scholarly journals Hubungan tinggi kepala dengan tinggi badan untuk identifikasi forensik

e-CliniC ◽  
2016 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Beatrice Poluan ◽  
Djemi Tomuka ◽  
Erwin G. Kristanto

Abstract: Forensic identification is a method to provide assistance for investigators in fulfilling visum et repertum requests and to identify death bodies. Forensic anthropology assists the process of visum et repertum. Forensic anthropology is the application of physical anthropology science inter alia by using anthropometry; certain body parts are measured. Body height is one of the major point in identification and in forensic anthropology, body height is one of the main biological profiles. Head height can be used to determine body height because there is a significant correlation between these two biological profiles. This study aimed to obtain the relationship between head height and body height. This was an analytical study with a cross sectional design. Subjects were students of batch 2012 of Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi Manado, aged 21-22 years. The results showed a positive correlation r= 0.691 with a probablity value of 0.000. Conclusion: There was a significant correlation between head height and body height. Keywords: forensic identification, forensic anthropology, anthropometry. Abstrak: Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik dalam memenuhi permintaan visum et repertum untuk menentukan identitas seseorang. Antropologi forensik merupakan penerapan ilmu antropologi fisik dengan menggunakan antropometri yaitu salah satu metode pengukuran bagian tubuh. Tinggi badan merupakan salah satu ciri utama untuk proses identifikasi. Dalam antropologi forensik, tinggi badan merupakan salah satu profil biologis utama. Bagian tubuh yang dapat diukur untuk menentukan tinggi badan ialah antara lain tinggi kepala karena terdapat hubungan yang kuat antara keduanya. Tinggi badan dan tinggi kepala berbanding lurus karena setiap terjadi pertambahan tinggi badan, tinggi kepala juga bertambah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tinggi kepala dan tinggi badan. Jenis penelitian ini analitik dengan desain potong lintang. Subyek penelitian ialah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado angkatan 2012 yang berusia 21-22 tahun. Hasil penelitian memperlihatkan terdapat korelasi positif yang signifikan antara tinggi kepala dan tinggi badan dengan nilai koefisien r = 0,691, dan nilai probabilitas 0,000. Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara tinggi kepala dan tinggi badan.Kata kunci: identifikasi forensik, antropologi forensik, antropometri

e-CliniC ◽  
2019 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
Author(s):  
Miranda A. Tambunan ◽  
Pieter L. Suling ◽  
Christy N. Mintjelungan

Abstract: Nicotine stomatitis could be found among heavy smokers. This study was aimed to determine the relationship between smoking habits and the incidence of lesions suspected as nicotine stomatitis among villagers of Ongkaw Dua. This was an analytical study with a cross sectional design. Population consisted of 183 smokers aged >15 years at Desa Ongkaw Dua and the subjects were 65 smokers. The chi-square showed a p-value of 0.592 for the relationship between the duration of smoking and the occurence of lesion supspected as nicotine stomatitis. Moreover, the chi-square showed a p-value of 0.005 for the relationship between the number of cigarettes consumed per day and the occurence of lesion suspected as nicotine stomatitis. In conclusion, there was no relationship between the duration of smoking and the occurence of lesion suspected as nicotine stomatitis, but there was a significant relationship between the number of cigarettes consumed per day and the occurence of lesion suspected as nicotine stomatitis.Keywords: smoking habit, nicotine stomatitis Abstrak: Stomatitis nikotina dapat dijumpai pada perokok berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan angka kejadian lesi yang diduga stomatitis nikotina pada masyarakat desa Ongkaw Dua. Jenis penelitian ialah analitik observasional dengan desain potong lintang. Populasi penelitian ini yaitu 183 perokok berusia >15 tahun di Desa Ongkaw Dua dan yang menjadi subyek penelitian berjumlah 65 orang. Hasil uji chi-square terhadap hubungan lama merokok dengan angka kejadian lesi yang diduga stomatitis nikotina mendapatkan p=0,592. Hasil uji chi-square terhadap hubungan antara jumlah rokok yang dihisap setiap hari dengan angka kejadian lesi yang diduga stomatitis nikotina mendapatkan p=0,005. Simpulan penelitian ini ialah tidak terdapat hubungan antara lamanya merokok dengan angka kejadian lesi yang diduga stomatitis nikotina, tetapi terdapat hubungan bermakna antara jumlah rokok yang dihisap setiap hari dengan angka kejadian lesi yang diduga stomatitis nikotina.Kata kunci: kebiasaan merokok, stomatitis nikotina


