scholarly journals Musik sebagai Intervensi Nonfarmakologik untuk Menurunkan Kecemasan pada Pasien Ekstraksi Gigi

e-GIGI ◽  
2021 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
Author(s):  
Siti N. Azizah ◽  
Aurelia S. R. Supit ◽  
Pritartha S. Anindita

Abstract: Tooth extraction is the most common dental procedure in dentistry besides dental filling. Anxiety is a significant problem faced by patients who undergo dental extraction. There are many factors which can affect anxiety level visually and auditorily. Non-pharmacological intervention including music therapy has a substantial role as interventional media or additional of other therapies in reducing pain and anxiety. This study was aimed to evaluate the roles of music as a non-pharmacological intervention to reduce anxiety in patients undergoing tooth extraction. This was a literature review study using three databases; google scholar, PubMed, and ScienceDirect. The keywords used were music as non-pharmacological intervention reducing extanxiety during tooth extraction. There were 10 literatures in this study. The results showed that music had important roles as an interventional media or additional of other therapies in reducing pain and exaggerated anxiety. Music could also give relaxing effect, reduce anxiety, improve mood, control emotion, and reduce blood pressure as well as pulse rate during tooth extraction. In conclusion, music can be used as an alternative in reducing the anxiety during tooth extraction due to a variety of effects, such as sedating, decreasing the sensitivity to surrounding area, stabilizing emotion, and decreasing blood pressure as well as pulse rate.Keywords: music, anxiety, tooth extraction Abstrak: Ekstraksi gigi merupakan tindakan yang paling sering dilakukan dalam bidang kedokeran gigi selain penambalan. Kecemasan merupakan hal yang selalu dirasakan saat akan dilakukan ekstraksi gigi. Banyak hal yang dapat memengaruhi tingkat kecemasan pada tindakan ekstraksi gigi baik secara visual maupun auditorik. Intervensi nonfarmakologi dengan terapi musik berperan penting sebagai media intervensi dalam konteks meringankan rasa nyeri dan cemas. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peran musik sebagai intervensi nonfarmakologik dalam menurunkan kecemasan pada pasien ekstraksi gigi. Jenis penelitian ialah literature review. Database yang digunakan yaitu google scholar, PubMed, dan ScienceDirect dengan kata kunci yaitu musik sebagai intervensi nonfarmakologik mengurangi kecemasan ekstraksi gigi. Hasil penelitian mendapatkan bahwa musik berperan penting sebagai media intervensi atau pelengkap dari bentuk terapi lain dalam konteks meringankan rasa nyeri atau cemas berlebihan. Musik juga memberikan efek menenangkan, mengurangi kegelisahan, membuat perasaan menjadi rileks dan santai, menstabilkan emosi, menurunkan kecemasan pasien, serta menurunkan tekanan darah dan denyut nadi saat ekstraksi gigi. Simpulan penelitian ini ialah musik dapat dijadikan sebagai alternatif untuk menurunkan kecemasan pasien saat ekstraksi gigi dengan memberikan efek menenangkan, mengurangi kepekaan terhadap lingkungan sekitar, menstabilkan emosi, serta menurunkan tekanan darah dan denyut nadi.Kata kunci: musik, kecemasan, ekstraksi gigi

2013 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 178-186
Author(s):  
Yasmina Izzat ◽  
◽  
Muhamad Jauhar ◽  
Fajar Surachmi

Hypertension is a cardiovascular disease that has been linked to a number of public health issues. This is due to unhealthy lifestyles and cellular and tissue physiological function impairment. Hydrotherapy is a non-pharmacological intervention that can lower blood pressure. As long as the patient is taking antihypertensive medications, this therapy becomes complementary. This study aims to describe the use of hydrotherapy that lowers blood pressure in hypertensive patients. The research design used is a literature review of national and international indexed journals. The databases used include ProQuest, GALE, OneSearch, RAMA, SINTA, and Google Scholar by using keywords hydrotherapy, blood pressure, and hypertension. Inclusion criteria are the range of publication years is in 2016-2020. While the exclusion criteria is when the independent variable used is a combination therapy. Based on a review of ten articles, hydrotherapy affects lowering blood pressure, therefore this therapy can be used as an adjunct therapy to lower blood pressure. This occurs because warm water dilates blood vessels, lowering blood pressure.


e-GIGI ◽  
2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 340
Author(s):  
Saskia E. Sekeon ◽  
Paulina N. Gunawan ◽  
Damajanty H. C. Pangemanan

