Abstract
The encounter of the Christian faith with local culture produces dynamic interactions. It can happen that the Christian faith is integrated with that culture. Christian faith can also replace local culture. This is proven when the Christian faith meets the Ma ’nenek culture in Toraja. This research was conducted to find out how the perception and impact of Ma' nenek culture on the Christian faith of the GPSDI Buntuminanga congregation, Toraja. By using a qualitative approach or method, it was found that even though this village became a Christian enclave (100% Christian), it turned out that they still believed in local cultures. These things state that some of the local people are Christians who practice syncretism, that is, there are 2 objects of belief or mixed beliefs. In addition there is also occultism, namely belief in the power of darkness. The presence of Ma' nenek has attracted the attention of the community, especially in Lembang Buntuminanga, that the spirits of the ancestors will come to bless, heal, help and save for families who perform this ritual. The purpose of this culture is as a form of respect for parents. There are still some Christians in Toraja who still believe in the efficacy of rituals in the Ma' nenek. However, in general, Ma' nenek is run by not crashing into the Christian faith in GPSDI Lembang Buntuminaga.
Keywords: grandmothers' culture; christian faith; respect for parents
Abstrak
Pertemuan iman Kristen dengan kebudayaan lokal menghasilkan interaksi yang dinamis. Dapat terjadi bahwa iman Kristen menyatu dengan budaya tersebut. Dapat terjadi juga iman Kristen menggantikan budaya setempat. Hal tersebut yang nampak ketika iman Kristen bertemu dengan kebudayaan Ma’ nenek di Toraja. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi dan dampak kebudayaan Ma’ nenek terhadap iman Kristen jemaat GPSDI Buntuminanga, Toraja. Dengan menggunakan pendekatan atau metode kualitatif, maka didapatkan bahwa sekalipun desa ini menjadi kantong Kristen (100% Kristen), tetapi ternyata mereka masih menganut kepercayaan terhadap budaya-budaya lokal. Hal-hal tersebut menyatakan bahwa sebagian dari masyarakat setempat merupakan orang Kristen yang menjalankan sinkretisme, yakni terdapat 2 objek kepercayaan atau percampuran keyakinan. Di samping itu juga terdapat okultisme, yakni kepercayaaan terhadap kuasa kegelapan. Kehadiran Kebudayan Ma’ nenek telah menarik perhatian masyarakat khususnya di lembang Buntuminanga, bahwa arwah dari leluhur akan datang memberkati, menyembuhkan, menolong dan menyelamatkan bagi keluarga yang melakukan ritual ini. Tujuan dilakukannya kebudayaan ini adalah sebagai bentuk penghormatan terhadap Orang Tua. Masih ada beberapa orang Kristen di Toraja masih percaya dengan keampuhan ritual dalam budaya Ma’ nenek. Namun, secara umum, kebudayaan Ma’ nenek dijalankan dengan tidak menabrak iman Kristen di GPSDI Lembang Buntuminaga.
Kata Kunci: kebudayaan ma’ nenek; iman kristen; penghormatan terhadap orang tua