scholarly journals PEMBERIAN DAN PERILAKU MAKAN PADA BALITA STUNTING DAN NON-STUNTING DI PUSKESMAS PERAWATAN MEKARSARI

Author(s):  
Novita Wahyuni ◽  
Reny Noviasty ◽  
Annisa Nurrachmawati

Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi di negara berkembang. Prevalensi kejadian stunting di Kalimantan Timur mencapai 30,6%, sedangkan prevalensi di Kota Balikpapan mencapai 30,3% pada tahun 2019. Salah satu faktor yang memengaruhi stunting adalah keluarga terutama orang tua dalam hal pola asuh anak. Pola asuh anak tersebut berupa pola pemberian makan dan perilaku makan anak yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang diterima oleh anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian dan perilaku makan anak terhadap kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Mekarsari Balikpapan. Penelitian ini adalah studi case control dengan rasio kasus kontrol sebesar 1:1 dengan total sampel 54 responden, yaitu 27 balita yang terkategori stunting dan 27 balita yang terkategori tidak stunting. Instrumen yang digunakan Child Feeding Questionnaire (CFQ), Child Eating Behaviour Questionnaire (CEBQ) dan data sekunder hasil pengukuran antropometri. Analisis data menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan (CI) 95%. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh antara pemberian makan (nilai p = 0,003) dan perilaku makan anak (nilai p = 0,000) dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan. Kedua variabel merupakan faktor protektif dari terjadinya stunting (OR < 1). Disimpulkan pemberian dan perilaku makan anak berpengaruh terhadap terjadinya stunting. Oleh karenanya diperlukan pelatihan terhadap orang tua melalui posyandu dan Bina Keluarga Balita terkait pemberian dan perilaku makan anak.

2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 39-44
Author(s):  
Ermawati Ermawati ◽  
Hafni Bachtiar

Prolap organ panggul merupakan kondisi yang mempengaruhi kualitas hidup wanita. Prolaps organ panggul ini dapat disebabkan oleh perlukaan sewaktu proses persalinan, proses penuaan, komposisi jaringan pada seorang wanita, batuk- batuk kronis, atau sering melakukan pekerjaan berat. Pengenalan dini prolaps terkait dengan prognosis pemulihan anatomik dan fungsional organ panggul. Hingga kini, penerapannya dalam dunia klinis belum banyak sehingga pelatihan dan pembelajaran lebih lanjut tentang pelvic organ prolapse quantification (POPQ) jelas diperlukan. Penelitian ini dilakukan dengan metode case control study di polikilinik Obgin RSUP. Dr. M. Djamil Padang mulai bulan September 2013 sampai jumlah sampel terpenuhi sebanyak 98 orang. Dengan 49 orang kelompok kontrol dan 49 orang kelompok kasus .Analisis dilakukan untuk menilai hubungan usia, paritas, pekerjaan dan indek massa tubuh dengan kejadian prolap organ panggul berdasarkan skor POPQ. Data disajikan dalam bentuk tabel. Data diuji dengan t test dan chi square test. Jika p<0,05 menunjukan hasil yang bermakna. Terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian prolap organ panggul dengan (p<0,05) dan OR 27,871.terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian prolap organ panggul dengan (p<0,05) dan OR 52,970.Dari analisa statistik pekerjaan tidak bisa di uji secara statistik.indek massa tubuh tidak terdapat hubungan yang bermakna terhadap kejadian prolap organ panggul.(p>0,05)


2016 ◽  
Vol 35 (4) ◽  
pp. 322-327
Author(s):  
Presilia Jesica ◽  
Nur Hilal ◽  
Khomsatun Khomsatun

Dermatitis merupakan peradangan kulit sebagai respon terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan seperti polutan dan alergen-alergen. Data Dinas Kesehatan Banyumas Tahun 2015 kasus Dermatitis tertinggi Kecamatan Patikraja 1.358 pasien. Bulan Nopember tahun 2015, pasien Dermatitis tertinggi 138 orang di Desa Kedungrandu. Wilayah Desa Kedungrandu merupakan lokasi Tempat Pembuangan Akhir Gunung Tugel dimana tempat pembuangan akhir gunung tugel merupakan yang terbesar di Banyumas. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan jenis sumber air dan personal hygiene dengan kejadian Dermatitis  Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan case control dengan 27 responden kasus dan 27 responden kontrol. Variabel penelitian ini sarana sumber air dan personal hygiene yang terdiri dari perilaku mandi, perilaku berpakaian dan perilaku tidur. Analisis menggunakan analisis SPSS versi 1.7 dengan uji chi-square dengan α 0,05. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang memiliki hubungan dengan kejadian penyakit Dermatitis adalah jenis sumber air dengan nilai p value= 0,001, personal hygiene merupakan variabel yang tidak mimiliki hubungan dengan kejadian penyakit Dermatitis di Desa Kedungrandu dengan hasil nilai p value= 1,000. Kesimpulan penelitian yaitu jenis sumber air dapat menjadi salah satu faktor penyebab Dermatitis di Desa Kedungarandu. Peneliti menyarankan dari pihak puskesmas meningkatkan kerja sama dengan pemerintah desa untuk melakukan penyuluhan dan meningkatkan program kesehatan lingkungan.


