scholarly journals The Gambaran Histologi dan Histomorfometri Limpa Kambing Peranakan Etawah

Author(s):  
Tri Ulfah Arema Yanti ◽  
Ni Ketut Suwiti ◽  
Ni Luh Eka Setiasih

Telah dilakukan penelitian tentang gambaran histologi dan histomorfometri limpa kambing peranakan etawah (PE). Sampel penelitian ini diambil dari limpa 10 ekor kambing PE jantan dan betina yang dipotong di tempat pemotongan hewan Kampung Jawa, Denpasar, Bali, selanjutnya difiksasi dalam larutan Neutral Buffer Formalin 10% kemudian diproses untuk pembuatan preparat histologi berdasarkan metode Kiernan dengan teknik pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE). Limpa kambing PE tersusun atas kapsula, pulpa putih dan pulpa merah. Histomorfometri limpa kambing PE jantan dan betina diperoleh hasil masing-masing memiliki ketebalan kapsula 128,58±0,37 µm dan 163,40±0,35 µm, ketebalan trabekula 125,68±0,13 µm dan 131,45±0,28 µm, dan diameter pulpa putih 466,63±0,15 µm dan 392,40±0,30 µm. Disimpulkan bahwa jenis kelamin mempengaruhi struktur histologi dan histomorfometri limpa kambing peranakan eatawah (PE)

Author(s):  
Kadek Ayu Trisna Yanti ◽  
Iriani Setyawati ◽  
Ni Putu Adriani Astiti

This study aimed to determine the lungs histopathology of laying hens (Gallus gallus domesticus) at the Animal Cage Experiments in the Disease Investigation Center 6, Directorate General of Live Stock (DIC-6 DGLS), Denpasar, Bali, which died from colibacillosis infection. Sample of lungs were cut transversely then put into 10% of Neutral Buffer Formalin, then processed histologically by paraffin method and stained with Hematoxylin-Eosin. Observation under microscope (magnification 100x and 400x) was done for histopathological examination. Laying hens died from colibacillosis infection showed that their lungs were infected by colibacillosis, and there were found 62.50% of necrosis, 75% of inflammatory cells infiltration and 80% of hemorrhage in the lungs.


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 233-244
Author(s):  
Putu Tessa Hariys Septianda Teja ◽  
Anak Agung Gde Arjana ◽  
Ni Luh Eka Setiasih ◽  
I Made Merdana

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran histopatologi hati dan aktivitas aminotransferase ayam kampung yang diberikan minyak rajas secara oral. Penelitian ini menggunakan sampel ayam kampung jantan fase grower umur 8 minggu dengan berat 500 – 800 g sebanyak 24 ekor. Hewan coba dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan yaitu P0, P1, P2 dan P3 dengan tiap perlakuan terdiri dari 6 ekor hewan coba. Aklimatisasi terhadap semua hewan coba dilakukan selama 1 minggu dengan pemberian pakan ayam komersial dan air minum secara adlibitum terhadap semua kelompok. Selanjutnya minggu ke-2 sampai minggu ke-8, hewan coba dalam kelompok P1, P2 dan P3 diberikan minyak rajas sesuai dosis yang dicampur dengan pakan ayam komersial secara oral, sedangkan kelompok P0 diberikan placebo. Pemeriksaan kadar AST ALT dan pembuatan preparat histopatologi hati dilakukan pada minggu ke-5. Organ hati diambil secukupnya dan dimasukan ke dalam pot yang telah diisi dengan Neutral Buffer Formalin 10% untuk dibuat preparat histopatologi dengan pewarnaan Hematoxyilin-Eosin (HE). Variabel yang diamati dari sediaan histopatologi berupa nekrosis dan infiltrasi sel radang, kongesti dan degenerasi melemak. Data pemeriksaan sediaan histopatologi di analisis dengan uji statistik non parametrik Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney, sedangkan data kadar AST dan ALT dianalisis dengan uji sidik ragam dan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukan ditemukan adanya perubahan histapotologi hati serta kadar AST dan ALT ayam kampung jantan.