Abstract: Going to a dentist can cause anxiety in children. One of dental treatments that causes anxiety is tooth extraction. This study was aimed to determine children’s anxiety level during tooth extraction. This was a literature review study. Data were collected from the database of Google Scholar by using predefined keywords children’s anxiety level and tooth extraction. Literatures were screened by title, and the inclusion and exclusion criteria. The critical appraisal was performed by using the Joanna Briggs Institute (JBI) critical appraisal and eight literatures weres obtained. The results showed that children’s anxiety level during tooth extraction were anxiety and mild anxiety. Based on age, younger children were more anxious than older children. Based on gender, females were more anxious than males. In conclusion, during tooth extraction, the anxiety levels of most of the children were anxiety and mild anxiety.Keywords: child anxiety level; tooth extraction Abstrak: Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut saat mengunjungi dokter gigi dapat menim-bulkan kecemasan pada anak. Salah satu perawatan yang dapat menimbulkan kecemasan ialah ekstraksi gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan anak saat perawatan ekstraksi gigi. Jenis penelitian ialah literature review, Pencarian data pada database Google Scholar dengan menggunakan kata kunci tingkat kecemasan anak dan pencabutan gigi. Hasil pencarian dilakukan skrining berdasarkan judul, kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian dilakukan uji kelayakan menggunakan the Joanna Briggs Institute (JBI) critical appraisal dan diperoleh delapan literatur. Hasil penelitian mendapatkan tingkat kecemasan anak saat perawatan ekstraksi gigi ialah cemas dan cemas ringan. Dilihat dari usia, anak lebih muda lebih cemas dibandingkan anak lebih tua. Dilihat dari jenis kelamin, anak perempuan lebih cemas daripada anak laki-laki. Simpulan penelitian ini ialah tingkat kecemasan sebagian besar anak pada saat perawatan ekstraksi gigi ialah cemas dan cemas ringan.Kata kunci: tingkat kecemasan anak; ekstraksi gigi


2021 ◽  
Vol 1 ◽  
pp. 456-463
Author(s):  
Arief Tri Yuliyanto ◽  
A Abdurrachman

AbstractElderly is an age that is prone to hypertension so that interventions are needed to reduce blood pressure in the elderly. Hypertension is a condition of a person who has an increase in blood pressure above normal. The intervention that can be given is slow stroke back massage which is a massage to provide relaxation to lower blood pressure. This study aims to describe the re-duction of blood pressure in elderly patients with hypertension after giving slow stroke back massage: Literature Review. The selection of articles in this study was a literature review analysis using the P.I.C.O method, searching for articles through Google Scholar or Garuda Portal (n=3) and PubMed (n=2) to find articles according to inclusion and exclusion criteria. The results of the literature review analysis on the five articles after giving Slow Stroke Back Massage to elderly patients with hypertension showed a decrease in systolic blood pressure, the average result was before 147,53 and an average after 140.461, while the decrease in diastolic blood pressure obtained an average result of - the average before 90.07 and the average after 84.30. The results of a literature review of five articles show that Slow Stroke Back Massage is proven to reduce blood pressure in elderly patients with hypertension. For the basis used as the basis for the action of giving massage to the problem of hypertension in the elderly, physiotherapists can give Slow Stroke Back.Keywords : Hypertension;Elderly; Slow Stroke Back Massage AbstrakLansia merupakan suatu usia yang rentan mengalami hipertensi sehingga dibutuhkan intervensi guna menurunkan tekanan darah pada lansia. Hipertensi adalah keadaan seseorang yang men-galami peningkatantekanan darah diatas normal. Intervensi yang dapat diberikan adalah slow stroke back massage yang merupakan suatu massage guna memberikan relaksasi untuk menurunkan tekanan darah. Study ini bertujuan untuk gambaran penurunan tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi setelah dilakukan pemberian slow stroke back massage: literature review. Pemilihan artikel pada penelitian ini yaitu analisis literature riview dengan metode P.I.C.O, Pencarian artikel melalui Google Scholar atau Portal garuda (n=3) dan PubMed (n=2) untuk menemukan artikel sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil analisis literature riview pada kelima artikel setelah dilakukan pemberian Slow Stroke Back Massage pada pasien lansia dengan hipertensi didapatkan penurunan tekanan darah sistole didapatkan hasil rata-rata sebelum 147, 53 dan rata-rata sesudah 140,461 sedangkan penurunan tekanan darah diastole didapatkan hasil rata-rata sebelum 90,07 dan rata-rata sesudah 84,30. Hasil literature review lima artikel menunjukkan bahwa Slow Stroke Back Massage terbukti dapat menurunkan tekanan darah pada Pasien Lansia dengan hipertensi. Untuk dasar digunakan sebagai dasar Tindakan dalam melakukan pemberian massage pada masalah hipertensi pada lansia fisioterapis dapat melakukan pemberian Slow Stroke Back.Kata Kunci : Hipertensi;Lansia;Slow Stroke Back Massage


