Jurnal Sains Dasar
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

59
(FIVE YEARS 0)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Negeri Yogyakarta

2443-1273, 2085-9872

2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 26
Author(s):  
Widodo Budi Kurniawan

Telah dilakukan pengukuran tetapan dielektrik kompleks dan besarnya impedansi kapasitor pada material keramik Calcium Copper Titanate dengan struktur material CaCu3Ti4O12 (CCTO) dengan kemurnian 99 % menggunakan metode spektroskopi impedansi terkomputerisasi dalam rentang frekuensi 5 kHz – 120 kHz. Tetapan dielektrik maksimum terukur pada sampel yang disintering dengan suhu 7000C yaitu 745 pada frekuensi 5 kHz dan besarnya impedansi kapasitor maksimum terjadi pada sampel CCTO non sintering yaitu 150434 Ω. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh frekuensi terhadap tetapan dielektrik kompleks dan impedansi kapasitor dari material yang diteliti. Kata kunci : spektroskopi impedansi, CaCu3Ti4O12, tetapan dielektrik kompleks dan impedansi kapasitor.   MEASUREMENT OF THE DIELECTRIC CONSTANT CALCIUM COPPER TITANATE (CaCu3Ti4O12) MATERIALS USING COMPUTERIZED IMPEDANCE SPECTROSCOPY  ABSTRACT The measurement of the complex dielectric constant and the magnitude of the capacitor impedances of the ceramic materials Calcium Copper Titanate CaCu3Ti4O12 (CCTO) with purity of 99% has been done by using the method of computerized impedance spectroscopy in the frequency range 5 kHz - 120 kHz. The highest dielectric constant of the material was found to be 745 at 5 kHz in the sample sintered 7000C and the highest impedance of capacitor occured in CCTO sample non sintered that is 150434Ω. The results showed that complex dielectric constant and impedance of the capacitor of the material under study was frequency dependent. Keywords : impedance spectroscopy, CaCu3Ti4O12,complex dielectric constant and impedance of capacitor


2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 31 ◽  
Author(s):  
Dessy Kurniasari ◽  
Sri Atun

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat dan mengetahui karakteristik nanopartikel dari ekstrak etanol temu kunci (Boesenbergia pandurata) dan rasio optimal variasi konsentrasi kitosan dan NaTPP dalam pembuatan nanopartikel temu kunci.            Pembuatan ekstrak temu kunci (Boesenbergia pandurata) menggunakan metode maserasi menggunakan etanol teknis 96% dilanjutkan evaporasi hingga terbentuk ekstrak kental temu kunci. Koloid nanopartikel dibuat dengan mencampurkan ekstrak temu kunci dalam etanol p.a, akuades, larutan kitosan dalam asam asetat glasial, dan larutan NaTPP. Ada 9 variasi komposisi antara larutan kitosan dan  NaTPP yakni rasio (5:1); (10:1); (15:1); (20:1); (3,33:1); (8:1); (9:1); (11:1); dan (12:1). Padatan dalam koloid nanopartikel dipisahkan dengan cara sentrifugasi. Endapan yang didapatkan disimpan dalam freezer. Koloid nanopartikel yang terbentuk dikarakterisasi menggunakan Particle Size Analyzer (PSA) dan Zeta Sizeruntuk mengetahui ukuran partikel dan nilai zeta potensial. Padatan yang didapatkan dari proses sentrifugasi selanjutnya dikarakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk mengetahui kondisi morfologi padatan tersebut. Karakterisasi dengan KLT pada padatan yang didapatkan bertujuan untuk mengetahui kesamaan kandungan senyawa antara ekstrak etanol temu kunci dan ekstrak etanol temu kunci dalam sediaan berukuran nano.            Koloid nanopartikel yang telah dibuat berwarna kuning dan setelah di sentrifugasi terbentuk padatan berwarna kuning kecokelatan. Karakterisasi menggunakan PSA menunjukkan ukuran partikel pada rentang 389-877 nm sebanyak 98,1% pada rasio konsentrasi kitosan dan NaTPP = (8:1). Nilai rerata zeta potensial adalah 41,87 mV. Hasil foto SEM menunjukkan morfologi partikel yang memiliki permukaan yang tidak rata. Rf keenam sampel menunjukkan hasil bahwa senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol temu kunci maupun ekstrak etanol temu kunci dalam sediaan nanopartikel adalah sama. Kata Kunci : kitosan, NaTPP, ekstrak etanol temu kunci, KLT, SEM, PSA, zeta sizer


