scholarly journals Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MP-ASI dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 6-24 Bulan

2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 34-42
Author(s):  
Alvian Merza Radi Putra ◽  
Melania Wahyuningsih ◽  
Fajarina Lathu

Diare lebih dominan menyerang anak-anak karena daya tahan tubuh anak-anak yang masih lemah. Faktor penyebab diare pada anak salah satunya pemberian MP-ASI oleh ibu. Dalam praktiknya pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI masih minim. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI dengan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan Di Posyandu Padukuhan Pugeran Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta. Jenis penelitian yaitu kuantitatif observasional analitik dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Populasi penelitian ini ibu yang memiliki anak usia 6-24 bulan berjumlah 41 bulan Juli 2019 di Padukuhan Pugeran Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta. Teknik Sampling menggunakan total sampling. Instrumen pengambilan data berupa kuisioner. Analisa data menggunakan Fisher Exact Test. Hasil menunjukkan ibu yang memiliki pengetahuan baik 28 orang (68,3%) sedangkan yang berpengetahuan cukup sebanyak 13 orang (31,7%). Anak yang tidak pernah mengalami diare dalam kurun waktu 3 bulan terakhir sebanyak 29 anak (70,7%) dan yang pernah mengalami diare dalam kurun waktu 3 bulan terakhir sebanyak 12 anak (29,3%). Didapatkan hasil nilai p value sebesar 0,419. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang MP- ASI dengan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan di Padukuhan Pugeran Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta.

2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 111
Author(s):  
Hepti Muliyati ◽  
Menis Mbali ◽  
Hadidja Bando ◽  
Riana Pangestu Utami ◽  
Opyn Mananta

Wasting on children is an important public health problem because of its considerable impact on their health and growth. This problem could lead to iron deficiency which could induce infection disease and probably lower a child’s intelligence as a long-term effect. This study aimed to analyze factors related to wasting on 12-59 months children in Bulili Public Health Center (PHC), Palu City. The analytical descriptive study designed with a cross-sectional approach was applied in this study. One hundred and twenty-one subject was selected from 283 children with purposive sampling technique. Data were analyzed with chi-square and Fisher exact test with significant (p < 0,05). The result showed that most children with low birth weight experienced wasting with a p-value = 0,000. Most of the children from higher-income families did not experience wasting with a p-value = 0,004. Most children who didn’t receive breastfeeding milk did not experience wasting with a p-value = 0,958. This study concluded a correlation between low birth weight and income to wasting, but breastfeeding practice was not related.


2019 ◽  
Vol 12 (02) ◽  
Author(s):  
Prastiwi Putri Basuki ◽  
Triana Uminingsih

Stunting pada masa balita perlu mendapat perhatian khusus termasuk pada anak usia 24-36 bulan. Usia 24-36 bulan merupakan usia anak yang mengalami perkembangan pesat dalam kemampuan kognitif dan motorik. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian stunting pada anak, antara lain karakteristik ibu. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kontribusi karakteristik ibu terhadap kejadian stunting pada anak usia 24-36 bulan. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan di Desa Sendang Mulyo Minggir Sleman Yogyakarta. Sampel yang diambil sebanyak 75 anak usia 24-36 bulan dengan teknik purposive sampling. Analisis data  bivariat menggunakan Chi Square dan Fisher Exact Test dan analisis multivariat menggunakan regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan ibu (p value=0,000), pengetahuan ibu (p value=0,022) dan pemberian ASI Ekslusif (p value=0,011) yang artinya terdapat hubungan dengan kejadian stunting. Sedangkan status pekerjaan ibu (p value=0,217) tidak signifikan berhubungan dengan kejadian stunting. Berdasarkan analisis multivariat regresi linier menunjukkan hasil bahwa pendidikan ibu, status  pekerjaan ibu, pengetahuan ibu tentang gizi, dan pemberian ASI Ekslusif bersama-sama mempunyai kontribusi terhadap kejadian stunting sebesar 88,2%. Perlu peningkatan program multisektoral dengan melibatkan semua lapisan masyarakat untuk mengurangi kejadian stunting.


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 13-18
Author(s):  
Eziah Ika Lubada ◽  
Ilil Maidatuz Zulfa ◽  
Octavia Eka Putri

