scholarly journals Stunting, FGD, PGD, Infeksi PENGARUH FGD (FOCUS GROUP DISCUSSION) DAN PGD (PEER GROUP DISCUSSION) TENTANG INFEKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMILIKI BALITA STUNTING DI DESA SIDOLUHUR KECAMATAN LAWANG KABUPATEN MALANG

Author(s):  
Amaliya Rizqi

Masalah balita stunting menggambarkan adanya masalah gizi kronis, yang dipengaruhi dari kondisi ibu atau calon ibu, masa janin, dan masa bayi atau balita, termasuk penyakit yang diderita selama masa balita. Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi stunting secara Nasional tahun 2013 adalah 37,2 persen, sedangkan prevalensi stunting di Jawa Timur sebesar 27%. FGD dan PGD merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengubah pengetahuan dan sikap. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh FGD dan PGD tentang infeksi terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki balita stunting di Desa Sidoluhur. Jenis dari penelitian ini adalah penelitian Quasy Eksperimen dengan menggunakan rancangan Two Group Pretest Posttest Desain. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2017.Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh FGD terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang infeksi, hal ini dibuktikan dengan hasil uji statistik yaitu nilai p value < α (0,000 < 0,05). Terdapat peningkatan rerata sikap responden secara bermakna pada α 0,05 setelah diskusi FGD. Adanya pengaruh PGD terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang infeksi, hal ini dibuktikan dengan hasil uji statistik yaitu p value < α  (0,000 < 0,05). Terdapat peningkatan rerata sikap responden secara bermakna pada α 0,05 setelah diskusi PGD. FGD dan PGD baik jika diaplikasikan di masyarakat mengingat jumlah tenaga gizi di Puskesmas Lawang jumlahnya terbatas. Pemilihan tutor teman sebaya pada diskusi PGD dipilih dikarenakan tutor teman sebaya lebih mengetahui kondisi lingkungan masyarakat secara langsung.

2016 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 32
Author(s):  
Etika Purnama Sari

Balita mudah terkena penyakit ISPA karena tubuh balita masih rentan terhadap penyakit infeksi. Banyak ibu yang tidak tahu tentang pencegahan penyakit ISPA. Metode FGD (focus group discussion) dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan peningkatan pengetahuan ibu melalui FGD. Desain penelitian adalah pra eksperimental one group pra post test design. Variabel yang diteliti adalah tingkat pengetahuan ibu. Sampel yang digunakan adalah ibu yang memiliki balita di wilayah RT 3 RW 1 Kelurahan Sidotopo Wetan Kecamatan Kenjeran sebanyak 13 orang. Pengambilan data menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan tingkat signifikansi α<0,05, didapatkan nilai p=0,002 yang berarti ada peningkatan pengetahuan ibu melalui FGD. Adanya peningkatan dikarenakan faktor pendidikan, usia, pengalaman serta proses diskusi dalam FGD. Bagi para ibu harus tetap mengakses informasi tentang preventif ISPA dalam berbagai media. Kata kunci: Focus Grup Discussion, Pengetahuan, ISPA ABSTRACT Children with age 12-60 months are susceptible to ISPA due to their body was still susceptible to infectious diseases. Many mother do not know about the prevention of ISPA. FGD (focus group discussion) can be used to increase their knowledge. The aim of this study is to explain the increasing mother’s knowledge through the FGD. The study design was a pre-experimental one-group pre-post test design. The variables studied were the level of mother’s knowledge. The samples used were mothers with babies aged 12-60 months as many as 30 people. Data was collected by questioner. Based on the test results of the Wilcoxon Sign Rank Test with a significance level of α<0,05, p value = p=0,002 which means there is the increasing mother’s knowledge through the FGD. The increasing knowledge due to factors of education, age, experience, and the discussion process in the FGD. For mother must still access information about preventive ISPA in a variety of media. Keywords: Focus Grup Discussion, knowledge, ISPA DOWNLOAD FULL TEXT PDF >>


2013 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 162-169
Author(s):  
Titis Rakhma Imtihani ◽  
Etika Ratna Noer