2021 ◽  
Author(s):  
Indah Puspitasari ◽  
Rika Harini

Basic Health Research 2018 states the prevalence of hypertension based on the results ofmeasurements in the population aged ≥ 18 years by 34.1%. The highest was in South Kalimantan(44.1%), while the lowest was in Papua (22.2%) and West Java 39.1%. West Java Province wasranked second in the highest number of hypertension sufferers from 34 provinces in Indonesia.One therapy that can overcome hypertension is warm water foot bath therapy. The review of thisliterature aims to determine the effectiveness of warm water foot bath therapy in hypertensivepatients. The design in this scientific paper is a literature review search using an electronicdatabase that is Google Scholar. Keywords used in the search are hypertension, warm water footbath therapy, and blood pressure. The results found 5 articles from Google Scholar discuss theeffect of soaking feet of warm water in hypertensive patients. The literature review results fromthe five articles show that warm water foot bath therapy can reduce blood pressure.


2021 ◽  
Vol 1 ◽  
pp. 1103-1110
Author(s):  
Didi Rethodi ◽  
Dian Kartikasari

AbstractAsthma causes narrowing of the airways, which leads to various symptoms such as whezzing, coughing, and shortness of breath (dyspnea) in sufferers. Patients with asthma often complain of experiencing sudden shortness of breath, difficulty breathing, and pain when taking a breath. These conditions can causes the patient to become stressed, anxious and the breathing pattern in no longer effective. As a result, the prognosis of disease is poor. The purpose of this literature review study was to picture the frequency of breathing in asthma patients.This literature review highlighted five articles searched from 2011-2021 throught Garba Garuda and Google Scholar. The obtained articles were apprassied using the JBI (Joanna Briggs Institute) instrument before being analyzed. This study revealed that the respiratory rate in patients with asthma increases over 20x/minutes.The conclusion from this literature review is that patients with asthma have tachypnea. This literature review may be used as a reference for hospitals, educational institutions, and other researchers to determine appropriate nursing interventions for asthma patients.Keywords:Asthma; respiratoryrate. AbstrakPenyakit asma dapat menyebabkan penyempitan pada saluran napas dan hal ini dapat menimbulkan gejala seperti mengi, batuk, dan sesak napas (dyspnea) pada penderitanya. Keluhan pasien asma yaitu sering mengalami sesak napas yang dating secara mendadak, sulit untuk bernafas, nyeri saat menarik napas. Hal ini dapat menyebabkan pasien menjadi stress, cemas dan pola napas tidak lagi efektif dan prognosis penyakitnya menjadi buruk. Tujuan dari penelitian literature review ini adalah untuk mengetahui Gambaran Frekuensi Napas Pada Pasien Asma. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pengumpulan data literature review. Pencarian artikel dari tahun 2011-2021 melalui penelusuran Garba Garuda, dan Google Shcolar dengan kriteria inklusi populasi pasien asma dewasa, tahun artikel 2011-2021, penelitian kuantitatif. Hasil pencarian yang didapatkan berupa full text dan pdf, kemudian direview dengan menggunakan instrument JBI (Joanna Briggs Institute), didapatkan 5 artikel dari tahun 2012-2021, diekstraksi kemudian dibahas dan disimpulkan .Hasil penelitian literature review dari 5 atikel menunjukkan bahwa frekuensi napas pada pasien dengan kejadian asma mengalami peningkatan pernafasan >20x/menit. Simpulan dari literature review ini yaitu pasien dengan kejadian asma mengalami peningkatan frekuensi pernapasan. Penelitian literature review ini diharapkan dapat menjadi refrensi bagi pihak rumah sakit, institusi pendidikan maupun penelitilainnya sebagai pertimbangan untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat bagi pasien asma.Kata kunci : Asma, Respirasi


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 61
Author(s):  
Christesa Y. Palawe ◽  
Carla F. Kairupan ◽  
Poppy M. Lintong

