusis. Conclusion: Age and hypertension alone or combined were found to affect the incidence of presbycusis. Diabetes mellitus,  hypercholesterolemia, and smoking were not affecting the incidence of presbycusis. Key words: Presbycusis, risk factors, elderly patients, hypertension.   Abstrak :  Latar belakang: Faktor risiko usia, hipertensi, diabetes melitus, hiperkolesterol dan kebiasaan merokok diduga dapat berpengaruh terhadap kejadian presbikusis. Belum terdapat data mengenai faktor risiko presbikusis di RSUP Dr.Kariadi, Semarang. Tujuan: menganalisis bagaimana pengaruh faktor usia, hipertensi, diabetes melitus (DM), hiperkolesterol, dan kebiasaan merokok terhadap kejadian presbikusis di RSUP DR. Kariadi Semarang. Metode: Penelitian analitik pada 45 kasus dan 45 kontrol pada subyek usia lanjut di klinik Geritatri RSUP Dr. Kariadi, Semarang pada periode April-Juni 2011. Data dasar  dan faktor risiko diambil dari rekam medik. Dilakukan pemeriksaan otoskopi dan audiotimpanometri.  Presbikusis bila gambaran timpanogram tipe A dan audiogram kurang pendengaran sensorineural simetris bilateral. Analisis statistik dilakukan dengan Uji Chi square, OR dan regresi logistik. Hasil: Didapatkan 45 subyek presbikusis(+) dan 45 subyek presbikusis(-), usia terbanyak yang menderita presbikusis <75 tahun sebanyak 29 (32,2%). Usia berpengaruh terhadap kejadian presbikusis (p=0,030, OR=2,995, CI=1,090–8,233), hipertensi berpengaruh terhadap kejadian presbikusis (p=0,018, OR=2,813, CI=1,177– 6,721). Diabetes melitus, hiperkolesterol, dan kebiasaan merokok tidak berpengaruh terhadap kejadian presbikusis. Kesimpulan: Usia, hipertensi secara sendiri sendiri atau bersama-sama berpengaruh terhadap kejadian presbikusis. Diabetes mellitus, hiperkolesterol, dan kebiasaan merokok tidak berpengaruh  terhadap kejadian presbikusis. Kata kunci : Presbikusis, faktor risiko, usia lanjut, hipertensi.


2020 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 46-50
Author(s):  
Muhammad Basri ◽  
Baharuddin K ◽  
Sitti Rahmatia

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik dan kronis dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduaduanya yang membutuhkan perawatan medis dan pendidikan pengelolaan mandiri untuk mencegah komplikasi akut jangka panjang (Nian, 2017). Tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan hubungan kualitas tidur dengan kadar glukosa darah Puasa pada pasien DM tipe II di PKM Kassi-Kassikota Makassar. Manfaat : Meningkatkan pengetahuan pada Penderita DM Tipe II yang mengalami gangguan Kwalitas dan Pola Tidur shari-hari Meningkatkan pengetahuan pada Penderita DM Tipe II yang mengalami gangguan Kwalitas dan Pola Tidur shari-hari Metode : Pada penelitian ini menggunakan desain cross sectional, jenis penelitian ini menggunakan metode analitik yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara Kualitas tidur dengan kadar glukosa darah puasa pada pasien DM Tipe II. Sampel menggunakan purposive sampling dengan menggunakan rumus Slovin dengan jumlah sampel  55  orang  yaitu  seluruh pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di PKM Kassi-Kassi Kota Makassar. Hasil Uji Statistik Chi Square diperoleh p value 0,000 < 0,05.sehingga peneliti berasumsi bahwa  ada hubungan antara kualitas tidur dengan kadar glukosa darah pada pasien DM Type 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar.  Kesimpulan yaitu terdapat hubungan kualitas tidur dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. Saran dapat dijadikan sebagai salah satu acuhan bagi pasien diabetes melitus tipe 2 untuk meningkatkan kualitas tidur dan menjaga kadar glukosa darah puasa


2019 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
pp. 38-45
Author(s):  
Helena Wadja ◽  
Hamidah Rahman ◽  
Nani Supriyatni

Diabetes adalah penyakit yang berlangsung lama atau kronis serta ditandai dengan kadar gula (glukosa) darah yang tinggi atau di atas nilai normal. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Diabetes melitus (DM) menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia pada abad ke-21. Jumlah penderita DM mencapai 422 juta orang di dunia pada tahun 2014. Sebagian besar dari penderita tersebut berada di negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki jumlah penderita yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, tingkat stres, dan durasi tidur terhadap kejadian Diabetes Mellitus. Metode penelitian dengan menggunakan desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah  pasien yang datang memeriksakan kadar gula darah di UPTD Diabetes Center Kota Ternate Tahun 2018. Jumlah sampel 95 orang yang diambil dengan cara accidental sampling. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit Diabetes Mellitus adalah tingkat stres dengan p-value = 0,037 ( <0,1 ) dan durasi tidur dengan p-value = 0,025 ( <0,1 ), sedangkan yang tidak berhubungan adalah tingkat pengetahuan dengan p-value = 0,709 ( >0,1 ). Oleh karena itu, disarankan kepada petugas kesehatan lebih meningkkatkan lagi  informasi kepada masyarakat tentang penyakit Diabetes Mellitus, agar masyarakat lebih tahu tentang penyakit Diabetes Mellitus.


