Kegiatan Berkreasi dengan Seni dan Kimia selama COVID-19 di Desa Panggung Rejo, Jebres, Solo, Jawa Tengah

2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Chintia Titania ◽  
Djoko Suhardjanto ◽  
Yeni Priatnasari

Kuliah Kerja Nyata merupakan proses pembelajaran mahasiswa melalui berbagai kegiatan langsung ditengah-tengah masyarakat, dan mahasiswa berupaya untuk menjadi bagian dari masyarakat serta secara aktif dan kreatif terlibat dalam dinamika yang terjadi di masyarakat. Kuliah Kerja Nyata (KKN) UNS Era Covid-19 yang dilakasanakan di Jalan Kabut Desa Panggung Rejo Surakarta berlangsung selama 45 hari (15 Mei-30 Juni 2020). Program KKN yang dilakukan berpusat pada kegiatan belajar mengajar. Sejak Covid-19 menyebar ke seluruh wilayah saat itulah ribuan sekolah dari berbagai jenjang menerapkan proses belajar dari rumah secara daring (online). Nyatanya aktivitas belajar di rumah belum terlakasana dengan efektif. Beberapa program KKN yang telah dilaksanakan. Kegiatan KKN yang dilakukan dimulai dengan mendata siswa yang ada di sekitar Jalan Kabut, konsultasi program kepada pihak RT dan DPL, dan pelaksanaan program yang direncanakan. Adapun program kerja yang dilakukan meliputi kegiatan melakukan praktikum kimia secara sederhana, dan menggunakan metode daring (online) melalui WhatsApp Grup dengan ibu-ibu. Penggunaan metode ini juga merupakan bentuk support terhadap gerakan Work from Home & Social distancing yang mana kegiatan dapat dilakukan di rumah masing-masing. Hasil dari kegiatan ini diharapkan siswa dapat melakukan belajar efektif walaupun di rumah saja serta pemahaman terkait Covid-19 dan juga warga desa Panggung Rejo dapat memahami seluk beluk Covid-19 dengan baik serta dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.Kata Kunci : KKN COVID-19, Covid-19, Work from Home

Author(s):  
Jeliastiva Jeliastiva ◽  
Farid Fachrurazi

The COVID-19 outbreak has had a serious impact on almost all countries in the world, including Indonesia. In response to this case, various policies began to emerge. Starting from the implementation of work from home, social distancing and physical distancing, until the implementation of large-scale social restrictions (PSBB). overseas investors are busy focusing their finances on the needs of their respective countries to fight the virus. Domestic investment (PMDN) is also predicted to experience a slowdown. The social distancing policy resulted in the community not being able to run the economic system well, especially in the Indonesian investment sector so that the perokoniman namely investment in Indonesia decreased and there were some delays in investment by other countries in Indonesia.


2021 ◽  
Author(s):  
Luthfi abdurrahman

Saat ini keadaan Indonesia mengalami kondisi tidak baik yang disebabkan oleh virus Covid-19 yang berasal dari Wuhan Cina. (WHO, 2020) menyatakan bahwa virus ini penularannya sangat cepat dan dapat menyebabkan kematian. Virus ini menyerang infeksi saluran pernapasan seperti batuk dan pilek namun sifatnya lebih mematikan. Berdasarkan data (Worldometer, 2020) Coronavirus Casses menyatakan 2.176.744 Pasien yang terpapar virus ini dan beberapa meninggal dunia sehingga wabah penyebaran virus ini disebut dengan pandemi Covid-19 dunia. Penyebaran virus ini bisa ditempat umum atau kerumunan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengatakan penyebaran virus ini melalui kontak fisik seperti berjabat tangan maka dianjurkan agar mencuci tangan dengan benar dan baik sesuai langkah serta menggunakan masker jika keluar rumah untuk pencegahan penyebaran Corona Virus. Akibat dari pandemi Covid-19 membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan baru demi menghentikan pemencaran Covid-19 yaitu mengimplementasikan ajakan masyarakat untuk melaksanakan Physical Distancing atau memberi jarak dengan orang lain sejauh satu meter dan menghindari kerumunan dan berbagai acara pertemuan yang menimbulkan perkumpulan (Covid-19, 2020). Selain itu pemerintah menerapkan kebijakan untuk Dirumah Saja seperti kerja dirumah atau Work From Home (WFH) dan kegiatan apapun yang berhubungan dengan perkumpulan atau pertemuan ditiadakan dan diganti dengan media online. (Kemendikbud, 2020) mengeluarkan Surat Edaran tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19. Pembelajaran daring di Indonesia sebenarnya sudah diterapkan oleh beberapa pendidik sebelum pemberlakuan social distancing oleh pemerintah. Namun istilah pembelajaran daring semakin populer setelah social distancing. Pembelajaran daring yang diterapkan lebih cenderung pada bentuk penugasan via aplikasi. Siswa diberikan tugas- tugas untuk diselesaikan kemudian dikoreksi oleh guru sebagai bentuk penilaian dan diberikan komentar sebagai bentuk evaluasi (Syarifudin, 2020). Minat memiliki banyak efek positif pada proses dan hasil pembelajaran (Krapp, 2002), tingkat minat yang tinggi akan menyebabkan tingkat perhatian dan tingkat kesiapan siswa terlibat dalam objek pembelajaran sehingga menimbulkan kemungkinan keberhasilan dalam pembelajaran (Krapp, 1999).


