scholarly journals Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Rutinitas dalam Mengontrol Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 67
Author(s):  
Indirawaty Indirawaty ◽  
Anang Adrian ◽  
Sudirman Sudirman ◽  
Kurnia Rahma Syarif

<p>Diabetes Mellitus is a serious chronic disease and occurs both when the pancreas does not produce enough insulin (a hormone that regulates blood glucose) or if the body cannot use the insulin produced effectively. DM sufferers are at risk of complications. These complications can be prevented by controlling diabetic blood glucose levels. Control of blood sugar levels in patients with DM is not adequate to avoid complications, the needs for knowledge and support of family with regular control of blood sugar DM patients. Method: This research was analytic descriptive with cross sectional design. The sampling technique used was random sampling with 50 respondents. Data collection was carried out using a questionnaire. Data analysis used Chi Square test with significance level α = 0.05. Result: Based on the results of statistical tests using test, it was found that there was correlation between family support and knowledge and controlling blood sugar levels with p-value 0,002 and there was correlation between family support in controlling blood sugar levels with ρ-value 0,001and obtained p value &lt;0,05. Conclusion: There is a significant correlation between family support and knowledge with regular control of blood sugar in patients with type 2 diabetes mellitus in the Mangasa Health Center Makassar.</p><p>Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronik yang serius dan terjadi baik saat pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur glukosa darah) maupun jika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkan secara efektif. Penderita DM berisiko mengalami komplikasi. Komplikasi tersebut dapat dicegah dengan mengendalikan kadar glukosa darah diabetesi. Pengendalian kadar gula darah pada penderita DM tersebut belum cukup untuk menghindari terjadinya komplikasi akan tetapi diperlukan adanya pengetahuan dan dukungan keluarga dengan rutinitas dalam mengontrol gula darah penderita DM. Metode Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Teknik sampling yang digunakan ialah random sampling dengan jumlah responden sebanyak 50 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil: Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan risk didapatkan ada hubungan pengetahuan dalam mengontrol kadar gula darah nilai p-value 0,002 dan ada hubungan dukungan keluarga dalam mengontrol kadar gula darah nilai ρ-value 0,001 diperoleh nilai p&lt;0,05. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna pengetahuan dan dukungan keluarga dengan rutinitas dalam mengontrol gula darah pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Mangasa Kota Makassar</p>

Masker Medika ◽  
2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 66-74
Author(s):  
Suratun Suratun

Pendahuluan: Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemia). Salah satu faktor pemicu yang berpotensi mempengaruhi kadar gula dalam darah adalah stres. Stres memicu reaksi biokimia tubuh melalui neural dan neuroendokrin. Stres juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tidur. Pola tidur yang tidak teratur menjadi salah satu pemicu perubahan kadar gula darah. Tidur yang berkualitas dan cukup dapat membantu menstabilkan kadar gula darah. Tujuan penelitian: untuk mengetahui hubungan tingkat stres pendekatan cros sectdan kualitas tidur dengan kadar gula darah klien diabetes melitus di rumah sakit muhammadiyah palembang. Metode Penelitian: ini menggunakan desain deskritif analitik yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian: klien diabetes melitus, teknik pengambilan sampel dengan cara accidental sampling, jumlah responden sebanyak 65 klien diabetes melitus. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Uji statistik yang akan digunakan adalah Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat stres sedang 69,2%, memiliki kualitas tidur buruk 55,4% dan dengan kadar gula darah tinggi 63,1%, terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kadar gula darah dengan pvalue 0,047, ada hubungan antara kualitas tidur dengan kadar gula darah dengan p-value 0,05.   Introduction: Diabetes mellitus is a chronic metabolic disorder characterized by an increase in blood sugar levels (hyperglycemia). One trigger factor that has the potential to influence blood sugar levels is stress. Stress triggers the body's biochemical reactions through neural and neuroendocrine. Stress is also one of the factors that influence sleep. Irregular sleep patterns become one of the triggers for changes in blood sugar levels. Good quality sleep can help stabilize blood sugar levels. The purpose of this study: to determine the relationship between the stress level of the cross sect approach and the quality of sleep with the blood sugar levels of diabetes mellitus clients in Palembang Muhammadiyah Hospital. Research Methods: This uses an analytical descriptive design that is carried outwith a cross sectional approach. Study sample: diabetes mellitus clients, sampling techniques by accidental sampling, the number of respondents was 65 diabetes mellitus clients. The instrument in this study used a questionnaire. The statistical test that will be used is Chi Square. The results showed that most respondents had moderate stress levels of 69.2%, had poor sleep quality of 55.4% and with high blood sugar levels 63.1%, there was a relationship between stress levels and blood sugar levels with a p-value of 0.047, there is a relationship between sleep quality with blood sugar levels with a p-value of 0.05.