e-CliniC ◽  
2016 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Jinov Tomuka ◽  
James Siwu ◽  
Johannis F. Mallo

Abstract: Forensic identification is a method to provide assistance for investigators in personal identification which is very important in court. Forensic anthropology is a branch of physical anthropology that assists medical forensic practice by focusing on individual biological profile asessment and reconstruction by using anthropometry. Body height is a parameter of human growth and health. In forensic anthropology, height is also a main biological profile in identification. Foot length can be used to determine body height since there is a correlation between these two biological profiles. This study aimed to obtain the relationship between foot length and body height. This was a quantitative analytical study. Subjects were students of batch 2012 of Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi Manado, aged >21 years. The results showed that there was a positive correlation (r= 0.539) with a probablity value of 0.000. Conclusion: There was a significant positive correlation between foot length and height. Keywords: forensic identification, forensic anthropology, anthropometry Abstrak: Identifikasi forensik merupakan upaya yang bertujuan membantu penyidik dalam menentukan identitas seseorang yang sangat penting dalam peradilan. Sebagai salah satu cabang antropologi khususnya antropologi ragawi, peran antropologi forensik didasarkan pada kemampuan pemeriksaan antropologis untuk menilai dan merekonstruksi gambaran biologis individu manusia; salah satu cara identifikasi ialah dengan antropometri. Tinggi badan merupakan suatu parameter dari pertumbuhan dan kesehatan manusia. Tinggi badan juga merupakan salah satu ciri utama untuk proses indentifikasi. Bagian tubuh yang dapat menunjang pengukuran tinggi badan yaitu panjang telapak kaki karena tinggi badan dan panjang telapak kaki mempunyai hubungan yang berbanding lurus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara panjang telapak kaki dan tinggi badan. Jenis penelitian ini kuantitatif analitik. Subyek penelitian ialah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado angkatan 2012 yang berusia >21 tahun. Penelitian ini dilakukan di Manado pada bulan Oktober-Desember 2015. Hasil penelitian mendapatkan korelasi positif antara kedua variabel dengan nilai koefisien r = 0,539 yang menunjukkan bahwa kedua variabel berhubungan positif. Terdapat hubungan bermakna antar kedua variabel penelitian dengan nilai P = 0,000. Simpulan: Terdapat hubungan positif bermakna antara panjang telapak kaki dan tingggi badan.Kata kunci: identifikasi forensik, antropologi forensik, antropometri


e-CliniC ◽  
2017 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
. Yuswanto ◽  
Emma S. Moeis ◽  
Maarthen C.P. Wongkar