2018 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 21-29
Author(s):  
Lina Marlina
Keyword(s):  

ABSTRAK Usia menikah yang terlalu muda mengakibatkan ibu belum siap dalam mengasuh balita karena kurangnya kematangan ibu dalam mengasuh balita, sehingga pola asuh anak juga sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Dampak dari pola asuh otoriter terhadap anak adalah anak menjadi penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, keperbadian yang lemah, cemas dan menarik diri. Dampak dari pola asuh permisif membuat anak-anak yang agresif tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, serta kurang percaya diri. Desa Karangresik merupakan desa yang paling tinggi angka kejadian pernikahan dini dari Desa yang lainnya di Kecamatan Jamanis. Hasil studi pendahuluan terhadap 5 ibu yang menikah muda di Desa Karangresik, terdapat 2 orang dengan pola asuh otoriter dan 3 orang menggunakan pola asuh permisif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pernikahan dini pada ibu yang mempunyai balita dengan pola asuh anak di Desa Karangresik Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan metode case control dan menggunakan pendekatan “retrospektif”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita di Desa Karangresik Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya pada bulan Mei tahun 2016 sebanyak 45 responden. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa kejadian pernikahan usia muda di Desa Karangresik Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya sebagian besar berada pada kategori tidak menikah di usia dini sebanyak 35 orang (77,8%). Dan pola asuh anak sebagian besar menggunakan pola asuh demokratis sebanyak 27 orang (60%). Analisis bivariat diolah menggunakan Uji Chi Square dengan nilai p = 0,004 (p < 0,005), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pernikahan dini pada ibu yang mempunyai balita dengan pola asuh anak di Desa Karangresik Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu diadakannya penyuluhan kepada setiap para remaja agar tidak menikah di usia muda. Kata Kunci : Pernikahan Dini, Pola Asuh Anak


2018 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 575
Author(s):  
Neila Sulung ◽  
Rizki Yananda ◽  
Adriani Adriani

<p>Cancer is one of the leading causes of death worldwide. In Indonesia every year 1: 3 women per 1000 population are affected by breast cancer. Breast cancer is a cancer that attacks most women. The incidence of breast cancer is currently estimated at 39 per 100,000 population in 2008. The purpose of this study was to determine the factors associated with the risk of female breast cancer in surgical outpatient poly patients at Dr. Achmad Mochtar, Bukittinggi City. This study uses descriptive analytic method with a case control approach. The sampling technique in this study was accidental sampling. The sample in this study were all women diagnosed with breast cancer, amounting to 50 cases and 50 controls with data processing through computerization. The instrument used in this study is a questionnaire. Data analysis was performed using Chi-Square test (α = 0.05). The results showed that the factors associated with the incidence of breast cancer were genetic (p = 0.009), menarche (p = 0.014), menopause (p = 0.016), hormonal contraception (p = 0,045), obesity (p = 0,043), and high food fat (p = 0.028).  Conclusions of the study are factors related to the risk of breast cancer incidence are genetic, menarche, menopause, hormonal contraception, obesity and high-fat foods.<br /> </p><p>Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Di Indonesia setiap tahun 1:3 wanita per 1000 penduduk terserang kanker payudara. Kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak menyerang perempuan. Angka kejadian kanker payudara saat ini diperkirakan 39 per 100.000 penduduk pada tahun 2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko kanker payudara wanita pada pasien poli rawat jalan bedah di RSUD Dr. Achmad Mochtar Kota Bukittinggi. Penelitian ini menggunakan metode <em>deskriptif analitik</em> dengan pendekatan <em>case control</em>. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah <em>accidental sampling.</em> Sampel dalam penelitian ini adalah semua wanita yang terdiagnosis kanker payudara, berjumlah 50 kasus dan 50 kontrol dengan pengolahan data melalui komputerisasi. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner. Analisis data dilakukan menggunakan uji <em>Chi-Square </em>(α=0,05). Hasil penelitian menunjukkan faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker payudara adalah genetik (p=0,009), <em>menarche</em> (p=0,014;), <em>menopause</em> (p=0,016), kontrasepsi hormonal (p=0,045), <em>obesitas </em>(p=0,043), dan makanan tinggi lemak (p=0,028). Simpulan penelitian adalah faktor yang berhubungan dengan risiko kejadian kanker payudara adalah genetik, <em>menarche, menopause,</em> kontrasepsi hormonal, <em>obesitas</em> dan makanan tinggi lemak.</p>


