HUBUNGAN KOMPONEN PELAYANAN ANTENATAL CARE (10 T) DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI INDONESIA (ANALISA DATA SEKUNDER SDKI 2017)
Latar Belakang: Dari data SDKI (2017) didapat bahwa cakupan pelayanan antenatal (pernah mendapat pelayanan antenatal) yang diperiksa oleh tenaga kesehatan yang kompeten (K1) telah cukup tinggi yaitu 97.5% dan pelayanan ANC (K4) yaitu 77.4%, namun ternyata angka Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih cukup tinggi yaitu 7.1% berdasarkan catatan pada kartu menuju sehat (KMS) atau laporan ibu. Metode: Penelitian ini merupakan analisis terhadap data sekunder hasil SDKI 2017 penelitian ini bersifat deskriptif analitik dilakukan dengan menggunakan desain Cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif. Lokasi penelitian di 34 Provinsi di seluruh Indonesia, dilakukan pada tanggal 24 Juli sampai 30 September 2017. Hasil: Responden yang melakukan kunjungan kehamilan tidak penuh sebesar 22.51%, responden yang tidak ditimbang berat badan 13.50%, responden yang tidak diukur tinggi badan 30.29%, responden yang tidak diukur tekanan darah 57.12%, responden yang tidak diperiksa urin sebesar 65.00%, responden yang tidak diuji labolatorium sampel darah sebesar 57.12%. Analisis bivariat menunjukkan bahwa komponen pelayanan antenatal care dengan kejadian BBLR, dari komponen yang diajukan ada komponen yang berhubungan dengan BBLR adalah ANC: Diukur timbang badan diperoleh p value 0.0001 dan nilai OR = 0.643 artinya ibu hamil yang ditimbang berat badan berpotensi memproteksi BBLR sebesar 64% dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak ditimbang. Kesimpulan: Kualitas pelayanan antenatal care menjadi variabel independen utama yang menyebabkan BBLR, tetapi variabel lain juga mempunyai hubungan dengan BBLR. Selain itu responden tidak melakukan kunjungan antenatal dengan baik maka akan berisiko terjadinya BBLR.