Abstract: Medicinal plant that contain antioxidants is an alternative therapeutic option for liver disorders. This study was aimed to review the hepatoprotective effects of medicinal plants. This was a literature review study using PubMed, Google Scholar and Clinical Key. The results showed 10 hepatoprotective medicinal plants, as follows:  soursop leaves, yellow bamboo shoots, moringa leaves, green betel leaves, libo fruit, kenikir, neem leaves, bitter bean seeds, black cumin, and solo garlic. All of them showed hepatoprotective activities based on the results of the tests, using biochemical and histopathological parameters. Soursop leaves could increase SOD level and reduce MDA level; yellow bamboo shoots were demonstrated to maintain SGPT activities and bilirubin level; moringa leaves have been associated with the reduction of MDA, SGOT, and SGPT levels; green betel leaves were able to reduce SGOT and SGPT levels and improve liver centrolobular necrosis; libo fruit was able to lower SGPT level; kenikir and bitter bean seeds were shown to reduce SGOT and SGPT levels; neem leaves were associated with the reduction of ALT level and protection against liver cell damage; black cumin was found to reduce fat degeneration; solo garlic could reduce MDA, SGPT, and SGOT levels, and maintain SOD level. In conclusion, the 10 hepatoprotective medicinal plants have the ability to increase SOD levels, reduce SGOT, SGPT and MDA levels, maintain bilirubin levels, regenerate centrilobular necrosis of the liver, and reduce fat degeneration of the liver. Solo garlic shows the largest amount of hepatoprotective activities, followed by yellow bamboo shoots, green betel leaves and libo fruit.Keywords: medicinal plants, hepatoprotector effect  Abstrak: Pengobatan menggunakan tanaman obat yang mengandung antioksidan merupakan pilihan terapi alternatif untuk gangguan pada hati. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah efek hepatoprotektif tanaman obat. Jenis penelitian ialah literature review dengan menggunakan PubMed, Google Scholar dan Clinical Key. Hasil penelitian mendapatkan 10 tanaman obat hepatoprotektor yaitu daun sirsak, rebung bambu kuning, daun kelor, daun sirih hijau, buah libo, kenikir, daun mimba, biji petai, jintan hitam, dan bawang lanang. Tanaman-tanaman obat tersebut memiliki aktivitas hepatoprotektif berdasarkan pengujian dengan parameter biokimia dan histopatologi. Daun sirsak dapat meningkatkan kadar SOD dan menurunkan kadar MDA; rebung bambu kuning dapat mempertahankan aktivitas SGPT dan kadar bilirubin; daun kelor menurunkan kadar MDA, SGOT, dan SGPT; daun sirih hijau menurunkan kadar SGOT dan SGPT, serta memperbaiki nekrosis sentrolobuler hati; buah libo menurunkan kadar SGPT; kenikir dan biji petai menurunkan kadar SGOT dan SGPT; daun mimba menurunkan kadar SGPT dan memiliki daya proteksi terhadap kerusakan sel hati; jintan hitam dapat mengurangi degenerasi lemak; bawang lanang menekan peningkatan kadar MDA, SGPT, SGOT dan mempertahankan kadar SOD. Simpulan penelitian ini Kesepuluh tanaman obat hepatoprotektor tersebut memiliki kemampuan dalam meningkatkan kadar SOD, menurunkan kadar SGOT, SGPT dan MDA, mempertahankan kadar bilirubin, memperbaiki nekrosis sentrolobuler hati, dan mengurangi degenerasi lemak hati. Bawang lanang menunjukkan aktivitas hepatoprotektor terbesar, diikuti rebung bambu kuning, daun sirih hijau, dan buah libo.Kata kunci: tanaman obat, efek hepatoprotektor


2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
Author(s):  
Bhakti Permana ◽  
Linlin Lindayani ◽  
Agus Hendra ◽  
Lia Juniarni

