scholarly journals PEMBELAJARAN TOUR GUIDING: DESKRIPSI CERITA OGOH-OGOH BERBAHASA INGGRIS SEBAGAI DAYA TARIK PARIWISATA BUDAYA

2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 160
Author(s):  
Md. Yudyantara Risadi

<p class="Affiliasi"><em>Tour guide </em>merupakan salah satu mata pelajaran yang sering diberikan kepada mahasiswa yang mengambil jurusan pariwisata di sekolahnya. Mata pelajaran ini memberikan wawasan untuk dapat menjadi pramuwisata yang baik dan menjadi garda terdepan dalam pengembangan pariwisata yang baik. Menjadi pramuwisata harus memiliki wawasan yang luas dalam sektor pariwisata salah satunya pariwisata budaya. Pariwisata budaya dapat ditemukan di banyak belahan dunia, salah satunya Indonesia khususnya Bali yang memiliki banyak budaya di daerahnya masing-masing, seperti ogoh-ogoh yang menjadi destinasi tontonan menarik bagi wisatawan domestik dan mancanegara.</p><p class="Affiliasi">            Penelitian ini bertujuan untuk menemukan teknik mengajar dalam mata pelajaran <em>tour guide </em>materi “Pendeskripsian cerita ogoh-ogoh” dengan tahapan pengajaran yang tepat. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi serta didukung dengan penelitian kepustakaan. Dalam menentukan informan atau narasumber, teknik <em>purposive sampling </em>digunakan. Kajian ini akan membantu para pengajar untuk dapat menemukan cara membuat materi serta cara mengajarkan materi tersebut kepada para siswanya.</p>          Berdasarkan hasil dari penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendeskripsian ogoh-ogoh mampu didapatkan dengan cara mencari para arsitek ogoh-ogoh tersebut dengan mewawancarai mereka untuk cerita ogoh-ogoh yang diinginkan. Dari hasil wawancara tersebut didapatkan bahwa tema yang sering digunakan adalah raksasa ataupun dewa melawan raksasa. Pendeskripsian ogoh-ogoh pun didapatkan dengan melakukan wawancara mendalam dan dokumentasi dari para arsitek tersebut. Setelah mendapatkan deskripsi tersebut yang kemudian menjadi meteri dalam mata pelajaran <em>guiding, </em>dilanjutkan dengan memberikan tahapan mengajar yang didapatkan dengan wawancara serta penelitian kepustakaan. Didapatkan bawah teknik mengajar yang tepat adalah menggunakan teknik  bercerita (<em>story telling). </em>Adapun tahapan mengajar dalam bercerita ini menjadi 5 tahapan, 1) berfokus pada pencarian cerita ogoh-ogoh (materi), 2) berfokus pada kesiapan para siswa dengan memberikan pancingan yang terkait dengan materi, 3) memberikan gambaran kepada para siswa tentang cerita ogoh-ogoh tersebut dan meminta mereka berlatih dengan ekspresi mereka sendiri dalam bercerita, 4) berfokus pada bagaimana cara mereka menjadi pramuwisata dan bercerita mengenai cerita ogoh-ogoh tersebut<em>, </em>dan 5) hanya berfokus pada pemberian umpan balik dengan tujuan menambah pengetahuan yang mereka dapat sebelumnya.

Jurnal IPTA ◽  
2017 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 29
Author(s):  
Ida Bagus Saskara Putra ◽  
I Made Kusuma Negara ◽  
Ni Made Sofia Wijaya

Tour guide has an importan role in tourism activities. It can be seen from the function of a tour guide as such are conduits for privileged 'inside' information on the tourist destination. The purpose of this study is to find out how the tourist perception to the quality service of tour guide in Bali.Data collection techniques used in this research is a questionnaire and literature study for determine this sample was using purposive sampling by gave questionnaires to 400 respondents. The data was analysis used descriptive quantitative. There are two types of respondents, domestic tourists numbered 263 respondents and foreign tourists numbered 137 respondents, each divided according to the proportional 0.05. This study used five variables and consists of twenty indicators.Data collection techniques used in this research is questionnaires and literature study. In determining the sample was using purposive sampling by distributed questionnaires to 400 respondents. Data analysis techniques used in descriptive quantitative. There are two types of respondents domestic tourists amounted to 263 respondents and foreign tourists numbered 137 respondents, each divided according to the proportional 0.05. This study uses five variables and consists of twenty indicators.The results of this research is the tourist perception overall consisting of domestic and foreign tourists can be concluded, tourists perception of the tour guides service quality in Bali is already very good.