2020 ◽  
pp. 41-50
Author(s):  
K Komariah ◽  
Sri Rahayu

Diabetes melitus biasa disebut “the silent killer” karena penyakit ini dapat menimbulkan dampak pada semua organ tubuh dan berbagai macam keluhan. Data World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah pasien diabetes melitus di Indonesia dari 8,43 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi 21,257 juta jiwa pada tahun 2030. Peningkatan kejadian kasus diabetes melitus dipengaruhi berbagai faktor seperti perubahan pola gaya hidup, perubahan usia, dan kultur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia, jenis kelamin dan indeks massa tubuh dengan kadar gula darah puasa pada pasien diabetes melitus tipe 2. Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di Klinik Pratama Rawat Jalan Proklamasi, Depok, Jawa Barat dengan jumlah sampel sebanyak 134 responden. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Analisa data menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang berhubungan dengan kadar gula darah puasa adalah usia (p-value=0,004). Pada variabel yang tidak memiliki hubungan dengan kadar gula darah puasa adalah jenis kelamin (p-value=0,331), dan dan indeks massa tubuh (p-value=0,502). Jadi, dapat disimpulkan bahwa usia perlu diperhatikan dalam melakukan perawatan diabetes melitus tipe 2.   Diabetes mellitus is commonly called “the silent killer” because this disease can have an impact on all organs of the body and various complaints. The World Health Organization (WHO) predicts an increase in the number of diabetes mellitus patients in Indonesia from 8.43 million in 2000 to 21.257 million in 2030. Increased incidence of diabetes mellitus cases is influenced by various factors such as changes in lifestyle patterns, age changes, and culture. This study aimed to determine the relationship of age, sex and body mass index with fasting blood sugar levels in patients with type 2 diabetes mellitus. The method of this study used a cross-sectional study design. This research was conducted at the Klinik Pratama Rawat Jalan Proklamasi, Depok, West Java with a total sample of 134 respondents. Sampling in this study used a purposive sampling method. Data analysis using the Chi-Square test. The results showed that age-related blood fasting blood sugar levels (p-value=0,004). The variables that have no relationship with fasting blood sugar levels are gender (p-value=0,331) and body mass index (p-value=0,502). It can be concluded that age has to be considered in treating type 2 diabetes mellitus.


