scholarly journals Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter

2015 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Hasnal Laily Yarza ◽  
Yanwirasti Yanwirasti ◽  
Lili Irawati

AbstrakAntibiotik merupakan obat yang digunakan untuk penyakit infeksi. Tingginya insiden penyakit infeksi mengakibatkan tinggi pula penggunaan antibiotik. Sekarang ini banyak antibiotik digunakan tanpa resep dokter, padahal antibiotik seharusnya digunakan dengan resep dokter dan dibeli di apotik. Penggunaan antibiotik tanpa resep dokter ini akan menimbulkan resistensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat dengan penggunaan antibiotik tanpa resep dokter di Kampung Seberang Pebayan RW IV Kelurahan Batang Arau Padang Selatan.Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian cross sectional study analytic dengan subjek 152 orang yang diambil secara simple random sampling. Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan chi square. Hasil uji statistik chi square menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan penggunaan antibiotik tanpa resep dokter (p < 0,05), tetapi tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan kepemilikan asuransi kesehatan dengan penggunaan antibiotik tanpa resep dokter (p > 0,05).Kata Kunci : tingkat pengetahuan, sikap, asuransi kesehatan, antibiotik tanpa resep dokterAbstractAntibiotics are medicine while use to infection disease. The high incidence of infectious diseases are resulting in higher use of antibiotics. Now many antibiotics are used without doctors prescription, whereas antibiotics must be used with doctors prescription and bought in drug strore. Use antibiotics without doctors prescription will be impact resistence. The objective of this study was to determine the correlation between the level of knowledge, attitude as well as health insurance towards the use of antibiotics without doctors prescriptions in Kampung Seberang Pebayan RW IV Kelurahan Batang Arau Padang Selatan.This research is conducted using cross sectional analytic study method with 152 people taken as a sample by using simple random sampling. The data analysis was based on univariate and bivariate analysis equipped with chi-square. Statistical test has been conducted by "Chi-Square". It shows that there is a significant correlation between attitude toward the use of antibiotics without doctors prescriptions (p ˂ 0.05), it shows that there is no significant correlation between the level of knowledge and the ownership of health insurance toward the use of antibiotics without doctors prescriptions (p ˂ 0.05).Keywords : knowledge level, attitude, health insurance, antibiotics without doctorspresription

2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 57-67
Author(s):  
Artika Dewi Amri ◽  
Ni Luh Putu Suariyani

Abstract Background: The further examination after breast ultrasound is needed because the ultrasound examination is not merely recommended for early detection of breast cancer; however by the combination of ultrasound and mammography, the disorder in the breast could be determined more accurately. Mammography method is a method that could detect breast cancer with an accuracy up to 90 percent. Objective: This study is aimed to identify the determinant of women to conduct further examination after breast ultrasound in Badung. Method: The study’s design used a descriptive observational study with cross-sectional design. The sampling technique used was simple random sampling with a sample of 100 people. The bivariate analysis used chi-square with α = 0.05. Result: The results of this study showed that, among the 100 respondents, there were 43 percent have done further examination. The proportion of women taking a further examination was 41 percent with high education, 38 percent with good knowledge, 18 percent stated the distance of health services were far, 43 percent were able to pay the further examination, 38 percent had ever received the information about breast cancer, 43 percent gained the support of health workers and 41 percent received good support from family. The results showed that there were four factors that had a relationship with the further examination after breast ultrasound, including the level of knowledge (OR = 8,65; 95% CI 3,19-23,86), affordability (p-value <0,0001), the support of health workers (p-value <0,0001) and the support of family (OR = 30,3; 95% CI 6,52-273,73). Conclusion: The conclusion of this study is that the determinant of women to undertake the further examination after breast ultrasound depends on the level of knowledge, affordability, the support of health workers and the support of family. There is a need of an increase in socialization about breast cancer to women and husband/family. In addition, to increase further examination there is a need of socialization regarding the utilization of BPJS. Keywords: breast cancer, advanced examination, breast ultrasound Abstrak Latar belakang: Pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara perlu dilakukan karena pemeriksaan USG saja tidak direkomendasikan untuk deteksi dini kanker payudara, tetapi dengan kombinasi USG dan mammografi kelainan pada payudara dapat ditentukan lebih akurat. Metode mammografi merupakan metode yang dapat mendeteksi kanker payudara dengan akurasi sampai 90 persen. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan wanita untuk melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara di Kabupaten Badung. Metode: Desain penelitian menggunakan studi observasional deskriptif dengan desain potong lintang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan simple random sampling  dengan jumlah sampel 100 orang. Analisis bivariat menggunakan chi-square dengan α=0,05. Hasil: Hasil penelitian ini menggambarkan dari 100 responden sebanyak 43 persen sudah melakukan pemeriksaan lanjutan. Proporsi wanita yang melakukan pemeriksaan lanjutan sebanyak 41 persen orang berpendidikan tinggi, 38 persen orang berpengetahuan baik, 18 persen orang menyatakan jarak pelayanan kesehatan jauh, 43 persen orang mampu untuk membiayai pemeriksaan lanjutan, 38 persen pernah memperoleh informasi tentang kanker payudara, 43 persen orang memperoleh dukungan petugas kesehatan, dan 41 persen memperoleh dukungan baik dari keluarga. Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat faktor yang memiliki hubungan terhadap pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara yaitu tingkat pengetahuan (OR = 8,65; 95% CI 3,19-23,86), keterjangkauan biaya (p-value <0,0001), dukungan petugas kesehatan (p-value <0,0001) dan dukungan keluarga (OR = 30,3; 95% CI 6,52-273,73). Kesimpulan: Simpulan penelitian adalah determinan wanita untuk melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara adalah tingkat pengetahuan, keterjangkauan biaya, dukungan petugas kesehatan, dan dukungan keluarga. Perlu adanya peningkatan sosialiasasi mengenai kanker payudara kepada wanita dan suami/keluarga. Selain itu untuk meningkatkan pemeriksaan lanjutan perlu adanya sosialisasi mengenai pemanfaatan BPJS Kesehatan. Kata kunci: kanker payudara, pemeriksaan lanjutan, USG Payudara  


