scholarly journals Gambaran Kehilangan Gigi pada Mahasiswa Tahap Profesi Dokter Gigi

e-GIGI ◽  
2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 362
Author(s):  
Juliatri Juliatri ◽  
Pritartha S. Anindita

Abstract: Tooth loss can occur due to various causes including caries and periodontal disease. Dental clerkship students are expected to have a good level of understanding of dental and oral health, therefore, they can prevent tooth loss due to dental and oral diseases such as caries or periodontal disease. This study was aimed to obtain the description of tooth loss among dental clerkship students at Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Faculty of Medicine, Sam Ratulangi University (PSPDG FK Unsrat) Manado. This was a descriptive study with a cross sectional design using total sampling method. Data were collected by means of questionnaires containing the identity and status of respondents with tooth loss, and were analyzed to determine the frequency and distribution of tooth loss. Out of a total of 228 students, 156 students filled in the questionnaires with a response rate of 68.4%. The results showed that 103 or 66% of respondents experienced tooth loss of one or more teeth and the total number of all missing teeth were 240 teeth. Caries was the most prominent cause of tooth loss, as many as 144 teeth or 60%. Of the 240 missing teeth, 202 teeth were not replaced with dentures. In conclusion, the prevalence of tooth loss among dental clerkship students at PSPDG FK Unsrat was 66%. Caries was the most common cause of tooth loss. Most of the missing teeth were not replaced with dentures for various reasons.Keywords: tooth loss; dental student  Abstrak: Kehilangan gigi dapat terjadi akibat berbagai hal di antaranya karies dan penyakit periodontal. Mahasiswa tahap profesi dokter gigi diharapkan memiliki tingkat pemahaman tentang kesehatan gigi dan mulut yang baik sehingga dapat mencegah kehilangan gigi yang disebabkan oleh penyakit gigi dan mulut seperti karies atau penyakit periodontal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kehilangan gigi pada mahasiswa tahap profesi dokter gigi di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi (PSPDG FK Unsrat) Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Penentuan sampel dengan metode total sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang berisi identitas dan status kehilangan gigi responden, dan dianalisis untuk mengetahui frekuensi dan distribusi kehilangan gigi responden. Dari total 228 mahasiswa, sebanyak 156 mahasiswa mengisi kuesioner dengan response rate sebesar 68,4%. Hasil penelitian menun-jukkan 103 atau 66% responden mengalami kehilangan satu atau lebih gigi dengan jumlah keseluruhan gigi yang hilang 240 gigi. Karies merupakan penyebab kehilangan gigi paling tinggi yaitu sebanyak 144 gigi atau 60%. Dari 240 gigi yang hilang, sebanyak 202 gigi tidak dibuatkan gigi tiruan. Simpulan penelitian ini ialah prevalensi kehilangan gigi pada mahasiswa tahap profesi PSPDG FK Unsrat sebesar 66%. Karies merupakan penyebab kehilangan gigi paling tinggi. Sebagian besar gigi yang hilang tidak dibuatkan gigi tiruan dengan berbagai alasan.Kata kunci: kehilangan gigi; mahasiswa kedokteran gigi

e-GIGI ◽  
2016 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Nikita S. W. Massie ◽  
Vonny N. S. Wowor ◽  
Lydia Tendean