Abstract: Smoking can augment the risk for kidney disease by increasing the expression of Transforming Growth Factor-β1 (TGF-β1) in the kidneys (uTGF-β1). Early glomerular dysfunction in smokers can be evaluated by measuring albuminuria (urine albumin-to-creatinine ratio/uACR), which generally appears before a decrease in estimated glomerular filtration rate (eGFR). This study was aimed to determine the relationship between smoking and the level of eGFR through changes in levels of uTGF-β1 and uACR among male smokers compared to non-smokers. This was an observational analytical study with a cross-sectional design conducted at Pineleng Subdistrict, Manado. Subjects of this study were 80 males (40 smokers and 40 non-smokers). The results showed significant differences in levels of uTGF-β1 and uACR among smokers compared to non-smokers (P values 0.003 and 0.012). The correlation test showed significant correlations between the increase in uACR levels and the decrease in eGFR levels (P = 0.019), as well as the duration of smoking and the increase in uTGF-β1 levels (P = 0.000). There was no significant association (P = 0.470) between smoking and the risk of decreased eGFR level (PR = 0.704). Therefore, smoking cannot be used as a predictor of eGFR decline. Conclusion: There were no correlations between uTGF-β1 and uACR as well as uTGF-β1 and eLFG.Keywords: Urine Transforming Growth Factor-β1, uACR, GFR, smokersAbstrak: Merokok dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal melalui peningkatan ekspresi Transforming Growth Factor-β1 (TGF-β1) pada ginjal (uTGF-β1). Gangguan glomerular dini pada perokok dapat dievaluasi dengan pengukuran albuminuria (rasio albumin kreatinin urin/RAKU), yang umumnya muncul sebelum terjadi penurunan estimasi laju filtrasi glomerulus (eLFG). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan merokok dengan nilai eLFG melalui perubahan kadar uTGF-β1 dan RAKU pada pria perokok dibanding non-perokok. Jenis penelitian ialah observasional analitik dengan desain potong lintang yang dilaksanakan di Kecamatan Pineleng, Manado. Subyek penelitian yaitu 80 pria (40 perokok dan 40 non-perokok). Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna kadar uTGF-β1 dan RAKU antara perokok dibanding non-perokok (P = 0,003 dan 0,012). Terdapat hubungan bermakna (P = 0,470) antara merokok dan risiko penurunan eLFG (PR = 0,704). Tidak terdapat perbedaan eLFG antara subyek perokok dan non-perokok. Tidak terdapat hubungan antara kadar uTGF-β1 dan RAKU. Tidak terdapat hubungan antara kadar uTGF-β1 dan nilai eLFG. Terdapat hubungan bermakna antara lama merokok dan peningkatan kadar uTGF-β1, namun tidak terdapat hubungan antara lama merokok dengan RAKU dan nilai eLFG. Peningkatan RAKU pada perokok berkorelasi dengan peningkatan nilai eLFG. Karena itu merokok tidak dapat digunakan sebagai prediktor penurunan eLFG. Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara kadar uTGF-β1 baik dengan RAKU maupun nilai eLFG.Kata kunci: Urine Transforming Growth Factor-β1, RAKU, LFG, perokok


2015 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Murty Ekawaty M ◽  
Shirley E. S. Kawengian ◽  
Nova H. Kapantow

Abstract: This study aimed to determine the relationship between mothers' knowledge about nutrition and nutritional status of children aged 1-3 years in the Mopusi village, Lolayan Bolang Mongondow Induk. This was an analytical study with a cross sectional design. There were 90 samples that met the inclusion and exclusion criteria. Data were collected by using anthropometric measurements and questionnaires and then were analyzed by using Spearman's rho test. The results showed that there was 5.6% samples with nutritional status (BMI/A) very thin, 6.7% underweight, normal 68.9%, obese 18.9%. The nutritional status (H/A) of the samples was 38.9% very short, short 12.2 %, 45.6% normal, and tall 3.3%. There was no relationship of nutritional status of children (BMI/A) with mothers’ knowledge about nutrition with ƿ = 0.480 (p <α = 0.05) as well as there was no relationship of nutritional status of children (H/A) with knowledge of maternal nutrition in children aged 1-3 years with ƿ = 0.113 (p <α = 0.05). Conclusion: There was no relationship between nutritional status (BMI/A) as well as (H/A) of children aged 1-3 years with mothers’ knowledge about nutrition in Mopusi village, Lolayan Bolaang Mongondow Induk. Keywords: Nutritional Status, Mother’s Nutritional KnowledgeAbstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi anak umur 1-3 tahun di Desa Mopusi Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow Induk. Rancangan penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan potong lintang. Sampel merupakan bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi berjumlah 90 orang. Data dikumpulkan melalui pengukuran antropometri dan kuesiener pengetahuan dan dianalisis dengan menggunakan uji Spearman’s rho. Hasil penelitian memperlihatkan status gizi (IMT/U) yang sangat kurus 5,6%, kurus 6,7%, normal 68,9%, dan obes 18,9%. Status gizi (TB/U) yang sangat pendek 38,9%, pendek 12,2%, normal 45,6%, dan tinggi 3,3%. Pengetahuan ibu tentang gizi dengan kategori baik sebanyak 12,2%, cukup 42,2 %, dan kurang 45,5%. Analisis statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan status gizi (IMT/U) dan pengetahuan gizi ibu dengan anak umur 1-3 tahun, nilai ƿ = 0,480 (p<α=0,05), dan tidak terdapat hubungan status gizi (TB/U) dan pengetahuan gizi ibu pada anak umur 1-3 tahun, nilai ƿ = 0,113 (p<α=0,05). Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara status gizi (IMT/U) dan (TB/U) dengan pengetahuan gizi ibu dengan anak umur 1-3 tahun di Desa Mopusi Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow Induk.Kata kunci: status gizi, pengetahuan gizi ibu