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Ice Irawati

Salah satu faktor utama yang menyebabkan masih tingginya angka TB paru adalah kepadatan hunian dan sosial ekonomi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan kepadatan hunian dan sosial ekonomi dengan kejadian penyakit TB paru Kelurahan Pecung Kecamatan Belakang Padang Kota Batam (Wilayah Kerja Puskesmas Belakang Padang) Tahun 2019.Penelitian ini menggunakan cross sectional study, teknik pengambilan sampel secara simple random sampling dimana sampel berjumlah 90 sampel, data primer diperoleh dengan alat bantu kuisioner, data analisis dengan bivariat yang menggunakan uji chi-square (>0,05).Hasil penelitian terdapat hubungan kepadatan hunian dengan penyakit TB paru ditunjukan dengan nilai p=0,000 (pV<0,05), dan terdapat hubungan sosial ekonomi dengan penyakit TB paru dengan nilai p=0,000 (pV>0,05). Kesimpulannya bahwa terdapat hubungan kepadatan hunian dengan penyakit TB paru, hubungan sosial ekonomi dengan penyakit TB paru, Diharapkan promosi kesehatan oleh Puskesmas kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran hidup dan lingkungan sehat.


2013 ◽  
Vol 7 (12) ◽  
pp. 562 ◽  
Author(s):  
Ririn Setyowati ◽  
Surahma Asti Mulasari

Pencemaran lingkungan akibat sampah plastik semakin mengkhawatirkan apabila tidak ada usaha untuk mengatasinya. Masyarakat yang kurang pengetahuan dan berperilaku buruk dalam pengelolaan sampah plastik dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu rumah tangga dengan perilaku mengelola sampah plastik. Penelitian dilakukan di Dusun Kedesen, Desa Kradenan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang Tahun 2012. Penelitian ini menggunakan rancangan studi cross sectional, dengan sampel berjumlah 74 orang yang diambil secara secara acak sederhana. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji statistik Kai Kuadrat (X2). Penelitian menemukan sekitar 56,8% responden berpengetahuan tidak baik dan sekitar 60,8% responden berperilaku tidak baik. Analisis bivariat menunjukan hubungan yang sangat signifikan antara tingkat pengetahuan ibu rumah tangga dengan perilaku mengelola sampah plastik. Ada hubungan yang sangat signifikan antara tingkat pengetahuan ibu rumah tangga dengan perilaku mengelola sampah plastik di Dusun Kedesen, Desa Kradenan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang tahun 2012.Pollution caused by plastic increase worrying if there is no attempt to resolve it. Lack of knowledge and poor people’s behavior in the management of plastic waste can cause environmental and health problems. Management of plastic waste can be started from each household who produce plastic waste. The purpose of this study to determine the relationship between the level of housewife’s knowledge with the behavior to manage of plastic waste at Kedesen, Kradenan Village, District Kaliwungu, Semarang in 2012. The study was analytic survey with cross-sectional design. Sample was 74 respondents with simple random sampling. Research tool used was a questionnaire. Analyzed used univariate and bivariate analysis with statistical test Chi Square(X2). The results showed 74 respondents obtained from 42 respondents (56.8%) are not well knowledgeable, 32 respondents (43.2%) both knowledgeable. There were 45 respondents (60.8%) did not have good behavior, while 29 respondents (39.2%) had good behavior. Bivariate analysis showed that there was a significant relationship between the level of knowledge with behavior of housewives in managing plastic waste at the hamlet Kedesen. Statistical results showed the value (p = 0.000) smaller than alpha (a = 0.05). There was a significant relationship between the level of knowledge with behavior of housewife in managing plastic waste at Kedesen Hamlet, Village Kradenan, Kaliwungudistrict, Semarang regency in 2012.