Abstract: A qualified life is the hope of every elderly, which means that they can enjoy they elderly life happily. Tooth loss can cause dysfunction that affect the quality of life. Well-made denture can replace the missing teeth and restore the dysfunction. This study aimed to obtain the life quality of elderly at Kecamatan Wanea. This was a descriptive study with a cross sectional design. Population in this study consisted of elderly as many as 329 people that used dentures. The total samples were 77 respondents obtained by using purposive sampling method. This study was carried out at Kecamatan Wanea from February till August 2016. OHIP 14 quitionary was used as the instrument in this study. The life quality measurement score showed that the functional limitation dimension was 151.5; physical disability dimension was 140; psychical disability dimension was 106; social disability dimension was 99.5; hampered dimension was 102.5; and life quality measurement score was 122.7. Conclusion: The life quality of elderly using dentures at Kecamatan Wanea was quite good.Keywords: life quality, elderly, denture user.Abstrak: Hidup yang berkualitas merupakan sesuatu yang diinginkan lansia sehingga bisa menikmati masa tua dengan penuh makna, membahagiakan, dan berguna. Kehilangan gigi dapat menimbulkan gangguan fungsi yang berpengaruh pada kualitas hidup. Gigi tiruan yang dibuat dengan baik untuk menggantikan gigi yang hilang dapat memulihkan fungsi yang terganggu, dan akan berdampak pada kualitas hidup penggunanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas hidup manusia lanjut usia pengguna gigi tiruan di Kecamatan Wanea. Jenis penelitian ini ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Populasi penelitian ini ialah lansia yang memakai gigi tiruan sebanyak 329 orang. Sampel berjumlah 77 lansia yang diperoleh dengan metode purposive sampling. Penelitian dilakukan di Kecamatan Wanea pada bulan Febuari sampai dengan Agustus 2016. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner OHIP 14. Hasil penelitian menunjukkan skor pengukuran kualitas hidup berdasarkan dimensi keterbatasan fungsi sebesar 151,5; dimensi rasa sakit fisik sebesar 148; dimensi ketidaknyamanan psikis sebesar 112; dimensi ketidakmampuan fisik sebesar 140; dimensi ketidakmampuan psikis sebesar 106; dimensi ketidakmampuan sosial sebesar 99,5; dimensi keterhambatan sebesar 102,5; dan skor pengukuran kualitas hidup sebesar 122,7. Simpulan: Kualitas hidup manusia lanjut usia pengguna gigi tiruan di Kecamatan Wanea umumnya tergolong baik.Kata kunci: kualitas hidup, lansia, pengguna gigi tiruan


e-GIGI ◽  
2016 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Randy S. Mokoginta ◽  
Vonny N.S. Wowor ◽  
Hendri Opod

Abstract: Denture appliances is not just as a replacement for any kind of tooth loss but it is also a necessary to keep the hygiene and maintenance of the denture appliance, therefore, the denture appliances will not cause any bad effects on oral health. Knowledge of how to keep the denture appliance clean could be represented by a positive attitude through cleaning one’s denture appliance. This study was aimed to analyze the effect of education level on the maintenance efforts of denture appliances among denture users in Upai, North Kotamobagu.This was an analytical descriptive study with a cross-sectional design. Samples were obtained by using total sampling method. The instrument of this study was a valid and reliable questionnaire. Data were analyzed with the Chi-Square test. This study was conducted from February to August 2016. The results showed that 41.9% of the samples had moderate level of education; 47.1% had low education; and 11% had high education. In keeping their denture appliances clean, there were 74.2% that had moderate efforts; 13,6% had bad efforts; and 12.2% had good efforts. The Chi-square test showed a p value of 0.001 (p<0.05). Conclusion: Most of the denture users were low-level educated, however, most of them had moderate efforts in keeping their dentures clean.Keywords: education level of society, maintenance efforts of denture appliances. Abstrak: Penggunaan gigi tiruan tidak hanya sebatas penggantian gigi yang hilang tetapi harus memperhatikan pemeliharaan kebersihannya agar tidak berdampak buruk bagi kesehatan rongga mulut. Pengetahuan yang baik dari masyarakat akan membentuk sikap positif dan diwujudkan melalui tindakan pemeliharaan gigi tiruan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan masyarakat terhadap upaya pemeliharaan gigi tiruan di Kelurahan Upai Kecamatan Kotamobagu Utara. Jenis penelitian ialah deskriptif analitik dengan desain potong lintang. Populasi penelitian yakni masyarakat pengguna gigi tiruan lepasan (GTL) di Kelurahan Upai Kecamatan Kotamobagu Utara sebanyak 155 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Analisis hasil penelitian digunakan uji statistic Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan 41,9% masyarakat kelurahan Upai memiliki tingkat pendidikan sedang, 47,1% memiliki tingkat pendidikan rendah, dan 11% memiliki tingkat pendidikan tinggi. Terdapat 74,2% memiliki upaya yang cukup dalam pemeliharaan gigi tiruan, 13,6% buruk, dan 12,2% baik. Hasil uji Chi Square mendapatkan p=0,001 (p<0,05). Simpulan:: Tingkat pendidikan masyarakat pengguna gigi tiruan umumnya tergolong rendah tetapi memiliki upaya yang cukup dalam pemeliharaan gigi tiruan. Juga terdapat pengaruh bermakna dari tingkat pendidikan masyarakat terhadap upaya pemeliharaan gigi tiruan. Kata kunci: tingkat pendidikan masyarakat, upaya pemeliharaan gigi tiruan.