Latar Belakang : Salah satu penyebab peningkatan obesitas di kalangan remaja perkotaan adalah adanya peningkatan frekuensi konsumsi makanan cepat saji. Hal ini dikarenakan makanan cepat saji bersifat cepat, mudah, dan menarik untuk remaja serta faktor kenyamanan yang mendukung. Remaja yang mengkonsumsi makanan cepat saji akan mengkonsumsi energi, lemak, dan gula secara berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan pengetahuan, uang saku, dan peer group serta promosi dan motivasi dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji pada siswi di SMA Theresiana 1 Semarang. Metode : Studi cross sectional pada 95 siswi kelas X dan XI di SMA Theresiana 1  Semarang. Subjek diambil dengan metode consecutive sampling yang memenuhi kriteria inklusi. Data frekuensi konsumsi makanan cepat saji, pengetahuan, uang saku, dan peer group diperoleh dari pengisian kuisoner, sedangkan data motivasi dan promosi diperoleh dengan FGD (focus group discussion). Data kebiasaan makan sehari-hari diperoleh melalui FFQ (food frequency questionnaire). Uji normalitas menggunakan Kolmogorof-Smirnov. Data berdistribusi tidak normal pengujian menggunakan korelasi Rank spearman. Hasil : Frekuensi konsumsi makanan cepat saji subjek sebagian besar termasuk jarang (1-2x seminggu) yaitu 83,2%. Terdapat korelasi positif antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan uang saku (r = 0,279; p = 0,006). Tidak ditemukan korelasi antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan pengetahuan (r = 0,066; p = 0,527), dan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan peer group (r = -0,005; p = 0,958). Informasi mengenai makanan cepat saji sebagian besar subjek dapatkan melalui iklan televisi. Sebagian besar subjek mengkonsumsi makanan cepat saji karena faktor praktis dan ingin mencoba rasanya. Kesimpulan : Terdapat hubungan bermakna antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan jumlah uang saku (p=0,006).


2019 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 24-32
Author(s):  
Syahferi Anwar ◽  
Arif Rahman Aceh

Kesiapsiagaan adalah upaya-upaya yang memungkinkan pemerintah, masyarakat dan individu merespon secara cepat situasi bencana secara efektif dan salah satu cara meningkatkannya yaitu melalui focus group discussion. Tujuan dari penelitian ini untuk membuktikan adanya pengaruh sebelum dan sesudah dilakukannya  metode focus group discussion  terhadap kesiapsiagaan bencana gempa bumi di SMK Alo’oa Kota Gunungsitoli. Penelitian ini menggunakan desain one group pretest-posttest. Populasi penelitian ini seluruh siswa di SMK Negeri 1 Alo’oa sebanyak 200 siswa. Sampel penelitian adalah siswa kelas X dan XI sebanyak 15 orang. Pengambilan sampel menggunakan tekhnik probability sampling jenis systematic random sampling. Data Instumen penelitian menggunakan skala kesiapsiagaan bencana gempa bumi yang di kembangkan oleh LIPI. Data diolah dengan uji Wilcoxon test dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil Penelitian menunjukkan pengaruh metode focus group discussion terhadap kesiapsiagaan siswa menghadapi bencana gempa meningkat dengan nilai p value sebesar (0.001) dengan nilai hasil ≤ 0,05., Artinya ada pengaruh metode focus group discussion terhadap kesiapsiagaan bencana gempa bumi


2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 38
Author(s):  
Ika Parmawati ◽  
Wenny Artanty Nisman ◽  
Wiwin Lismidiati ◽  
Sri Mulyani

Perkembangan organ reproduksi dan ketidaksetaraan peran gender dalam masyarakat meningkatkan kerentanan remaja putri untuk mengalami pemaksaan seksual. Pendidikan kesehatan reproduksi yang membahas kesetaraan gender diketahui dapat membantu remaja dalam mengontrol dorongan seksual dan menurunkan kejadian pemaksaan seksual. Sasaran kegiatan pengabdian ini adalah 64 siswi di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Kulon Progo. Pendidikan kesehatan reproduksi berbasis kesetaraan gender disampaikan melalui metode diskusi kelompok kecil (focus group discussion) dengan modul, konsultasi pribadi dengan media elektronik, dan ceramah yang dilaksanakan pada September 2017. Skor pengetahuan, sikap, dan efikasi diri remaja yang diperoleh melalui pre-test dan post-test diuji normalitasnya dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dan dianalisis dengan uji Wilcoxon dengan taraf kepercayaan 95%. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal pengetahuan, sikap, dan efikasi diri tentang seksual kesehatan reproduksi antara sebelum dan sesudah pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi berbasis kesetaraan gender dengan p-value (p) <0,05. Skor pengetahuan, sikap, dan efikasi diri seksual setelah pelaksanaan pendidikan kesehatan lebih besar daripada sebelum pendidikan kesehatan dilaksanakan. Dengan demikian, pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi berbasis kesetaraan gender dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan efikasi diri remaja putri.