2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 36
Author(s):  
Suhartini Suhartini ◽  
Putu Suryadarma ◽  
Budiwati Budiwati

Abstrak Penggunaan pestisida kimia telah banyak memberikan dampak negatif pada lingkungan, sehingga diperlukan penggunaan pestisida nabati untuk menuju pertanian yang ramah lingkungan. Di desa ditemui banyak jenis daun yang dapat digunakan sebagai pestisida hayati, maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari ekstrak pestisida nabati yaitu daun tembakau, tapak liman, daun kayu kuning dan daun sirih hijau terhadap mortalitas hama Plutella Xylostella pada tanaman sawi (Brassica juncea L.) berat basah sawi dan kerusakan daun sawi.Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan jenis tanaman sebagai pestisida Nabati . Perlakuan yang digunakan ada 6 macam (taraf) yaitu kontrol negatif (P0), daun tembakau (P1), tapak liman (P2), daun kayu kuning (P3),  daun sirih hijau (P4) dan pestisida kimia sebagai kontrol positif (P5) dengan masing-masing kadar 10 %. Parameter yang diamati adalah mortalitas hama,  berat basah sawi dan tingkat kerusakan daun sawi. Analisis dilakukan dengan anova satu arah.Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun tembakau ((Nicotiana tabacum), tapak liman ((Elephantopus sp.), daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) dan daun sirih hijau  (Piper betle Linn.) dengan konsentrasi 10 persen dari ekstrak belum memberikan pengaruh nyata pada mortalitas hama Plutella xylostella, berat basah sawi ((brassica juncea l.)  dan tingkat kerusakan daun sawi (brassica juncea l.). Ekstrak daun yang paling berpengaruh pada mortalitas Plutella xylostella secara berurutan adalah tembakau, daun sirih, daun kayu kuning dan tapak liman. Sedangkan pada berat basah sawi (brassica juncea l.) secara berurutan daun kayu kuning, daun sirih hijau, daun tapak liman dan daun tembakau. Sementara terhadap tingkat kerusakan daun sawi mulai yang paling kecil rusaknya  secara berurutan adalah daun sirih hijau, daun tembakau, tapak liman dan daun kayu kuning. Kata Kunci: Pestisida Nabati, ekstrak, Plutella xylostella, mortalitas, sawi (Brassica juncea) ABSTRACTThe use of chemical pesticides has many negative impacts on the environment, it is necessary for the use of biological pesticide towards sustainable agriculture or environmentally friendly agriculture. In the village were encountered many types of leaves that can be used as a biological pesticide, and therefore this study aims to determine the effectiveness of pesticide plant extracts of the leaves of some plants covering the leaves of tobacco, elephantopus, yellow wood and green betel on mortality of Plutella xylostella pests in plants mustard greens (Brassica juncea L), heavy wet mustard and mustard leaf damage   This study uses a completely randomized design with the treatment of various crops as a pesticide vegetable. The treatments used 6 kinds (degree) ie negative control (P0), the leaves of tobacco (P1), the leaves of elephantopus (P2), the leaves of yellow wood (P3), the leaves of greens betel (P4) and chemical pesticides as a positive control (P5) with each grade of 10 %. Parameters measured were mortality pests, heavy wet mustard greens and mustard greens leaf damage rate. The analysis was performed by one-way ANOVA.   The results showed that the extract from the leaves of tobacco (Nicotiana tabacum), the leaves of elephantopus, the leaves of yellow wood (Arcangelisia flava L.) and the leaves of green betel (Piper betle Linn.) With a 10 percent concentration of the extract on a variety of  leaves are not yet significant effect on mortality pests Plutella xylostella, heavy wet of mustard greens (brassica juncea l.) and severity of leaf mustard greens (brassica juncea l.). The leaf extract the most influence on mortality Plutella xylostella sequential is an extract of the leaves tobacco, the leaves of greens betel, the leaves of yellow wood and the leaves of elephantopus. While the effect on weight of wet mustard greens (Brassica juncea l.) in order are as follows: the leaves of yellow wood, the leaves of green betel, the leaves of elephantopus, and the leaves of tobacco. Meanwhile the level of damage to the mustard greens leaves are starting from the smallest breakdown in order are the leaves of green betel, the leaves of tobacco, the leaves of elephantopus and the leaves of yellow wood. Keywords: Pesticides Vegetable, extract, Plutella xylostella, mortality, Brassica juncea 