e-GIGI ◽  
2015 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Rifon I. Mokodompit ◽  
Krista V. Siagian ◽  
P. S. Anindita

Abstract: Loss of teeth can be caused by various diseases such as caries and periodontal disease. Losing teeth can lead people to emotional impact as well as impaired functions of speaking, chewing, and aesthetics. The use of denture to replace missing teeth is important to avoid these impacts. This study aimed to determine patients’ perception as users of removable acrylic based denture in Kotamobagu. This was a descriptive study with a cross sectional design. Population were 203 users of removable acrylic based denture at dentist services in Kotamobagu. Samples were 67 respondents obtained by using Solvin formula and simple random sampling method. In this study we used questionnaire consisted of 25 questions. The results showed that the patient’s perception was in good category based on competence, access, needs, time, and budget.Keywords: patient’s perception, removable denture, dentist serviceAbstrak: Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh berbagai penyakit seperti karies dan penyakit periodontal. Kehilangan gigi dapat menimbulkan dampak emosional serta terganggunya fungsi bicara, pengunyahan, dan estetika. Penggunaan gigi tiruan untuk menggantikan gigi yang hilang penting dilakukan untuk menghindari dampak tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pasien pengguna gigi tiruan lepasan berbasis akrilik yang menggunakan jasa dokter gigi di Kotamobagu. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang. Populasi yaitu pasien pengguna gigi tiruan lepasan berbasis akrilik yang menggunakan jasa dokter gigi di Kotamobagu yang berjumlah 203 jiwa. Pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin menghasilkan 67 sampel, dan metode pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Studi ini menggunakan kuesioner yang berjumlah 25 pertanyaan. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan kompetensi, akses, kebutuhan, waktu, dan biaya persepsi pasien termasuk kategori baik.Kata kunci : persepsi pasien, gigi tiruan lepasan, jasa dokter gigi


e-GIGI ◽  
2016 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
. Jatuadomi ◽  
Paulina N. Gunawan ◽  
Krista V. Siagian