Inovasi ◽  
2018 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 153-162 ◽  
Author(s):  
Wanda Kuswanda

Salah satu habitat gajah yang masih tersisa adalah Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), terutama di wilayah Besitang. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi, kepemilikan lahan, pemetaan wilayah dan mitigasi konflik manusia dengan gajah di Resort Besitang, TNGL. Metode pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner, wawancara dan Focus Group Discussion (FGD). Analisis data menggunakan tabel frekuensi dan analisa deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah yang memiliki potensi konflik gajah di Resort Besitang adalah Daerah Halaban, Aras Senapal, Sekundur, Bukit Selamat dan Bukit Mas dengan intensitas konflik rendah sampai tinggi. Penyebab utama konflik manusia dengan gajah adalah fragmentasi kawasan hutan,  ketidakpastian status lahan di daerah penyangga, pertumbuhan penduduk yang tinggi dan meningkatnya pendatang di wilayah Besitang, perambahan dan ilegal logging yang terus terjadi, minimnya kesadaran masyarakat dan peranan lembaga desa dalam mendukung konservasi gajah. Rekomendasi resolusi mitigasi konflik gajah diantaranya: 1) memperbaiki habitat gajah yang sudah terfragmentasi di dalam kawasan TNGL; 2) meningkatkan peran Tim CRU (Conservation Response Unit); 3) membentuk unit reaksi cepat penanganan konflik gajah dengan melibatkan para pihak; 4) menanam jenis tanaman yang tidak disukai dan dijauhi oleh gajah; 5) mereduksi ketergantungan masyarakat akan sistem pertanian yang membutuhkan lahan yang luas; 6) mengembangkan program untuk membantu peningkatan hasil panen; dan,  7) penyuluhan untuk meningkatkan pemahaman bahwa gajah merupakan bagian dari ekosistem yang harus lestari.   Kata kunci: gajah, konflik, habitat, Besitang, Taman Nasional Gunung Leuser


2019 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 14-21
Author(s):  
Rili Windiasih

Perkembangan Teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi, demokratisasi dan desentralisasi sudah menjadi kebutuhan sekaligus tantangan khususnya bagi pemerintah daerah dalam komunikasi pembangunan untuk pelayanan publik dan pemberdayaan masyarakat. Penelitian menggunakan metode kualitatif studi kasus, dengan pengumpulan data melalui dokumentasi, wawancara, pengamatan dan Focus Group Discussion (FGD). Subjek penelitian dipilih secara purposif yaitu pemerintah daerah di Eks-KaresidenanBanyumas Jawa Tengah, akademisi dan civil society. Penelitian dianalisis dengan analisis interaktif melalui reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpuan dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pentingnya komunikasi pembangunan dengan media teknologi informasi dan komunikasi melalui e-Government untuk meningkatkan pelayanan publik yang baik, cepat dan responsif, adanya partisipasi aktif dari publik dan transparansi baik anggaran serta program pembangunan. (2) Perlunya mengantisipasi adanya kesenjangan teknologi informasisehingga membutuhkan peningkatan kompetensi sumber daya manusia di pemerintahan daerah dan publik, serta memperluas fasilitas akses jaringan informasi.Kata kunci: komunikasi pembangunan, pelayanan publik, partisipasi, teknologi informasi, transparansi 


Widyaparwa ◽  
2017 ◽  
Vol 45 (2) ◽  
pp. 151-164
Author(s):  
Novita Sumarlin Putri

Tindak tutur komisif merupakan salah satu aspek pragmatik yang harus diperhatikan oleh penerjemah ketika menerjemahkan teks. Hal itu dilakukan agar menghasilkan terjemahan yang berkualitas dari aspek keakuratan dan keberterimaan. Berdasarkan alasan tersebut, penelitian ini bertujuan mendiskripsikan tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan kalimat yang mengakomodasi tindak tutur komisif dengan pendekatan pragmatik. Data yang digunakan ialah tuturan komisif dan hasil penilaian kualitas terjemahan. Data bersumber dari novel Insurgent karya Veronica Roth dan informan. Data dikumpulkan dengan cara analisis dokumen, kuesioner dan Focus Group Discussion. Selanjutnya, data dianalisis dengan cara analisis domain, taksonomi, komponensial, dan tema budaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjemahan dalam novel Insurgent mempunyai nilai keakuratan dan keberterimaan yang cukup tinggi. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat keakuratan dan keberterimaan pada setiap jenis tindak tutur komisif memiliki dampak terhadap kualitas keseluruhan terjemahan kalimat yang mengandung tindak tutur komisif.Commissive speech act is one of the pragmatic aspects to regard by the translator in translating the text. It aims to produce a qualified translation in regarding accuracy and acceptability aspects. According to the aspects, this research aims to describe accuracy and acceptability of translation in sentences which accommodate commissive speech act using pragmatic approach. The data used is commissive speech and qualitative translation value result. The sources of the data are an Insurgent novel by Veronica Roth and informants. The data were collected through document analysis, questionnaire, and Focus Group Discussion then analyzed the domain, taxonomic, componential analysis, and cultural theme. The result shows that translation in the Insurgent novel has high accuracy and acceptability values. This research concludes that the accuracy and acceptability level in each commissive speech act has an impact on quality of whole translated sentences which contain commissive speech act.


