scholarly journals PENGARUH LOCUS OF CONTROL (LOC) TERHADAP QUALITY OF LIFE (QOL) PADA PASIEN DIABETES MELITUS (DM) TIPE II DI RSUD KOTA MAKASSAR TAHUN 2018

2019 ◽  
Vol 14 (4) ◽  
pp. 352-357
Author(s):  
Hadisa Kuniyo ◽  
Yusran Haskas ◽  
Syaipuddin Syaipuddin

Diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif yang dilatar belakangi oleh resistensi insulin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh locus of control (LOC) terhadap quality of life (QOL) pada pasien Diabetes Melitus tipe II di RSUD Kota Makassar. Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey analitik dengan metode cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling, didapatkan 37 responden sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data yang telah dikumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer program microsoft excel dan program statistik (SPSS) versi 22.0. Analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan uji chi-squere (a=0.05) untuk mengetahui hubungan antar variabel. Hasil analisis bivariat didapatkan Pengaruh locus of control terhadap quality of life pada pasien Diabetes Melitus tipe II (ρ=0.038). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada Pengaruh locus of control (LOC) terhadap quality of life (QOL) pada pasien Diabetes Melitus tipe II di RSUD Kota Makassar. Disarankan pada penderita Diabetes Melitus (DM) tipe II dianjurkan untuk melakukan pencegahan dengan melakukan aktivitas secara rutin dan memperbanyak aktivitas di rumah. Selain itu melakukan kontrol gula darah secara rutin.

2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 402
Author(s):  
Iskim Luthfa ◽  
Nurul Fadhilah

<p><em>People with diabetes mellitus are at risk of developing complications, so that it affects the quality of life. These complications can be minimized through self-care management. This study aims to determine the relationship between self management with the quality of life for people with diabetes mellitus. This research is a kind of quantitative research with correlation study. This research used cross sectional design. The sampling technique uses non probability with estimation consecutive sampling. The number of respondents in this research are 118 respondents. Instrument for measuring self management used diabetes self management questionnaire (DSMQ), and instruments to measure quality of life used quality of life WHOQOL-BREEF. The data obtained were processed statistically by using spearman rank test formula and p value of 0,000 There is a significant relationship of self management with the quality of life of people with diabetes mellitus.</em></p><p> </p><p><em>Penderita </em><em>Diabetes mellitus </em><em>beresiko mengalami komplikasi yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Komplikasi tersebut dapat diminimalkan melalui manajemen perawatan diri (self management). Penelitian ini bert</em><em>ujuan </em><em>untuk</em><em> menganalisis hubungan self management dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus. </em><em>Jenis p</em><em>enelitian ini </em><em>adalah</em><em> deskriptif korelasi</em><em> dengan desain cross sectional</em><em>. Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability </em><em>sampling </em><em>dengan pendeka</em><em>t</em><em>an consecutive sampling</em><em>.</em><em> </em><em>J</em><em>umlah </em><em>sampel sebanyak</em><em> </em><em>118 responden.</em><em> </em><em>Instrumen </em><em>penelitian </em><em>untuk mengukur self management </em><em>menggunakan</em><em> </em><em>diabetes self management questionnaire</em><em> (DSMQ), </em><em>dan instrumen untuk mengukur kualitas hidup menggunakan </em><em>quality of life </em><em>WHOQOL-BREEF.</em><em> Analisis data menggunakan spearman rank dan didapatkan hasil nilai </em><em>p value 0,000</em><em> dan r 0,394.Terdapat </em><em>hubungan </em><em>antara </em><em>self management</em><em> dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus</em><em> dengan arah korelasi positif.</em></p>


2017 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 132
Author(s):  
Reny Chaidir ◽  
Ade Sry Wahyuni ◽  
Deni Wahyu Furkhani