Author(s):  
Ryan L. DeSanti ◽  
Diane H. Brown ◽  
Sushant Srinivasan ◽  
Tom Brazelton ◽  
Michael Wilhelm

Objective: Management of the coronavirus disease 2019 (COVID-19) pandemic has required social distancing requirements and personal protective equipment shortages, which have forced hospitals to modify patient care rounds. We describe our process developing telemedicine rounds to maintain synchronous, multidisciplinary, pediatric intensive care unit rounds. By adapting available resources using rapid process improvement (PI), we were able to develop patient- and family-centered video rounds (PFCVR). Design: When rounding team members were forced to work from home, we adapted an existing telemedicine platform (VidyoConnect) to perform PFCVR. A quality improvement (QI) team developed an initial standard process, which underwent rapid PI using a small multidisciplinary team. Setting: A 21-bed, mixed medical/surgical/cardiac pediatric intensive care unit. Participants: Critical care patients, families, physicians, consultants, nurses, and ancillary staff. Interventions: The QI team initially met daily, then weekly, sought feedback from nurses, families, and other care providers, and utilized small tests of change to improve the rounding process. Results: We established standardized, socially distanced rounds using VidyoConnect to allow synchronous, multidisciplinary PFCVR. Implementation of a schedule and rounding script facilitated efficient and effective team communication, optimized participation by the entire team, and decreased interruptions. Conclusions: The COVID-19 pandemic compromised the feasibility of the previous rounding process. PFCVR is a safe and effective tool to facilitate communication while adhering to social distancing guidelines. Use of available platforms and team-based PI is critical for successful implementation.


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 80-88
Author(s):  
Taufik Hidayat ◽  
Maftukin Hudah ◽  
Utvi Hinda Zhannisa

Central Java is one of the areas in Indonesia that is affected by the covid 19 virus. Therefore, the Central Java government also carries out instructions given by the central government to prevent the spread of the covid 19 virus. The government imposes social distancing and also Work From Home. However, what happens is that people in the Central Java region are looking for activities outside the home by cycling. This is also experienced by people in the Demak district. The problem taken in this study is how the public's interest in recreational sports cycling during the Covid 19 pandemic in Demak. This study used a quantitative descriptive design with a survey method conducted online by distributing questionnaires via Google Form. The population in this study were bicycle users in the Demak area with a sample size of 100 people. The data analysis technique used percentage descriptive analysis. The results showed that the most dominant indicator was the indicator of attention with a score of 78% in the high category. The overall results in this study are 75% in the high category. This shows that people's interest in recreational sports during the Covid 19 pandemic is in the high category. The conclusion in this study is that people's interest in recreational sports cycling during the Covid 19 pandemic is in the high category with a percentage of 75% with an average score of 282. People with very high criteria are 24 people, high criteria are 73 people, and criteria are sufficient. as many as 3 people. The public believes that cycling is a suitable sport to do during a pandemic, during a pandemic, health is the thing that we must protect the most because the body is susceptible to viruses. By cycling we can still maintain the health protocols that have been implemented during this pandemic Keywords: public interest, recreational sports cycling, covid 19   Abstrak Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang ada di Indonesia yang terdampak oleh virus covid 19. Oleh sebab itu pemerintah Jawa Tengah juga melakukan instruksi yang diberikan oleh pemerintah pusat untuk mencegah persebaran dari virus covid 19. Pemerintah memberlakukan social distancing dan juga Work From Home. Namun yang terjadi masyarakat diwilayah Jawa Tengah justru mencari aktifitas diluar rumah dengan bersepeda. Hal tersebut juga dialami oleh masyarakat dilingkungan kabupaten Demak. Permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah bagaimana minat masyarakat untuk olahraga rekreasi bersepeda pada masa pandemi covid 19 di Demak. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan metode survey yang dilakukan secara online dengan menyebar angket melalui google form.Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna sepeda diwilayah Demak dengan jumlah sampel 100 orang. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator yang paling dominan adalah indikator perhatian dengan perolehan skor persentase 78% masuk pada kategori tinggi. Untuk hasil keseluruhan dalam penelitian ini adalah 75 % masuk pada kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa minat masyarakat untuk olahraga rekreasi pada masa pandemi covid 19 masuk dalam kategori tinggi. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah minat masyarakat untuk olahraga rekreasi bersepeda pada masa pandemi covid 19 masuk dalam kategori tinggi dengan pensentase 75% dengan perolehan skor rata-rata 282. Masyarakat dengan kriteria sangat tinggi sebanyak 24 orang, kriteria tinggi sebanyak 73 orang, dan kriteria cukup sebanyak 3 orang. Masyarakat berpendapat bahwa bersepeda merupakan olahraga yang cocok yang dilakukan pada masa pandemi, pada masa pandemi kesehatan merupakan hal yang harus paling kita jaga karena tubuh rentan terkena virus. Dengan bersepeda kita masih bisa menjaga protokol kesehatan yang telah diterapkan dimasa pandemi ini.                                                                                         Kata kunci: minat masyarakat, olahraga rekreasi bersepeda, covid 19