Pengobatan mandiri dengan antibiotik masih menjadi masalah di masyarakat Indonesia dimana sebagian besar sumber perolehan antibiotik adalah apotek. Beberapa apotek mungkin menolak memberikan antibiotik tanpa resep, namun angka pengobatan mandiri masih susah ditekan. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan pengetahuan dan respon pengunjung apotek terhadap penolakan pelayanan antibiotik tanpa resep. Studi cross sectional di lakukan di Apotek Daerah Kebonsari Surabaya pada Januari-Februari 2020 menggunakan kuisioner untuk mengukur pengetahuan pengunjung apotek tentang antibiotik dan mengobservasi respon mereka apabila apotek menolak memberikan antibiotik tanpa resep. Pengetahuan responden diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan dan dianalisis kaitannya dengan bentuk respon yang dipilih menggunakan Fisher exact test. Sebanyak 82 responden dilibatkan dalam penelitian dimana 64,63% berpengetahuan baik tentang antibiotik dan sisanya berpengetahuan cukup dan sebanyak 75,60% pernah melakukan pengobatan mandiri dengan antibiotik. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pengalaman pengobatan mandiri antibiotik (p-value 0,068) namun tingkat pengetahuan tentang antibiotik berkorelasi dengan respon ketika mengalami penolakan pelayanan antibiotik tanpa resep (p-value 0,049). Responden yang berpengetahuan baik terhadap antibiotik cenderung memilih periksa ke dokter sedangkan yang berpengetahuan cukup cenderung memilih pergi ke apotek lain yang masih memberikan antibiotik tanpa resep. Peningkatan edukasi serta penguatan penerapan regulasi antibiotik di komunitas masih sangat diperlukan guna menekan pengobatan mandiri dengan antibiotik


2018 ◽  
Vol 26 (1) ◽  
pp. 26
Author(s):  
Baksono Winardi ◽  
Elga Caecaria Grahardika Andani

Objectives: to identify association between knowledge of pregnant women about anemia and the adherence to consume iron tablets in BPM Titik Suharti, Surabaya, IndonesiaMaterials and Methods: Observational analysis cross sectional study. Population consisted of 55 trimester pregnant women in BPM Titik Suharti, Surabaya, in March-April 2017. Samples were recruited using consecutive sampling. The number of sample was 35 respondents. Data were analyzed using chi-square test.Results: This research showed that all of the less knowledgeable women on anemia (100.00%) were non-adherent to consume iron tablets, almost all moderately knowledgeable women (92.9%) were adherent, and all of the fully knowledgeable women (100.00%) were adherent. Fisher exact test in significance level of 0.05 revealed p value equal to 0.0001, indicating association between knowledge about anemia and adherence to consume iron tablets at BPM Titik Suharti, Surabaya, Indonesia.Conclusion: There is an association between knowledge of pregnant women about anemia with adherence to iron tablets.


2019 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 20-27
Author(s):  
Fardila Elba ◽  
Imma Kristy Nathalia

The incidence of cervical cancer in Indonesia is quite high at 25.91%. Cervical cancer can be detected early with VIA test. VIA test is one of the first steps to detect abnormalities in the cervix. VIA test is an easy check, cheap, and can be done by the midwife. However, the coverage of VIA test in Indonesia is still low about 2.45% of the target coverage determined by the government that is 80%. The low coverage of VIA test screening in Indonesia is influenced by the low knowledge of women. Women's low knowledge will influence their participation in screening. This research uses cross-sectional method approach. The sample in this study is Women of Childbearing Age aged 15-49 years in the working area of Puskesmas Soreang. Sampling uses proportional stratified random sampling technique with a sample size of 76 respondents. Data analysis uses Fisher Exact Test. The results show that there is a significant relationship between knowledge and attitude of WUS with p value = 0.000 (p > 0.005). Based on the results of this study, it can be concluded that there is a relationship between knowledge and attitude of WUS on VIA test for early detection of cervical cancer.


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 1-9
Author(s):  
Dian Maya Sari Siregar

ABSTRACT The spraying process is a condition where workers are very likely to be exposed to toxic chemicals contained in pesticides. Problems encountered in the field, workers do not spray with the correct method and do not use a complete PPE. The danger that can occur when spraying is a disturbance in the enzyme Cholinesterase (CHE) in the blood. CHE is an enzyme that is in the body's tissues has a role to keep nerve cells, muscles and glands working properly. The purpose of this study was to determine the factors related to CHE levels in spraying workers. The research design used analytical research with cross sectional approach. The population was 30 spraying workers. The sampling technique used a total population of 30 people. Data analysis used univariate and bivariate analysis tested by Fisher Exact Test statistical test. Data obtained by questionnaire and examination of CHE levels through blood samples. The results with bivariate analysis revealed p-value of each variable, namely age .143>.05, gender 1,000>.05, education level .374>.05, years of service .071>.05, duration of exposure .02<.05, spraying method 0,000<.05, the last spraying time was .210>.05 and PPE .001 <.05. The conclusion shows that there is a relationship between the length of exposure to pesticides, how to spray and PPE with CHE levels. Keywords: Related Factors, Cholinesterase Levels, Spraying Workers


2018 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 8-12
Author(s):  
Eka Nur Aisyah ◽  
Sarinah Basri K

Kelelahan kerja merupakan kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu pekerjaan. Kelelahan kerja dapat menimbulkan efek yang buruk bagi kesehatan para pekerja. Kelelahan dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya beban kerja dan status gizi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja di SPBE Indramayu Tahun 2017”. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah pekerja bagian operator loading di SPBE Indramayu yang memenuhi kriteria inklusi, sebanyak 39 orang pekerja. Data mengenai kelelahan kerja diukur dengan menggunakan kuesioner 30-item gejala kelelahan umum IFRC. Uji statistik menggunakan uji Fisher Exact Test. Hasil penelitian diperoleh nilai status gizi pekerja dengan p-value 0,005 dengan nilai Spearman Correlation (SC) = 0,485. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya menunjukan ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja di SPBE Indramayu Tahun 2017. Para pekerja sebaiknya mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang dan memaksimalkan waktu istirahat.