2018 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 101-111
Author(s):  
Anneke Tahulending ◽  
Jeanne D’Arc Zavera Adam

Latar Belakang :. Pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut sangat penting agar terhindar dari masalah kesehatan gigi dan mulut khususnya karies gigi. Tujuan : Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang karies gigi dengan indeks DMF-T pada ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Ternate Tanjung Lingkungan II Kota Manado.Metode: Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional study dengan mengukur pengetahuan dan indeks DMFT ibu-ibu rumah tangga yangberlokasi di Kelurahan Ternate Tanjung Lingkungan II Kota Manado. Sampel yang digunakan yaitu 71 ibu-ibu rumah tangga, dengan tekhnik pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Instrument penelitian yang digunakan adalah kuesioner terstruktur untuk mengukur pengetahuan tentang karies gigi serta pemeriksaan status kesehatan gigi (DMF-T). Data yang diperoleh ditabulasi dan diuji menggunakan chi squareuntuk melihat hubungan pengetahuan tentang karies gigi dengan indeks DMF-T. Hasil : Hasil penelitian ini menunjukan responden memiliki pengetahuan dan DMF-T kategori baik berjumlah 19 responden, pengetahuan kategori baik sedangkan DMF-T nya buruk berjumlah 13 responden, pengetahuan kategori kurang baik dan DMF-T nya baik berjumlah 8 responden, dan pengetahuan kurang baik DMF-T buruk berjumlah 31 responden. Hasil analisis menggunakan uji chi square pada tingkat kemaknaan 95% (α=0,05), menunjukan nilai p 0,002< α 0,05. Kesimpulan : ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang karies gigi dengan indeks DMF-T pada ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Ternate Tanjung Lingkungan II Kota Manado.


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 26-31
Author(s):  
Jeana Lydia Maramis ◽  
Ni Made Yuliana

Karies gigi adalah hasil interaksi bakteri dipermukaan gigi, plak atau biofilm, diet sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya.Orang tua sangat berperan untuk mengarahkan perkembangan anak dengan baik dan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran orang tua dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi pada siswa kelas 1-3 di Desa Wori Kecamatan Wori.Penelitian ini bersifat analitik dengan metode cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 145 siswa. teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling yang berjumlah 60 orang tua dan siswa. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner tentang peran orang tua dan lembar pemeriksaan DMF-T pada siswa. Analisa data menggunakan uji chi-square.Hasil analisis dengan chi-square tentang hubungan peran orang tua dengan indeks DMF-T tidak memenuhi syarat karena terdapat nilai expected kurang dari 5 yaitu 2 cell (75%) , maka menggunakan uji Fisher’s Exact Test diperoleh nilai (p = 0,021 < α =5 %) pada tingkat kemaknaan 95%. maka H0 ditolak dan H1 diterima. Disimpulkan bahwa terdapat hubungan peran orang tua dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi pada anak Sekolah Dasar kelas 1-3 di Desa Wori Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara.


2013 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
Author(s):  
Havilia Ayu Haznany ◽  
Winarko .