Indonesia merupakan daerah terbanyak nomor dua penderita diabets melitus di kawasan Asia Tenggara dengan angka kejadian sebesar 9,116.03 kasus. Puskesmas Tigo Baleh angka kunjungan penderita diabetes melitus pada tahun 2015 mengalami peningkatan yaitu sebesar 408 kunjungan. Pasien diabetes melitus rentan mengalami komplikasi yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah. Peningkatan kadar gula darah dapat dicegah dengan melakukan <em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">terdiri dari pengaturan diet, olah raga, terapi obat, perawatan kaki, dan pemantauan gula darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan </span><em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus. Penelitian ini menggunakan pendekatan </span><em style="font-size: 10px;">cross sectional </em><span style="font-size: 10px;">yang dilakukan terhadap 89 orang responden dengan menggunakan teknik </span><em style="font-size: 10px;">simple random sampling</em><span style="font-size: 10px;">. Pengumpulan data menggunakan kuesioner </span><em style="font-size: 10px;">The Summary of Diabetes Self-Care Activities (SDSCA) </em><span style="font-size: 10px;">dan kuesioner </span><em style="font-size: 10px;">The Diabetes Quality of Life Brief Clinical Inventory</em><span style="font-size: 10px;">. Hasil penelitian ini menggunakan uji </span><em style="font-size: 10px;">product moment </em><span style="font-size: 10px;">(</span><em style="font-size: 10px;">pearson correlation</em><span style="font-size: 10px;">), diperoleh nilai r = 0.432. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara </span><em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh yang berbanding lurus dan memiliki tingkat korelasi yang sedang. Terdapat faktor yang mempengaruhi korelasi dengan kualitas hidup. Diharapkan agar pasien diabetes melitus dapat meningkatkan aktivitas </span><em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">sehingga dapat menjalankan kehidupan secara normal.</span>


Author(s):  
Nur Wahyuni Munir ◽  
Nur Faidah Munir ◽  
Syahrul Syahrul

Introduction: Self-efficacy in the self-management of DM patients, consisting of diet, physical activity, glycemic control, medication, and foot care. The purpose of this study was to determine the relationship of self-efficacy with the quality of life of patients with type 2 diabetes mellitus in the Internal Polyclinic Room of the Makassar City Regional General Hospital. Methods: This research used analytic survey with cross sectional design. The study was conducted in the Internal Polyclinic Room of the Makassar City General Hospital in 40 DM patients with accidental sampling technique. The research instruments on the variable self-efficacy used a questionnaire consisting of 15 questions and the variable of quality of life used the WHOQOL-BREF questionnaire consisting of 26 questions. Data analysis used Fisher's Exact Test. Results: A total of 6 respondents had good self-efficacy and 66.7% had a good quality of life. As for the 34 respondents with poor self-efficacy, there were 88.2% who had poor quality of life. The test results showed that there was a significant relationship between self-efficacy and the quality of life of patients with type 2 DM in the internal polyclinic of Makassar City Regional General Hospital (p-value = 0.01). Conclusion: The better the respondent's self-efficacy, the better the quality of life, and vice versa. Nurses can begin the nursing process by assessing the patient's level of self-efficacy, then proceed with providing education related to DM self-management as an intervention that can be integrated into nursing services. Keywords: self-efficacy; quality of life; diabetes mellitus ABSTRAK Pendahuluan: Self-efficacy pada manajemen diri pasien DM, terdiri dari diet, aktifitas fisik, kontrol glikemik, pengobatan, dan perawatan kaki. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan self-efficacy dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2 di Ruang Poliklinik Interna Rumah Sakit Umum Daerah Kota Makassar. Metode: Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di Ruang Poliklinik Interna Rumah Sakit Umum Daerah Kota Makassar pada 40 pasien DM dengan teknik accidental sampling. Instrumen pengumpulan data pada variabel self-efficacy menggunakan kuesioner yang terdiri dari 15 pertanyaan dan variabel kualitas hidup menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF yang terdiri dari 26 pertanyaan. Analisis data menggunakan Fisher Exact Test. Hasil: Sebanyak 6 responden memiliki self-efficacy yang baik dan 66,7% memiliki kualitas hidup yang baik. Adapun dari 34 responden dengan self-efficacy yang buruk, terdapat 88,2% yang memiliki kualitas hidup kurang. Hasil uji menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara self-efficacy dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 di ruangan poliklinik interna Rumah Sakit Umum Daerah Kota Makassar (p-value = 0,01). Kesimpulan: Semakin baik self-efficacy responden, maka kualitas hidupnya juga semakin baik, demikian pula sebaliknya. Perawat dapat memulai proses keperawatan dengan mengkaji tingkat self-efficacy pasien, kemudian dilanjutkan dengan memberikan edukasi terkait manajemen diri DM sebagai sebuah intervensi yang dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan keperawatan. Kata kunci: self-efficacy; kualitas hidup; diabetes melitus