2019 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 5-14
Author(s):  
Holy Yunita Nuraini ◽  
Rachmat Supriatna

Diabetes mellitus tipe 2 adalah diabetes melitus yang tidak tergantung pada  insulin dan kebanyakan penderita memiliki kelebihan berat badan. Data studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita diabetes melitus pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang dan diperkirakan akan meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola makan, aktivitas fisik dan riwayat penyakit keluarga terhadap penyakit diabetes  mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Bunda Margonda Depok Tahun 2015. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelian cross sectional .Metode pengambilan sampel menggunakan tekhnik accidental sampling terhadap 34 orang pasien penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Bunda Margonda Depok Tahun 2015. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuisioner, dimana jawaban dari kuisioner dianalisa dengan menggunakan uji chi-square yang di olah dengan menggunakan  SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi dari tiga variable yaitu pola makan nilai p-value 0.044 < α (0.05), aktivitas terhadap penyakit diabetes mellitus tipe 2 nilai p-value 0.634 > α (0.05) dan riwayat penyakit keluarga nilai p-value 0.102 > α (0.05), yang mempunyai hubungan terhadap diabetes mellitus tipe 2 adalah variable pola makan. Perlu adanya penyuluhan lebih terhadap masyarakat mengenai pola makan yang baik dan sehat. Kata kunci : Aktivitas Fisik,  Diabetes Mellitus, Pola Makan, Riwayat Penyakit Keluarga


2019 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 117-127
Author(s):  
Nurhayati Nurhayati ◽  
Diah Navianti

Data Kemenkes tahun 2015 menunjukkan faktor risiko perilaku penyebab terjadinya penyakit tidak menular (PTM) adalah penduduk kurang aktifitas fisik (26.1 %), Diabetes Mellitus (DM) termasuk dalam penyakit tidak menular. Menurut international diabetic federation faktor risiko terjadinya penyakit Diabetes Melitus adalah riwayat penyakit keluarga, kurang aktifitas fisik, usia diatas 45 tahun, kegemukan, tekanan darah tinggi, gaya hidup dan stres. Dari survei yang dilakukan guru dibeberapa sekolah dasar di Kecamatan Sukarami memiliki risiko ini. Permasalahan dalam penelitian ini adalah diperolehnya data awal terhadap beberapa guru di SDN di Kecamatan Sukarami masih kurang dalam pengetahuan tentang faktor risiko terjadinya penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 dan juga komplikasinya, sehingga ada 39 % guru di SDN 133 yang memiliki kadar gula tinggi. Sedangkan di SDN 132 ada 33 % guru dengan kadar gula yang tinggi. Ditambah dengan tekanan darah yang juga tinggi sebesar 46 % pada guru di SDN 133 Sukarami Palembang. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor risiko terjadinya kejadian penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 pada guru di SDN kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Jenis penelitian ini merupakan penelitian Analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah guru SD di Kecamatan Sukarami Palembang. Metode pengambilan sampel secara Simple Random sampling. Sampel yang diambil adalah guru – guru di empat SDN yang terpilih secara random sebanyak 125 orang guru . Analisis data yang digunakan adalah uji Chi Square. Data akan diolah dengan bantuan software komputer. Ada hubungan antara Tekanan darah, Umur, IMT, Aktifitas fisik (olahraga) dengan kadar glukosa darah sewaktu pada guru SD Negeri di Kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Tidak ada hubungan antara Jenis kelamin dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah pada guru-guru SDN di Kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Disarankan pada guru SD Negeri di Kecamatan Sukarami Palembang agar dapat mempertahankan atau meningkatkan kesehatan tubuh dengan cara berolahraga dengan cukup supaya guru yang memiliki kadar glukosa darah diatas nilai normal tidak mengalami peningkatan.


Jurnal JKFT ◽  
2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 62
Author(s):  
Popy Irawati ◽  
Arif Firmansyah

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Tujuan Peneitian Untuk mengetahui factor- dukungan keluarga  yang berhubungan dengan kepatuhan dalam menjalankan diet pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Cipondoh Kota Tangerang-Banten. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes millietus sebanyak 86 responden. Teknik pengambilan sampel yang dipilih secara non probability sampling yaitu pemilihan sampel yang tidak dilakukan secara acak. Dengan teknik Consecutive Sampling. Hasil uji chi-square dengan menunjukan p value α 0,01 sehingga Ha diterima bahwa terdapat hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet pada pasien Diabetes Militus. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document