scholarly journals GUIDING ASPECTS OF ISLAMIC EXISTENTIAL-COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY FOR EXISTENTIAL DEPRESSION

2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 57-77
Author(s):  
Nur Afifah Abas ◽  
Mohd Nizam Sahad

The CoVid-19 pandemic had again activated the neuronal circuit on our existential crisis as human beings asking basic existential questions: Where were we from, who are we, why are we here, how we supposedly should live here and where are we going? - Instinctively it appears evidently in the soul while facing threats that may lead to death like the pandemic exposes us to. This study critically explores and analyses through content analysis method on available published ‘Islamic’ documents, which are purposively sampled based on relevancy to the existence. We shared what we found related to existential psychotherapy using cognitive behavior therapy for depressed Muslim clients in supporting the current call for integrating Islamic teachings and practice. Mainly, being intersubjective is very crucial for therapists’ competency because Muslim clients are from diverse Islamic backgrounds.

2018 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 31
Author(s):  
Rohmaningtyas Hidayah Setyaningrum ◽  
Aris Sudiyanto ◽  
Nanang Wiyono ◽  
Muhammad Fanani

Pemberian psikoterapi telah terbukti berhasil untuk pasien depresi yang menderita penyakit medis kronik. Psikoterapi kognitif perilaku didasarkan atas konsep bahwa perubahan dalam struktur kognitif akan mengubah kondisi emosi serta perilaku pasien. Sehingga diharapkan dengan membaiknya depresi maka akan memperbaiki perilaku pasien dalam hal ini aktivitas perawatan diri diabetesnya. Penelitian ini untuk mengetahui keefektifan Cognitive Behaviour Therapy (CBT) dalam menurunkan derajat depresi dan meningkatkan aktivitas perawatan diri pada pasien Diabetes Mellitus tipe-2 di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan randomized controlled trial pre and post design. Jumlah subjek 34 pasien, dibagi dua kelompok yaitu perlakuan dan kontrol. Subjek adalah pasien 34 pasien Diabetes Mellitus tipe-2 di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta dengan kadar GDP ≥ 100 mg/dL, GD2PP ≥ 140 mg/dL, umur 18 – 60 tahun, pendidikan minimal SMP, skor BDI ≥ 10, dan kriteria eksklusi apabila mengalami komplikasi dan atau menderita penyakit fisik medis yang berat, gangguan mental berat (psikotik), retardasi mental, atau demensia, gangguan berat dalam berkomunikasi (kesulitan bahasa, tuli), gangguan kognitif yang berat atau ketidakmampuan intelektual, yang ditunjukkan dari penilaian MMSE < 25, dan skor L-MMPI ≤ 1. Depresi dievaluasi menggunakan Beck Depression Inventory, aktivitas perawatan diri diabetes menggunakan The Summary of Diabetes Self-Care Activities. Uji statistik menggunakan uji t tidak berpasangan dan uji Mann Whitney, dipakai untuk signifikansi perbedaan variabel dengan tingkat kemaknaan 5%. Subjek yang mendapat CBT secara signifikan (p<0,05) didapatkan penurunan skor depresi (5,76 ± 3,58) dibandingkan kelompok yang tidak mendapat CBT (2,76 ± 1,56) sedangkan subjek yang mendapat CBT secara sangat signifikan (p<0,01) mengalami peningkatan aktivitas perawatan diri diabetes (15,35±7,78) dibandingkan kelompok yang tidak mendapat CBT (3,00±2,78), sehingga disimpulkan CBT efektif menurunkan derajat depresi dan meningkatkan aktivitas perawatan diri pada pasien diabetes mellitus tipe-2.   Cognitive behavior therapy had sucesfully referred as an effective method for reducing depression, particularly in individual with a chronic disease. Cognitive behavior psychotherapy is based on the concept that changes in cognitive structure will change patient's emotional state and behavior. The decreasing depression in patient with diabetes will improve diabetes self-care activities. The aim was to determine the effectiveness of Cognitive Behavior Therapy (CBT) adjuvant therapy in decreasing and improving the degree of diabetes self-care activities of patients with type-2 Diabetes Mellitus in Dr. Moewardi Hospital Surakarta. This study was an experimental design of randomized controlled trial with pre and post-test design. In total, 34 patients were enrolled in the mg/dl, Blood sugar level test post pandrial 140 mg/dL aged between 18-60 years old with junior high school as minimum education, BDI score > 10, the exclusion criteria is when experiencing complication with or suffering from physical illness, psychotic, mental retardation or dementia , severe interference in communication ( language difficulties and deafness), severe cognitive impairment, intellectual impairment, MMSE score < 25, L MMPI score < 1, The total 34 subjects devided into two groups, treatment and control. Statistical test using unpaired T-test and Mann Whitney, with level of 5%. Depression was evaluated by using the Beck Depression Inventory and diabetes self-care activities using the Summary of Diabetes Self-Care Activities. Subjects who received CBT significantly decrease (p <0,05) scores of depression compared with that of the group without CBT and increase in diabetes self-care activities (p<0,01). It is concluded that CBT is effective to decrease degree of depression and improve diabetes self-care activities of patients with type 2 diabetes mellitus.