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 107-119
Author(s):  
Swaidatul Masluhiya AF ◽  
Irma Irma

Masalah kesehatan masyarakat yang cukup seriuspada kelompok usia balita sampai saat ini adalah kejadian malnutrisi, hal iniberdampak pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik balita. Malnutrisi juga dapat menyebabkan balita menjadi rentan terhadap penyakit infeksi. Beberapa faktor penyebab malnutrisi diantaranya faktor makanan dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak, faktor ketahanan pangan dikeluarga, pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sindrom penyakit tropis merupakan prediktor terjadinya gizi kurang pada balita. Penelitian ini termasuk penelitian observasional analitik dengan rancangan Case Control Study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasangan ibu dan balita yang ada di daerah pesisir kecamatan Nambo Kota Kendari denganteknik simple randam sampling di dapatkan jumlah sampel  sebanyak 164 orang yang terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol dengan perbandingan 1:1. Data dianalisis secara statistik dengan uji Chi square pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) dengan mempertimbangkan nilai Odd Ratio dan nilai Confidence Interval. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sindrom penyakit tropis (diare dengan р-value = 0,001 dan OR = 4,162, batuk – batuk dengan р-value = 0,001 dan OR = 3,552,ISPAnon pneumoni dengan р-value = 0,004 dan OR = 3,003) merupakan faktor prediktor terjadinya malnutrisi pada balita sedangkan infeksi cacing dengan р-value = 0,056 dan OR= 1,773 bukan merupakan faktor prediktor terjadinya malnutrisi pada balita di daerah pesisir Kecamatan Nambo Kota Kendari


2021 ◽  
Vol 10 (14) ◽  
pp. 3177
Author(s):  
Edyta Szymanska ◽  
Maciej Dadalski ◽  
Joanna Sieczkowska-Golub ◽  
Dorota Jarzebicka ◽  
Monika Meglicka ◽  
...  

Background: Infusion reactions (IRs) are the most common adverse events (AEs) of infliximab (IFX) treatment in patients with inflammatory bowel disease (IBD). Prophylactic premedication (PM) with corticosteroids or antihistamines prior to IFX infusions has been used in clinical practice, but its efficacy is not known. The aim of this study was to assess the influence of steroid PM on IR incidence in pediatric patients with IBD receiving IFX. Methods: We performed a case–control study that included pediatric patients with IBD receiving IFX. Patients were divided into four subgroups according to the agent and PM they received: Remicade (original drug) + PM, and two biosimilars—Reshma +/− PM, and Flixabi—PM. At our site, until 2018, PM with steroids was used as a part of standard IFX infusion (PM+); however, since then, this method has no longer been administered (PM−). IRs were divided into mild/severe reactions. Differences between subgroups were assessed with the appropriate chi-square test. Multivariate logistic regression was used to assess associations between PM and IR incidence, correcting for co-medication usage. Results: There were 105 children (55 PM+, 44 male, mean age 15 years) included in the study who received 1276 infusions. There was no difference between the PM+ and PM− subgroups, either in incidence of IR (18.2% vs. 16.0% of patients, p > 0.05) or in percentage of infusions followed by IR (2.02% vs. 1.02% of infusions, p > 0.5). The OR of developing IR when using PM was 0.34, and the difference in IRs ratio in PM+ and PM− patients was not statistically significant (95% CI, 0.034–1.9). There were 11/18 (61.1%) severe IRs (anaphylactic shock) reported in all patients (both PM+ and PM−). Conclusion: At our site, the incidence of IR was low, and PM did not decrease the incidence of IR in pediatric patients with IBD receiving IFX. These results indicate that PM with steroids should not be a standard part of IFX infusion to prevent IR.


2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 20-28
Author(s):  
Miftahul Jannah ◽  
Asnawi Abdullah ◽  
Melania Hidayat ◽  
Qatratul Asrar