2014 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 449
Author(s):  
Desy Sugiani ◽  
Angela Mariana Lusiastuti ◽  
Sukenda Sukenda ◽  
Enang Harris

Vaksin bakterin dalam bentuk protein merupakan salah satu tipe vaksin yang telah banyak dikembangkan. Protein digunakan sebagai vaksin biasanya dibuat dengan teknik inaktivasi formalin-killed. Vaksin ini biasanya lebih mudah dibuat, lebih murah, lebih stabil, dan mampu disimpan dalam waktu lama. Akan tetapi masih sedikit informasi mengenai efek perlakuan tersebut terhadap profil protein. Pada penelitian ini, untuk mengevaluasi profil protein, dilakukan inaktivasi sediaan vaksin dari isolat bakteri Aeromonas hydrophila AHL0905-2 dan Streptococcus agalactiae N14G dengan menambahkan 0,5% formalin dan 3% neutral buffer formalin (NBF) ke dalam biakan plasebo bakterin dan diinkubasi selama 24 jam. Kualitas produk vaksin ditentukan berdasarkan uji karakterisasi protein menggunakan metode Bradford dan SDS-PAGE. Hasil uji menunjukkan bahwa sediaan vaksin A. hydrophila dan S. agalactiae yang diinaktivasi dengan 3% NBF memiliki profil protein lebih variatif dibandingkan dengan sediaan vaksin yang diinaktivasi dengan 0,5% formalin. Akan tetapi, inaktivasi vaksin A. hydrophila dan S. agalactiae dengan 3% NBF menghasilkan berat total protein yang lebih rendah jika dibandingkan dengan dengan sediaan vaksin yang diinaktivasi dengan 0,5% formalin.


2019 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 190
Author(s):  
Nita Yulia Pratiwi ◽  
Adang Durachim ◽  
Dani Mahmud ◽  
Agus Gusnandjar

Formalin adalah zat fiksatif yang paling umum digunakan dalam diagnostik patologi. Ia mampu menampilkan morfologi, limfosit, detail inti, dan pewarnaan yang sangat baik. Namun, penggunaan formalin sebagai zat fiksasi rutin memberikan dampak  buruk bagi penggunanya. Standar pengaturan OSHA (Occupational Safety and Health Administration) menyatakan bahwa formalin adalah zat yang berbahaya, Paparan secara akut dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan. Selain itu ia juga dapat menimbulkan reaksi alergi dan karsinogenik pada pengguna. Oleh karenanya, dalam upaya untuk meminimalisir penggunaan formalin tersebut, beberapa penelitian menyebutkan bahwa pemanis alami seperti gula pasir dapat digunakan sebagai alternatif fiksasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan larutan gula pasir sebagai alternatif fiksasi dalam memfiksasi jaringan hati dilihat dari keutuhan sel berupa morfologi dan jumlah sel serta mencari konsentrasi optimum dari larutan tersebut dengan membandingkannya pada NBF 10%. Metode yang digunakan adalah Static Group Comparison. Penelitian ini menggunakan subjek hewan uji (kelinci) sebanyak 1 ekor. Data diperoleh dari hasil skoring pada saat pengamatan. Pengolahan data menggunakan Kruskal Wallis Mann Whithney pada konsentrasi glukosa 15% dan glukosa 5% menunjukan tidak ada perbedaan bermakna pada parameter jumlah vena sentral jika dibandingkan dengan NBF 10%. Sedangkan pada konsentrasi glukosa 10% jika dibandingkan dengan NBF 10% menunjukan tidak ada perbedaan bermakna pada parameter jumlah vena sentral dan triad portal, serta keutuhan vena sentral, triad portal, hapatosit, dan sinusoid. Dari analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa gula pasir dengan konsentrasi glukosa 10% dapat dijadikan sebagai alternatif fiksasi untuk mengamati keutuhan sel.