2020 ◽  
Author(s):  
Mfikrihaikal

Dampak wabah virus corona (covid 19) tidak hanya merugikan sisi kesehatan. Virus yang bermula dari kota wuhan, Tiongkok, ini bahkan turut mempengaruhi perekonomian negara-negara di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Ekonomi global dipastikan melambat, menyusul penetapan dari WHO pemerintah mencoba yang menyebutkan wabah corona sebagai berbagai upaya untuk menekan dampak virus Corona terhadap dunia industri, Beberapa stimulus ekonomi diluncurkan, bahkan Presiden Joko Widodo meminta seluruh pihak untuk melakukan social distancing termasuk Work From Home (WFH)


Dharmakarya ◽  
2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 133
Author(s):  
Fatmi Utarie Nasution ◽  
Rafan Darodjat

Corona virus Disease 2019 (Covid-19) merupakan penyakit yang disebabkan oleh Virus Corona atau Severe Acute Respiratory Syndrome Corona virus 2 (SARS-CoV-2) yang dapat menyerang segala usia. Akibat peristiwa pandemi Covid-19 yang belum berakhir, seluruh pemerintah di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, menerapkan kebijakan untuk mencegah dan memutus rantai penularan Covid-19 dengan melakukan pembatasan sosial (social distancing). Kebijakan pembatasan sosial mengharuskan setiap masyarakat untuk tetap berdiam di rumah dan tidak melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang dapat mengundang keramaian, salah satunya adalah kegiatan bekerja dari rumah (work from home) yang berdampak pada aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi. Banyak masyarakat di Indonesia salah satunya di desa Cileunyi Wetan umumnya bermata pencaharian buruh pabrik yang di rumahkan dan tidak diberi upah sama sekali, hal tersebut mengakibatkan kelaparan dan kemiskinan, maka dari itu saya melakukan kegiatan pembangunan sekolah kewirausahaan. Pembangunan sekolah kewirausahaan merupakan suatu media penggerak masyarakat di wilayah desa Cileunyi Wetan agar dapat memperoleh ilmu berwirausaha dengan tepat. Sehingga masyarakat dapat menciptakan inovasi produk sandang maupun pangan yang memiliki nilai jual tinggi, memiliki penghasilan, dan menjadikan hidup mandiri. Dalam kegiatan ini metode penelitian yang digunakan adalah metode Pendidikan Masyarakat dengan melakukan penyuluhan mengenai kewirausahaan yang bertujuan menyadarkan masyarakat akan adanya manfaat dari berwirausaha. Serta metode Pelatihan dengan melakukan pelatihan berwirausaha di lingkungan masyarakat Desa Cileunyi Wetan. Hasil dari penelitian ini adalah masyarakat dapat terbuka pemikirannya untuk berwirausaha dan menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam mengolah suatu produk baik sandang maupun pangan. Sekolah kewirausahaan tidak hanya diperuntukkan untuk kaum muda saja namun di peruntukkan untuk siapa saja yang ingin dan mau untuk belajar dalam berwirausaha.