Author(s):  
Riya Purwaningtyastuti ◽  
Esti Nurwanti ◽  
Nurul Huda

<p><strong>ABSTRACK</strong></p><p><em><strong>Background:</strong> High sugar levels in people with diabetes mellitus causes changes in the body. One of its detrimental process called oxidation reaction that causes the increased formation of harmful substances called free radicals. Antioxidant vitamin A, C, and E helpful to reduce oxidative damage in people with diabetes mellitus and prevent complications.</em></p><p><em><strong> Objectives:</strong> The know relationship intake antioxidant with blood glocuse level outpatient type 2 diabetes mellitus in RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.</em></p><p><em><strong> Methods:</strong> This study was observasional with of cross sectional. The subjects in this study were outpatients with diabetes mellitus type 2 with sampels of 89 respondents. Purposive sampling technique. Data consumption pattern of antioxidant, used semi quantitative food frequency (SQFFQ) laboratories to examination and blood glucose levels. Data analysis used Fisher’s Exact Test. </em></p><p><em><strong>Results:</strong> There is significant association between vitamin C intake with blood sugar levels in patients diabetes mellitus the value of p = 0.004. The existence of a no signifi cant association between vitamin E intake with blood sugar levels in patients diabetes mellitus the value of p = 0.073 and there is no signifi cant association between vitamin A intake with blood sugar levels in patients diabetes mellitus the value of p = 0.252. </em></p><p><em><strong>Conclusion:</strong> There is a relationship between vitamin C intake with blood sugar levels, while the intake of vitamin A and E are not related to blood sugar levels</em></p><p><em><strong> KEYWORDS:</strong> type 2 diabetes mellitus, blood glucose level, vitamin C intake, vitamin A intake, vitamin E intake. </em></p><p><strong>ABSTRAK </strong></p><p><em><strong>Latar Belakang :</strong> Kadar glukosa yang tinggi pada penderita kencing manis/DM menyebabkan berbagai perubahan di dalam tubuh. Salah satu proses merugikan dinamakan reaksi oksidasi yang menyebabkan peningkatan pembentukan zat berbahaya yang disebut radikal bebas. Antioksidan vitamin A,C dan E bermanfaat dapat menurunkan kadar glukosa darah.</em></p><p><em><strong> Tujuan:</strong> Untuk mengetahui hubungan antara asupan antioksidan dengan kadar glukosa darah pada pasien rawat jalan DM tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.</em></p><p><em><strong> Metode:</strong> Penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan cross-sectional. Subyek dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan diabetes melitus tipe 2 dengan jumlah sampel 89 responden. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Data asupan antioksidan menggunakan semi quantitative food frequency (SQFFQ) dan hasil pemeriksaan laboratorium untuk kadar glukosa darah. Analisis data menggunakan Fisher’s Exact Test. </em></p><p><em><strong>Hasil :</strong> Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan vitamin C dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan p value 0,004, tidak ada hubungan asupan vitamin E dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan p value 0,073 dan tidak ada hubungan asupan vitamin A dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan nilai p value 0,252. </em></p><p><em><strong>Kesimpulan:</strong> Ada hubungan antara asupan vitamin C dengan kadar glukosa darah sedangkan vitamin A dan E tidak ada hubungan dengan kadar glukosa darah. </em></p><p><em><strong>KATA KUNCI:</strong> diabetes melitus tipe 2, kadar glukosa darah, vitamin A, vitamin E dan vitamin C</em></p>


2021 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
pp. 485-499
Author(s):  
Yani Nurhayani ◽  
Titin Supriatin