ABSTRACTHypertension is the most commonly encountered problems experienced by the elderly with sometimes unknown cause. One effort to lower blood pressure in the elderly is to provide yoga exercises, where yoga exercises can stimulate endorphin hormone expenditure. The purpose of review was to determine the effectiveness of yoga exercises for decreasing blood pressure in the elderly. An initial search for articles was done on Google Scholar and PubMed. Studies obtained about exercise therapy for hypertension elderly have 4,560 articles / journals but only 5 articles meet the search criteria. According to the search results, yoga exercises can reduce blood pressure in the elderly. Besides, it is also very important to be applied as a non-pharmacological therapy for the elderly who have a medical history of hypertension. It is expected that health professionals can recommend this as a therapy for lowering blood pressure in the elderly.  ABSTRAKHipertensi adalah masalah yang paling sering ditemui yang dialami oleh lansia dengan penyebab yang terkadang tidak diketahui. Salah satu upaya menurunkan tekanan darah pada lansia adalah dengan memberikan senam yoga, dimana senam yoga dapat merangsang pengeluaran hormon endorphin. Tujuan review adalah untuk mengetahui keefektifan senam yoga dalam menurunkan tekanan darah pada lansia. Pencarian awal untuk artikel dilakukan di Google Scholar dan PubMed. Studi tentang terapi senam lansia hipertensi didapatkan 4.560 artikel / jurnal tetapi hanya 5 artikel yang memenuhi kriteria pencarian. Menurut hasil pencarian, senam yoga dapat menurunkan tekanan darah pada lansia. Disamping itu juga sangat penting diterapkan sebagai terapi non farmakologi bagi lansia yang memiliki riwayat kesehatan hipertensi. Diharapkan tenaga kesehatan dapat merekomendasikan hal ini sebagai terapi penurunan tekanan darah pada lansia. 


2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
Author(s):  
Brigita T. Tamon ◽  
Murniati Tiho ◽  
Stefana H. M. Kaligis

Abstract: Hypercholesterolemia, a condition when blood cholesterol levels exceed the normal value can lead to atherosclerosis and furthermore coronary heart disease. For that reason, some treatment actions are needed, one of which is by given hypolipidemic drugs. One of the natural remedies that act as hypolipidemic drugs is green tea. Green tea contains catechins, one of the antioxidant compounds. Catechins, especially epigallocatechin-3-gallate (EGCG), plays an important role in lowering blood cholesterol levels. The aims of this study is to determine the effect of antioxidants in green tea on blood cholesterol levels. This is a literature review study with data retrieved using 3 databases: Pubmed, ClinicalKey and Google Scholar. Using Green Tea OR Teh Hijau, Cholesterol OR Kolesterol, and Antioxidant OR Antioksidan as keywords and limiting the article searching based on inclusion and exclusion criteria, 12 studies was found to be reviewed. From 12 literature reviewed using experimental research methods with human and animal subjects with intervention green tea (extract, EGCG and PPE), all of them showed a significant reduction in blood cholesterol levels after the intervention with green tea. In conclusion, the antioxidants in green tea can reduce cholesterol levels in the blood.Keywords: antioxidant, green tea, EGCG, cholesterol, hypercholesterolemia  Abstrak: Kadar kolesterol yang melebihi batas normal atau biasa disebut hiperkolesterolemia dapat menyebabkan pembentukan aterosklerosis bahkan penyakit jantung koroner. Untuk itu diperlukan penanganan, salah satunya dengan pemberian obat hipolipidemia. Salah satu bahan alami yang dapat berperan sebagai hipolipidemia yaitu teh hijau. Teh hijau mengandung senyawa antiosidan yaitu katekin terutama epigallocatechin-3-gallate (EGCG) yang berperan penting dalam menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek antioksidan pada teh hijau terhadap kadar kolesterol dalam darah. Penelitian ini berbentuk literature review dengan pencarian data menggunakan 3 database yaitu PubMed, ClinicalKey dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan yaitu Green Tea OR Teh Hijau, Cholesterol OR Kolesterol, dan Antioxidant OR Antioksidan. Setelah diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, didapatkan 12 literature yang di review. Dari 12 literature yang di review menggunakan metode penelitian eksperimental dengan subjek penelitian manusia dan hewan yang diberi teh hijau (ekstrak, EGCG dan PPE) semuanya menunjukkan hasil adanya penurunan kadar kolesterol darah yang signifikan setelah diberikan teh hijau. Sebagai simpulan, antioksidan pada teh hijau dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah.Kata Kunci: antioksidan, teh hijau, EGCG, kolesterol, hiperkolesterolemia


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Julian Juanito ◽  
Wenny P. Supit ◽  
Laya M. Rares