2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 8 ◽  
Author(s):  
Hafidha Asni Akmalia

AbstrakIntensitas cahaya dan ketersediaan air merupakan faktor-faktor yang menjadi penunjang maupun penghambat pertumbuhan tergantung kisaran yang mampu diterima tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya dan penyiraman terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 3 faktor intensitas cahaya (L1 : 63694 ; L2 : 11408 dan L3 : 3897 Lux) dan 3 faktor penyiraman (pemberian air sebanyak W1 : 2 L; W2 : 1,6 L; W3 : 1,2 L). Tiap kombinasi perlakuan dibuat tiga ulangan. Penanaman jagung dilakukan di lahan Sawitsari, Yogyakarta. Jagung dipanen saat berumur 75 hari dengan karakter pertumbuhan yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, rasio daun, berat kering tanaman, dan rasio akar-tajuk. Data dianalisis menggunakan Analisis Sidik Ragam Varian (Anava) dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa L1W1 (63694 Lux ; 2 L) menyebabkan semua karakter pertumbuhan meningkat.Kata kunci : jagung, pertumbuhan, intensitas cahaya, penyiraman AbstractThe light intensity and water availability are the factors both supporting and supressing plant growth and it depends on which level that plant can accept. The aim of this research was to evaluate the effect of light intensity and watering in maize growth. This research used Randomized Completed Design with 3 regimes of light intensity (L1 : 63694, L2 : 11408 dan L3 : 3897 Lux) and 3 regimes of watering (W1 : 2 L, W2 : 1,6 L  and W3 : 1,2 L). Each combination was done with 3 replications and it was done in Sawitsari, Yogyakarta. Maize was harvested in 75 days after the treatment and the measured parameters were plant height, leaf total number, leaf ratio, root-shoot ratio, and plant biomass. Data were analyzed by Anava and DMRT test with significance level of 5%. The results showed that L1W1 treatment increased all parameters of growth. Keywords: maize, growth, light intensity, watering


2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 44
Author(s):  
Tri Hardjana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan jumlah eritrosit, leukosit, hemoglobin  dan diferensial leukosit kelelawar genus Rhinolophss di gua alami dan wisata Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksplorasi. Objek penelitian ini adalah kelelawar Rhinolophus  jantan atau betina tidak sedang hamil/ laktasi dan berumur dewasa. 10 sampel kelelawar Rhinolophus   berasal dari gua alami Cokakan dan 10 sampel berasal dari gua wisata Gelatik Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Kelelawar ditangkap dengan menggunakan jaring kabut/ mist net. Darah kelelawar diambil dari bagian lengan bawah sayap bagian atas (vena). Darah yang keluar dimasukkan ke dalam tabung eppendorf dengan penambahan serbuk EDTA. Kelelawar kemudian diberi madu dan dilepas liarkan. Sampel darah dianalisis menggunakan Hematology Analyzer Sysmex KX-21. Data jumlah eritrosit dan leukosit dianalisis dengan analisis statistik Mann- Whitney Test, kadar hemoglobin dianalisis dengan T tes untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan signifikan pada perbandingan rerata jumlah eritrosi, leukosit dan kadar hemoglobin  dua kelompok data kelelawar yang berasal dari dua gua dengan pola pengelolaan yang berbeda. Rerata jumlah eritrosit, leukosit , hemoglobin dan diferensial leukosit dibuat menjadi diagram batang untuk mengetahui selisih rerata jumlah dua kelompok data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (p> 0,05) pada perbandingan jumlah eritrosit, leukosit, hemoglobin  dan diferensial leukosit di gua alami Cokakan dan wisata Glatik Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Terdapat kecenderungan jumlah eritrosit dan hemoglobin cenderung lebih tinggi pada kelelawar di gua Cokakan,  sedang leukosit dan diferensial leukosit kelelawar Rhinolophus  yang lebih tinggi pada gua wisata Glatik.Kata kunci: Gua, kelelawar,eritrosit, heoglobin  leukosit, diferensial leukosit