ABSTRACT: FACTORS INFLUENCING THE SELF-EMPOWERMENT IN CONTROLLING BLOOD SUGAR LEVELS IN DIABETES MELLITUS PATIENTS IN MUNDUPESISIR VILLAGE, MUNDU DISTRICT, CIREBON REGENCY  Background: Diabetes mellitus is a disease characterized by a set of symptoms caused by a decrease in insulin secretion or a decrease in insulin sensitivity. This condition increases blood sugar levels. Efforts to improve the self-empowerment of patients with diabetes mellitus must understand the factors that influence the process of self-empowerment of each patient with diabetes mellitus. To be maximized by patients with diabetes mellitus to have good self-empowerment.Objective: To identify the factors that influence self-empowerment in controlling blood sugar levels in people with diabetes mellitus.Research Methods: this type of research is descriptive with a retrospective study approach. The subjects of this study were patients with diabetes mellitus, totaling 32 respondents. Collecting data using questionnaires distributed to respondents. Self-empowerment was measured using the Diabetes mellitus Empowerment Scale (DES) questionnaire. Data analysis was univariate using frequency distribution and bivariate using chi-square.Research Results: There is a significant relationship in education factor with self-empowerment of diabetes mellitus patients (p-value = 0.006, = 0.05). While the factors that did not have a significant relationship were gender, age, length of suffering from diabetes mellitus, knowledge, income, and family support (p-value > α).Conclusion: There is a significant relationship in the education factor and while the factors that do not have a significant relationship are gender, age, duration of suffering from diabetes mellitus, knowledge, income, and family support. Suggestions in this study are further researchers can provide education that can increase the self-empowerment of diabetes mellitus patients. Keywords: self-empowerment, diabetes mellitus   INTISARI: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERDAYAAN DIRI DALAM MENGONTROL KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI DESA MUNDU PESISIR KEC MUNDU KABUPATEN CIREBON  Latar Belakang: Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit dengan ditandai dengan sekumpulan gejala yang disebabkan oleh penurunan sensitivitas insulin atau penurunan sekresi insulin. Keadaan ini mengakibatkan peningkatan kadar gula darah. Upaya meningkatkan pemberdayaan diri pasien diabetes mellitus, harus memahami tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemberdayaan diri setiap pasien diabetes mellitus.  Agar dapat dimaksimalkan oleh pasien diabetes mellitus untuk memiliki pemberdayaan diri yang baik.Tujuan: Teridentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemberdayaan diri dalam mengontrol kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus.Metode Penelitian: jenis penelitian deksriptif dengan pendekatan retrospective studi. Subjek penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus yang berjumlah 32 responden. Pengambilan data menggunakan kuisioner yang dibagikan kepada responden. Pemberdayaan diri diukur menggunakan kuisioner Diabetes mellitus Empowerment Scale (DES). Analisis data secara univariat menggunakan distribusi frekuensi dan bivariat menggunakan chi square.Hasil penelitian: Terdapat hubungan signifikan dalam faktor pendidikan dengan pemberdayaan diri pasien diabetes melitus (p value = 0,006, α = 0,05). Sedangkan faktor yang tidak mempunyai hubungan yang signifikan adalah jenis kelamin, usia, lama menderita diabetes melitus, pengetahuan, pendapatan dan dukungan keluarga (p value > α).Kesimpulan: Terdapat hubungan signifikan dalam faktor pendidikan dan sedangkan faktor yang tidak mempunyai hubungan yang signifikan adalah jenis kelamin, usia, lama menderita diabetes melitus, pengetahuan, pendapatan dan dukungan keluarga. Saran dalam penelitian ini adalah peneliti selanjutnya dapat memberikan edukasi yang dapat meningkatkan pemberdayaan diri pasien diabetes melitus. Kata Kunci : pemberdayaan diri, diabetes mellitus


2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 82-86
Author(s):  
Roza Erda ◽  
Widia Novitri ◽  
Savitri Gemini ◽  
Didi Yunaspi

Latar belakang: Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak cukup memproduksi insulin. Oleh karena itu, penderita DM Tipe 2 sering mengalami masalah psikologis yaitu kecemasan yang membutuhkan dukungan keluarga. Bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan. Metode: penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan desain cross sectional. Non-probability sampling digunakan untuk menentukan sampel, yang melibatkan 66 responden. Alat ukur dalam penelitian ini adalah kuesioner Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS) dan Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS). Dianalisis menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil: diperoleh nilai (p value = 0,003 < 0,05), menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien diabetes tipe 2. Kesimpulan: Hasil penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 membutuhkan dukungan keluarga untuk mengatasi tingkat kecemasan


2021 ◽  
Vol 1 (4) ◽  
pp. 471-482
Author(s):  
Zulfian Zulfian ◽  
Muslim Daud Tarmizi