Abstract: Teeth are very important to human being. Tooth loss may caused by caries, periodontal diseases, and trauma. Tooth loss may influence the social activities. Treatment with dentures as a replacement for missing teeth is very important because it can improve the aesthetics, restore chewing mechanism, restore speech function, maintain or retain the tissue around oral cavity, maintain jaw relation, and improve the quality of human life. There are some factors that influence people to use denture, inter alia: aesthetics, social relation, function, education, and culture. This study aimed to determine the reason to use removable denture among patients of Dental Clinic Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. This was is a descriptive study with cross sectional design. There were 32 samples with removable dentures made in the Dental Clinic aged 17-70 years who filled the questionnaires. Data were processed and analyzed desriptively, and presented based on frequency distribution in tables. The results showed that the reasons of removable denture usage of patients were perception to substitute the missing teeth, appearance of not toothless, confidence restoration, and interaction with other people. Albeit, based on the social economics,the construction of denture need a lot of cost. Keywords: tooth loss, removable denture Abstrak: Gigi merupakan salah satu organ tubuh yang berperan penting bagi manusia. Terjadinya kehilangan gigi dapat disebabkan oleh karies, penyakit periodontal dan trauma. Kehilangan gigi dapat berpengaruh terhadap aktivitas sosial. Perawatan dengan pemakaian gigi tiruan sebagai pengganti gigi yang hilang sangat penting karna dapat memperbaiki estetik, mengembalikan mekanisme penguyahan, memulihkan fungsi bicara, memelihara atau mempertahankan jaringan sekitar mulut, relasi rahang dan meningkatkan kualitas hidup seseorang. Beberapa faktor yang memengaruhi masyarakat terhadap pemakaian gigi tiruan diantaranya estetik, sosial, fungsional, pendidikan dan faktor kebudayaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan pemakaian gigi tiruan lepasan pada pasien Poliklinik Gigi di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ini deskriptif dengan desain potong lintang. Sampel penelitian diperoleh dengan metode total sampling. Terdapat 32 pasien yang membuat gigi tiruan lepasan di Poliklinik Gigi, berusia 17-70 tahun, dan bersedia mengisi kuisioner. Data diolah dan dianalisis secara deskriptif kemudian disajikan berdasarkan distribusi frekuensi dalam bentuk tabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan pemakaian gigi tiruan lepasan pada pasien di Poliklinik Gigi berdasarkan persepsi yang paling sering muncul yaitu memakai gigi tiruan bisa menggantikan gigi yang hilang; berdasarkan penampilan yaitu tidak ingin terlihat ompong, mengembalikan rasa percaya diri serta agar tidak merasa malu berinteraksi dengan orang lain. Berdasarkan sosial ekonomi pembuatan gigi tiruan membutuhkan biaya yang besar.Kata kunci: kehilangan gigi, gigi tiruan lepasan


e-GIGI ◽  
2016 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Yuniar P. Panjaitan ◽  
Shane H. R. Ticoalu ◽  
Krista V. Siagian

Abstract: Full dentures are made for people with missing teeth entirely. One of the objectives of full denture usage is to improve and enhance the function of mastication. Mastication is a process of pulverizing food to be swallowed and digested. This study aimed to assess the mastication ability of patients with full denture made at Dental Hospital of the University of Sam Ratulangi Manado. This was a descriptive observational study with a cross sectional design. There were 56 respondents in this study obtained by using total sampling method. Respondents were patients with full dentures made at the Dental Hospital University of Sam Ratulangi during January 2014 - December 2015. The instrument consisted of questionnaires about mastication ability. Data were processed and analyzed descriptively then were presented in tables. The results showed that 60.71% of respondents had good ability of mastication. Conclusion: The mastication ability of patients with full denture at the Dental Hospital of the University of Sam Ratulangi was in good categoryKeywords: full denture, mastication, the ability of masticationAbstrak: Gigi tiruan penuh dibuat untuk penderita kehilangan gigi seluruhnya yang bertujuan antara lain untuk memperbaiki dan meningkatkan fungsi mastikasi. Mastikasi merupakan proses melumatkan makanan untuk ditelan dan dicerna. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kemampuan mastikasi pasien pengguna gigi tiruan penuh di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Terdapat 56 responden yang diperoleh dengan metode total sampling yaitu pasien yang membuat gigi tiruan penuh di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi periode Januari 2014-Desember 2015. Instrumen penelitian berupa kuesioner mengenai kemampuan mastikasi. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif kemudian disajikan berdasarkan distribusi dalam bentuk tabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60,71% responden memiliki kemampuan mastikasi yang baik. Simpulan: Kemampuan mastikasi pasien pengguna gigi tiruan penuh di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi dalam kategori baik.Kata kunci: gigi tiruan penuh, mastikasi, kemampuan mastikasi


2015 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 357-371 ◽  
Author(s):  
Paulo Roberto Barbato ◽  
Karen Glazer Peres