Author(s):  
Fitra Hidayat ◽  
Noraida Noraida

Abstract: Knowledge and Practices of Eradicating Mosquito Nests against DHF Vector Breeding Sites. The Puskesmas Banjarbaru Utara includes the Mentaos and Loktabat Utara Urban Villages. From year to year the two urban villages always have DHF cases repeatedly. The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge and practice of eradicating mosquito nests against DHF vector breeding sites in the Puskesmas Banjarbaru Utara. This study is an analytical study with cross-sectional design. The sample in the study were 99 family heads. The study was conducted in November 2018 until January 2019. Data were analyzed using the chi-square test. The results showed that there was a relationship between knowledge of mosquito nest eradication and DHF vector breeding sites because of the value of p (0.002) < α (0.05) and there was also a relationship between the practice of eradicating mosquito nests and vector breeding sites because of the p (0.000) < α (0.05).


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Intan Putri Permata Hati ◽  
Hetti Rusmini ◽  
Vira Sandayanti

ABSTRACT: RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL AND NON-SOCIAL SUPPORT WITH LEARNING MOTIVATION IN PARTICIPANTS OF UKMPPDStudents who have completed the Physician Professional Education stage are required to take the Medical Doctor Profession Program Student Competency Test (UKMPPD). This study aims to determine the relationship between social and non-social support and learning motivation among UKMPPD’s participant students. This research is an analytical study with a cross sectional design. The research sample consisted of 170 UKMPPD participants for the November 2019 period at Malahayati University. Data collected using a social support scale, non-social support scale & learning motivation scale. Data were analyzed using Spearman's Rank. The results showed that there was a significant relationship between social and non-social support and learning motivation among UKMPPD participants for the November 2019 period at Malahayati University. Keywords: learning motivation, social support, non social support, UKMPPD Mahasiswa yang telah menyelesaikan tahap Pendidikan Profesi Dokter wajib mengikuti Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dan non sosial dengan motivasi belajar pada mahasiswa peserta UKMPPD. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian berjumlah  170  peserta UKMPPD periode November Tahun 2019 di Universitas Malahayati. Pengambilan data menggunakan skala dukungan sosial, skala dukungan non sosial & skala motivasi belajar. Data dianalisis menggunakan Rank Spearman’s. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan non sosial dengan motivasi belajar pada mahasiswa peserta UKMPPD periode November tahun 2019 di Universitas Malahayati. Kata Kunci: motivasi belajar, dukungan sosial, dukungan non sosial, UKMPPD


e-GIGI ◽  
2015 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Fara M. Lossu ◽  
Damajanty H. C. Pangemanan ◽  
Vonny N. S. Wowor