PT Arto Metal International is one of the metal components manufacturers, where theproduction processes are using machinaries which its operations may lead to accidents. One ofthe effects that can be caused by the production machines might happen if workers are notcareful, they might got pinched by plong engine, etched plates and exposed debris grams.Therefore, this study aims to determine the factors associated with the incidence of workplaceaccidents in this company.The methods used in this study were analytical methods, because this researchexamined the relationship between 2 (two) variables. Based on its times, this study wascategorized as cross-sectional study, due to variables such as risk factors and effect factorswere observed at the same time. Sampling technique was done by simple random sampling,and analysis was used to determine the relationship between 2 (two) variables using Chi Square.The results showed that employees injured at workplace as much as 94.3%. Theresults of analysis of Chi - Square showed that there were four variables significantlyassociated with the incidence of workplace accidents, they were the use of PPD to theincidence of occupational injuries (p value = 0.025), the level of knowledge to the incidence ofoccupational injuries (p value = 0.047), the ages to the incidence of occupational injuries (pvalue 0.025) and the length of services to the incidence of occupational injuries (p value0.005).Therefore, it is suggested that the company perform incident controlling actionswhether technically, administratively as well as adding a number of Personal ProtectiveDevices (PPD) for workers so that all workers can use it while working.Keywords: Workplace Accident, Personal Protective Devices


2018 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 18
Author(s):  
Ni Kadek Ayu Septiani Sarjana ◽  
Arsita Eka Prasetyawati ◽  
Dyah Ratna Budiani

<p><strong><em>Introduction:</em></strong><em> </em><em>Rabies is a disease of animals (usually vertebrate) which is zoonotic (transmissible to humans). Rabies occurs in 24 out of the 34 provinces of Indonesia. Rabies is caused by a virus in the Family: Rhabdivoridae, Genus: Lyssavirus. Control the dog population and dog vaccination is effective and economical method to prevent the incidences of rabies in humans. This study aims to investigate the relationship between level of knowledge and attitude to the practice in prevention rabies infection in residents lived in area covered by Puskesmas Kuta II.</em><em></em></p><p><strong><em>Methods:</em></strong><em> </em><em>This study was a cross-sectional study and carried out by simple random sampling of 96 residents in the area of Puskesmas Kuta II. In this study, the independent variables are knowledge of and attitudes towards rabies disease while the dependent variable is the </em><em>practice </em><em>to prevent </em><em>rabies infection in human. Data were collected by a questionnaire-based interview. Analyses were then carried out using the chi-square (x<sup>2</sup>) followed by multivariate analysis using multiple logistic regressions.</em></p><p><strong><em>Results:</em></strong><em> </em><em>This study showed that knowledge has a significant relationship with </em><em>practice</em><em> for rabies disease prevention (p = 0.013; OR 4.240; 95% CI 1.352 up to 13.296). Attitude has a significant positive relationship with the value of p</em><em>ractice </em><em>for rabies disease prevention (p = 0.015; OR 3.073; 95% CI 1.233 up to 7.627). The combined effect of knowledge and attitudes to pr</em><em>actice </em><em>for rabies prevention were approximately 20.90% (Negerkerke R square = 0.209).</em></p><p><strong><em>Conclusions:</em></strong><em> </em><em>There was a significant relationship between knowledge and attitudes with the </em><em>practice </em><em>for rabies disease prevention in residents in the area of Puskesmas Kuta II, the higher level of knowledge and improved attitudes will improve </em><em>practice for</em><em> rabies disease prevention amongst residents in the area of Puskesmas Kuta II.</em></p><p><em> </em></p><p><strong><em>Key words</em></strong><em>: </em><em>Rabies;  Rabies;  Preventio; Knowledge; Attitude;  Practice</em><em></em></p>


2016 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 55
Author(s):  
Nur Ain Mahat ◽  
Chong Kok Shi ◽  
Sabariah Abd Hamid

Food safety is a basic requirement of food quality. It is an increasingly important public health issue to prevent and control food borne illnesses. A cross-sectional study was designed to determine level of knowledge and practice on food safety, to determine the association between knowledge and practice, and also to identify the association between socio-demographic factors and practice score of the population studied. This study was conducted among adult population in Taman Bahagia, Sungai Pelek, Sepang, Selangor Darul Ehsan. Data were collected using an interviewed structured questionnaire. A stratified random sampling was performed to obtain houses, followed by simple random sampling to select sample in the house. A total of 115 data sets were analysed using Statistical Package for Social Sciences (SPSS) version 20.0. Analysis showed that 35% of respondents have poor level of knowledge on food safety, whereas 27% of the respondents have poor level of practices on food safety. Multiple linear regression revealed that there are a significant association between education level (p&lt;0.001), Adj b=2.57 (95% CI: 1.15, 3.99) and gender (p=0.048), Adj b=1.15 (95% CI: 0.01, 2.29) with practice score on food safety. Therefore, health promotion and education on the importance of practicing food safety at home should be focused to prevent further unwanted health effects.