OBJECTIVE: To perform a systematic review regarding studies that investigated the association between contextual socioeconomic factors and tooth loss. METHODS: MEDLINE, Embase, and LILACS databases were searched and no language or date restrictions were applied for this research. The search was also carried out at the Brazilian Library of Theses and Dissertations (BDTD), with the objective of seeking unpublished studies. We evaluated the bibliographical and methodological characteristics of the studies, as well as the findings. RESULTS: We found 348 articles, out of which only 6 were included in this study after revision by 2 independent researchers. We also identified an unpublished thesis. In general, these results show that the socioeconomic context interferes in tooth loss. We found an association between the highest number of missing teeth with less favorable contextual variables, despite the weak evidence, due to the fact that all selected studies had a cross-sectional design. CONCLUSION: We suggest the standardization of outcome formats and exposures in order to favor the comparison between studies and their quantitative analysis.


e-GIGI ◽  
2018 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
Author(s):  
Charlene Pioh ◽  
Krista V. Siagian ◽  
Lydia Tendean

Abstract: Tooth loss is commonly found among elderly and have bad impact on the TMJ, mastication, aesthetics as well as speech function. Due to mastication disorder, the elderly tend to choose certain food which influences their nutritional status. This study was aimed to obtain the relationship between tooth loss and nutritional status based on BMI among the elderly at Kolongan Atas II, Sonder. This was an analytical descriptive study with a cross-sectional design. Population included elderly aged 60-65 years old at Kolongan Atas II, Sonder. Samples were obtained by using total sampling method. The results showed that there were 30 elderlies that fulfilled the inclusion criteria. Tooth loss more than ten teeth was most common among elderly with normal nutritional status followed by those with overweight. Meanwhile, there was no elderly with underweight. The relationship between the tooth loss and nutritional status was tested with the chi-square which resulted in P value of 0.597. Conclusion: There was no significant relationship between tooth loss and nutritional status among elderly at Kolongan Atas II, Sonder. The elderlies were advised to pay attention to their nutritional status and to use dentures for replacement of their missing teeth.Keywords: tooth loss, nutrient status, elderly Abstrak: Pada masa lansia sering terjadi kehilangan gigi yang menyebabkan gangguan TMJ, pengunyahan, estetik, dan fungsi bicara. Gangguan pengunyahan pada lansia menyebabkan kecenderungan memilih makanan tertentu yang dapat memengaruhi status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kehilangan gigi dengan status gizi berdasarkan IMT pada lansia di Desa Kolongan Atas II Kecamatan Sonder. Jenis penelitian ialah deskriptif analitik dengan desain potong lintang. Populasi penelitian ialah lansia berusia 60-65 tahun di Desa Kolongan Atas II Kecamatan Sonder sedangkan sampel diperoleh menggunakan metode total sampling. Hasil penelitian mendapatkan sebanyak 30 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Kehilangan gigi >10 gigi terbanyak pada lansia dengan gizi normal diikuti dengan gizi lebih. Tidak didapatkan lansia dengan gizi kurang. Hubungan antara kehilangan gigi dengan status gizi berdasarkan IMT diuji dengan uji chi square dan mendapatkan nilai P=0,597. Simpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara kehilangan gigi dengan status gizi pada lansia di Desa Kolongan Atas II Kecamatan Sonder. Disarankan agar para lansia untuk tetap memperhatikan asupan makanan agar dapat mempertahankan status gizi yang baik dan menggunakan gigi tiruan sebagai pengganti gigi yang hilang.Kata kunci: kehilangan gigi, status gizi, lansia


2013 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Niyan Nidyawati ◽  
Dinar A. Wicaksono ◽  
Joenda S. Soewantoro