Animals ◽  
2021 ◽  
Vol 11 (8) ◽  
pp. 2229
Author(s):  
Adam B. O’Connell ◽  
A. Craig Irving ◽  
Paul L. Hughes ◽  
Naomi Cogger ◽  
Boyd R. Jones ◽  
...  

A study in conducted 1987 by Hughes et al., found that 39% of working sheep dogs had multifocal retinitis. One of the identified causes was ocular larval migrans, which were a result of migrating ascarid larvae. Since that paper was published, anthelmintic use in farm dogs has been highly recommended. There has been no follow-up study to determine if fundic lesions are still present. The current study aimed to investigate the prevalence of chorioretinopathy in working sheep dogs in the South-West, Waikato, New Zealand. This was a cross-sectional study of 184 working sheep dogs and 51 owners, undertaken in 2010 with owners sampled from New Zealand’s South-West Waikato and Tux North Island Dog Trial Championship. Two-way tables were used to explore the relationship between variables. Significance of association was assessed using a Chi-squared or Fisher exact test as appropriate, with a p-value of <0.05 considered significant. Overall prevalence of chorioretinopathy in the working sheep dogs was 44/184 (24%). A significantly higher prevalence of chorioretinopathy was shown in dogs with increasing age, from 2 years to >8 years (p = 0.0007) and in males (p < 0.0001). This study concluded that lesions of chorioretinopathy are still present in working sheep dogs in New Zealand.


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1-7
Author(s):  
Faradina Aghadiati

The birth weight (BW) are utilized as indicators of the healthy and term newborns. Factor that affects the weight of a newborn are micronutrient intake and family economic status. Folic acid and iron (Fe) were associated with birth weight. Family economic status towards the inability of households in eating conditions that will affect the nutritional status of the pregnant women. The purpose of this study was to analyze the relationship between intake of folic acid, iron (Fe) and family economic status with birth weight. This research method was an analytic observational using a cross-sectional approach. The sample in this study were 114 pregnant women living in Yogyakarta. The data collected, subject characteristic, intake of folic acid and iron and the birth weight. Data analysis used the Fisher exact test with p value <0.05. Statistical test results proved a significant relationship between the intake of folic acid and iron (Fe) with the birth weight (p<0.05). There was no significant relationship between economic status and the birth weight (p>0.05). Pregnant women with adequate folic acid intake, iron intake tended to give birth with normal birth weight. While a good economic status does not necessarily affect the weight of newborns.


Author(s):  
Nonik Ayu Wantini ◽  
Novi Indrayani

Latar Belakang: Kanker serviks merupakan penyebab kematian tertinggi kedua pada perempuan di Indonesia, oleh karena itu memerlukan intervensi melalui pencegahan primer (vaksinasi). Pelaksanaan vaksinasi HPV di Kulon Progo dan Gunung Kidul tahun 2017 merupakan tahapan demonstrasi sebagai dasar pengembangan dan introduksi ke dalam program imunisasi nasional. Vaksinasi HPV diperuntukkan pada anak perempuan sejak usia 9 tahun. Vaksinasi HPV pada remaja merupakan suatu intervensi baru. Penelitian sebelumnya menyebutkan kesediaan remaja untuk vaksinasi masih rendah. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui kesediaan vaksinasi HPV pada remaja dan faktor yang berhubungan dengan kesediaan vaksinasi. Metode: Jenis penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di SD Muhammadiyah Macanan, Ngemplak, Sleman dan SMPN 1 Berbah, Sleman dalam waktu Mei-Juli 2019. Jumlah sampel 127 remaja putri kelas 4, 5, 7 dan 8 dipilih dengan accidental sampling. Jenis data adalah data primer, instrumen kuesioner. Uji validitas kuesioner dengan 2 expert. Analisis bivariat dengan uji Somers’d untuk variabel sikap, fisher exact test untuk variabel pengetahuan. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan kesediaan vaksinasi HPV masih rendah (42,5%), faktor yang berhubungan dengan kesediaan vaksinasi HPV adalah sikap remaja (p-value = 0,000). Faktor yang menjadi pertimbangan terbanyak remaja dalam pengambilan keputusan vaksinasi adalah keamanan vaksin dengan persentase 89,8%. Kesimpulan: Ada hubungan antara sikap remaja dengan kesediaan vaksinasi HPV pada remaja putri.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document