2018 ◽  
pp. 243-247
Author(s):  
Sidik Awaludin ◽  
Anissa Cindy Nurul Afni ◽  
Wiwik Sekarwati

ABSTRAK Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian terbesar di dunia. Penatalaksanaannya diantaranya dengan pembedahan seperti Coronarry Artery Bypass Graft (CABG). Tindakan CABG dapat menimbulkan kecemasan disetiap tahapannya. Kecemasan dapat menjadi hambatan penyesuaian psikologis pada pasien jantung dan akan menghambat pemulihan fisik yang berdampak pada kualitas hidup. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kecemasan dengan kualitas hidup pasien post CABG. Penelitian ini dilakukan di Ruang Rehabilitasi Jantung Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta. Desain penelitian Desain penelitian ini yaitu cross sectional dengan jumlah sampel 25 pasien. Teknik sampling menggunakan consecutive sampling. Hasil penelitian ini ada hubungan yang bermakna antara kecemasan dan kualitas hidup pasien post CABG di Ruang Rehabilitasi Jantung RSJPD Harapan Kita Jakarta (p value 0.001).   Kata kunci: CABG, kecemasan, kualitas hidup     ABSTRACT Coronary heart diseases is the biggest cause of death in the world. One of its management is by surgery such as Coronarry Artery Bypass Graft (CABG). CABG prosedure can cause anxiety at every stage. Anxiety can be a barrier to psychological adjustment in heart patients and will inhibit physical recovery that impact on quality of life. The purpose of this study to determine the relationship of anxiety with the quality of life of post-CABG patients. The study was conducted in the heart hehabilitation room of RSJPD Harapan Kita. Research design of this study is cross sectional with a sample of 25 patients. The sampling technique uses consecutive sampling. The results of this study there is a significant relationship between anxiety and quality of life of post-CABG patients in the heart rehabilitation room RSJPD Harapan Kita Jakarta (p value 0.001).   Keywords: CABG, anxiety, quality of life  