Abstract: Knowledge has an important role in improving people’s behavior. Awareness of oral hygiene is essential for its good maintainance; therefore, prevention of oral diseases, improvement of immunity, reparation of oral functions and appetite can be achieved. In general, the elderly have a decline in their immune system, which makes them more susceptible to diseases, including oral diseases; thus, maintaining an oral hygiene status is very valuable. This study aimed to reveal the level of knowledge about oral hygiene, and the oral hygiene status among the elderly in Rurukan, East Tomohon. This was a descriptive study with a cross sectional design. Samples were obtained by using a total sampling method. Total samples were 71 elderly, but only 50 met the inclusion criteria. The results showed that 27 elderly had low levels of oral hygiene knowledge, while 23 elderly had good levels of knowledge. The status of oral hygiene was poor in 34 elderly, moderate in 13, and good in 3. Conclusion: Most of the elderly in Rurukan, East Tomohon, had low levels of oral hygiene knowledge and poor status of oral hygiene. Keywords: knowledge, oral hygiene, elderly.     Abstrak: Pengetahuan berperan penting dalam perkembangan perilaku seseorang. Pengetahuan yang baik mengenai kebersihan mulut sangat penting untuk mencegah penyakit gigi dan mulut, meningkatkan daya tahan tubuh, dan memperbaiki fungsi mulut untuk memperbaiki nafsu makan. Pada lanjut usia (lansia) terjadi penurunan daya tahan tubuh yang menyebabkannya rentan terhadap penyakit. Menjaga kebersihan mulut merupakan salah satu cara menjaga kondisi tubuh lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan dan kebersihan mulut pada masyarakat lansia di Kelurahan Rurukan Kecamatan Tomohon Timur. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan cross sectional design. Dengan metode total sampling diperoleh 71 sampel penelitian tetapi hanya 50 yang memenuhi kriteria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan kebersihan mulut masyarakat lansia masih sangat minim. Untuk tingkat pengetahuan mengenai kebersihan mulut diperoleh 27 orang lansia dengan tingkat pengetahuan kurang, sedangkan 23 lainnya dengan tingkat pengetahuan baik. Untuk status kebersihan mulut diperoleh 34 orang lansia dengan hasil buruk, 13 dengan hasil sedang, dan 3 dengan hasil baik. Simpulan: Sebagian besar masyarakat lansia di Kelurahan Rurukan Kecamatan Tomohon Timur memiliki tingkat pengetahuan kurang dan status kebersihan mulut buruk. Kata kunci: pengetahuan, kebersihan mulut, lansia.


e-GIGI ◽  
2019 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
Author(s):  
Kusuma Dewi ◽  
Krista V. Siagian ◽  
Vonny N. S. Wowor

Abstract: High rate of tooth loss in Indonesia indicates that oral health is still a problem. Ideally, people who lose teeth will replace the missing teeth with using denture but not in the reality. Many factors could influence the background of people’s decisions, including cost. The relatively expensive cost of denture becomes an obstacle if the community is faced to various other needs that must be fulfilled including basic needs. Economic status will take a great deal in making decision. This study was aimed to assess whether there was a relationship between economic status and the decision of not using denture among people at Kelurahan Teling Atas. This was a descriptive analytical study with a cross sectional design. Population consisted of people who had tooth loss but did not replace it with using denture as many as 123 people. Samples were 55 people obtained by using purposive sampling method. The instrument in this study was a questionnaire. The results showed that 38.2% of respondents had low economic status, 25.4% had medium economic status, and 36.4% had high economic status. Respondents with positive decisions of not using dentures related to the cost were 62.09%. The Pearson chi-square showed a p-value of 0.003. In conclusion, there was a significant relationship between economic status and decision to not using denture.Keywords: economic status, decision of using denture Abstrak: Tingginya angka kehilangan gigi di Indonesia menandakan bahwa kesehatan gigi dan mulut masih menjadi masalah. Idealnya masyarakat yang kehilangan gigi akan menggantikan gigi asli yang hilang dengan gigi tiruan, namun kenyataannya belum demikian. Banyak faktor yang melatarbelakangi keputusan masyarakat, antara lain faktor biaya. Biaya perawatan gigi tiruan yang relatif mahal menjadi kendala jika masyarakat diperhadapkan dengan berbagai alternatif kebutuhan yang harus dipenuhi, termasuk kebutuhan pokok. Status ekonomi dalam hal ini adalah daya beli masyarakat akan turut berperan dalam pengambilan keputusan dimaksud. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara status ekonomi dengan keputusan tidak menggunakan gigi tiruan pada masyarakat di Kelurahan Teling Atas. Jenis penelitian ialah deskriptif analitik dengan desain potong lintang. Populasi penelitian ini yaitu individu yang telah kehilangan gigi namun tidak menggantikannya dengan gigi tiruan, berjumlah 123 orang. Jumlah sampel sebesar 55 orang, diambil dengan metode purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menda-patkan responden dengan status ekonomi rendah sebesar 38,2%, status ekonomi menengah sebesar 25,4%, dan status ekonomi tinggi sebesar 36,4%. Responden dengan keputusan positif tidak menggunakan gigi tiruan terkait biaya sebesar 62,09%. Hasil uji statistik menggunakan Pearson chi square mendapatkan nilai p=0,003. Simpulan peneleitian ini ialah terdapat hubungan antara status ekonomi dengan keputusan tidak menggunakan gigi tiruan.Kata kunci: status ekonomi, keputusan menggunakan gigi tiruan