ABSTRACT: CORRELATION BETWEEN TIME BLOOD SUGAR LEVELS (GDS) WITH SERUM CREATININE LEVELS IN TYPE 2 DIABETES MELLITUS PATIENTS AT DR.H. BOB BAZAR, SKM  HOSPITAL LAMPUNG SELATAN Background of study: Diabetes mellitus is a disease condition characterized by increased blood glucose levels or hyperglycemia and a disturbance in the body's metabolism. Based on Rikesdas data, the number of sufferers shows a very significant increase in the prevalence of diabetes, from 6.9% in 2013 to 8.5% in 2018. With this data, Indonesia is the 6th rank DM sufferer in the world. In this diabetic patient, if it is not handled seriously it will trigger complications such as weakening of the kidney function which can be seen from the examination of serum creatinine levels and this is a sign of the onset of complications from diabetes.Purpose: To be able to find out the relationship between current blood sugar levels (GDS) and serum creatinine levels in type 2 diabetes mellitus sufferers at Dr.H Bob Bazar Hospital, SKM South Lampung in 2020. Research Method: This type of research is correlative analytic with cross-sectional using method purposive sampling and random sampling of 201 samples of type 2 DM patients who met the inclusion criteria. Data collection began in December 2020. The data used were secondary data in the form of medical records. Data were evaluated with the test Spearman. Research Results: In this study, Obtained research sample amounted to 201 sufferers of type 2 diabetes with The mean time blood sugar level (GDS) was 227.08 in the standard deviation assessment was 69.84 with the lowest GDS level was 120 and the highest was 392. and The mean serum creatinine level of type 2 DM patients from 201 respondents was 1.42 in the standard deviation assessment was 0.43 with the lowest serum creatinine level was 0.60 and the highest was 2.45. The results of the correlation Spearman showed that the value of p =0.000 and the value of r= + 0.416, because the value of p= 0.000 <0.05 so that it can be stated that Ha is accepted and Ho is declared rejected or there is a significant correlation, with r =0.416 it means that the strength of the correlation is moderate positive between sugar levels blood flow (GDS) with serum creatinine levels in patients with type 2 diabetes. Conclusion: This study concludes there is a significant correlation between blood sugar levels (GDS) and serum creatinine levels in type 2 DM patients with a p-value = 0.000. Keywords: Diabetes Mellitus, Current Blood Sugar (GDS), Serum CreatinineINTISARI: HUBUNGAN KADAR GULA DARAH SEWAKTU (GDS) DENGAN KADAR KREATININ SERUM TERHADAP PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD DR.H.BOB BAZAR, SKM LAMPUNG SELATAN Latar Belakang: Diabetes melitus ialah kondisi penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah atau hiperglikemia serta adanya gangguan dalam metabolisme tubuh. Berdasarkan data Rikesdas jumlah penderita menunjukkan adanya peningkatan angka prevalensi diabetes yang amat signifikan, yakni dari 6,9% pada tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018. Dengan data tersebut peringkat ke-6 penderita DM di dunia diduduki oleh Indonesia. Pada penderita diabetes ini, andaikan tidak ditangani secara serius maka akan mencetuskan komplikasi seperti melemahnya fungsi ginjal dapat dilihat dari pemeriksaan kadar kreatinin serum dan menjadi tanda timbulnya penyakit komplikasi dari diabetes.Tujuan: Untuk dapat mengetahui Hubungan Kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) dengan Kadar Kreatinin Serum terhadap penderita diabetes melitus tipe 2 di RSUD Dr.H Bob Bazar, SKM Lampung Selatan tahun 2020. Metode Penelitian: Jenis Penelitian ini adalah analitik korelatif dengan metode cross sectional menggunakan purposive sampling dan random sampling sebanyak 201 sampel pasien DM tipe 2 yang memenuhi kriteria inkulsi. Pengambilan data dimulai pada bulan Desember 2020. Data yang digunakan yaitu data sekunder berupa rekam medik. Data dievaluasi dengan uji Spearman. Hasil Penelitian: Didapatkan sampel penelitian berjumlah 201 penderita DM tipe 2 dengan rata-rata kadar gula darah sewaktu (GDS) didapatkan sebesar 227.08 dalam penilaian standar deviasinya ialah 69.84 dengan kadar gula darah sewaktu (GDS) terendahnya ialah 120 dan yang tertingginya ialah 392. dan rata-rata kadar kreatinin serum penderita DM tipe 2 dari 201 responden didapatkan sebesar 1.42  dalam penilaian standar deviasinya ialah 0.43 dengan kadar kreatinin serum terendahnya ialah 0.60 dan yang tertingginya ialah 2.45. Hasil korelasi Spearman  didapatkan nilai p=0.000 dan nilai r=+0.416, karena nilai p=0.000 <0.05 sehingga dapat dinyatakan Ha diterima dan Ho dinyatakan ditolak atau terdapat korelasi yang bermakna, dengan r=0.416 dapat diartikan kekuatan korelasi sedang positif antara kadar gula darah sewaktu (GDS) dengan kadar kreatinin serum terhadap pasien DM tipe 2.Kesimpulan: Terdapat  korelasi yang bermakna antara kadar gula darah sewaktu (GDS) dengan kadar kreatinin serum terhadap pasien DM tipe 2 dengan p-value= 0.000. Kata Kunci: Diabetes Melitus, Gula Darah Sewaktu (GDS), Kreatinin Serum