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Manik Elisa Putri

ABSTRAKLatar Belakang : Quality of Life (QoL) atau Kualitas hidup pasien dengan ulkus kakik diabetes melitus lebih buruk, daripada pasien dengan Diabetes Melitus (DM) tanpa ulkus kaki dalam populasi umum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran Quality of Life (Kualitas hidup) pada pasien dengan ulkus kaki diabetes melitus (Diabetic Foot Ulcer / DFU) di Bali.Metode : Desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampel direkrut menggunakan convenience sampling yang melibatkan pasien dengan ulkus kaki diabetes melitus (Diabetic Foot Ulcer / DFU) dengan total sampel yang melibatkan 201 orang responden. yang dilakukan di ruangan department rawat jalan bedah Rumah Sakit Wangaya serta klinik perawatan luka di Bali Indonesia. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner Diabetic Foot Ulcer Scale-Short Form (DFS-SF) dan Independent t-test digunakan untuk memahami gambaran kualitas hidup antara perempuan dan laki-laki dengan DFU. Penelitian ini sudah mendapatkan ijin etik oleh komite etik Universitas Udayana.Hasil : Karakteristik responden perempuan (n= 103; 51.2%), dan laki-laki (n= 98; 48.8%). Kualitas hidup sebagian besar memiliki kualitas hidup rendah yang buruk yaitu (<50)(n=133; 66.2%), dan kualitas hidup yang lebih baik yaitu (> 50)[n=68; 33.8%]. Skor rata-rata kualitas hidup pada pasien dengan DFU 42.4±15.5.Kesimpulan: Laki-laki dan perempuan pada pasien dengan ulkus kaki diabetes melitus menunjukkan kualitas hidup perempuan lebih rendah daripada laki-laki dengan diabetes melitus (DFU). Keluarga diharapkan tetap memotivasi dan mendukung pasien agar dapat berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan atau kegiatan positif lainnya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat, Pasien dengan ulkus kaki diabetes melitus, baik laki-laki maupun perempuan merupakan suatu hal yang perlu kita perhatikan.  Kata Kunci : Ulkus Kakik Diabetes Mellitus, Jenis kelamin, dan Kualitas Hidup  ABSTRACTBackground: Quality of Life (QoL) or Quality of Life of patients with diabetic ulcer diabetes is worse, than patients with Diabetes Mellitus (DM) without foot ulcers in the general population. The purpose of this study was to study the description of Quality of Life (quality of life) in patients with Diabetic Foot Ulcer (DFU) in Bali. Methods: Descriptive design by discussing cross sectional. Sampling techniques were recruited using convenience sampling involving diabetic foot ulcer patients with diabetes mellitus (DFU) with a total sample involving 201 respondents. Performed in the Wangaya Hospital surgical outpatient room and wound care in Bali Indonesia. Data were collected using a Diabetic Foot Ulcer Scale-Short Form (DFS-SF) questionnaire and Independent t-test was used to collect assessments of quality of life between women and men with DFU. Udayana University Ethics Committee.Results: Characteristics of female respondents (n = 103; 51.2%), and male (n = 98; 48.8%). Quality of life mostly has a low quality of life that is poor (<50) [n = 133; 66.2%], and a better quality of life (> 50) [n = 68; 33.8%]. The mean score of quality of life was 42.4±15.5. Conclusion: Male and female patients with diabetes mellitus foot ulcers show a lower quality of life for women than men with diabetes mellitus (DFU). Families are expected to continue to motivate and support patients to participate in religious activities or other positive activities.Keywords: diabetic foot ulcer, gender, and quality of life


2019 ◽  
Vol 51 (2) ◽  
pp. 107-111
Author(s):  
Vincensius Hans Kristian Pratama ◽  
Alwi Shahab ◽  
Nita Parisa

Kualitas hidup merupakan persepsi seseorang tentang dirinya sendiri dalam kaitannya dengan sistem tata nilai di tempat dirinya tinggal yang dapat dipengaruhi banyak faktor, seperti tingkat kemandirian. Tingkat kemandirian berbanding lurus dengan kualitas hidup. Tingkat kemandirian yang baik dapat mengoptimalkan kualitas hidup, serta mencegah komplikasi akut dan kronis dari penyakit diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat kemandirian dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini adalah studi analitik observational dengan rancangan cross sectional. Sampel adalah pasien diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam dan Instalasi Rawat Inap di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang bulan November-Desember 2018. Sampel penelitian ini berjumlah 50 kasus. Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.Dari 50 kasus pasien DM tipe 2 didapatkan penderita laki-laki berjumlah 27 orang (54%) dan perempuan 23 orang (46%), kelompok usia di bawah 40 tahun sebanyak 3 orang (6%), kelompok usia 40-50 tahun sebanyak 12 (24%), kelompok usia 50-60 tahun sebanyak 13 orang (26%)kelompok usia diatas 60 tahun sebanyak 22 orang (44%). Hasil uji Chi-square terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat kemandirian dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2 yang dinyatakan dalam p value=0.011. Hasil odd ratio pada pasien diabetes melitus tipe 2 menyatakan bahwa kemungkinan terjadi peningkatan kualitas hidup 5,271 kali lebih besar pada pasien yang bertingkat kemandirian baik. Tingkat kemandirian juga merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup (CI 95% = 1,380-20,138).Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kemandirian dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 70
Author(s):  
Erna Suwanti ◽  
Sulistyo Andarmoyo ◽  
Lina Ema Purwanti

Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang memerlukan terapi dan perawatan jangka panjang bahkan menyertai seumur hidup penderita. Berbagai komplikasi dapat terjadi bila kadar gula darah tidak terkontrol dengan baik. Dari komplikasi yang terjadi akan berdampak pada kualitas hidup penderita. Dukungan keluarga sangat diperlukan  bagi kelangsungan hidup penderita Diabetes Melitus, sehingga dengan dukungan keluarga yang baik diharapkan penderita Diabetes Melitus mempunyai kualitas hidup yang baik pula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus tipe 2 di poli rawat jalan Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Madiun. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Teknik sampling yang digunakan  purposive sampling.  Sampel yang digunakan sejumlah 86 responden yang merupakan pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang berkunjung di poli penyakit dalam Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Madiun. Instrumen penelitian menggunakan 3 kuisioner, yakni kuisioner demografi responden, kuisioner dukungsn keluarga dan kuisioner DQOL (Diabetes Quality Of Life). Analisis hipotesis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus tipe 2 di poli penyakit dalam Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Madiun dengan p value = 0.000 (<0,05) dan nilai keeratan hubungan cukup kuat (0,463). Kesimpulan dari penelitian ini adalah dukungan keluarga dalam bentuk dukungan penghargaan, emosional, instrumental, dan informasi sangat penting dalam membantu meningkatkan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus tipe 2 di poli penyakit dalam Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Madiun.


2011 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 220 ◽  
Author(s):  
Walkíria Gomes da Nóbrega ◽  
Gabriela de Sousa Martins Melo ◽  
Isabelle Katherinne Fernandes Costa ◽  
Daniele Vieira Dantas ◽  
Eurides Araújo Bezerra de Macêdo ◽  
...  

ABSTRACTObjective: to verify changes in the quality of life (QL) of clinic patients with venous ulcers (VU) in the clinic of a University Hospital in Natal city/RN, Northeast of Brazil. Method: this is about a cross-sectional, descriptive study, from quantitative approach, conducted with 50 patients with VU treated at the vascular clinic of a university hospital in Natal / RN. The study was approved by the Ethics Committee of the UFRN (No. 279/09). Data collection was performed in two months by implementing means of a structured form concerning data of socio-demographic, health, clinical and care of the patient. The data were categorized in the Microsoft Excel and processed by SPSS 15.0 by descriptive and inferential statistics. Results: the respondents have experienced discrimination of society, showed changes in quality of life after the occurrence of ulcer in relation to leisure and pain; social restriction; education and transportation; employment restrictions, financial and social progression; physical appearance and discrimination; restriction of home activity. By comparing these changes with the time of injury, it was observed that the time of injury influences the change in QL (ρ = 0.000). Conclusion: Identified that several socio-demographic factors, clinical and care are influenced by UV, reflecting on the QL of patients. Thus, denoting that the more chronic the injury is more negative changes occur in their QL. Descriptors: quality of life; venous ulcers; nursing.RESUMOObjetivo: verificar as alterações na qualidade de vida (QV) de portadores de úlcera venosa (UV) atendidos no ambulatório de um Hospital Universitário em Natal/RN. Método: estudo transversal, descritivo, quantitativo, realizado com 50 portadores de UV atendidos no ambulatório de angiologia de um hospital universitário em Natal/RN. Obteve parecer favorável do Comitê de Ética da UFRN (nº 279/09). A coleta de dados foi realizada em dois meses, através da aplicação de formulário estruturado contendo dados sócio-demográficas, de saúde, clínicas e assistenciais do paciente. Os dados foram categorizados no Microsoft Excel e processados no SPSS 15.0 através de estatística descritiva e inferencial. Resultados: os pesquisados sofreram discriminação da sociedade, apresentaram mudanças na qualidade de vida após o surgimento da úlcera em relação ao lazer e dor; restrição social, escolar e de locomoção; restrição laboral, financeira e de progressão social; aparência física e discriminação; restrição de atividade doméstica. Ao comparar essas mudanças com o tempo de lesão, observou-se que o este influencia na mudança da QV (ρ=0,000). Conclusão: identificou-se que diversos fatores sócio-demográficos, clínicos e assistenciais sofrem influência da UV, refletindo na QV dos pacientes. Dessa forma, denota-se que quanto mais crônica for a lesão mais mudanças negativas ocorrerão em sua QV. Descritores: qualidade de vida; úlcera venosa; enfermagem.RESUMENObjetivo: verificar cambios en la calidad de vida de los pacientes con úlcera venosa (UV) el un ambulatorio de un hospital universitario en Natal/RN. Método: estudio transversal, descriptivo, con enfoque cuantitativo, realizado con 50 pacientes portadores de UV atendidos en el sector de angiología en un hospital universitario en Natal/RN. Fue aprobado por el Comité de Ética de la UFRN (N º 279/09). La colección de datos se realizó en dos meses mediante la aplicación de un formulario estructurado sobre datos socio-demográficos, de salud, atención clínica y del paciente. Los datos fueron categorizados en Microsoft Excel y procesados utilizando el paquete estadístico SPSS 15.0 por estadística descriptiva y inferencial. Resultados: los encuestados sufren discriminación de la sociedad, revelando cambios en la calidad de vida después de la aparición de la úlcera en relación con el ocio y dolor; restricción social, escuela,  locomoción; restricción de empleo, financiera y progresión social; apariencia física; discriminación y la restricción de las tareas domésticas. Al comparar estos cambios con el tiempo de la lesión, se observó que el momento de la lesión influye en el cambio de la calidad de vida (ρ = 0,000). Conclusión: se identificaron que varios factores socio-demográficos, clínicos y de la asistencia que están influenciados por las úlceras venosas, que reflejan la calidad de vida de los pacientes. Así, cuanto más crónico es la lesión más modificaciones negativas se producen en la calidad de vida. Descriptores: calidad de vida; úlceras venosas; enfermería. 