Abstract: The knowledge about healthy teeth and mouth is very important at this time. At their early ages, children start to acknowledge how important their tooth health is and their bad habbits which effect their teeth. If they can not keep their teeth clean, it can increase the risk og gingival inflammation. This study aimed to obtain the relationship between the knowledge of healthy teeth and the gingival indexes of students in SD Katolik 03 Frater Don Bosco Manado. This was a descriptive analytical study with a cross sectional design. Data were collected by using a questionairre and checking the gingival status with gingival index of Loe and Silness. There were 42 students in grade VB and VIB as samples obtained by using total sampling method. The chi square test showed a p value of >0.05. Conclusion: There was no significant relationship between the knowledge of healthy teeth and their gingival indexes among students in SD Katolik 03 Frater Don Bosco Manado.Keywords: knowledge, healthy teeth and mouth, gingival indexAbstrak: Pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut sangat penting pada usia dini. Pada usia dini anak-anak mulai memahami pentingnya kesehatan serta pembatasan yang harus dijauhi atau kebiasaan yang dapat memengaruhi keadaan gigi dan mulut termasuk gingiva mereka. Bila kondisi rongga mulut tidak terjaga kebersihannya maka akan meningkatkan resiko terjadinya inflamasi gingiva. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan indeks gingiva siswa SD Katolik 03 Frater Don Bosco Manado. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan pemeriksaan status gingiva menggunakan indeks gingiva Loe dan Silness. Sejumlah 42 responden pada siswa kelas VB dan VIB dengan menggunakan teknik total sampling. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil analisis data menggunakan uji chi square menunjukkan nilai p>0,05. Simpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan indeks gingiva.Kata kunci: pengetahuan kesehatan gigi dan mulut, indeks gingiva.


e-CliniC ◽  
2016 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Gloria V. Pandean ◽  
Eko E. Surachmanto

Abstract: Hypertension is an increase in blood pressure above normal. It is categorized as a silent disease because people do not know whether they suffer from hypertension or not until their blood pressures were checked. This study aimed to obtain the relationship between hypertension and cognitive function. This was an analytical study with a cross sectional design. Subjects were adult hypertensive patients who came to the Clinic of Internal Medicine Department Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. The results showed that there were 45 patients as subjects consisted of 20 males and 25 females. There was a tendency that the higher systolic or diastolic blood pressure, the lower the cognitive function. Among patients with hypertension ≥5 years there was a highly significant relationship between duration of hypertension and impaired cognitive function. According to MMSE results of cognitive function, there were 27 patients with normal cognitive function, 2 patients with moderate impairment, and 16 patients with mild impairment. There was no cases of severe disorder.Keywords: hypertension, cognitive functionAbstrak: Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas normal pada pemeriksaan tekanan darah. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara hipertensi dan fungsi kognitif. Jenis penelitian ini analitik dengan desain potong lintang. Sampel ialah pasien dewasa penyandang hipertensi yang datang ke Poliklinik SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jumlah sampel 45 orang terdiri dari 20 laki-laki dan 25 perempuan. Hasil penelitian memperlihatkan terdapat kecenderungan semakin tinggi tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD) maka semakin rendah fungsi kognitif. Pada penyandang hipertensi selama ≥5 tahun terdapat hubungan yang sangat signifikan antara durasi menyamdang hipertensi dan gangguan fungsi kognitif. Hasil pemeriksaan MMSE mendapatkan 27 pasien dengan fungsi kognitif normal, 2 pasien dengan gangguan kognitif derajat sedang, dan 16 pasien dengan derajat ringan; tidak terdapat pasien dengan gangguan kognitif derajat beratKata kunci: hipertensi, fungsi kognitif


e-GIGI ◽  
2016 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Cheny Hontong ◽  
Christy N. Mintjelungan ◽  
Kustina Zuliari