2016 ◽  
Vol 17 (4) ◽  
pp. 426-442
Author(s):  
Ross Garner

This article contributes towards debates concerning media tourism and tour guiding by using Pierre Bourdieu’s arguments regarding field and capital to analyse performed tour guide identities on BBC Worldwide’s Doctor Who Experience Walking Tour in Cardiff Bay. The article pursues three core arguments: first, a Bourdieusian framework provides an enhanced understanding of the insecure positions that tour guides occupy in what is referred to throughout as the tourism field; second, the divergent pulls between heteronomous and autonomous poles which position tour guides are magnified in officially-located media tours because of the presence of branding and theming discourses; third, drawing upon empirical data from the Doctor Who tour, the symbolic capital of official guides involves demonstrations of what is named tourism-cultural capital, but such displays do not result in an increase in individualised status as any accrued capital transfers to the institutional level.


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 75
Author(s):  
Meto Meto ◽  
Ifana Anugraheni ◽  
Endang Mei Yunalia

Ketrampilan menggosok gigi pada anak usia prasekolah perlu dilatih agar anak memiliki ketrampilan menggosok gigi, salah satu cara yang dapat digunakan adalah menggosok gigi dengan metode bercerita. Hasil survey awal yang dilakukan menunjukkan masih rendahnya ketrampilan menggosok gigi anak prasekolah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan menggosok gigi menggunakan metode storytelling terhadap kemampuan menggosok gigi pada anak praskolah. Penelitian Pre Eksperimen ini menggunakan rancangan One Group Pretest dan Posttest dengan jumlah sampel 70 responden yang dipilih dengan metode Purposive Sampling. Hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Wilcoxon menunjukkan p-value = 0,000 (α ≤ 0,05), artinya ada pengaruh pelatihan menggosok gigi dengan metode story telling terhadap ketrampilan menggosok gigi pada anak usia prasekolah. Melatih anak usia prsekolah dalam menggosok gigi menggunakan metode bercerita ini sesuai untuk diterapkan pada anak usia prasekolah karena dengan metode bercerita pesan yang disampaikan lebih mudah diterima oleh anak. Kata kunci— Pelatihan menggosok gigi, Prasekolah, Storytelling


Author(s):  
Intan Satriani, Gartika Pandu Bhuana, Ula Nisa El Fauzia

English for Tour Guide is one of the courses in English Language Education Program of STKIP Siliwangi Bandung. This course uses “English for Professional Tour Guiding Services” as a textbook. Various problems are found when teachers use this book in the classroom. It predominantly deals with the materials. In response to this problem, this study aims to evaluate the use of “English for Professional Tour Guiding Services” book for students in English Language Education Program of STKIP Siliwangi Bandung. This research will apply quantitative and qualitative research design. There are two instruments in obtaining the data, namely questionnaire and interview. Through this study, it is expected that the strengths and weaknesses of this book can be found. Thus, suitable materials for the students can be designed. For the long term, it is expected that the result of this study can be used as a reference to make a book of English for Tour Guide course.   Keywords: textbook evaluation, English for tour guide  


2020 ◽  
Vol 26 (2) ◽  
pp. 249
Author(s):  
Prisca Kiki Wulandari ◽  
Destriana Saraswati ◽  
Galieh Damayanti