2019 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 135-141
Author(s):  
Rasdi Awal Nur ◽  
Ismail AB ◽  
Dina Lusiana Setyowati

Akhir Tahun 2004 pemerintah menetapkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, dengan salah satu programnya adalah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Diharapkan dengan adanya JKN pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat dilaksanakan dalam sistem asuransi dan JKN menjadi sistem jaminan yang bersifat wajib. Data dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Kota Tarakan diketahui bahwa desa tertinggi yang terdaftar dalam BPJS Kesehatan adalah Desa Sei Pancang Kecamatan Sebatik Utara sebanyak 1.017 jiwa peserta mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat Desa Sei Pancang dalam pemilihan kelas kepesertaan JKN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah warga Desa Sei Pancang yang terdaftar sebagai peserta Mandiri BPJS Kesehatan dengan sampel sebanyak 156 responden yang dipilih secara simple random sampling. Data dianalisis menggunakan uji univariat dan uji bivariat dengan Chi Square. Hasil analisis Chi Square menunjukkan adanya hubungan antara pendapatan (p value = 0,001) dengan pemilihan kelas kepesertaan JKN dan tidak ada hubungan antara aksesibilitas (p value = 0,131) serta mutu pelayanan (p value = 0,091) dengan pemilihan kelas kepesertaan JKN. Dalam hal ini, diharapkan pihak BPJS Kesehatan melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang manfaat dan fasilitas yang didapatkan dalam setiap kelas kepesertaan JKN dan diharapkan masyarakat untuk memilih kelas kepesertaan JKN sesuai dengan pendapatan yang didapatkan demi terwujud pembiayaan kesehatan secara adil.


2017 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
pp. 105
Author(s):  
Iken Rahma ◽  
Indah Nuraeni ◽  
Hidayah Dwiyanti

ABSTRACT   This research aims to know the difference between snacking habit and nutritional status of catering and non-catering food consumer in SD-UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh as well as knowing the corelation between snacking habit and nutritional status in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh. This research used cross sectional design with thirty eight respondents were collected by Simple Random Sampling method. Snacking habit was obtained by using FFQ. The data were analyzed by using Chi-Square and Mann Whitney analysis. Univariate analysis showed that the snacking habit on catering food consumers was 28.5%, whereas on non-catering food consumers was 76.5%. Bivariate analysis result showed the difference between snacking (p= 0.004) and nutritional status ( p= 0.044) on catering and non-catering food consumers in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh. There was no corelation between snacking habit and the nutritional status in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh (p= 0,117) and ( p=0,142). There was difference in snacking habit and nutritional status on students who were catering and non-catering consumers in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh and there was no corelation between snacking habit and nutritional status in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh.  Key words: Snacking habit, Nutritional status, catering food, non-catering food.  ABSTRAK Kebiasaan mengonsumsi jajan dapat mempengaruhi status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kebiasaan jajan dan status gizi anak sekolah pengguna katering dan non-katering serta mengetahui hubungan kebiasaan jajan terhadap status gizi di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional dengan 38 responden dengan metode Simple Random Sampling. Kebiasaan konsumsi jajan diperoleh menggunakan FFQ. Data di analisis menggunakan uji Chi-Square dan uji Mann Whitney. Hasil uji univariat menunjukkan bahwa pada anak sekolah pengguna katering kebiasaan jajan yaitu sebesar 28,5% sedangkan anak sekolah yang non-katering sebesar 76,5%. Hasil uji bivariat menunjukkan terdapat perbedaan kebiasaan jajan ( p = 0,004) dan status gizi ( p= 0,044) pada anak sekolah pengguna katering dan non-katering di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh serta tidak terdapat hubungan antara kebiasaan jajan terhadap status gizi di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh (p= 0,117) dan (p= 0,142). Terdapat perbedaan kebiasaan konsumsi jajan dan status gizi pada anak sekolah pengguna katering dan non-katering di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh serta tidak terdapat hubungan antara kebiasaan mengonsumsi jajan terhadap status gizi di SD UMP Purwokerto dan di SDN 2 Dukuhwaluh.  Kata Kunci: Kebiasaan jajan, Status Gizi, katering, non-katering.  


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document