Abstract: Oral health is very important for every individual. Gingivitis is an inflammation of the gingiva caused by the interaction of microorganisms in plaques and bad habits inter alia the habit of chewing betel. This study was aimed to determine the relationship of gingival status and chewing habits based on the duration of betel chewing and chewing frequencies per day among Manganitu district community. This was a descriptive-analytical study with a cross-sectional design. Samples were taken by using purposive sampling. There were 39 respondents as samples. Clinical data of the gingival status was measured by using gingival index (GI) of Loe and Sillnes. The results of chi-square analysis showed a significant correlation between the gingival status and the betel chewing habit based on the duration of betel chewing habit (p = 0.000) and the frequency of betel chewing per day (p = 0.001). Conclusion: Gingival status of Manganitu district community who had betel chewing habit was classified in the severe category.Keywords: Status gingiva, chewing habits, Manganitu districts. Abstrak: Kesehatan gigi dan mulut sangat penting bagi setiap individu. Gingivitis merupakan inflamasi pada gingiva yang disebabkan oleh interaksi mikroorganisme pada plak dan kebiasaan buruk, salah satunya ialah kebiasaan menyirih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gingiva dengan kebiasaan menyirih berdasarkan lama menyirih dan frekuensi menyirih perhari pada masyarakat kecamatan Manganitu. Jenis penelitian ialah deskriptif-analitik dengan desain potong lintang. Sampel diperoleh dengan metode purposive sampling sebanyak 39 responden. Data klinis tentang status gingiva diukur menggunakan gingival index (GI) menurut Loe dan Sillnes. Berdasarkan hasil uji analisis chi-square terdapat hubungan bermakna antara status gingiva dengan kebiasaan menyirih berdasarkan lama menyirih (p=0,000) dan frekuensi menyirih (p=0,001). Simpulan: Status gingiva masyarakat kecamatan Manganitu yang memiliki kebiasaan menyirih tergolong dalam kategori berat. Kata kunci: status gingiva, kebiasaan menyirih


e-GIGI ◽  
2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 368
Author(s):  
Michelle Wilia ◽  
Mia A. Prasetya ◽  
Putri Rejeki

Abstract: Coronavirus disease 2019 (Covid-19) can cause respiratory problems and affect all ages. The nature of the transmission and the mortality rate of this viral infection bring about anxiety among health workers, inter alia, dentists because they have a high risk of contracting Covid-19. This study was aimed to determine the relationship between anxiety levels and the preparedness of dentists in facing the Covid-19 pandemic. This was an analytical study with a cross-sectional design. A quantitative study was conducted using a questionnaire that has been structured and tested for its validity and reliability. The questionnaire was divided into two parts, as follows: demographic data and levels of anxiety. Data were analyzed univariately and bivariately with the Spearman correlation test. There were 276 dentists in Bali as respondents who participated in this study. The results showed that the highest level of anxiety was moderate anxiety (54.3%) and there was a relationship between level of anxiety and the number of screening and patient settings with a p-value of 0.034 (p<0.05). In conclusion, there is a relationship between level of anxiety and the dentist's preparedness in the form of number of screening and patient setting to face the Covid-19 pandemic in Bali.Keywords: Covid-19; dentist; anxiety Abstrak: Coronavirus disease 2019 (Covid-19) dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan menyerang segala rentang usia. Sifat transmisi dan tingkat mortalitas infeksi virus ini menye-babkan kecemasan di kalangan petugas kesehatan, salah satunya dokter gigi karena memiliki risiko tinggi tertular Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dan kesiapan dokter gigi dalam menghadapi pandemi Covid-19 di Bali. Jenis penelitian ialah analitik dengan desain potong lintang. Penelitian kuantitatif dilakukan menggunakan kuesioner yang telah disusun dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Kuesioner dibagi menjadi dua bagian yaitu data demografi dan tingkat kecemasan dokter gigi. Hasil data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji korelasi Spearman. Terdapat 276 dokter gigi di Bali yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan paling tinggi ialah kecemasan sedang (54.3%) dan terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan jumlah skrining dan pengaturan pasien dalam menghadapi pandemi Covid-19 di Bali dengan p=0,034 (p<0,05). Simpulan penelitian ini ialah terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan kesiapan dokter gigi yang dinyatakan dalam jumlah skrining dan pengaturan pasien dalam menghadapi pandemi Covid-19 di Bali.Kata kunci: Covid-19; dokter gigi; kecemasan


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document