2018 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Juliandi Harahap ◽  
Lita Sri Andayani

Jumlah penduduk usia diatas 60 tahun diperkirakan akan terus meningkat, pada tahun 2025 diperkirakan mencapai jumlah 36 juta. Peningkatan populasi lansia ini diikuti oleh peningkatan risiko untuk menderita penyakit degeneratif yang dapat mempengaruhi status kesehatan dan kualitas hidup lansia. Penelitian cross sectional study pada 100 orang lansia yang diambil dengan teknik consecutive sampling ini, untuk menilai pola penyakit degeneratif melalui pemeriksaan skrining dan menilai tingkat kepuasan serta kualitas hidup lansia berdasarkan kuesioner kualitas hidup WHO WHOQoL-BREF. Penelitian ini dilakukan di Posyandu Lansia di Kecamatan Medan Amplas. Penyakit yang dijumpai pada lansia menunjukkan lansia mengalami hipertensi sebanyak 69%, hipercholesterolemia 55%, diabetes mellitus 20%, hiperurisemia 20% dan proteinuria 13%. Di masa usia lanjut ini berbagai penyakit dapat mengenai lansia, 16% lansia mengidap paling sedikit 3 jenis penyakit, 31% lansia mengidap 2 jenis penyakit dan 33% lansia yang hanya terkena 1 jenis penyakit. Meskipun demikian, tingkat kepuasan mereka terhadap kesehatannya cukup baik, dimana hanya 21% yang menyatakan kurang puas dengan kesehatannya. Penilaian kualitas hidup secara umum, 63% lansia menyatakan kualitas hidupnya biasa-biasa saja, 28% lansia merasa kualitas hidupnya baik dan hanya 8% yang menyatakan kualitas hidupnya buruk. Umumnya lansia mengalami hipercholeterolemia dan hipertensi, dan paling sedikit rata-rata lansia mengidap 2-3 jenis penyakit degeneratif, meskipun demikian mayoritas lansia menyatakan kualitas hidupnya relatif baik. Kelompok lansia merupakan kelompok yang berisiko untuk mengalami penyakit degeneratif. Untuk itu diperlukan upaya promotif dan preventif untuk meningkatkan kesadaran lansia dalam mengantisipasi penyakit tersebut. The number of people aged over 60 years is projected to grow and estimated to reach 36 million in 2025. The increase in the elderly population is associated with the increase of risk of suffering from degenerative disease that can affect the health status and quality of life of the elderly. A cross-sectional study of 100 elderly was taken with consecutive sampling technique to assess the patterns of degenerative disease through screening examinations, the level of satisfaction, and quality of life of the elderly based on WHO WHOQoL-BREF quality of life questionnaire. This research was conducted at the Elderly Posyandu (Integrated Health Service Post) in Medan Amplas sub-district. The results showed that 69% of the elderly suffered from hypertension, 55% suffered from hyperlipidemia, 20% suffered from diabetes mellitus, 20%  suffered from hyperuricemia, and 13% suffered from proteinuria. In this advanced age various diseases can affect the elderly, 16% of the elderly suffered from at least 3 types of diseases, 31% of the elderly suffered from 2 types of diseases and 33% of the elderly only suffered from one disease. Nevertheless, their levels of satisfaction with their health were quite good. 21% of the elderly were not satisfied with their health. The assessment of quality of life in general showed that 63% of the elderly stated that their quality of life was mediocre, 28% of the elderly felt that their quality of life was good and only 8% stated that their quality of life was poor. Generally, elderly suffered from hyperlipidemia and hypertension, and the elderly suffered from at least 2-3 types of degenerative joint diseases. However, the majority of elderly stated that their quality of life was relatively good. Because elderly has a high risk of degenerative diseases,it is imperative that  promotive and preventive programs be established to increase the awareness of disease occurence.