2013 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 230 ◽  
Author(s):  
Desy Sugiani ◽  
Sukenda Sukenda ◽  
Enang Harris ◽  
Angela Mariana Lusiastuti

Peningkatan respon antibodi pascavaksinasi dengan antigen tunggal dan campuran dari bakterin Aeromonas hydrophila and Streptococcus agalactiae diharapkan dapat meningkatkan daya tahan ikan tilapia (Oreochromis niloticus) terhadap penyakit Motile Aeromonas Septicemia/MAS dan Streptococcosis. Sediaan vaksin disiapkan dengan metode pembuatan dan formula yang berbeda, proses inaktifasi dilakukan dengan menambahkan 3% Neutral Buffer Formalin (NBF 10%) pada biakan bakteri dalam media tumbuh BHI dan TSB. Vaksinasi diberikan melalui injeksi intraperitoneal dengan sediaan vaksin monovalen A. hydrophila, monovalen S. agalactiae, dan bivalen A. hydrophila + S. agalactiae (Sel utuh, produk ektraselular/ECP, crude supernatan, campuran sel utuh + ECP, dan broth). Uji tantang dilakukan menggunakan dosis LD50 infeksi tunggal maupun ko-infeksi dari bakteri A. hydrophila dan S. agalactiae. Efektivitas dan keampuhan vaksin tersebut dihitung berdasarkan nilai RPS (Relative Percent Survival) dan hasil respon hematologi. Titer antibodi dapat terdeteksi setelah satu minggu pemeliharaan pasca vaksinasi. Nilai titer antar perlakuan vaksin bivalen berbeda nyata (P<0.05) dengan vaksin monovalen dan kontrol. Nilai RPS vaksin bivalen (campuran sel utuh + ECP) mencapai 100 untuk uji tantang dengan A. hydrophila dan 56,7 pada uji tantang ko-infeksi. Vaksin monovalen A. hydrophila maupun S. agalactiae hanya mampu memproteksi terhadap bakteri homolog, tidak terjadi proteksi silang di antara keduanya.


2015 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 423
Author(s):  
Uni Purwaningsih ◽  
Taukhid Taukhid ◽  
Angela Mariana Lusiastuti ◽  
Desy Sugiani ◽  
Tuti Sumiati

Mycobacteriosis merupakan penyakit yang bersifat kronis progresif yang rentan menyerang ikan gurami, dengan tingkat prevalensi mencapai 30%-80%. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan penyakit tersebut dengan menggunakan antibiotik, bahan kimia maupun terapi herbal namun belum memberikan hasil yang optimal. Vaksinasi diharapkan mampu menjadi solusi alternatif dan aplikatif untuk pencegahan penyakit Mycobacteriosis pada ikan gurami. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jenis sediaan vaksin M. fortuitum yang tepat untuk mencegah penyakit Mycobacteriosis pada ikan gurami. Isolat M. fortuitum kode 31 digunakan sebagai isolat kandidat vaksin. Inaktifasi vaksin dilakukan dengan sonikasi dan neutral buffer formalin 3%. SDS PAGE terhadap sediaan sel utuh dan broth menunjukkan jumlah pita protein yang lebih variatif. Berdasarkan uji innocuity dan uji sterility terhadap berbagai sediaan vaksin menunjukkan bahwa vaksin terbukti aman dan tidak menyebabkan efek samping pada ikan gurami. Peningkatan titer antibodi terjadi 14 hari pasca vaksinasi. Titer antibodi pada perlakuan vaksin menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) dibanding kontrol pasca uji tantang. Kematian ikan pasca uji tantang dengan menggunakan bakteri M. fortuitum 106 cfu/mL menunjukkan pola kematian yang bersifat kronis. Kematian mulai terjadi setelah hari ke-19 pasca uji tantang. Ikan gurami yang divaksinasi dengan vaksin sel utuh M. fortuitum menunjukkan hasil terbaik dengan tingkat sintasan sebesar 83,33% dan relative percent survival (RPS) sebesar 66,67%.