Lasem yang berada di Kabupaten Rembang memiliki peran penting di masa lalu sejak masa Kerajaan Majapahit. Secara geografis terletak di pantai utara Jawa dimana pada masa dulu perdagangan antar bangsa ramai dilakukan di daerah tersebut. Lasem sebagai panggung pertemuan masyarakat antar bangsa melatih masyarakatnya berpikiran terbuka terhadap pengaruh dan lebih toleran. Peninggalan-peninggalan di masa lalu baik berupa artefak ataupun warisan nilai-nilai budaya masih sangat kental dirasakan hingga saat ini. Pelestarian pusaka dengan menjadikannya sebagai wisata budaya akan membangkitkan kembali kejayaan Lasem di masa kini. Penelitian ini bertujuan menganalisis ketahanan sosial pemuda khususnya pemuda yang tergabung di Yayasan Lasem Heritage (YLH) dalam melestarikan warisan pusaka Lasem dengan mengelolanya sebagai potensi wisata budaya.Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi non-partisipatif, wawancara mendalam dengan purposive sampling, dan dokumentasi selama berada di Lasem. Data dianalisis dengan teori pemberdayaan masyarakat John Friedmann dan ketahanan sosial dari Keck dan Sakdalporak.Hasil penelitian menggambarkan bahwa tahapan-tahapan pemberdayaan pemuda YLH yang terdiri dari: (1) enabling dengan diadakannya klinik-klinik belajar oleh “Kesengsem Lasem”. (2) empowering yakni memberikan kesempatan kepada YLH untuk mengaktualisasikan ilmu yang didapat ketika mengikuti klinik belajar dengan menyediakan paket wisata Lasem, menjadi tour guide bagi wisatawan yang datang ke Lasem, serta berkolaborasi dengan pelaku usaha setempat untuk menyediakan amenitas dan atraksi wisata bagi wisatawan. (3) protecting dilakukan oleh founder “Kesengsem Lasem” dengan membuka akses bagi YLH untuk mendapatkan dukungan dari berbagai pihak berupa bantuan modal serta promosi dan pemasaran wisata budaya beserta produk lokal Lasem melalui pameran daring dan luring. Pemberdayaan pemuda YLH yang dilakukan oleh founder “Kesengsem Lasem” berimplikasi pada ketahanan sosial organisasi tersebut dalam mengelola wisata budaya di Lasem hingga saat ini. 


2018 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 1-7
Author(s):  
Erica Ayu Damayanti ◽  
Marta Kusuma Putri ◽  
Judith Syifa Fauziah Maria Rahman ◽  
Fatma Aula Nursyifa ◽  
Gita Marini

                    Penyimpangan dan kekerasan seksual terhadap anak-anak adalah fenomena yang sering terjadi saat ini. Salah satu faktor yang mempengaruhi kasus penyimpangan dan kekerasan seksual pada anak-anak karena rendahnya pemahaman penyimpangan dan kekerasan seksual yang dianggap tidak layak untuk diberikan kepada anak-anak sekolah dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kegiatan bercerita dengan boneka tangan terhadap hasil belajar penyimpangan materi dan kekerasan seksual dalam hal motivasi belajar siswa sekolah dasar.                     Penelitian ini dirancang menggunakan pendekatan one group post design dengan analisis uji T independen dengan taraf signifikansi 0,05. Responden dalam penelitian ini adalah 38 anak usia sekolah 3-4 SD di SD Muhammadiyah 9 Kenjeran Surabaya yang diambil dengan teknik Nonprobabiliti purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan (1) tes, digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar (2) Kuesioner MSLQ (Motivated Strategic for Learning Questionnaire). digunakan untuk mengumpulkan data tentang motivasi belajar siswa.                     Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar adalah 65 dan 61% siswa mencapai hasil belajar yang baik. Hasil belajar siswa adalah pengetahuan siswa tentang bentuk perilaku menyimpang dan kekerasan seksual pada anak-anak dan bagaimana menangani perilaku menyimpang dan kekerasan seksual pada anak-anak. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada varian signifikan pada motivasi belajar siswa pada hasil belajar dengan nilai P = 0,139> 0, 05                     Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan kegiatan story telling dengan boneka tangan dapat menghasilkan pembelajaran yang baik outcame pada materi penyimpangan dan kekerasan seksual pada siswa sekolah dasar dilihat dari setiap tingkat motivasi. Kata kunci: NELIDA Hand Puppet, Penyimpangan dan Kekerasan Seksual, Siswa Sekolah Dasar  


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 1-7
Author(s):  
Abdul Aziz Azari

Pendahuluan: Remaja selalu dihadapkan pada persoalan keputusasaan, terutama remaja yang mengalami broken heart syndrome . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh story telling terhadap keputusasaan remaja dengan kondisi broken heart syndrome. Metode: Jenis penelitian ini adalah dengan pendekatan quasi eksperimen. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner pre dan post intervensi. Penelitian ini menggunakan purposive sampling, dengan jumlah sampel 6 remaja yang mengalami broken heart syndorme. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan Chi Square test. Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum dilakukan intervesi story telling sebagian besar responden mengalami keputusasaan sebesar 67%, setelah dilakukan tindakan responden tidak mengalami keputusasaan sebesar 67%. Sedangkan hasil chi square didapatkan nilai alfa 0,00 yang artinya ada pengaruh story telling dengan keputusasaan remaja dengan kondisi broken heart syndrome. Rekomendasi: Perlu dilakukan pengkajian dan pendekatan lebin lanjut tentang kondisi remaja yang mengalami broken heart syndorme dikarenakan bisa menyebabkan terjadinya masalah psikologis yang lebih besar, misalnya depresi.