Abstract: High intraocular pressure (IOP) is one of the risk factors of glaucoma or worsening of its prognosis. There are a lot of external factors that can affect IOP inter alia exercise, as well as some food and drinks. One of the drinks that could affect IOP is coffee that contains caffeine. This study was aimed to evaluate whether caffeine had an effect on IOP. This was a literature review study using 4 data bases, as follows: Clinical Key, Pub-med, Google Scholar, and Science Direct. The keywords were Caffeine OR Coffee OR Tea AND IOP OR Intraocular Pressure. Based on inclusion and exclusion criteria, 10 literatures were selected. The results showed that some literatures reported an increase in IOP after caffeine consumption, the others reported a decrease in IOP, meanwhile some others did not find any change of IOP. In conclusion, the effect of caffeine on IOP was acute. People who had high intensity of caffeine consumption had a more significant increase in IOP after consuming caffeine.Keywords: caffeine, intraocular pressure (IOP)  Abstrak: Peningkatan tekanan intraokular (TIO) merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya glaukoma atau memperburuk prognosis glaukoma. Terdapat banyak faktor eksternal yang dapat memengaruhi TIO, antara lain olahraga, minuman, dan makanan. Salah satu minuman yang dapat memengaruhi TIO ialah kopi yang mengandung kafein. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh kafein pada tekanan intraokular. Jenis penelitian ialah literature review. Pencarian data menggunakan empat database yaitu Clinical key, PubMed, Google scholar, dan Science direct. Kata kunci yang digunakan yaitu Caffeine OR Coffee OR Tea AND IOP OR Intraocular Pressure. Seleksi data berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi mendapatkan 10 literatur. Hasil kajian mendapatkan bahwa beberapa penelitian melaporkan adanya peningkatan TIO setelah konsumsi kafein, penelitian lain melaporkan penurunan TIO, dan terdapat pula penelitian yang tidak menemukan perubahan apapun. Simpulan penelitian ini ialah pengaruh kafein pada TIO hanya berlangsung akut. Individu yang memiliki intensitas konsumsi kafein lebih tinggi menunjukkan peningkatan TIO yang lebih nyata setelah mengonsumsi kafein.Kata kunci: kafein, tekanan intraokular (TIO) 


e-GIGI ◽  
2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 139
Author(s):  
Baban Saputera ◽  
Dinar A. Wicaksono ◽  
Johanna A. Khoman

Abstract: Oral and tooth problem that often occurs is caries worldwide. According to Riset Kesehatan Dasar (Baseline Health Research) in 2018, the largest proportion of oral and tooth problems in Indonesia is caries (45,3%). Caries could be caused inter alia by the presence of bacterial accumulation attached to plaque. One of the ways to control plaque is xylitol chewing gum which is proven to be quite effective in cleaning teeth from debris and plaque, preventing periodontal diseases, increasing salivary pH, and stimulating saliva excretion. This study was aimed to evaluate the effectiveness of xylitol chewing gum in reducing plaque. This was a literature review study using two databases, namely Google Scholar and Indonesia One Search. The results showed that samples used in the literatures were 10-24 years old. The xylitol doses used were 3.4 g/day, 4.05 g/day, 6 g/day, and 45 g/day. Xylitol dose below 3.4 g/day was not effective and dose above 10 g/day was less effective to reduce S. mutans. In conclusion, xylitol chewing gum at a dose of 3.4 g-10 g per day is quite effective in reducing plaque.Keywords: xylitol chewing gum; dental plaque Abstrak: Masalah kesehatan gigi dan mulut khususnya karies merupakan penyakit yang dialami oleh sebagian besar penduduk di dunia. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2018 menyatakan bahwa proporsi terbesar masalah gigi dan mulut di Indonesia ialah karies (45,3%). Penyebab terjadinya karies ialah antara lain adanya kumpulan bakteri yang terikat dalam plak. Salah satu pengendalian plak ialah dengan tindakan mengunyah permen karet xylitol yang terbukti cukup efektif membersihkan gigi dari debris dan plak, mencegah terjadinya penyakit periodontal, meningkatkan pH saliva, dan merangsang pengeluaran saliva. Penelitian ini bertujuan untuk mengulas efektivitas permen karet xylitol dalam menurunkan plak. Jenis penelitian ialah literature review dengan menggunakan dua database yaitu Google Scholar dan Indonesia One Search. Hasil penelitian mendapatkan bahwa kelompok eksperimen penelitian yang dikaji berkisar 10-24 tahun. Dosis xylitol yang dipakai dalam penelitian berkisar 3,4 gr/hari, 4,05 gr, 6 gr/hari, dan 45 gr per hari. Dosis xylitol di bawah 3,4 gr/hari tidak efektif dan dosis yang melebihi 10 gr/hari juga kurang efektif terhadap reduksi S. mutans. Simpulan penelitian ini ialah mengunyah permen karet xylitol dengan dosis 3,4 gr-10 gr per hari cukup efektif dalam menurunkan plak.Kata kunci: permen karet xylitol; plak


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document