2021 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
Author(s):  
Weny Amelia ◽  
Fitria Alisa ◽  
Lola Despitasari

Pasien Diabetes Mellitus (DM) termasuk kelompok rentan terhadap infeksi bakteri dan virus karena kondisi hiperglimia yang dialaminya. Kondisi pandemi COVID-19 merupakan kondisi yang mengancam bagi penderita DM sebagai kelompok rentan. Penerapan diet merupakan salah satu komponen utama dalam keberhasilan penatalaksanaan diabetes, akan tetapi sering kali menjadi kendala dalam pelayanan diabetes karena dibutuhkan kepatuhan. Kepatuhan penderita DM terhadap pengaturan dan perencanaan pada pola makan merupakan salah satu kendala yang paling sering terjadi pada pasien DM, Untuk menjalani kepatuhan diet maka banyak sekali penderita mengalami stress akibat dari pembatasan pola makan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres dengan kepatuhan diet pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Masa Pandemic Di Puskesmas Andalas Padang. Jenis penelitian adalah survey analitik dengan desain penelitian cross sectional study. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 yang berkunjung ke Puskesmas Andalas Padang dengan jumlah sampel sebanyak 55 orang yang diambil secara simple random sampling. Hasil penelitian diolah menggunakan uji Chi-Square dengan p value 0,67 (p ≥ 0.05.  Dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan hubungan stres dengan kepatuhan diet pasien Diabetes Mellitus Tipe II pada masa pandemic di Puskesmas Andalas Padang. Diharapkan tenaga kesehatan dapat meningkatkan lagi untuk penatalaksanaan pada pasien Diabetes Melitus dan dapat melakukan pengelolaan DM di masyarakat dengan berperan sebagai edukator yang dapat mengedukasi pasien DM khususnya dalam manajemen diet terutama pada masa pandemic sekarang ini


2020 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 46-50
Author(s):  
Muhammad Basri ◽  
Baharuddin K ◽  
Sitti Rahmatia