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 30-37
Author(s):  
Ira Aini Dania

Cognitive Behaviour Therapy (CBT) in the first schizophrenia was developed to provide additional treatment forresidual symptoms arising and also used in patients experiencing anxiety and depression. Rapid progress willgain from the CBT session when trust has built-in several meeting sessions through increasing mutualunderstanding and doing reality tests as in CBT, need to develop. The stages do run slowly following thecognitive deficits and ongoing symptoms such as hallucinations or sedentary. This article discusses the historyand development of cognitive behavior therapy, depictions, procedures, and techniques of CBT and its processesin the treatment of schizophrenia.


2017 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 83-90
Author(s):  
Nuria Muliani

Skizofrenia adalah ganguan jiwa yang dimanifestasikan dengan penurunan dan ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realita, afek tumpul, gangguan kognitif serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari. Tanda dan gejala negatif yang muncul mengakibatkan isolasi sosial, dan tanda gejala positif yang muncul mengakibatkan halusinasi. Tujuan penanganan kasus ini adalah diketahuinya perubahan tanda gejala dan kemampuan klien isolasi sosial dan halusinasi setelah diberikan tindakan keperawatan ners, social skill trainingdan cognitive behaviour therapy.Desain penulisan adalah studi kasus dengan responden empat orang. Penanganan kasus tentang topik yang sama sudah pernah dilakukan, namun yang membedakan dengan kasus ini adalah pendekatan teori yang digunakan yaitu teoriadaptasi Stuart dan interpersonal Peplau. Data dikumpulkan sebelum dan sesudah klien diberikan tindakan keperawatan ners, social skill training dan cognitive behavior therapy. Hasil penanganan kasus menunjukan bahwa terjadi penurunan tanda gejala isolasi sosial dan halusinasi serta peningkatan kemampuan klien bersosialisasi, kognitif dan perilaku setelah diberikan tindakan keperawatan ners, social skill training dan cognitive behaviour therapy.


2021 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 117
Author(s):  
Dewi Lianasari ◽  
Purwati Purwati

<p>Kuantitas kelulusan tepat waktu mahasiswa menjadi hal yang penting bagi penilaian akreditasi program studi dan mahasiswa. Salah satu penyebab keterlambatan dalam kelulusan tepat waktu mahasiswa adalah kecemasan akademik terhadap skripsi atau sering disebut dengan <em>anxiety academic</em>. Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah membantu mahasiswa untuk mengurangi <em>anxiety academic</em> terhadap skripsi melalui konseling kelompok pendekatan <em>cognitive behaviour therapy</em> teknik <em>thought stopping</em>. Metode dalam penelitian ini adalah pre eksperimen <em>one group pre test post test design</em> dengan teknik pengambilan sampel <em>purposive sampling</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling kelompok pendekatan <em>Cognitive Behavior Therapy</em> teknik <em>Thought Stopping </em>mampu mengurangi <em>anxiety acedemic</em> mahasiswa terhadap skripsi dibuktikan dengan hasil uji statistik perhitungan <em>Paired Samples test</em> menunjukkan t-<sub>hitung </sub>= 13.132 &gt; t-<sub>tabel</sub>= 2.015.</p>


Author(s):  
Claudia Wuri Prihandini ◽  
Ni Komang Matalia Gandari ◽  
Ni Wayan Bunter

Halusinasi adalah merasakan segala sesuatu dalam keadaan sadar yang tampak nyata, namun sebenarnya hanya diciptakan oleh persepsi pikiran sendiri. Pasien dengan halusinasi pendengaran jika tidak segera ditangani akan berakibat kehilangan kontrol seperti bunuh diri, membunuh, bahkan merusak lingkungan. Terapi keperawatan yang direkomendasikan adalah Cognitive Behaviour Therapy (CBT). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh CBT terhadap penurunan tingkat kekambuhan halusinasi dengar. Penelitian ini menggunakan desain one group pre test post test dengan jumlah sampel sebanyak 63 orang dengan menggunakan teknik sampling purposive. Instrumen untuk mengumpulkan data menggunakan instrumen Psychotic Syndrome Rating Scale. Data dianalisis dengan uji paired-t. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan pemberian terapi CBT memberi pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap tingkat kekambuhan halusinasi pada pasien dengan halusinasi dengar dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.