2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Rita Prasetyowati

 Abstrak                 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyisipan logam tembaga (Cu) dengan berbagai variasi massa terhadap struktur morfologi dan komposisi bahan pada permukaan lapisan titania, absorbansi lapisan titania, resistansi lapisan titania, dan performansi sel surya berbasis titania. Konduktivitas yang dimaksud adalah pengukuran resistansi lapisan. Sedangkan performansi sel surya yang dimaksud adalah tegangan sel surya.                Preparasi lapisan titania-tembaga (TiO2-Cu) menjadi bentuk pasta dilakukan dengan menggunakan metode sol-gel. Pasta titania-tembaga dideposisikan pada elektroda transparan (Indium Tin Oxide) dengan metode doctor blade. Dilakukan lima variasi massa Cu yang disisipkan pada lapisan titania, yaitu 0,050 gram (Sampel 1); 0,075 gram (sampel 2);  0,100 gram (sampel 3); 0,0125 (sampel 4) dan 0,0150 (sampel 5). Masing-masing variasi massa Cu tersebut disisipkan pada 1 gram TiO2. Karakterisasi SEM dan EDS dilakukan pada lapisan titania-tembaga untuk mengetahui struktur morfologi dan komposisi bahan lapisan. Absorbansi lapisan dikarakterisasi dengan menggunakan UV-Visible spektrometer. Pengukuran resistansi lapisan dilakukan dengan menggunakan Jembatan Wheatstone. Sedangkan performansi sel surya dilakukan dengan mengukur tegangan sel surya.Kata kunci : titania, tembaga, morfologi permukaan, absorbansi, resistansi, sel surya Effect of Cu Insertion With Variation Of Mass on Titania Active Layer To Morphological Structure, Resistance, And Solar Cells Performance                                             Abstract            This study aims to determine the effect of insertion of copper (Cu) with a variety of mass to structure morphology and composition of surface layer of titania, absorbance of titania, resistance of titania and solar cell performance based on titania.. Solar cell performance is characterized from voltage of solar cell.                Preparation of titania-copper layer (TiO2-Cu) to form a paste was made using a sol-gel method. Pasta titania-copper deposited on a transparent electrode (Indium Tin Oxide) with a doctor blade method. There were five variations of Cu mass pasted on layers of titania, namely 0,050 grams (Sample 1); 0,075 grams (sample 2); 0,100 grams (3 samples); 0.0125 (sample 4) and 0.0150 (sample 5). Each variation of the mass of Cu is inserted in one gram of TiO2. SEM and EDS characterization performed on layers of titania-copper to know the structure morphology and composition of the titania-copper. Layer absorbance was characterized using UV-Visible spectrometer. Resistance of titania was measured using a Wheatstone bridge. The performance of solar cells measured by measuring the voltage of the solar cell.                Keywords: titania, copper, surface morphology, absorbance, resistance, solar cells


2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 66
Author(s):  
Muchamad Ngafifuddin ◽  
Sunarno Sunarno ◽  
Susilo Susilo