Latar Belakang: Pneumonia merupakan pembunuh utama balita di seluruh dunia. Berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan Banda Aceh tahun 2018, jumlah balita penderita Pneumonia meningkat setiap tahunnya. Kasus Pneumonia balita yang paling banyak terdapat di UPTD Puskesmas Banda Raya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia pada Balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Banda Raya Kota Banda Aceh tahun 2019. Metode: Penelitian ini menggunakan desain Case Control Study atau Retrospective Study. Penelitian ini menggunakan total populasi dengan jumlah sampel adalah 142 anak balita berusia 12–59 bulan. Data dianalisis secara Univariat dan Bivariat. Analisis Bivariat menggunakan Uji Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95% (p value0.05). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia adalah luas ventilasi rumah (OR=15.81; CI 95%=4.70-53.12; p value=0.0001); sedangkan umur balita (OR=1.15; CI 95%=0.54-2.43; p value=0.705); jenis kelamin (OR=1.11; CI 95%=0.57-2.16; p value=0.737); pengetahuan ibu (OR=0.38; CI 95%=0.12-1.24; p value=0.112); dan kepadatan hunian (OR=1.80; CI 95%=0.78-4.13; p value=0.163), tidak terbukti secara signifikan sebagai faktor risiko pneumonia balita di UPTD Puskesmas Banda Raya Kota Banda Aceh. Kesimpulan: Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia balita adalah luas ventilasi rumah. Oleh karena itu diperlukannya sanitasi lingkungan yang sehat sebagai upaya preventif terhadap kejadian Pneumonia, serta memperbaiki pola perilaku hidup bersih dan sehat.


2021 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 213
Author(s):  
Hasanah Nurbawena ◽  
Martono Tri Utomo ◽  
Esti Yunitasari

AbstrakLatar belakang : Kejadian stunting merupakan salah satu  masalah gizi pada anak yang memiliki prevalensi tinggi di Indonesia. Cut off point  kejadian stunting tidak boleh lebih dari 20%, sedangkan jumlah kejadian stunting di Surabaya sebanyak 22,8%. Salah satu penyebab tingginya kejadian stunting yaitu penyakit infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan riwayat sakit dengan kejadian stunting pada balita. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan rancang penelitian case control. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 40 balita dengan usai 24-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simomulyo Surabaya. Sampel penelitian balita stunting merupakan kelompok kasus dan balita non-stunting merupakan kelompok kontrol. Pengambilan data untuk kelompok kasus menggunakan purposive sampling dan pada kelompok kasus menggunakan matching sampling dengan menyesuaikan usia bayi dan jenis kelamin pada kelompok kasus. Pengumpulan data mengguanakan instrumen kuisioner. Uji statistik menggunakan chi square Hasil : Hasil penelitian ini didapatkan balita stunting memiliki riwayat sakit sebanyak 90%, sedangkan pada balita non-stunting sebanyak 45%. Uji statistik menggunakan mengenai hubungan riwayat sakit dengan kejadain stunting pada balita dengan uji Chi square didapatkan hasil yang signifikan yaitu p=0,002 (<0,05) dan OR 4,889. Kesimpulan : Balita stunting memiliki riwayat sakit lebih sering daripada balita non-stunting.AbstractBackground: . The incidence of stunting is one of the nutritional problems in children who have a high prevalence in Indonesia. The cut off point for stunting events should not be more than 20%, while the number of stunting events in Surabaya is 22.8%. One of the causes of the high incidence of stunting is an infectious disease. This study aimed to determine the relationship of a history of illnes with the incidence of stunting in infants. Method: This research was an observational analytic study using a case control research design. The number of samples were 40 toddlers (20 toodlers with stunting and 20 toodlers with non-stunting) aged 24-36 months in the working area of the Simomulyo Primary Health Care in Surabaya. The stunting toddlers belonged to a case group and non-stunting toddlers belonged to a control group. Data collection of case group had used purposive sampling and that control group used matching sampling by adjusting the baby's age and gender in the case group. Data was obtained by questionnaire instrument.Data was analysis by Chi square Results: The persentage of stunting toddlers who had a history of illness was 90%, while the non-stunting toddlers had a history of illness was 45%. There was relationship between the history of infectious diseases and the occurrence of stunting in toodler p=0,022 (<0,05) and OR=4,338. Conclusion: Stunting toddlers have a history of pain more often than non-stunting toddlers 


Author(s):  
Risnati Malinda ◽  
Khairil Fauzan K
Keyword(s):  
P Value ◽  

ISPA adalah penyakit saluran pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis, fharingitis, dan otitis serta saluran pernafasan bagian bawah seperti laryngitis, bronchitis, bronchiolitis, dan pneumonia yang dapat berlangsung selama 14 hari. Batas waktu 14 hari diambil untuk menentukan batas akut dari penyakit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sanitasi fisik rumah yang meliputi ventilasi rumah, lantai, dinding serta atap rumah dan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian survei analitik dengan desain yang digunakan adalah rancangan case control dimana 27 responden berusia  > 20 tahun sebagai kasus dan 27 responden berusia > 20 tahun sebagai kontrol dengan total sampel sebanyak 54 responden. Teknik analisis data menggunakan statistik Chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian ISPA di Desa Alue Ie Mirah Kecamatan Pante Bidari Kabupaten Aceh Timur (P value = 0.000), sedangkan tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA di Desa Alue Ie Mirah Kecamatan Pante Bidari Kabupaten Aceh Timur (P value = 1.000).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document