BMJ Open ◽  
2021 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. e043577
Author(s):  
Christina Atchison ◽  
Leigh Robert Bowman ◽  
Charlotte Vrinten ◽  
Rozlyn Redd ◽  
Philippa Pristerà ◽  
...  

ObjectiveTo examine risk perceptions and behavioural responses of the UK adult population during the early phase of the COVID-19 epidemic in the UK.DesignA cross-sectional survey.SettingConducted with a nationally representative sample of UK adults within 48 hours of the UK Government advising the public to stop non-essential contact with others and all unnecessary travel.Participants2108 adults living in the UK aged 18 years and over. Response rate was 84.3% (2108/2500). Data collected between 17 March and 18 March 2020.Main outcome measuresDescriptive statistics for all survey questions, including number of respondents and weighted percentages. Robust Poisson regression used to identify sociodemographic variation in: (1) adoption of social distancing measures, (2) ability to work from home, and (3) ability and (4) willingness to self-isolate.ResultsOverall, 1992 (94.2%) respondents reported at least one preventive measure: 85.8% washed their hands with soap more frequently; 56.5% avoided crowded areas and 54.5% avoided social events. Adoption of social distancing measures was higher in those aged over 70 years compared with younger adults aged 18–34 years (adjusted relative risk/aRR: 1.2; 95% CI: 1.1 to 1.5). Those with lowest household income were three times less likely to be able to work from home (aRR: 0.33; 95% CI: 0.24 to 0.45) and less likely to be able to self-isolate (aRR: 0.92; 95% CI: 0.88 to 0.96). Ability to self-isolate was also lower in black and minority ethnic groups (aRR: 0.89; 95% CI: 0.79 to 1.0). Willingness to self-isolate was high across all respondents.ConclusionsAbility to adopt and comply with certain non-pharmaceutical interventions (NPIs) is lower in the most economically disadvantaged in society. Governments must implement appropriate social and economic policies to mitigate this. By incorporating these differences in NPIs among socioeconomic subpopulations into mathematical models of COVID-19 transmission dynamics, our modelling of epidemic outcomes and response to COVID-19 can be improved.


2021 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 31-40
Author(s):  
Siswanto ◽  
Pandu Aseta

Dunia sedang mengalami pandemi COVID-19 yang cukup mengkhawatirkan, termasuk Indonesia (Widiyani, 2020). COVID 19 merupakan penyakit infeksi berupa sindrom pernapasan akut coronavirus 2 atau SARS-CoV-2) (Setiawan, 2020). Pemerintah melaksanakan work from home (WFH), social distancing, kuliah online dan lain sebagainya agar penularan tidak terjadi terlalu cepat (TURSINA, 2020). Kondisi yang mendadak ini membuat masyarakat termasuk mahasiswa tidak siap untuk menghadapinya baik secara fisik maupun psikis (Sabir & Phil, 2016). Kecemasan juga akan dialami oleh siswa yang umumnya remaja yang masih labil dalam menghadapi situasi yang tidak terduga. Mahasiswa tahun terakhir akan menghadapi tantangan lain berupa skripsi dan KTI yang disebut juga Tugas Akhir sebagai syarat kelulusan di setiap Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Kondisi saat ini akan menyebabkan kondisi emosi yang terguncang seperti kecemasan atau kecemasan yang berlebihan, takut terkena virus dan lain sebagainya (Dani & Mediantara, 2020). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan siswa dalam menghadapi tugas akhir selama pandemi. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Hasil penelitian ini didapatkan 40 siswa sebagai responden dengan tingkat kecemasan sedang (75%), mayoritas responden berjenis kelamin perempuan 31 (77,5%), mayoritas berusia 20 tahun (50%), mayoritas responden kurang. antusias dalam melakukan TA sebanyak 33 orang (82,5%). Sebanyak 24 responden (60%) mengalami kesulitan dalam menyusun judul, 29 responden (72,5%) mengalami kesulitan dalam menyusun background, 30 responden (75%) mengalami kesulitan dalam menyusun konten dan 23 responden (57,5%) mengalami kesulitan dalam menyusun Daftar Referensi. Ada juga mahasiswa yang mengalami kecemasan ringan dan ringan sebanyak 10 responden (25%) dan sedang sebanyak 30 responden (75%), serta takut pada supervisor sebanyak 25 responden (62,5%).Kata Kunci: Kecemasan, Tugas Akhir, COVID-19