Perancangan pH meter berbasis Arduino dilakukan untuk membuat alat ukur pH yang kompatibel dengan alat mesin pencuci film otomatis. Pengukuran pH pada larutan fixer sangat diperlukan karena tingkat pH sangat berpengaruh terhadap hasil citra radiografi. Pada penelitian ini telah dilakukan rancang bangun pH meter berbasis arduino uno. Rancang bangun alat ini menggunakan sensor E-201C,  arduino uno, dan tampilan PC. Pengambilan data dilakukan menggunakan variasi larutan buffer. Hasil dari karakterisasi sensor menunjukkan sensor memiliki nilai sensitivitas 46,2mV/pH pada suhu 28oC. Pengukuran pada larutan asam menghasilkan tegangan sensor bernilai positif, larutan netral menghasilkan tegangan sensor mendekati nol, dan larutan basa menghasilkan tegangan sensor bernilai negatif. Berdasarkan hasil pengujian, pH meter yang dibuat mampu mengukur rentang nilai pH 1,6 sampai dengan 11 dengan ketelitian 99% dan layak digunakan sebagai alat ukur pH pada mesin pencuci film radiografi.Kata Kunci : Larutan fixer, sensor E-201C, arduino uno, pH meter Abstract Design of pH meter based on Arduino had done to create pH measurement instrument that compatible with automatic washing machine of x-ray radiograph film. The pH Measurement on buffer solution is important because acidic level extremely effect to result of radiograph image. In this research,  the design of pH meter based on arduino uno has been performed. Sensor of E-201C, arduino uno an display PC used to designed of pH meter. Buffer solution has variated to get a data result. The result of sensor characterization shows that the sensitivity of the sensor is about 46.2mV/pH in the temperature of 28C. Measurement of acidic solution give result of positive voltage, netral solution voltage of limit to zero, and basic solution of negative voltage. According to the examination result,  pH meter has made as can measure pH with ranges of 1,6 to 11 with 99% accuracy and proper to use as a pH measuring instrument to wash film radiography equipment.Keywords : Buffer Solution, Sensor of E-201C, Arduino uno, pH meter


2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 17
Author(s):  
Yuant Tiandho

Di dalam makalah ini disajikan suatu analisis teoritik dari desain mesin panas foto-Carnot dengan sumber energi berupa lubang hitam non-stasioner. Diharapkan dari kajian ini dapat diketahui potensi penggunaan lubang hitam sebagai sumber “bahan bakar” dari suatu mesin panas. Desain mesin panas berbasis lubang hitam dikembangkan karena melalui mekanika kuantum lubang hitam dapat mengemisikan partikel dan memiliki temperatur layaknya dalam proses radiasi benda hitam. Perhitungan temperatur lubang hitam non-stasioner yang meradiasikan foton dilakukan berdasarkan gambaran tunneling dengan menggunakan metode Hamilton-Jacobi. Sebagai hasilnya, lubang hitam non-stasioner memiliki temperatur yang juga bergantung terhadap laju perubahan massa. Desain mesin panas yang dikaji dalam makalah ini terdiri dari dua buah lubang hitam non-stasioner berbeda massa sehingga memiliki perbedaan tekanan radiasi yang dapat menggerakkan piston. Secara umum, efisiensi dari mesin foto-Carnot bergantung pada massa lubang hitam, laju perubahan massa, serta suatu fungsi penyeimbang dalam metrik Vaidya.Kata kunci: mesin foto-Carnot, termodinamika lubang hitam, non-stasioner. Non-Stationary Black Hole Photo-Carnot Heat Engine Abstract This paper presents a theoretical analysis of a photo-Carnot heat engine design with an energy source from a non-stationary black hole. This study may provide a clue about the potential use of black hole as a “fuel” of a heat engine. Heat engine design was developed because according to quantum mechanics a black hole may emit particles and it has temperature like in the black-body radiation. The calculation of  non-stationary black hole temperature which radiate photons is based on the tunneling picture by using the Hamilton-Jacobi method. As a result, the temperature of non-stationary black hole also depends on the mass flow rate. The model of heat engine that studied in this work contains two non-stationary black holes with different masses that have different radiation pressure to move the piston. In general, the efficiency of photo-Carnot engine depend on the mass of the black hole, the mass flow rate, and the balance function in the Vaidya metric. Keywords: photo-Carnot engine, black hole thermodynamics, non-stationary.