2018 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 17-26
Author(s):  
Ice Yulia Wardani ◽  
Fajar Apriliana Dewi

Skizofrenia merupakan sekumpulan gejala atau sindrom yang dapat menyebabkan masalah kejiwaan yang sangat serius. Stigma diri muncul akibat efek negatif penilaian orang lain terhadap pasien Skizofrenia sehingga mengakibatkan penurunan kemampuan kerja, fungsi sosial, harga diri, dan harapan. Kualitas hidup pasien Skizofrenia erat kaitannya dengan disabilitas yang dialaminya berupa perubahan kognitif dan persepsi dalam menjalani kehidupan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas hidup pasien skizofrenia melalui stigma diri. Desain penelitian ini adalah descriptive corelative dengan pendekatan cross sectional, sampel 92 responden yang dipilih menggunakan teknik consecutive sampling. Analisis uji statistik menggunakan correlation test. Hasil dari penelitian adalah ada hubungan antara stigma diri dengan kualitas hidup pasien Skizofrenia dengan korelasi negatif (r= -0,568, p= 0,00). Level stigma diri termasuk kedalam klasifikasi stigma tinggi dan klasifikasi kualitas hidup yang rendah. Penelitian ini merekomen-dasikan pelaksanaan intervensi keperawatan yang berorientasi pada pasien berupa pencegahan stigma negatif dan peningkatan kualitas hidup.   Abstract Quality of Life Schizophrenia Patients Treated Through Self Stigma. Schizophrenia is a syndrome that could induce seriously psychology problems. Self stigma can induce because of consequence of negative stereotype in patients with Schizophrenia with the result that diminished ability to work, social function, self-esteem and hope. Quality of life in patients with Schizophrenia related to disability because of impaired cognitive and perception in their life. This study was conducted to correlation between self stigmawith quality of life in patients Schizophrenia. Methodology use descriptive correlative with cross sectional study, used 92 patients with a diagnosis of Schizophrenia and used consecutive sampling. Statistical analysis test using correlation test. Result this study, there is significance correlation between self stigma and quality of life (p= 0.00 < 0.005) (r= -0.865). The level of self stigma of patients with schizophrenia was determined to be high, and the self stigma had a negative impact on the quality of life.  This study recommends the implementation of patient oriented nursing interventions in the form of prevention of negative stigma and improvement of quality of life Keywords: internalized stigma, quality of life, Schizophrenia


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document