Author(s):  
Yuggo Afrianto ◽  
Novita Br Ginting ◽  
Indriyawati Indriyawati ◽  
Kalih Puspita Dewi ◽  
Muhamad Rizky Fahrezi

Covid-19 is a new type of virus that was discovered in Wuhan, Hubei, China, in 2019. The new kind of virus was given the name coronavirus disease-2019, shortened to Covid-19. WHO declared this virus a pandemic on March 11, 2020. Various parties tried to in the prevention and control of COVID-19. However, the number of references offered and the variance of a policy in a study create problems again. People are confused to understand what efforts are suitable or recommended with trustworthy truths. Hence, this study uses Systematic Literature Reviews to find the most recommended efforts with reliable study sources, namely the Scopus journal and Google Scholar. The results of this study provide recommendations to the public about the efforts to prevent Covid-19, to reduce the spread of Covid-19, especially in Indonesia. 125 relevant journals were successfully reviewed, resulting in 37 Covid-19 prevention efforts. Based on the ranking method, 10 efforts are widely recommended in journals, namely: Social distancing, Quarantine/lockdown/LSSR (Large-scale social restrictions), WFH (Work From Home), Washing hands, Self-isolation, Wearing masks, Using handsanitizer, Spraying disinfectants, Maintaining immunity, and Not touch the face. The exciting thing that was also found in the research was that there were efforts that were not only built based on medical science but were also associated with beliefs such as Sawen Installation and Religious Ceremonies. Keywords: Covid-19; SLR; prevention of Covid-19. AbstrakCovid-19 merupakan virus jenis baru yang ditemukan di Wuhan, Hubei, China pada tahun 2019, virus ini diberi nama corona virus disease-2019 yang disingkat menjadi Covid-19, WHO (World Health Organization) menyatakan virus ini sebagai suatu pandemi pada 11 Maret 2020. Berbagai pihak berupaya dalam pencegahan dan penanggulangan Covid-19. Namun banyaknya referensi yang ditawarkan dan ketidak selarasan suatu kebijakkan dalam suatu studi, membuat permasalahan kembali di mana masyarakat bingung untuk mengerti upaya apa saja yang baik atau direkomendasikan dengan kebenaran yang dapat dipercaya.  Untuk menangani masalah tersebut maka dalam penelitian ini menggunakan Systematic Literature Reviews untuk mencari upaya yang paling banyak direkomendasikan dengan sumber studi yang terpercaya, yaitu jurnal Scopus dan Google Scholar. Hasil penelitian ini memberikan rekomendasi kepada masyarakat tentang apa saja upaya pencegahan Covid-19, untuk mengurangi penyebaran Covid-19 khususnya di Indonesia. 125 jurnal yang relevan berhasil direview, menghasilkan 37 Upaya pencegahan Covid-19. Berdasarkan metode pemeringkatan mendapatkan 10 upaya yang banyak direkomendasi dalam jurnal, yaitu: Social distancing, Karantina/lockdown/PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), WFH (Work From Home), Mencuci tangan, Isolasi diri, Memakai masker, Memakai handsanitizer, Menyemprotkan disenfektan, Menjaga imun, dan Tidak menyentuh wajah. Hal menarik yang didapatkan juga dalam penelitian ternyata terdapat upaya yang tidak hanya dibangun berdasarkan ilmu medis, namun juga dikaitkan dengan kepercayaan seperti, Pemasangan Sawen dan Upacara Keagamaan.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. p56
Author(s):  
Lisa Barnes ◽  
Warrick Long ◽  
Peter Williams

With the pandemic of COVID-19 came a time of significant business disruption, particularly in relation to social distancing rules that effectively shut down organisations physical office spaces, and moved employees to Work From Home (WFH) in a very short space of time. This research looks at the current office space that employees use and compares it to the WFH space. The results showed that employees valued their physical office space, but that open plan or shared offices were often noisy and lacked privacy. Most described their office space as personal, comfortable, and conducive to productivity. In relation to the ability to work collaboratively, most respondents stated this happened in their current office space (87%), and with the move to WFH, 76% stated that they were still able to work collaboratively. Employees will no longer need to commute to work, can spend more time perusing personal plans and feel more productive when WFH. For employers, they now have access to a wider pool of talent, can enjoy cost savings and decrease their carbon footprint. The office of the future will be a hybrid model, a combination of WFH, working in the office and both, known as the Hybrid Office Model (HOM).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document