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik dan kronis dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduaduanya yang membutuhkan perawatan medis dan pendidikan pengelolaan mandiri untuk mencegah komplikasi akut jangka panjang (Nian, 2017). Tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan hubungan kualitas tidur dengan kadar glukosa darah Puasa pada pasien DM tipe II di PKM Kassi-Kassikota Makassar. Manfaat : Meningkatkan pengetahuan pada Penderita DM Tipe II yang mengalami gangguan Kwalitas dan Pola Tidur shari-hari Meningkatkan pengetahuan pada Penderita DM Tipe II yang mengalami gangguan Kwalitas dan Pola Tidur shari-hari Metode : Pada penelitian ini menggunakan desain cross sectional, jenis penelitian ini menggunakan metode analitik yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara Kualitas tidur dengan kadar glukosa darah puasa pada pasien DM Tipe II. Sampel menggunakan purposive sampling dengan menggunakan rumus Slovin dengan jumlah sampel  55  orang  yaitu  seluruh pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di PKM Kassi-Kassi Kota Makassar. Hasil Uji Statistik Chi Square diperoleh p value 0,000 < 0,05.sehingga peneliti berasumsi bahwa  ada hubungan antara kualitas tidur dengan kadar glukosa darah pada pasien DM Type 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar.  Kesimpulan yaitu terdapat hubungan kualitas tidur dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. Saran dapat dijadikan sebagai salah satu acuhan bagi pasien diabetes melitus tipe 2 untuk meningkatkan kualitas tidur dan menjaga kadar glukosa darah puasa


2019 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
pp. 38-45
Author(s):  
Helena Wadja ◽  
Hamidah Rahman ◽  
Nani Supriyatni

Diabetes adalah penyakit yang berlangsung lama atau kronis serta ditandai dengan kadar gula (glukosa) darah yang tinggi atau di atas nilai normal. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Diabetes melitus (DM) menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia pada abad ke-21. Jumlah penderita DM mencapai 422 juta orang di dunia pada tahun 2014. Sebagian besar dari penderita tersebut berada di negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki jumlah penderita yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, tingkat stres, dan durasi tidur terhadap kejadian Diabetes Mellitus. Metode penelitian dengan menggunakan desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah  pasien yang datang memeriksakan kadar gula darah di UPTD Diabetes Center Kota Ternate Tahun 2018. Jumlah sampel 95 orang yang diambil dengan cara accidental sampling. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit Diabetes Mellitus adalah tingkat stres dengan p-value = 0,037 ( <0,1 ) dan durasi tidur dengan p-value = 0,025 ( <0,1 ), sedangkan yang tidak berhubungan adalah tingkat pengetahuan dengan p-value = 0,709 ( >0,1 ). Oleh karena itu, disarankan kepada petugas kesehatan lebih meningkkatkan lagi  informasi kepada masyarakat tentang penyakit Diabetes Mellitus, agar masyarakat lebih tahu tentang penyakit Diabetes Mellitus.


2019 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 5-14
Author(s):  
Holy Yunita Nuraini ◽  
Rachmat Supriatna

Diabetes mellitus tipe 2 adalah diabetes melitus yang tidak tergantung pada  insulin dan kebanyakan penderita memiliki kelebihan berat badan. Data studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita diabetes melitus pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang dan diperkirakan akan meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola makan, aktivitas fisik dan riwayat penyakit keluarga terhadap penyakit diabetes  mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Bunda Margonda Depok Tahun 2015. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelian cross sectional .Metode pengambilan sampel menggunakan tekhnik accidental sampling terhadap 34 orang pasien penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Bunda Margonda Depok Tahun 2015. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuisioner, dimana jawaban dari kuisioner dianalisa dengan menggunakan uji chi-square yang di olah dengan menggunakan  SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi dari tiga variable yaitu pola makan nilai p-value 0.044 < α (0.05), aktivitas terhadap penyakit diabetes mellitus tipe 2 nilai p-value 0.634 > α (0.05) dan riwayat penyakit keluarga nilai p-value 0.102 > α (0.05), yang mempunyai hubungan terhadap diabetes mellitus tipe 2 adalah variable pola makan. Perlu adanya penyuluhan lebih terhadap masyarakat mengenai pola makan yang baik dan sehat. Kata kunci : Aktivitas Fisik,  Diabetes Mellitus, Pola Makan, Riwayat Penyakit Keluarga


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document