2018 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
pp. 298
Author(s):  
Ida Bagus Oka Winaya ◽  
I Ketut Berata ◽  
I Made Kardena ◽  
Anak Agung Ayu Mirah Adi ◽  
Aida Louise Tenden Rompis

This study aims to determine the pathological changes in dog suspected of being infected by Leptospira spp. This research used a retrospective study design.  A total of 210 canines sample were examined at Faculty of Veterinary Medicine The Udayana of University between January 2008 to January 2010. Of the 210 specimens, five canines with clinical sign anorexia, fever, vomiting, polyurea, dyspnea and only one are noted icteric in the sclera. Macroscopically : the anemic to petechial haemorrhagis  was find in pulmo, icterus in liver with gall blader distention, kidney swollen with black color in hillus, spleen rather swollen with black color on end and mild hemorrhagis on intentines. The infected organ is inserted into a pot filled with neutral buffer formalin 10%. Then stained with haematoxyllin-eosin for the microscopic preparation. Microscopic examimination revealed  the presence of spiral bacterial cells on the necrotic liver and kidneys tissue.  Infiltration neutrophils and macrophages was also find in pulmonary and spleen tissue.  Besided that intertubuler edematous were also observed under  microscopic examination. It can be concluded changes associated with Leptospira spp infection can be found in liver and kidney tissue with changes such as necrosis, proliferation of kuffer cells and intertubular edematous. 


2021 ◽  
Vol 19 (12) ◽  
pp. 11-14
Author(s):  
Emad Hazim Mhmood

Tramadol may lead to the accumulation of toxic components in the body. This study aims to detect the toxic effect of tramadol on brain tissues. The clinical experiment was carried out at the Department of Neurosurgery, Ibn Sina Hospital. Ten rats of both sex weighing (180-300 g) were selected from the veterinary house. Brain tissues were immediately removed and put into 10% neutral buffer formalin for fixation, then stained with Hematoxylin-Eosin stain. A significant decrease in the brain weight in rats when given the tramadol in dose 50 mg/ kg. Changes included a mild degree of tissue injury in the cerebral cortex, increase in vacuolar degeneration, with atrophy and degeneration of neurons. There are toxic effects when tramadol describes for a long time on the brain tissues.


2020 ◽  
Vol 2020 ◽  
pp. 1-5
Author(s):  
Etik A. Rohmah ◽  
Sri Subekti ◽  
Marcellino Rudyanto

Averrhoa bilimbi has been long thought to have biological activity. The aim of this study was to determine the activity of primary and secondary metabolites from A. bilimbi fruit extract on Aedes aegypti larvae mortality and midgut histopathology. Experiment was performed to third-instar Ae. aegypti larvae collected from Surabaya, which then exposed to A. bilimbi crude fruit extract at various concentration for 24 hours. After exposure, larvae were evaluated of its mortality and fixed in 2.5% neutral buffer formalin before processed and sectioned into histological slides and stained with hematoxylin-eosin (HE). Statistical analysis was performed using Spearman rank correlation to determine histopathological damage on midgut of Ae. aegypti larvae. Phytochemical screening of A. bilimbi crude fruit extract found that it contained saponins, tannins, and terpenoids. Minimum concentration able to induce mortality on Ae. aegypti larvae (LC50) was 977 ppm, while LC90 was at 1380 ppm. Severe alteration of larvae midgut was found after 24 hours exposure to 2000 ppm extract. Features of damage mostly found in larvae midgut were disruption of the microvilli, columnar cell vacuolization, epithelial nucleus crossed midgut lumen, and basal membrane damage. Damage caused by fruit extract in midgut of Ae. aegypti third instar larvae inhibited development of larvae. This study reported first finding of histopathological effect of A. bilimbi fruits extract on Ae. aegypti larvae midgut. Result of study was expected to contribute to better understand extract bioactivity of this plant to be applied as natural larvicide for Ae. aegypti.


2017 ◽  
Vol 40 (2) ◽  
pp. 73-76
Author(s):  
Bader K. Hameed

     The character and timing of gyral and sulci development is one manifestation of the complex orchestration of human brain development. This work describes the morphometry and thickness measurement of human neonate cerebral cortex at age of 28 days. Four Brains samples were fixed in 10% neutral buffer formalin for 24 hrs. Slides from various brain regions were prepared and routine hamatoxylin and eosine staining procedure was applied using histological technique. The present results clarify that the brain mean measurement from the frontal to the occipital pole was 189.6 mm, while the measurements of the frontal, parietal, temporal and occipital cortices were 4.06, 3.84, 3.48 and 3.68 mm, respectively.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document