Ners Muda ◽  
2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 93
Author(s):  
Nur Cahyo Sasongko ◽  
Eni Hidayati

Gangguan jiwa harus tertangani agar manusia mencapai derajat kesehatan jiwa yang baik, salah  satunya adalah mengatasi perilaku  kekerasan seseorang dengan  gangguan jiwa. Pemberian terapi musik, dzikir dan rational emotive cognitive behavior therapy merupakan terapi yang sering dilakukan untuk mengatasi perilaku kekerasan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh terapi  musik, dzikir dan rational emotive cognitive behavior therapy  kepada pasien dengan resiko/perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang. Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan proses asuhan keperawatan. Subyek penelitian diambil secara acak sejumlah 2 pasien dengan halusinasi dimana akan dilakukan terapi aktifitas kelompok relaksasi musik alam, dzikir dan rational emotive cognitive behaviour therapy (RECBT). Evaluasi dilakukan menggunakan kuesioner. Hasil menunjukan adanya penurunan nilai ambang marah sebelum dan sesudah terapi yaitu nilai ambang marah sebelum terapi adalah 8 untuk kasus I dan 10 untuk kasus II, sesudah terapi ambang marah turun menjadi 2 pada kasus I dan 3 pada kasus II. Semakin rendah ambang marah maka semakin bagus pasien dalam mengontrol marah. Terapi musik, dzikir dan rational emotive cognitive behaviour terbukti menurunkan ambang marah, memberikan ketenangan dan meningkatkan berfikir positif klien. 


2019 ◽  
Vol 19 (3) ◽  
pp. 688
Author(s):  
Wisdia Lola Erwinda ◽  
Susmiati Susmiati ◽  
Heppi Sasmita

Background: Dharmasraya District is very prone and vulnerable to drug circulation cases because Dharmasraya district consists of various ethnic and is a cross-Sumatran crossing area so it is necessary to prevent the behavior of abuse NAPZA on adolescent. Purpose: This study aimed to determine the influence of the Group Cognitive Behaviour Therapy (GCBT) on the change of adolescent behaviour at risk of drugs based on residential status in Dharmasraya District in 2019. Method: The design of this research is the Quasi experiment of PreTest PostTest With Control Group by the amounts of samples 64 consisting of 32 control groups and 32 intervention groups. Results: Research on the intervension group and adolescent living with parents showed significant influence on adolescent behaviour changes. Whereas in the control group and adolescent who do not live with parents showed no significant influence on adolescent behaviour changes Conclusion: Group Cognitive Behavior Therapy can be used to change adolescent behavior at risk of drugs abuse and Hopefully the implementation of cognitive behaviour therapy can be applied at schools in cooperation with health service and parents to prevent risky behaviour.


2010 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 26-31
Author(s):  
Heppi Sasmita ◽  
Budi Anna Keliat ◽  
Budiharto Budiharto

AbstrakSeseorang yang mengalami skizoprenia sering diawali dengan masalah harga diri rendah dengan gejala: konsentrasi dan perhatian kurang, kepercayaan diri kurang, rasa bersalah, tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis. Tujuan penelitian ini menilai efektivitas cognitive behaviour therapy (CBT) untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan perilaku klien harga diri rendah. Metode penelitian: quasi eksperimen dengan penerapan cognitive behaviour therapy dengan pendekatan pre-post test. Analisis yang digunakan dependen dan independent sample t-Test, regresi linier sederhana, chi-square dan Anova. Penelitian dilakukan di salah satu RS Jiwa terhadap 58 klien yaitu 29 orang kelompok intervensi dan 29 orang kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan cognitive behavior therapy meningkatkan kemampuan kognitif dan perilaku klien skizoprenia dengan harga diri rendah secara bermakna (p<0.05, α=0.05). Efektifitas CBT meningkatkan kemampuan kognitif sebesar 29,31% dan kemampuan perilaku sebesar 22,4%. Penelitian ini merekomendasikan CBT sebagai salah satu terapi spesialis pada klien skizoprenia dengan masalah harga diri rendah. AbstractPatient with schizophrenia in the beginning is experiencing low self esteem with the following symptoms: concentration difficulty, attention deficit, low self confident, guilty and worthless feelings, and pessimistic. Cognitive behavior therapy is the solutions to enhance cognitive ability as well as to treat behavior of patient with low self esteem. The research aims to study about the effectiveness of cognitive behavior therapy. Method of the research was quasi experiment with pre and post- tests design. The analysis of the research was dependent and independent sample t- test, simple linear regression, chi square, and anova. The research was conducted in mental health hospital with 58 respondents, divided into 29 respondents as intervention group and 29 respondents as control group. The research demonstrated that cognitive behavior therapy has significantly enhanced cognitive ability and treated behavior of patient with low self esteem (p<0.05, α=0.05). The research shown the effectiveness to enhance cognitive ability about 29.31 percent, while the effectiveness to treat behavior about 22.4 percent. This study recommended cognitive behavior therapy as specialty treatment for patient schizophrenia with low self esteem.


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 30-37
Author(s):  
Ira Aini Dania

Cognitive Behaviour Therapy (CBT) in the first schizophrenia was developed to provide additional treatment for residual symptoms arising and also used in patients experiencing anxiety and depression. Rapid progress will gain from the CBT session when trust has built-in several meeting sessions through increasing mutual understanding and doing reality tests as in CBT, need to develop. The stages do run slowly following the cognitive deficits and ongoing symptoms such as hallucinations or sedentary. This article discusses the history and development of cognitive behavior therapy, depictions, procedures, and techniques of CBT and its processes in the treatment of schizophrenia.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document