e-GIGI ◽  
2015 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Marsela Liwe ◽  
Christy N. Mintjelungan ◽  
Paulina N. Gunawan

Abstract: In children, caries occurs mostly at the age of 6 to 9 years. At the age of 6 years permanent molar teeth begin to erupt, therefore, they are more susceptible to caries. Moreover, at the age of 9 years, a period of mingled teeth where the number of permanent teeth and of the milk teeth are nearly the same. This study aimed to obtain the prevalence of dental caries of the first permanent molar among students of elementary schools in South Tomohon. This was a descriptive study with a cross-sectional design. The population of this study was 72 students aged 6-9 years old. Samples were obtained by using total sampling method. Primary data were obtained by examination of the teeth and mouth. The results showed that the prevalence of caries among students of elementary schools in South Tomohon was 68.1% (49 students). Based on gender, caries were most frequent among males (68.4%). Based on age, caries were most frequent among students of 8 years old (79.2%). Based on tooth element, tooth 36 had the highest incidence of caries (37.2%). Based on the severity of caries, dentine caries was the most frequent (46.51%).Keywords: dental caries, the first permanent molarAbstrak: Karies merupakan penyakit yang banyak menyerang anak-anak terutama umur 6 sampai 9 tahun. Pada umur 6 tahun gigi molar permanen sudah mulai tumbuh sehingga lebih rentan terkena karies dan umur 9 tahun merupakan periode gigi bercampur dimana jumlah gigi permanen dan gigi sulung dalam rongga mulut hampir sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi karies gigi molar satu permanen pada anak di SD kecamatan Tomohon Selatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional dengan pendekatan potong lintang. Populasi penelitian yaitu anak umur 6 - 9 tahun di SD kecamatan Tomohon Selatan dengan jumlah 72 orang. Sampel penelitian digunakan total sampling. Metode pengambilan data secara primer yaitu dengan pemeriksaan gigi dan mulut. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi karies pada anak-anak di SD kecamatan Tomohon Selatan mencapai 68,1% dengan jumlah 49 anak. Berdasarkan jenis kelamin angka kejadian karies tertinggi didapatkan pada anak laki-laki mencapai 26 anak (68,4%). Berdasarkan usia angka kejadian karies tertinggi didapatkan pada usia 8 tahun mencapai 19 anak (79,2%). Berdasarkan elemen gigi, gigi 36 merupakan yang paling tinggi angka kejadian kariesnya yaitu 32 gigi (37,2%) dan berdasarkan tingkat keparahan karies kejadian karies dentin yang paling tinggi yaitu mencapai 40 gigi (46,51%).Kata kunci: karies gigi, molar satu permanen


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document