2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 49
Author(s):  
Nugroho Budi Wibowo

Data Vs30 banyak digunakan dalam berbagai persamaan empiris. Data tersebut dapat diperoleh dari data mikrotremor dan model topografi USGS. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung rasio antara Vs30 mikrotremor dan Vs30 USGS. Data yang digunakan sebanyak 11 titik pengukuran mikrotremor di Kecamatan Jetis dan model topografi yang diperoleh dari website USGS. Vs30 mikrotremor dihasilkan dari model ground profile dengan nilai misfit terendah. Hasil perhitungan menunjukkan Vs30 berdasarkan data mikrotremor di Kecamatan Jetis bervariasi dari 145,22 – 251,24 m/s. Vs30 USGS di Kecamatan Jetis bervariasi dari 243,07 – 384,35 m/s.  Rasio Vs30 mikrotremor dan Vs30 USGS bervariasi dari 0,49 – 0,97. Hal ini menunjukkan bahwa data Vs30 USGS tidak berbeda jauh dengan hasil Vs30 data mikrotremor.Kata kunci: Vs30, Mikrotremor, Ground Profile Vs30 data are widely used in various empirical equations. Vs30 data can be obtained from microtremor data and topographic model from USGS. This study aimed to calculate the ratio between Vs30 from microtremor and Vs30 from USGS. The study used 11 points of microtremor data in Jetis and topographic model was obtained from USGS website. Vs30 from microtremor were generated from ground profile models with the lowest misfit values. The calculations show that Vs30 based on microtremor data in Jetis ranged from 145.22 - 251.24 m/s. Vs30 from USGS in Jetis ranged from 243.07 - 384.35 m / s. Ratio of Vs30 from microtremor and Vs30 from USGS vary from 0.49 - 0.97. This value indicates that the Vs30 data from USGS does not vary much with Vs30 data from microtremor.Keywords:Vs30, Microtremor, Ground Profile


2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 57 ◽  
Author(s):  
Slamet Mardiyanto Rahayu ◽  
Wiryanto Wiryanto ◽  
Sunarto Sunarto

dan pendidikan. Luas kawasan mangrove di Kabupaten Purworejo semakin berkurang akibat adanya penebangan, pemukiman, tambak, dan pertanian. Ada tiga stasiun, yaitu mangrove lebat (Desa Gedangan), mangrove sedang (Desa Jatikontal), dan mangrove jarang (Desa Ngentak). Ditemukan 19 jenis dari 6 famili krustasea yaitu Ocypodidae, Sesarmidae, Portunidae,Alpheidae, Palaemonidae, dan Penaeidae. Terdapat empat jenis krustasea bernilai ekonomi tinggi. Kepadatan krustasea tertinggi di stasiun I, terendah di stasiun III. Indeks keanekaragaman (H’) krustasea di seluruh stasiun termasuk kategori sedang dengan. Indeks keseragaman (E) krustasea di seluruh stasiun termasuk kategori sedang. Indeks  dominansi (C) krustasea di seluruh stasiun termasuk kategori rendah. Vegetasi mangrove pada stasiun I adalah Rhizophora mucronata, Nypa fruticans, Sonneratia alba, dan Hibiscus tiliaceus. Vegetasi mangrove pada stasiun II adalah Sonneratia caseolaris, Rhizophora stylosa, N.fruticans, H.tiliaceus, dan Morinda citrifolia.Vegetasi mangrove pada stasiun III adalah S.alba, S.caseolaris, N.fruticans, dan R.mucronata. Kondisi faktor lingkungan di seluruh stasiun relatif baik untuk kehidupan mangrove dan krustasea. Kata Kunci: krustasea, mangrove, Purworejo, keanekaragaman Kata Kunci: krustasea, mangrove, Purworejo, keanekaragaman 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document