2019 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 65-72
Author(s):  
Supriatin Supriatin

Pendahuluan : Usia prasekolah (3-6 tahun) merupakan masa perkembangan sosial, intelektual dan emosional yang pesat bagi anak. Anak membutuhkan asupan gizi yang adekuat untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.Salah satu intervensi keperawatan untuk membantu membantu meningkatkan konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah adalah dengan terapi story telling. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh story telling terhadap tingkat konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah di Tk Al-Ishlah Kabupaten Cirebon. Metode : Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperimental design yaitu dengan pendekatan one group pretest posttest design menggunakan satu kelompok subjek. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 32 responden. Tingkat konsumsi sayur dan buah diukur dengan menggunakan quesioner FFQ (Food Frequency Questioner). Analisis data yang digunakan adalah uji Wilcoxon. Hasil : Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p value adalah 0,000 dengan demikian p value < a 0,05 yang berarti terdapat pengaruh story telling terhadap tingkat konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah di Tk Al-Ishlah Kabupaten Cirebon. Diskusi: Disarankan agar penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian yang lebih luas, meneliti faktor yang lebih kompleks dengan populasi yang lebih besar.   Kata Kunci : pre anak  usia  prasekolah,  story telling, tingkat  konsumsi  sayur dan buah.


2005 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 178-195 ◽  
Author(s):  
Rosemary Black ◽  
Sam Ham
Keyword(s):  

2019 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 34-42
Author(s):  
Ignasia Yunita Sari ◽  
Sumirat Putri Wibawanti

Latar Belakang: Salah satu jenis anak berkebutuhan khusus yang banyak dijumpai adalah autis. Jumlah anak autis di Yogyakarta semakin meningkat, pada tahun 2008 dari 98.000 kelahiran terdapat 196 anak yang menyandang autis, kemudian tahun  2009 dari 100.000 kelahiran terdapat 200 anak yang menyandang autis dan pada tahun 2010 tercatat dari dari 202.500 kelahiran terdapat 205 anak yang menyandang autis. Salah satu gangguan yang terdapat pada anak autis yaitu keterbatasan interaksi sosial. Tujuan: Mengetahui pengaruh story telling dengan media gambar terhadap kemampuan interaksi sosial pada anak autis di Sekolah Dasar Khusus Autisme Bina Anggita. Metode Penelitian: Menggunakan metode Pre Experimental Design dengan rancangan one group pre-test post-test design. Populasi pada penelitian ini berjumlah 43 anak. Sampel berjumlah 15 anak diambil dengan teknik Purposive Sampling. Analisis data menggunakan Wilcoxon. Hasil: Analisa data menggunakan uji Wilcoxon pada tingkat kemaknaan 95% (α 0,05) diperoleh nilai hitung (p value=0,000). Kesimpulan: Ada pengaruh story telling dengan media gambar terhadap kemampuan interaksi sosial anak autis di Sekolah Dasar Khusus Autisme Bina Anggita. Saran: Penelitian selanjutnya supaya menambahkan jumlah sampel supaya bisa digeneralisasikan dan menambah observasi perubahan tingkah laku anak.   Kata kunci: Autis - Interaksi Sosial - Story Telling - Media Gambar   ABSTRACT     Background: One type of child with special needs has is autism. The number of autistic children in Yogyakarta increased. In 2008 from 98,000 births there were 196 children with autism, then in 2009 out of 100,000 births there were 200 children with autism and in 2010 recorded from 202,500 births there were 205 children with autism. One of the disorders that exist in children with autism is the limitation of social interaction. Objective: To identify the effect of story telling with picture on autistic child social interaction ability in Autism Special School Bina Anggita. Methods: It was a pre experimental design with one group pre-test post-test design. The population in this study amounted to 43 children. The sample was 15 children taken with purposive sampling technique. Analysis used Wilcoxon. Result: Analysis used Wilcoxon test at significance level 95% (α, 0,05) shows value count (p value = 0,000). Conclusion: There is an effect of story telling with picture on autistic child social interaction ability in Autism Special School Bina Anggita. Suggestion: Further researchers are suggested to add the number of sample to be generalized and add observation changes in children's behavior.   Keywords: Autism - Social Interaction - Story Telling - Picture Media


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document