2018 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 53
Author(s):  
Bejo Danang Saputra

Perencanaan pengembangan uji kompetensi perawat Indonesia akan dikembangkan  dengan metode OSCE.. Pelaksanaan uji OSCE membutuhkan persiapan yang matang, terutama kesiapan sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini adalah dosen untuk melaksanakan uji OSCE. Mengetahui kesiapan SDM dalam pengembangan uji OSCE di Prodi D3 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap. Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan rancangan studi kasus. Informan penelitian adalah 6 orang dosen dan Kepala Program Studi D3 keperawatan. Data diperoleh melalui, focus group discussion, wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan constant comparative method. Penelitian menunjukan bahwa pengetahuan dosen tentang OSCE dan kompetensi berdasarkan pendidikan memenuhi persyaratan untuk pengembangan uji OSCE, namun masih membutuhkan pelatihan mengenai OSCE. Uji OSCE dapat diselenggarakan dengan melibatkan dosen dari prodi lain karena jumlah dosen di Prodi D3 Keperawatan  STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap belum memenuhi kebutuhan pelaksanaan uji OSCE. Hambatan penyelenggaraan OSCE adalah SDM belum terkoordinasi, belum terlatih dan keterbatasan sarana pendukun. Pengetahuan dan kompetensi dosen berdasarkan tingkat pendidikan memenuhi syarat dalam pengembangan OSCE dan OSCE dapat diselenggarakan dengan melibatkan dosen prodi lain.


Author(s):  
Dewi Novianti ◽  
Siti Fatonah

Social media is a necessity for everyone in communicating and exchanging information. Social media users do not know the boundaries of age, generation, gender, ethnicity, and religion. However, what is interesting is the user among housewives. This study took the research subjects of housewives. Housewives are chosen as research subjects because they are pillars or pillars in a household. If the pillar is strong, then the household will also be healthy. Thus, if we want to build a resilient and robust generation, we will start from the housewives. A healthy household starts from strong mothers too. This study aims to find out the insights of the housewives of Kanoman village regarding the content on smartphones and social media and provide knowledge of social media literacy to housewives. This study used a qualitative approach with data collection techniques using participant observation, interviews, focus group discussion (FGD), and documentation. The results of the study showed that previously housewives had not experienced social media literacy. Then the researchers took steps to be able to achieve the desired literacy results. Researchers took several steps to make them become social media literates. They become able to use social media, understand social media, and even produce messages through social media.


2018 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
Author(s):  
Theresia Martina Marwanti

Abstrak Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran ketahanan sosial dalam menghadapi perubahan sosial pada komunitas adat Kampung Pulo, yang meliputi profil komunitas, perlindungan sosial, partisipasi komunitas dan penyelesaian konflik terkait dengan perubahan sosial. Metode penelitian menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi, studi dokumentasi dan focus group discussion (FGD). Penentuan sumber data ada 6 informan dilakukan secara purposive. Pemeriksaan keabsahan data, melalui uji kredibilitas dan uji konfirmabilitas. Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan reduksi data, kategorisasi dan penyajian data. Hasil penelitian menunjukkan perlindungan sosial warga komunitas ini  bersifat tradisional maupun kontemporer. Dalam hal partisipasi, hampir semua warga masyarakat adat ikut berpartisipasi aktif dalam menghadapi perubahan sosial. Konflik yang terjadi diantara warga komunitas adat dalam menghadapi perubahan masih ditemukan, namun tidak sampai ke permukaan dan tidak menimbulkan gejolak. Secara umum komunitas adat Kampung Pulo, memiliki ketahanan sosial yang sudah baik, sehingga mampu menjadi benteng pengamanan bagi perubahan sosial dalam kehidupannya. Kata kunci: ketahanan sosial, komunitas adat, perubahan sosial


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document